Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bisnis ritel merupakan keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait dengan penjualan dan

pemberian layanan kepada masyarakat sebagai pelaku konsumen untuk penggunaan yang

sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga.

Menurut Whidiya Utami (2015:5) kata retail berasal dari bahasa prancis, riteller, yang bererti

memotong atau memecah atau sesuatu. Terkait dengan usaha yang dijalankan maka ritail

menunjukan upaya untuk mencegah barang atau produk yang dihasilkan dan didistribusikan

oleh manufaktur atau perusahaa dalam jumlah besardan massal untuk di komsumsi oleh

konsumen akhir dalam jumlah kecil sesuai dengan kebutuhan.

Industri ritel semakin berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia usaha

serta kebutuhan konsumen. Siap atau tidak, ritel di Indonesia akan menghadapi persaingan

yang demikian sengit. Bisnis ritel makin populer belakangan ini. Namun, dengan dibukanya

keran perdagangan bebas dengan Cina, pasar ritel lokal banyak yang gulung tikar. Oleh

karenanya ritel di Indonesia perlu mewaspadai atau memahami berbagai tren yang akan terjadi

pada dunia ritel di masa depan.

Bisnis ritel atau bisnis eceran adalah bisnis yang menyalurkan barang maupun jasa kepada

pengguna akhir. Segmen bisnis ritel sangat luas, mulai dari segmen bawah hingga masyarakat

kelas atas karena produk yang ditawarkan pun sangat beragam. Akan tetapi, bisnis ritel

ternyata tak semudah yang dibayangkan. Dominasi merek terkenal dan modal yang tak terbatas

serta serbuan ritel asing dapat menjadi faktor sebuah bisnis ritel tutup buku.
Rumusan Masalah

1. Perubahan pola komsumsi masyarakat dengan melakukan survey kepada mahasiswa

2. Peran e-commerce dalam perubahan pola komsumsi masyarakat

Tujuan

Mencari tahu perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap toko retail Ova Jl. Zainal

Abidin Pagar Alam No.96, Rajabasa, Kota Bandar Lampung, kode Pos 35144.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pola Konsumsi

Pola konsumsi masyarakat menggambarkan alokasi dan komposisi atau bentuk konsumsi yang

berlaku secara umum pada anggota masyarakat. Konsumsi bisa diartikan sebagai kegiatan

untuk pemenuhan kebutuhan atau keinginan saat ini guna meningkatkan kesejahteraannya.

Dengan demikian, alokasi konsumsi sangat tergantung pada definisi dan persepsi masyarakat

mengenai kebutuhan dan kendala yang mereka hadapi. Pola konsumsi dapat dikenali

berdasrkan alokasi penggunaannya. Pola konsumsi menurut Samuelson (Makro ekonomi:

2002)

Dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah ada dua keluarga yang menggunakan uang mereka

dengan cara yang tepat sama. Pola konsumsidapat dikenali berdasrkan alokasi

penggunaannya. Untuk keperluan analisis, secara garis besar alokasi pengeluaran konsumsi

masyarakat digolongkan dalam dua kelompok penggunaan, yauti pengeluaran untuk makanan

dan pengeluaran untuk non- makanan.

Kelompok Pola Konsumsi

Dalam membedakan pola konsumsi secara umum, kita pisahkan konsumen dalam tiga kategori

besar. Pemisahan ini sudah cukup mampu menjadi gambaran bagi anda untuk mengkonsep layanan

anda sehingga laku dipasaran.


1. Konsumen Menengah Kebawah

Pola konsumsi kategori ini sesuai dengan kapasitas ekonomi kalangan ini yang terbatas. Mereka

cenderung mencari produk dengan harga rendah, tentu dengan kesadaran penuh kalau mereka tidak

bisa menuntut produk terbaik dengan harga tersebut. Selain itu kebutuhan mereka lebih terbatas

hanya pada hal hal seputar dengan kebutuhan sehari hari.

Untuk target ini, anda bisa mengupayakan penghematan biaya produksi seefisien mungkin, demi

bisa memberikan harga yang tetap miring namun anda dapat meraih keuntungan yang cukup.

Namun upayakan anda tetap mampu memberikan kualitas yang baik, terlebih jika anda mampu

memberi produk yang seakan akan berharga mahal.

2. Konsumen Menengah keatas

Pola konsumsi kelompok ini jauh lebih leluasa dari kelompok sebelumnya. Kelompok ini memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik, sehingga standar kebutuhan mereka juga lebih kompleks.

Pada kalangan ini mereka mulai mencari layanan tambahan seperti hiburan, investasi DLL.

Pola konsumsi kategori ini juga lebih siap dengan harga yang lebih tinggi, tentu dengan produk

yang diharapkan lebih baik. Namun mereka sangat vokal dengan produk yang mengecewakan.

Karenanya anda harus peka dengan kebutuhan mereka dan layanan yang anda berikan.

3. Konsumen Luxury

Kelompok ini memiliki kekuatan finansial yang sangat baik, sehingga pola konsumsi mereka

sangat khusus. Mereka sanggup membeli dengan harga sangat tinggi, namun mereka menuntut

untuk mendapat layanan terbaik.

Terkadang mereka mendapat layanan VIP karena daya beli mereka, seperti meja khusus, ruang

khusus atau bahkan acara khusus. Untuk melayani mereka, anda harus memahami bahwa anda

harus mengeluarkan semua upaya untuk memperoleh produk dengan kualitas terbaik, sekali
mereka kecewa mereka akan mengajak relasi mereka untuk meninggalkan anda. Begitulah pola

konsumsi mereka

C. Faktor yang memepengaruhi konsumsi konsumen

• Penyebab Faktor Ekonomi

1. Pendapatan

Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan pengeluaran

konsumsi. Contoh : seseorang yang tadinya makan nasi aking ketika mendapat pekerjaan yang

menghasilkan gaji yang besar akan meninggalkan nasi aking menjadi nasi beras rajalele. Orang

yang tadinya makan sehari dua kali bisa jadi 3 kali ketika dapat tunjangan tambahan dari pabrik.

2. Kekayaan

Orang kaya yang punya banya aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar.

Contonya seperti seseorang yang memiliki banyak rumah kontrakan dan rumah kost biasanya akan

memiliki banyak uang tanpa harus banyak bekerja. Dengan demikian orang tersebut dapat

membeli banyak barang dan jasa karena punya banyak pemasukan dari hartanya.

3. Tingkat Bunga

Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik

menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan

membelanjakan banyak uang.

4. Perkiraan Masa Depan

Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan konsumsi.

Biasanya seperti orang yang mau pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit

buatuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya.


Beberapa factor yang mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang yaitu:

1. Tingkat Pendapatan

Pendapatan merupakan suatu balas jasa dari seseorang atas tenaga atau pikiran yang telah

disumbangkan, biasanya berupa upah atau gaji. Makin tinggi pendapatan seseorang makin tinggi

pula daya belinya dan semakin beraneka ragam kebutuhan yang harus dipenuhi, dan sebaliknya.

2. Tingkat Pendidikan

Makin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula kebutuhan yang ingin dipenuhinya.

Contohnya seorang sarjana lebih membutuhkan computer dibandingkan seseorang lulusan sekolah

dasar.

3. Tingkat Kebutuhan

Kebutuhan setiap orang berbbeda-beda. Seseorang yang tinggal di kota daya belinya akan lebih

tinggi jika dibandingkan dengan yang tinggal di desa.

4. Kebiasaan Masyarakat

Di zaman yang serba modern muncul kecenderungan konsumerisme didalam masyarakat.

Penerapan pola hidup ekonomis yaitu dengan membeli barang dan jasa yang benar-benar

dibutuhkan, maka secara tidak langsung telah meningkatkan kesejahteraan hidup.

5. Harga Barang

Jika harga barang naik maka daya beli konsumen cenderung menurun sedangkan jika harga barang

dan jasa turun maka daya beli konsumen akan naik. Hal ini sesuai dengan hokum permintaan.

6. Mode

Barang-barang yang baru menjadi mode dalam masyarakat biasanya akan laku keras di pasar

sehingga konsumsi bertambah. Dengan demikian mode dapat mempengaruhi konsumsi.


Manusia senantiasa berusaha untuk memperoleh kepuasan setinggi-tingginya dan mencapai

tingkat kemakmuran dengan memenuhi berbagai macam kebutuhannya. Usaha itu dilakukan

dengan mengkonsumsi barang dan jasa yang dibutuhkan.

Tujuan konsumsi antara lain:

1. Pendapatan seseorang tidak semuanya dihabiskan untuk konsumsi.

2. Konsumsi akan menciptakan tingkat permintaan masyarakat.

3. Konsumsi dapat memenuhi kebutuhan nilai ganda pada seseorang.

4. Konsumsi dapat memenuhi kepuasan seseorang.

You might also like