Professional Documents
Culture Documents
Dinasti Mughal
Dinasti Mughal
Dinasti Mughal
c. Aurangzeb (1658-1707).
Dua bersaudara anak dari Shah Jahan, Aurangzeb dan Dara Shikah, merupakan
dua orang yang memiliki kepribadian dan pandangan yang berbeda dalam
beragama. Dari keduanya, Aurangzeb yang dianggap banyak tampil dan berperan
dalam perjalanan sejarah dinasti Mughal. Tetapi pada kondisi politik di abad ke-17
dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya mulai mengurangi kebesaran
dinasti Mughal.
Aurangzeb tampaknya harus menyeleseikan banyak tugas berat yang melanda
dinasti Mughal. Meskipun wilayah kekuasaan dinasti Mughal sangat luas dan
pendapatan negara semakin meningkat, namun pada abad ke-17 itu menandai awal
dari berakhirnya kekuasaan muslim di India. Hal tersebut dipengaruhi pula oleh
dinamika politik yang terjadi di India yang secara realistik mengalami perubahan-
perubahan.
2. Bidang Ekonomi.
Pemerintahan Mughal di India juga memajukan bidang ekonomi,[6] di mana
saat itu kerajaan Mughal berhasil mengembangkan program pertanian serta
program yang lainya, sehingga sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu
pada sektor pertanian. Dari hasil pertanian ini yang kemudian menjadi komoditi
ekspor Mughal ke berbagai kawasan seperti, Eropa, Afrika, Arabia dan Asia
Tenggara. Ensiklopedi Islam[7] menyebutkan bahwa, sejumlah komoditas andalan
tersebut di antaranya adalah kain, rempah-rempah, opium, gula, garam, wol dan
parfum.
Sementara itu dalam dunia intelektual, ada kemajuan yang dialami oleh
pemerintahan dinasti Mughal di India. Studi-studi di bidang yang di anggap
keilmuan “ non agama “ seperti logika, filsafat, geometri,geografi, sejarah, politik,
dan matematika di galakkan. Semangat itu juga di tunjang dengan di bangunnya
berbagai sarana-sarana pendidikan. Pada zaman pemerintahan Mughal dipimpin
oleh Syah Jahan dan Aurangzeb, mereka membangun sekolah-sekolah tinggi, di
samping juga pusat pengajaran di Lueknow. Kualitas pendidikan madrasah yang
muncul pada periode-periode selanjutnya yaitu Madrasah Deoband. Ini
membuktikan bahwa dunia intelektual pemerintahan Mughal di india cukup eksis.
3. Bidang Keagamaan
Secara umum para penguasa ( sultan ) Mughal beraliran madzab Sunni. Bahkan
sebagian mereka terkenal ortodoksinya. Di antara mereka ini adalah Jahangir, Syah
Jahan dan Aurangzeb. Aurangzeb bahkan paling tampak ortodoksinya. Dalam
bidang keagamaan ini terutama zaman Jahangir, muncul seorang mujaddid
terkemuka,Syekh Ahmad Sirhindi, ia mempraktekkan tarekat Naqsabandiyah.
Meskipun sebagian penguasa cenderung terhadap ortodoksi Sunni,saat itu juga
muncul pemikiran sintesa dalam agama.
Dari penjelasan kita bisa membuat kesimpulan bahwa di kerajaan Mughal india
saat itu berkembang dua model keagamaan, yang pertama keagamaan yang bersifat
legalistic, ortodoks, dan formal, yang di wakili oleh Dara Shikah. Bila di cermati
kedua model keagamaan ini muncul sebagai respon dari adanya kekuatan eksternal
Hinduisme, yang merupakan keyakinan masyarakat India sebelum kedatangan
Islam.
b. Faktor Eksternal
Apabila di perhatikan sesungguhnya factor eksternal ini tidak bias di lepaskan
sama sekali dengan konflik yang terjadi di kalangan istana. Pertikaian dalam
keluarga istana menjadi salah satu alasan yang menyebabkan pihak luar untuk
terlibat dalam urusan istana. Pihak luar terkadang bersedia membantu tokoh yang
mereka sukai untuk menjatuhkan lawan politiknya. Sehingga terkadang terjadi ada
raja yang di angkat kemudian di turunkan.
Kondisi demikian kemudian di manfaatkan oleh golongan Hindu untuk
melepaskandiri dari pemerintahan Mughal. Ketika Aurangzeb berkuasa saja
mereka berani menentang pemerintah,apalagi pada masa kemunduran dinasti
Mughal. Mereka pernah melakukan pemberontakan di bawah kepemimpinan Tegh
Bahadur dan Gobind Singh dari golongan Sikh. Golongan Rajput memberontak
pula di bawah pimpinan raja Undaipur Kaum Mahratas memberontak pula di
bawah pimpinan Sivaji dan puteranya Simbaji.[20] Pada masa pemerintahan
Aurangzeb,mereka masih bias di tumpas,karena pasukannya masih tangguh. Tetapi
ini berbeda situasinya setelah Aurangzeb sudah tidak berkuasa lagi dan di gantikan
anak keturunannya.
Orang-orang Hindu melakukan pemberontakan kembali ketika Mughal dalam
pimpinan Bahadur Syah (Muazzam). Di bawah pimpinan yang bernama Banda,dan
mereka berhasilmerampas kota Sadhapura di sebelah utara Delhi. Bukan itu
saja,mereka juga berusaha merebut kota Sirhin dan melakuakan penjarahan serta
perampokan terhadap penduduk yang beragama Islam. Demikian juga golongan
Maratha di bawah pimpinan Baji Rao dapat merampas sebagian daerah Gujarat
tahun 1732 M.[21] ketika orang-orang hindu bangkit,justru umat Islam Mughal
mulai pada fase kemundurannya.
Ancaman juga dating dari wilayah Persia. Terutama sekali ketika Nadir Syah
naik tahta. Saat itu Mughal di pimpin oleh Mahmud Syah. Oleh karena India dari
duu sampai penguasa-penguasa terakhirnya waktu itu merupakan daerah yang luas
dan kaya, menjadikannya menjadi incaran pihak lain.[22] Maka tidak heran jika
kemudian Nadir Syah segera mengirim dutanya untuk Delhi,akan tetapi raja
Mughal tidak mau menerima kehadiran duta tersebut. Sikap Mahmud Syah ini
membuat Nadir Syah mengambil keputusan menyerang Delhi. Kemudian Nadir
Syah mengirim pasukannya ke India. Padatahun 1739 pasukan Nadir Syah dapat
menaklukan Pesyawar dan Lahore kemudian pasukan ini terus menuju ibu kota
kerajaan, dank arena pasukan Nadir Syah cukup kuat, maka hamper tidak ada
perlawanan saat itu.[23]
Pada saat pasukan Mughal melakukan perlawanan terhadap pasukan Nadir Syah
saatmemasuki Delhi, Nadir Syah kemudian mengizinkan pasukannya melakukan
pembunuhan perampokan besar-besaran terhadap rakyat India. Kekayaan rakyat
India dirampas oleh pasukan Nadir Syah. India seolah tidak berdaya, tetapi
Mahmud Syah masih tetap di izinkan menjadi raja Mughal tetapi ia wajib
membayar upeti kepada Persia.
Demikian juga negeri Afghan ketika di pimpin oleh Ahmad Khan Durrani di
kabarkan juga pernah melakukan penyerangan terhadap Mughal. Saat
pemerintahandi pegang oleh Ahmad Syah (1748-1754), Ahmad Khan Durrani
berhasil menguasai Lahore,tetapi daerah ini di bebaskan oleh raja Alamghir (1754-
1759 M), raja pengganti dari Ahmad Syah.
Oleh karena Lahore kembali ke tangan penguasa Mughal pada tahun 1757 M, ia
akhirnya berhasil merebut Lahore, untuk kedua kalinya, Delhi dan Agra. Tetapi
sejarah kembali terulang sebab pada masa beikutnya, ketiga wilayah inidirebut
kembali oleh Alamghir. Inilah sebabnya Durrani melakukan serangan ulang pada
tahun 1761 M.serangan orang Afghan kali ini betul-betul dahsyat sehingga Mughal
mengakui kekuasaan Afghan,saat itu kepemimpinan Mughal berada di tangan
Alam Syah (1759-1806).[24]
Situasi semakin parah ketika bangsa-bangsa Eropa sudah mencapai India untuk
melakukan hubungan dagang. Di pantai selatan India terjadi persaingan dagang
antara Portugis, Belanda, Prancis, dan Inggris. Dalam kompetisi dagang itu inggris
lebih unggul, sehingga inggris mendapatkan izin untuk menetap di Bengal India
Timur. Setelah mendapat izin dari raja Mughal, Inggris membentuk perserikatan
dagang India Timur yang disebut The East India Company (EIC),dengan maksud
menguasai sumber komoditi India. Dengan mendirikan EIC pada tahun 1600 M,
inggris berangsur-angsur memperkuat kedudukannya dengan meminta izin
membuka kantor dagang. Pada tahun 1608 M, Hawkins mendapat izin membuka
kantor di Surat, kemudian Sir Thomas di Malabar (1615 M) dan di Bombay ( 1668
M ), serta di Madras ( 1639 M ).[25] Ini semakin mengokohkan posisi Inggris di
negeri India kala itu.
Pada saat terjadi instabilitaspolitik di pemerintahan Mughal, Inggris
memanfaatkannya dengan mulai menggunakan kekuatan bersenjata untuk
memperluas wilayah kekuasaannya dengan menyerang Benggala ( 1757 M ),
kemudian daerah pesisir Timur India,selanjutnya ke Buxar (1764 M ), kemudian
tahun 1799 MInggris menyerang Mysore di bawah pimpinan Willesly dan berhasil
membunuh penguasa Mysore yang bernama Tippo, Alam Syah yang memerintah
Mughal saat itu hanya sebagai boneka yang dapat di atur, dan hampir tidak
memiliki otoritas yang berarti.
Meskipun selanjutnya penguasa Mughal berganti ke tangan Akbar II ( 1806-
1837 M ), Inggris terus melakukan penjarahan dan merebut daerah di bawah
kekuasaan Mughal,semua daerah yang dahulu di kuasai Mughal akhirnya jatuh ke
tangan kekuasaan Inggris pada tahun 1857 M.
DAFTAR PUSTAKA
Fuadi imam,Sejarah Peradaban Islam,Depok Sleman Yogyakarta: Teras,2012
Drs. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradapan Islam,AMZAH : 2013
Tohir, Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
A. Masuknya Islam ke Anak Benua India
Dalam tulisan Teuku May Rudy, digambarkan bahwa ‘‘Anak Benua India’’, sebelum
terpecah menjadi India, Pakistan dan Bangladesh adalah sebuah wilayah yang terletak di
kawasan Asia Selatan yang mencakup luas kira-kira 2.075 mil dari utara ke selatan dan 2.120 mil
dari Timur ke Barat. Di sebelah utara berbatasan dengan wilayah tibet (Cina) dan Afghanistan.
Sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan laut (Samudera Indonesia), di sebelah timur
berbatasan dengan Burma dan sebelah barat berbatasan dengan Persia (Iran). Perekonomian
mereka berdasarkan pada kombinasi antara penanaman padi-padian di ladang yang berpetak
yang kebanyakan teririgasi dan di bajak dengan menggunakan sapi jantan, serta pembiakan
lembu jantan, kerbau, domba, kambing, dan keledai.
Gambaran umum tentang masyarakat india saat islam memasuki wilayah ini,
menunjukkan indikasi yang sangat sulit bagi proses islamisasi. Ini menunjukkan bahwa betapa
kuatnya pengaruh dan dominasi kultural yang telah dibentuk oleh pendahulu dan penguasanya
dalam menciptakan ideology keagamaan dan sentiment kulturalnya. Seperti diketahui bahwa
sejak tahun 600 SM, ajaran agama hindu dengan aturan-aturan kastanya sudah banyak
digunaakan ditengah massyarakat india. Ini mengandung arti bahwa sejak masa itu keyakinan
hindu sudah dianut oleh banyak orang.
Fakta sejarah menunjukkan sebelum islam masuk sekitar tahun 6000-5000 S.M, bangsa
Dravida berdatangan dari asia barat ke india dengan membawa kepercayaan terhadap tuhan
secara abstrak. Pada abad ke 6 SM, bangsa Aria dari Persia juga berdatangan yang kemudian
menguasai Punjab dan benarus (india utara) dengan membawa kepercayaan mereka tentang
adanya tuhan secara nyaata. Pada tahun 599 SM, lahirlah mahawir yang memelopori lahirnya
agama lain pada tahun 557 SM, lahir pula sidharta Gautama Budha di kafilabastu di kaki gunung
Himalaya dan menjadi pelopor lahirnya agama budha.
Ketika islam mulai memasuki wilayah India, baik pada periode pertama masa umayyah
maupun abbasiyah, karakteristik social, budaya, politik dan agama masih menunjukkan hal yang
sama. Setiap daerah memiliki tokoh yang memegang otoritas wilayah dengan segenap
wewenangnya. Perlahan tapi pasti, islam menjadi agama yng banyak dianut oleh para penduduk
india. Islam masuk pertama kali ke india pada abad ke 7 M yakni saat terjadinya penyerangan
yang dipimpin oleh Muhammad Ibnu Qasim ke sind. Kendati pun begitu, pembentukan
pemerintahan islam yang sebenarnya baru terjadi dan dimulai pada abad ke 10 M oleh dinasti
Gaznawiyah yang berasal dari asia tengah. Dinasti ini berhasil membangun ibu kota
pemerintahannya di Lahore pada tahun 1021, lalu ekspensi muslim ke Timur menyebabkan
berdirinya kesultanan Delhi dan sumatera pada abad ke 8 M. dalam perkembangan selanjutnya,
terjadi perluasan wilayah islam yang terus menerus dari pemeritahan islam. Akibatnya,
perkembangan kebudayaan islam pun mencapai puncaknya pada massa dinasti Mughal sehingga
masyarakat muslim mendominasi wilayah india utara, seperti sind, Balukisran, Punjab, Provinsi
perbatasan barat laut yang sekarang menjadi bagian Negara Pakistan. [1[1]]
B. Dinasti Islam India sebelum Pendirian Dinasti Mughal
Sejak zaman nabi SAW, India telah memiliki sejumlah pelabuhan sehingga terjadi
interaksi antara India dengan nabi SAW. Oleh karena itu, dagang dan dakwah menyatu dalam
satu kegiatan sehingga raja Kadangalur, Cheraman Perumal, memeluk agama islam dan
mengganti namanya menjadi Tajuddin, dan ia sempat bertemu dengan nabi SAW. Pada zaman
Umar Bin Khattab, Mughirah berusaha menaklukkan sind, tapi usahanya gagal (643-644 M).
Pada zaman Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib, dikirim utusan untuk mempelajari adat
istiadat dan jalan-jalan menuju India. Pada zaman Muawwiyah I, Muhammad Bin Qasim
berhasil menaklukkan dan diangkat menjadi amir sind dan Punjab. Kepemimpinan di sind dan
Punjab di pegang Muhammad bin Qasim setelah ia berhassil memadamkan perampokkan-
perampokkan terhadap umat islam disana. Karena pertikaian internal (antara Al hajjaj dan
Sulaiman), dinasti ini melemahkan dan ketika dalam keadaan lemah, dinasti ini ditaklukkan oleh
dinasti Gazni.
Pada zaman al ma’mun (khalifah dinasti bani abbas), diangkat sejumlah amir untuk
memimpin daerah-daerah. Diantara yang dipercaya untuk menjadi amir adalah Asad Bin Saman
untuk daerah Transoxiana. Ia diangkat menjadi amir setelah berhasil membantu khalifah Bani
Abbas dalam menaklukkan Dinasti Safawi yang berpusat di Khurasan.
Dinasti Samani (874-999 M) mengangkat Alpitigin menjadi amir di khurasan. Alpitigin
kemudian diganti oleh anaknya, Ishak. Ishak dikudeta oleh Balkatigin menguasai gazna dan
kemudian mendirikan dinasti Ghaznawi (963-1191 M).
Dinasti Ghaznawi ditaklukkan oleh dinasti ghuri (1191 M). setelah meninggal,
Muhammad Ghuri diganti oleh panglimanya, Quthbuddin Aibek (karena Muhammad Ghuri tidak
memilii anak laki-laki). Quthbuthin Aibek budak yang sudah dibebaskan oleh Muhammad Ghuri
menjadi sulthan sejak tahun 1206 M. Sejak itu berdirilah kesultanan Delhi. Kesultanan Delhi
terdiri atas: a) Dinasti Mamluk di Delhi (1206-1290 M), b) Dinasti Khalji (1290-1320 M), c)
Dinasti Tughluq (1320-1414 M), d) Dinasti Sayyid (1414-1451 M), dan e) Dinasti Lodi (1451-
1526 M).[2[2]]
Pada masa Khulafaur Rasyidin, beberapa ekspedisi ke India melaui laut. Invasi melalui
laut ke India tidak berhasil, karena tentara Arab kurang ahli di laut. Invasi melalui laut
selanjutnya dilarang oleh Umar Ibn Khattab.[3[3]] Kemudian pada tahun 643-644 M, di bawah
pimpinan Abdullah bin Amar Rabbi berhasil menguasai Kirman, Sizistan sampai ke Mekran
untuk menyiarkan Islam dan memperluas daerah kekuasaan Islam.
Ekspansi Muslim ke India bermula pada keberhasilan penaklukan bangsa Arab atas
wilayah Sind di bawah pimpinan Muhammad Ibn Qasim pada tahun 711 M. Islam tersebar
semakin luas di India oleh invasi Ghaznawi, khususnya pada masa kepemimpinan Mahmud
Ghaznawi 1030 M. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa Khalifah Al-Walid
I, dari dinasti Bani Umayyah. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayyah di
bawah pimpinan Muhammad Ibn Qasim. Kaum Muslimin mengenal Daerah ini dengan sebutan
Sind sejak tahun 711 M. Ketika panglima Umayyah, Muhammad bin Qasim menyerbu wilayah
ini . selama tiga tahun pemerintahan Umayyah, periode Khalifah Al-Walid I menduduki daerah
ini, tepatnya daerah Indus bawah.[4[4]]
C. Dinasti Mughal
1. Asal Usul Dinasti Mughal
Kerajaan mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya Kerajaan Syafawi. Jadi
diantara tiga kerajaan besar Islam tersebut kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan Mughal
bukanlah kerajaan Islam pertama di anak Benua India. Awal kekuasaan Islam di wilayah India
terjadi pada masa Khalifah Al-Walid, dari Dinasti Bani Umayyah. Penaklukan wilayah ini
dilakukan oleh tentara Bani Umayah di bawah pimpinan Muhammad ibn Qasim.[5[5]]
Ibrahim Lodi (cucu sulthan Lodi), sultan Delhi terakhir, memenjarakan sejumlah
bangsawan yang menentangnya. Hal ini memicu pertempuran antara Ibrahim Lodi dengan
Zahiruddin Babur (cucu Timur Lenk) di Panipadz (1526). Ibrahim Lodi terbunuh dan
kekuasaannya berpindah ke tangan Zahiruddin Babur. Sejak itulah berdiri Dinasti Mughal (1526-
1857) di India, dan Delhi dijadikan ibu kota.[6[6]]
Shir Shah Suri (1540-1555 M). Tokoh ini mampu berkuasa di Delhi karena dapat
mengalahkan Humayun (putra Babur) dalam pertemuran di Kanawj pada 1540 M. Shir Shah Suri
adalah figur raja yang cakap dalam memerintah. Dalam kaitan dengan land-reform, Sultan Shir
Shah Suri mengorganisirkan parganas (semacam desa-desa) sebagai satuan-satuan administratif
dan mengangkat Amin bertanggung jawab menangani soal pengumpulan pajak/penaksiran
penghasilan dan tugas-tugas perdata. Sementara Shiqdar mempunyai fungsi dan kekuasaan
kepolisian (mengurusi soal-soal pidana).
Sayangnya para penerus Shir Shah Suri merupakan figur raja-raja yang lemah, sehingga
Humayun dari Dinasti Mughal mampu melakukan revanche (pembalasan) yang berakibat
ambruknya kekuasaan Dinasti Suri dan mulailah masa imperium Mughal yang agung.
2. Masa Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Mughal
1. Pemerintahan Zahinuddin Babur
Masa pemerintahan Babur ditandai dengan dua persoalan besar, yakni bangkitnya kerajaan-
kerajaan Hindu di seluruh India yang mencoba melepaskan dari kekuasaan Islam yang gejolak
politiknya dapat diredam oleh Babur dan munculnya penguasa muslim yang tidak mengakui
pemerintahannya di Afghanistan, namun Babur dapat menyelesaikannya dengan pertempuran di
Gograth pada tahun 1529M. Babur hanya dapat menikmati usahanya merintis kerajaan Mughal
selama lima tahun. Pada tahun 1530 M, Babur meninggal dunia dengan mewariskan wilayah
kekuasaan yang begitu luas dan karier politik yang sangat cemerlang. Ia menyerahkan kekuasaan
pada putra sulungnya Humayun.
2. Pemerintahan Humayun
Humayun memerintah tahun 1530-1539 M dan 1555-1556 M. Periode pemerintahannya banyak
diwarnai kerusuhan dan berbagai pemberontakan. Pada tahun 1539 M Sher Khan Suri
menginvasi pemerintahan Humayun di Delhi. Pasukan Humayun hancur dan Negara dalam
kondisi tak menentu sedangkan Humayun barhasil meloloskan diri dan diterima baik oleh sultan
Syafawi, Shah Tahmasph.yang kemudian membantu memberinya pasukan militer sebanyak
12.000 dan kemudian terkumpul menjadi 14.000 orang. Humayun mencoba kembali merebut
kekuasaannya di Delhi.
Pada tahun 1555 M ia menyerbu Delhi yang saat itu diperintah Sikandar Sur. Akhirnya ia bisa
memasuki kota ini dan ia bisa memerintah kembali sampai tahun 1556 M . pada tahun 1556 M,
ia meninggal dunia dan digantikan oleh putranya yang bernama Jalaludin Muhammad Akbar.
3. Pemerintahan Akbar
Ia adalah sultan yang sangat terkenal dari dinasti ini, dan ialah yang sebenarnya menciptakan
system kerajaan. Sultan Akbar terkenal dengan gagasan-gagasannya yang sangat radikal dan
liberal baik dalam aspek sosial maupun pemikiran keagamaan. Masa pemerintahannya cukup
berhasil dan sangat stabil bahkan wilayah-wilayah kekuasaannya semakin luas. Dasar-dasar
kebijakan sosialnya dengan politik sulakhul (toleransi universal). Dengan cara ini, semua rakyat
dipandang sama, meraka tidak dibedakan sama sekali oleh ketentuan agama atau lapisan sosial.
Inilah periode yang benar-benar sinkretik membumi di India, suatu usaha pemerintahan islam
untuk bisa diterima di kalangan rakyat India. Sultan Akbar ingin menembus batas-batas terdalam
tradisi Hinduistik dan agama-agama lain di India. Ia meninggal pada tahun 1605 M setelah
menderita sakit yang cukup parah karena kawan-kawan dekatnya dibunuh oleh anaknya
Jahangir, mungkin disebabkan adanya rasa cemburu yang terlalu banyak sehingga memengaruhi
ayahnya.
4. Pemerintahan Jahangir
Periode Jahangir (1605-1627M) adalah masa-masa stabil. Ia memerintah didasarkan pada
pandaangan yang pragmatis dalam melihat sebuah fungsi kepemimpinan. Menurutnya
kedaulatan raja adalah pemberian Tuhan. Dengan demikian, tidak begitu penting menjalankan
hukum Tuhan (syariah). Yang diperlukan adalah bagaimanamemelihara kelestarian kehidupan
duniawi ini, dan Tuhan memilih seorang pemimpin itu.
Ia menerapkan hukum islam hanya sebatas pada lembaga pengadilan saja seperti pada masa
ayahnya, Akbar. Dalam kasus umum, hukum islam hanya berlaku bagi umat islam, sedangkan
hukum kriminal berlaku bagi seluruhnya. Jahangir adalah sultan yang toleran dan sekuler serta
punya kebijakan-kebijakan politik yang liberal, seperti yang di teladani dari ayahnya.
6. Pemerintahan Aurangzeb
Sepanjang masa pemerintahannya antara tahun 1658-1707 M, politik dan agama. Dalam
penaklukan wilayah-wilayah baru keberhasilannya sangat luar biasa. Dibandingkan sultan akbar
yang menguasai wilayah baru sebanyak 15 daerah, Aurangzeb bisa mencapai 21 daerah baru: 14
daerah di india utara dan 6 di daerah dekkan dan satu buiah di Afghanistan.
Ia menerapkan nilai-nilai syariah yang ketat pada pemerintahannya yang pada periode-
periode sebelumnya kurang begitu diperhatikan bahkan diabaikan sama sekali. Semangat politik
islamnya didasarkan pada Alquran dan Sunnah serta dukungan para ulama’ sangat kuat, tetapi
dilain pihak membuat kecemburuan. Kaum muslimin menganggap ia sebagai waliullah karena
pembelaanya pada nilai-nilai syariah. Hal ini menjadi dukungan spiritual politik yang luar biasa.
Sebaliknya, orang yang hindu fanatik menganggap ia sebagai pemimpin yang zalim walaupun
masih banyak pula kelompok non-muslim yang memberi dukungan karena keadilannya.[7[7]]
Kemajuan yang dicapai pada masa dinasti Mughal merupakan sumbangan yang berarti
dalam mensyiarkan dan membangun peradaban Islam di India. Kemajuan-kemajuan tersebut
antara lain:
Dimasa Akbar kerajaan tidak dijalankan dengan kekerasan, ia banyak menyatu dengan
rayat, bahkan rakyat dari berbagai agama tidak dipandangnya sebagai orang lain dan dirinya pun
dibuatnya menjadi orang Hindustan sejati. Dalam urusan pemerintahan, dia menyusun
pentadbiran secara teratur yang jarang taranya, sehingga Inggris satu setengah abad kemudian
setelah menaklukkan India, tidak dapat memilih jalan lain, hanya meneruskan administrasi sultan
Akbar.
2. Bidang Ekonomi
Perekonomian kerajaan Mughal tertumpu pada bidang agrari, mengingat keadaan
Geografi dan Geologi wilayah India. Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika itu
adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan
bahan-bahan celupan.
Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu diekspor ke Eropa, Afrika,
Arabia, dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain
tipis bahan gordiyn yang banyak diproduksi di Gujarat dan Bengawan. Untuk meningkatkan
produksi, Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan pabrik
pengolahan hasil pertanian di Surat.[10[10]]
Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, memberikan konsesi kepada EIC untuk
mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan
syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana.
Kehadiran EIC menjadi awal masuknya pengaruh Inggris di India.
Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi perjanjian yang telah
disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak
Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M).
Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.
Demikianlah, setelah Aurangzeb (1707), tahta kerajaan diduduki raja-raja yang lemah.
Sementara itu dipertengahan abad ke-18, Inggris sudah mulai menancapkan kukunya di India.
Pada 1761 Inggris menguasai sebagian wilayah kerajaan. Pada 1803 Delhi dikuasai dan
penguasa Mughal berada di bawah pengaruh Inggris. Pada 1857 penguasa Mughal mencoba
membebaskan diri dari penjajahan Inggris, tetapi ia dapat dikalahkan. Pada 1858, Bahadur II,
raja Mughal yang terakhir itu diusir Inggris dari istananya.
Puncak kekuasaan Inggris diraih ada tahun 1857 ketika kerajaan Mughal benar-benar
jatuh dan rajanya terakhir, Bahadur Syah diusir ke Rangun (1858). Inggris juga berusaha
menguasai Afghanistan (1879) dan kesultanan Muslim Balucistan juga ditaklukan (1899).
Dengan demikian, imperialisme Inggris telah merata di seluruh anak benua India.
Menurut Muhammad Iqbal hukum dalam Islam sebenarnya tidak bersifat statis, tetapi
dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pintu ijtihad tidak pernah tertutup.
Islam, menurut Iqbal pada hakekatnya mengajarkan dinamisme. Dalam syair-syairnya ia
mendorong umat Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam. Inti sari hidup menurutnya
adalah gerak, sedangkan hukum hidup ialah menciptakan, maka ia berseru kepada umat Islam
supaya bangun dan menciptakan dunia baru.[14[14]]
Maulana Maududi terlibat membentuk Pergerakan Khilafah dan Tahrik- al Hijrat, yaitu
Persatuan Asia Selatan yang menentang penjajahan kolonial inggris. Beliau memprovokatori
Muslim India berhijrah ke Afghanistan untuk menentang pemerintahan British. Zaman itu,
Maulana Maududi mulai menterjemahkan buku berbahasa Arab dan bahasa Inggris ke bahasa
Urdu. Beliau juga telah menulis buku berjudul al-Jihad fi al-Islam -Jihad dalam Islam-
diterbitkan secara berkala dengan nama al-Jam’iyat tahun 1927. Tahun 1933, Maulana Maududi
menjadi editor majalah bulanan Terjemah al-Qur'an. Bidang penulisan beliau ialah tentang Islam
, konflik antara Islam dengan Imperialisme dan modenisasi. Beliau mengemukakan penyelesaian
Islam dan Islam ada jawaban bagi setiap permasalahan masyarakat Islam yang dijajah.
Bersama dengan ahli filusuf dan ulama Muhammad Iqbal, Maududi menggagas pusat
pendidikan Darul-Islam di bandar Pathankot di wilayah Punjab . Pusat pendidikan ini ialah
melahirkan pelajar yang mempunyai falsafah politik Islam. Maulana Maududi mengkritik habis
konsep-konsep Barat seperti nasionalisme, pluralisme and feminisme di mana semua ide ini
adalah alat Barat untuk menjajah umat Islam. Beliau menegaskan ummat islam untuk bisa
mandiri, jihad sehingga berjaya menegakkan negara Islam yang syumul. Maududi telah
menterjemah dan menafsirkan al-Qur'an kebahasa Urdu dan menulis banyak artikel berkenaan
udang-undang Islam dan kebudayaan masyarakat Islam.
Buku al khilafah wa al mulk, buku ini terdiri dari sembilan bab, dalam Bab I berisi
tentang penjelasan Abu al-a'la al-maududi pelajaran apa saja yang bisa diambil dari al-Qur'an
tentang al-Siyasah -politik-misalnya tashawwur al-Qur’an bahwa Allah pencipta alam semesta,
manusia dan apa saja yang bisa bermanfaat untuk manusia, bahwasanya Allah SWT adalah
pemilik alam dan segala yang ada di dalamnya.
ِ ي َو ََل ن
َصير َّ ُون
ّٖ ٱَّللِ ِمن َو ِل ِۗ ِ ت َو ۡٱۡل َ ۡر
ِ ض َو َما لَ ُكم ِمن د َّ ٱَّللَ لَ ۥهُ ُم ۡلكُ ٱل
ِ س َٰ َم َٰ َو َّ أَلَ ۡم ت َعۡ لَ ۡم أ َ َّن
١٠٧
Tidakkah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada
bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong (QS.Al Baqarah:107)
قُ ۡل ِإنِي َعلَ َٰى بَيِن َّٖة ِمن َّر ِبي َو َكذَّ ۡبتُم ِب ِۚۦه َما ِعندِي َما ت َ ۡست َعۡ ِجلُونَ ِب ِۚۦه إِ ِن ۡٱل ُح ۡك ُم ِإ ََّل ِ َّ ه
ُّ َُّللِ يَق
ص
٥٧ َص ِلين ِ َۡٱل َح ه َّق َو ُه َو خ َۡي ُر ۡٱل َٰف
Katakanlah: "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata (Al Quran) dari Tuhanku,
sedang kamu mendustakannya. Tidak ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya
disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang
sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik" (QS. Al An’am:57)
Selain itu beliau juga menegaskan bahwa Undang-undang tertinggi adalah hukum yang
telah dibuat oleh sang Maha pencipta Allah ‘azza wa jalla.
سولُ ۥهُ أَمۡ ًرا أَن يَ ُكونَ لَ ُه ُم ۡٱل ِخيَ َرة ُ ِم ۡن
ُ ٱَّللُ َو َرَّ ضى َ ََو َما َكانَ ِل ُم ۡؤ ِم ّٖن َو ََل ُم ۡؤ ِمنَة ِإذَا ق
٣٦ ض َٰلَ اٗل ُّمبِ اينا َ ض َّلَ سولَ ۥهُ فَقَ ۡد َّ ص
ُ ٱَّللَ َو َر ِ ۡأَمۡ ِر ِه ِۡۗم َو َمن يَع
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan
(yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata (QS. Al Ahzab : 36)
يق ِم ۡن ُهم ِم ۢن َبعۡ ِد َٰذَ ِل ۚ َك َو َما أ ُ ْو َٰلَئِ َك ٞ طعۡ نَا ث ُ َّم يَت َ َولَّ َٰى فَ ِرَ َ سو ِل َوأ
ُ ٱلر َّ َو َيقُولُونَ َءا َمنَّا ِب
َّ ٱَّللِ َو ِب
٤٨ َيق ِم ۡن ُهم ُّمعۡ ِرضُون ٞ سو ِلِۦه ِليَ ۡح ُك َم بَ ۡينَ ُه ۡم ِإذَا فَ ِر َّ عواْ ِإلَى
ُ ٱَّللِ َو َر ُ ُ َو ِإذَا د٤٧ َِب ۡٱل ُم ۡؤ ِمنِين
Dan mereka berkata: "Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami mentaati
(keduanya)". Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu
bukanlah orang-orang yang beriman . Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya,
agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak
untuk datang (QS.An Nur : 47-48) [15[15]]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada zaman Nabi SAW. Islam masuk ke India melalui perdagangan di kota-kota pesisir
pantai barat dan selatan. Pada waktu itu kondisi sosial dan politik India sedang rapuh dengan
terjadinya penindasan kaum kasta Brahmana terhadap kasta yang lebih rendah dan orang-orang
Budha juga terjadinya perebutan kekuasaan di antara raja-raja Hindu. Hubungan politik antara
Arab dan India sedang rapuh. Dalam kondisi demikian pasukan Islam di bawah pimpinan
Muhammad bin Qasim datang membawa harapan bagi keselamatan orang-orang yang tertindas.
Sejak saat itu agama Islam tersiar di India baik melalui jalur laut dan jalur darat. Pergerakan
pasukan Islam ke India terus berlangsung sampai terbentuknya Kerajaan Islam.
Islam telah mewariskan dan memberi pengayaan terhadap khazanah kebudayaan India. Dimana
keberadaan kerajaan ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak
benua India yang hampir tenggelam
Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang
nyaris tenggelam, kembali muncul.
Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal telah memberi inspirasi bagi perkembangan peradaban
dunia baik politik, ekonomi, budaya dan sebagainya. Misalnya, politik toleransi (sulakhul),
system pengelolaan pajak, seni arsitektur dan sebagainya.
Kerajaan Mughal telah berhasil membentuk sebuah kosmopolitan Islam-India daripada
membentuk sebuah kultur Muslim secara eksklusif.
Kemunduran suatu peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol dari elit penguasa, dukungan
rakyat dan kuatnya sistem keamanan. Karena itu masuknya kekuatan asing dengan bentuk
apapun perlu diwaspadai.
DAFTAR PUSTAKA
Badri, Yatim. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
H.A Wahid Sy. 2009. Sejarah Kebudayaan Islam MA kelas XII. Bandung: CV Armico.
http://h5hclimacus.blogspot.com/2011/04/asal-usul-kerajaan-mughal.html
http://www.google.com/sejarah-kerajaan-mughal-di-india/
http://yukkitablogging.blogspot.com/2013/11/kekhilafahan-menurut-abul-ala-al-maududi.html
Mubarak, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Suntiah, Ratu dan Maslani. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV.Insan Mandiri.
Supriadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia Bandung.
A. ASAL-USUL KERAJAAN MUGHAL
1. Sejarah Munculnya Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak
perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada
sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India.
Agama Islam masuk ke India diperkirakan abad ke-7 M. melalui perdagangan. Dalam
keterangan sejarah tahun 871 telah ada oran Arab yang menetap disana (India). Hal ini
menunjukkan suatu indikasi bahwa sebelum kerajaan Mughal berdiri, masyarakat India sudah
mengenal Islam. Realita ini dapat dilihat di kota Delhi adanya sebuah bangunan masjid yang
dibangun oleh Qutubuddin Aybak pada tahun1193 M. Sedangkan kerajaan Mugal berdirinya
pada tahun 1526. Jadi kerajaan Mugal ini sebagai penerus Islam sebelumnya di India. Pada masa
khullafaurrasyidin, memang sudah ada niat penyebaran Islam ke India, hal ini diketahui pada
masa khalifah Umar bin Khatab dan Usman sudah pernah mengirim ekspedisi ke sana, tetapi
rencana ini gagal karena mendengar rawannyan daerah India. Kemudian pada masa Ali bin Abi
Thalib juga pernah mengirim suatu ekspedisi di bawah pimpinan Al-Harits bin Murah Al-Abdi
untuk menyerbu India dan berhasil menaklukkanya, malangnya sang pemimpin terbunuh pada
tahun 42 H disuatu daerah Al-Daidin yang terletak antara Sind dan Khurasan.16[2]
India menjadi wilayah Islam pada masa Umayyah yakni pada masa Khalifah al-Walid.
Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh pasukan Umayyah yang dipimpin oleh panglima
Muhammad Ibn Qasim. Kemudian pasukan Ghaznawiyah di bawah pimpinan Sultan Mahmud
mengembangkan kedudukan Islam di wilayah ini dengan berhasil menaklukkan seluruh
kekuasaan Hindu dan mengadakan pengislaman sebagian masyarakat India pada tahun 1020 M.
setelah Ghaznawi hancur, muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India sperti
dinasti Khalji (1296-1316 M), dinasti Tuglag (1320-1412 M), dinasti Sayyid (1414-1451 M),
dinasti Lodi (1451-1526).17[3] Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahiruddin Babur, seorang
keturunan Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza adalah penguasa Farghana, sedang
ibunya keturunan Jengis Khan. Sepeninggal ayahnya, Babur yang berusia 11 tahun mewarisi
tahta kekuasaan wilayah Farghana. Ia bercita-cita menguasai Samarkand yang merupakan kota
terpenting di Asia Tengah pada saat itu. Pertama kali ia mengalami kekalahan untuk
mewujudkan cita-citanya. Kemudian berkat bantuan Ismail I, raja Safawi, sehingga pada tahun
1494 Babur berhasil menaklukkan kota Samarkand dan pada tahun 1504 menaklukkan Kabul,
ibukota Afganistan. Dari Kabul,
Babur melanjutkan ekspansi ke India yang saat itu diperintah oleh Ibrahim Lodi. Ketika
itu pemerintahan dinasti Lodi sedang mengalami krisis dan mulai melemah pertahanannya
sehingga Babur dengan mudah berhasil mengalahkannya. Dalam upaya menguasai wilayah
India, Babur berhasil menaklukkan Punjab tahun 1525. Kemudian pada tahun 1526 dalam
pertempuran di Panipat, Babur memperoleh kemenangan sehingga pasukannya memasuki kota
Delhi untuk menegakkan pemerintahan di kota ini. Dengan ditegakkannya pemerintahan Babur
di kota Delhi, maka berdirilah kerajaan Mughal di India pada tahun 1526. Sudah tentu pihak
musuh terutama dari kalangan Hindu yang tidak menyetujui berdirinya kerajaan Mughal segera
menysun kekuatan gabungan. Namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu
pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang pemerintahan
Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi. Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat
menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529. Setahun kemudian Babur meninggal dunia.
Sepeninggalan Babur, tahta kerajaan Mughal diteruskan oleh Humayun yang ternyata
tetap saja menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur Syah,
penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Tahun 1450 Humayun mengalami
kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri
ke Persia. Di pengasingan ini ia menyusun kekuatannya. Ketika itu Persia dipimpin oleh
penguasa Safawiyyah yang bernama Tahmasp. Setelah 15 tahun menyusun kekuatan dalam
pengasingan di Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di delhi pada
tahun 1555. Ia mengalahkan kekuasaan Khan Syah. Setahun kemudian ia meninggal dunia.
2. Raja-raja Mughal
Selama masa pemerintahannya Kerajaan Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja.
Raja-raja yang sempat memerintah adalah Zahiruddin Babur (1526-1530), Humayun (1530-
1556), Akbar (1556-1605), Jahangir (1605-1627), Shah Jahan (1627-1658), Aurangzeb (1658-
1707), Bahadur Syah (1707-1712), Jehandar (1712-1713), Fahrukhsiyar (1713-1719),
Muhammad Syah (1719-1748), Ahmad Syah (1748-1754), Alamghir II (1754-1760), Syah Alam
(1760¬-1806), Akbar II (1806-1837 M), dan Bahadur Syah (1837-1858).18[4]
Zahiruddin Babur (1526-1530) adalah raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal.
Masa kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal
kepemimpinannya, Babur masih menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya dari
kalangan Hindu yang tidak menyukai berdirinya Kerajaan Mughal. Orang-orang Hindu ini
segera menyusun kekuatan gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu
pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang pemerintahan
Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi. Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat
menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529. Setahun kemudian yakni pada tahun 1530 Babur
meninggal dunia.
Sepeninggal Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bemama
Humayun. Humayun memerintah selama lebih dari seperempat abad (1530-1556 M).
Pemerintahan Humayun dapat dikatakan sebagai masa konsolidasi kekuatan periode I. Sekalipun
Babur berhasil mengamankan Mughal dari serangan musuh, Humayun masih saja menghadapi
banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat
yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan
dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia.
Di pengasingan ia kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh
penguasa Safawiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun kekuatannya
dalam pengasingan di Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di
Delhi pada tahun 1555 M. Ia mengalahkan kekuatan Khan Syah. Setahun kemudian, yakni pada
tahun 1556 Humayun meninggal. Ia digantikan oleh putranya Akbar.
Akbar (1556-1605) pengganti Humayun adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa
pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti
Islam yang besar di India.
Ketika menerima tahta kerajaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan
pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi'ah. Di awal masa
pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang
masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang paling mengancam kekuasaan Akbar adalah
pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan
pemberontak berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan
tersebut sehingga terjadilah peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M.
Himu dapat dikalahkan dan ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan
Gwalior dapat dikuasai penuh.
Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai
pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi'ah. Bairam Khan
memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan-
persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil
menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir,
Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu
diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan
besar.19[5] Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota
Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal. Menurut Abu
Su'ud, dengan keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan Negara bangsa (nasional).
Maka kebijakan yang dijalankannya tidak begitu menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana
mempersatukan berbagai etnis yang membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar mengawali
masa kemajuan Mughal di India.
Kepemimpinan Akbar dilanjutkan oleh Jihangir (1605-1627) yang didukung oleh
kekuatan militer yang besar. Semua kekuatan musuh dan gerakan pemberontakan berhasil
dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup dengan aman dan damai. Pada masa
kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan Bengala (1612 M), Mewar (1614 M)
Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia lakukan mempertegas
kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.
Syah Jihan (1628-1658) tampil meggantikan Jihangir. Bibit-bibit disintegrasi mulai
tumbih pada pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi Mughal.
Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun pertama masa
pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak dan mengacau keamanan,
namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela kemudian diusir. Pemberontakan yang
paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi
bagian Selatan. Pemberontakan ini cukup menyulitkan. Namun pada tahun 1631 pemberontakan
inipun dipatahkan dan Khan Jahan dihukum mati.
Pada masa ini para pemukim Portugis di Hughli Bengala mulai berulah. Di samping
mengganggu keamanan dan toleransi hidup beragama, mereka menculik anak-anak untuk
dibaptis masuk agama Kristen. Tahun 1632 Shah Jahan berhasil mengusir para pemukim
Portugis dan mencabut hak-hak istimewa mereka. Shah Jehan meninggal dunia pada 1657,
setelah menderita sakit keras. Setelah kematiannya terjadi perang saudara. Perang saudara
tersebut pada akhirnya menghantar Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya.
2. Bidang Ekonomi
BAB III
PENUTUP
1. Kerajaan Mughal berdiri pada periode pertengahan. Setelah masa pertengahan usai, muncul tiga
kerajaan besar yang dapat membangun kembali kemajuan umat Islam. Di antara kerajaan besar
tersebut adalah kerajaan Mughal. Ketiga kerajaan ini sudah dapat dikategorikan sebagai negara
adikuasa pada zaman itu. Karena kebesaran kerajaan tersebut sudah mampu menguasai
perekonomian, politik serta militer dan mampu mengembangkan kebudayaan yang monumental.
2. Era kemaha-rajaan Mughal berlangsung dari tahun 1526 M (era dinasti Babur) sampai sekitar
tahun 1707 M (dinasti Awramzib). Demikian makmur dan kayanya para maha raja ini, bisa
dikatakan bahwa antara abad ke-16 sampai abad ke-17, India mengontrol sekitar seperempat
ekonomi global. Duta besar inggris pada tahun 1616 M, sir Tomas Sir Thomas Ru, dalam
siratnya menggambarkan kekayaan raja Jahangir (1569-1627 M) begitu melimpahnya sampai-
sampai ia menyebutnya sebagai “kekayaan dunia”.
3. Kemunduran Kerajaan Mughal ditandai dengan konflik di kalangan keluarga kerajaan, yang
intinya adalah saling berebut kekuasaan. Keturunan Babur hampir semuanya memiliki watak
yang keras dan ambisius, sebagaimana nenek moyang mereka yaitu Timur Lenk yang juga
memiliki sifat demikian. Ketika Jehangir menggantikan Abbas I, mendapat tentangan dari
saudaranya, Khusraw yang juga ingin tampil sebagai penguasa Mughal. Lalu saat Syah Jihan
menggantikan Jehangir, giliran ibu tiri beliau yang menentang karena ingin anaknya yaitu
Khurram, menggantikan Jehangir. Begitu pun saat Syah Jihan mulai mendekati ajalnya, anak-
anak Syah Jihan di antaranya Aurangzeb, Dara siqah, Shujah, dan Murad Bakhs saling berebut
kekuasaan hingga menyebabkan perang saudara yang berkepanjangan.
REFERENSI
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2008 )
Dinasti Mughal biasa disebut juga dengan Mogul, adalah dinasti Islam yang menguasai sebagian
besar kawasan utara India sejak 1526-1857. Namun pada masa selanjutnya, kejayaan dinasti ini
terus menyusut dan semakin melemah hingga pertengahan abad ke-19.
Yang membuat kerajaan Mughal ini menjadi masyhur karena kemampuannya mempertahankan
pengaruh di india yang mayoritas agama hindu selama dua abad lebih.
“Di samping itu, dinasti ini juga terkenal karena keberhasilannya mempersatukan masyarakat
Hindu dan Muslim di bawah naungan satu negara India,” tulis Ensiklopedia Britannica.
Beberapa peninggalan dinasti Mughal yang terkenal adalah Taj Mahal, Taman Shalimar, dan
Masjid Agung Delhi saja. Namun sebenarnya masih banyak peninggalan lainnya dan bahkan
sebagian di antaranya bahkan masuk dalam daftar World Heritage Sites (Situs Warisan Dunia)
UNESCO.
Berikut peninggalan lain dari Dinasti Mughal Selain Taj Mahal, Taman Shalimar dan
Masjid Agung Delhi.
Letaknya di Punjab, Pakistan, Benteng ini merupakan salah satu mahakarya arsitektur Dinasti
Mughal. Didirikan pada masa pemerintahan Sultan Akbar dan memiliki panjang 426,7 meter dan
lebar 340 meter.
Dalam kompleks benteng ini terdapat juga situs-situs terkenal lainnya, antara lain Sheesh Mahal,
Gerbang Alamgiri, Paviliun Naulakha, dan Masjid Moti. Benteng Lahore ini ditetapkan sebagai
Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada 1981.
Benteng Merah merupakan kediaman sultan-sultan Mughal selama hampir 200 tahun (sampai
1857). Luas bangunan ini totalnya 103,06 hektare ini terletak di pusat Kota Delhi, India. Selain
itu Benteng Merah juga menjadi pusat kegiatan pemerintahan Mughal.
Istana Benteng Merah dibangun oleh Syah Jehan pada 1648. “Dinamai Benteng Merah karena
dinding bangunan ini dilapisi oleh batu pasir merah,” tulis laman UNESCO.
Asal Mula Kerajaan Mughal
Di kalangan masyarakat Arab, India dikenali sebagai Sind atau Hind. Sebelum
kedatangan Islam, India telah mempunyai hubungan perdagangan dengan masyarakat
Arab. Pada saat Islam hadir, hubungan perdagangan antara India dan Arab masih
diteruskan. Akhirnya India pun perlahan-lahan bersentuhan dengan agama Islam. India
yang sebelumnya berperadaban Hindu, sekarang semakin kaya dengan peradaban
yang dipengaruhi Islam. Oleh sebab itu menjadi penting untuk menulis secara ringkas
eksistensi Kerajaan Mughal di India yang identik dengan Hindu.
Babur melanjutkan ekspansi ke India yang saat itu diperintah oleh Ibrahim Lodi.
Ketika itu pemerintahan dinasti Lodi sedang mengalami krisis dan mulai melemah
pertahanannya sehingga Babur dengan mudah berhasil mengalahkannya. Dalam
upaya menguasai wilayah India, Babur berhasil menaklukkan Punjab tahun 1525.
Kemudian pada tahun 1526 dalam pertempuran di Panipat, Babur memperoleh
kemenangan sehingga pasukannya memasuki kota Delhi untuk menegakkan
pemerintahan di kota ini. Dengan ditegakkannya pemerintahan Babur di kota Delhi,
maka berdirilah kerajaan Mughal di India pada tahun 1526. Sudah tentu pihak musuh
terutama dari kalangan Hindu yang tidak menyetujui berdirinya kerajaan Mughal segera
menysun kekuatan gabungan. Namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam
suatu pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang
pemerintahan Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi. Pada pertempuran di dekat
Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529. Setahun kemudian
Babur meninggal dunia.
Masa kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan.
Awal kepemimpinannya, Babur masih menghadapi ancaman pihak-pihak musuh,
utamanya dari kalangan Hindu yang tidak menyukai berdirinya Kerajaan Mughal.
Orang-orang Hindu ini segera menyusun kekuatan gabungan, namun Babur berhasil
mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran.
Masa pemerintahan humayun diwarnai perang dan pemberontakan. Pada sembilan tahun
pertama kekuasaannya, Humayun antara lain harus menghadapi pemberontakan Bahadur
Syah dari Gujarat yang hendak memisahkan diri dari Delhi. Pemberontakan ini bisa
dipadamkan dan Bahadur melarikan diri. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan
Sher Khan, seorang penguasa dari Afghan, di Kanauj. Humayun mengalami kekalahan dan
melarikan diri ke Kandahar, dilanjutkan ke Persia.
Di Persia, Humayun diterima dan ditampung oleh Shah Tahmasp dari Dinasti Safawi.
Bahkan Sultan ini membantu Humayun untuk membangun kembali kekuatan dan
memberinya bantuan pasukan militer sebanyak 12 ribu personil. saat Humayun menyerang
Delhi pada tahun 1555 M. Serangan ini berhasil dan Humayun kembali menguasai Delhi
dan memerintah sampai satu tahun berikutnya. Pada tahun 1556, Humayun meninggal dan
tahtanya diwariskan kepada anaknya, Jalaluddin Muhammad Akbar.
Pada masa pemerintahan Humayun ini tidak terjadi perluasan wilayah Dinasi Mughal.
Bahkan, sebagaimana disampaikan sebelumnya, wilayah Dinasti ini berhasil direbut oleh
Sher Khan dari Afghanistan. Ketidakstabilan ini antara lain disebabkan oleh kerajaan yang
diwariskan Babur, usianya masih muda sehingga belum benar-benar stabil. Selain itu,
terjadi pembagian kekuasaan antara Humayun dan adik-adiknya karena Humayun dapat
wasiat dari Babur untuk memperlakukan adik-adiknya dengan kasih sayang.
Hal yang menarik diikuti adalah perubahan orientasi pemikiran dan praktek kekuasaan
Akbar yang terkait dengan agama. Pada masa awal kekuasaannya, Akbar adalah seorang
Muslim ortodoks yang takwa. Dia menunaikan shalat lima waktu dalam berjamaah, sering
melakukan adzan, dan kadangkala dia sendiri yang membersihkan masjid. Dia sangat
menghormati Makhdum-ul Mulk dan Syekh Abdul Nabi, dua orang pejabat agama di istana.
Bahkan dia menyerahkan putranya, Pangeran Salim yang kelak akan menggantikannya
dengan gelar Jahangir, kepada Syekh Abdul Nabi untuk dididik. Bukti lainnya adalah
penghormatan Akbar kepada Khwaja Muinuddin, seorang sufi besar aliran Chistiyyah yang
makamnya di Ajmer merupakan objek penghormatan masyarakat. Akbar rutin
mengunjungi makam tersebut.
Akbar kemudian membangun ibadat khana, rumah ibadah yang digunakan untuk diskusi
agama. Tapi justru dari ibadat khana inilah kekecewaan Akbar terhadap para ulama
ortodoks bermula. Akbar kerap melihat perdebatan di antara para ulama yang saling
memojokkan. Masing-masing menganggap pendapatnyalah yang paling benar. Perdebatan
ini juga melibatkan dua pejabat keagamaan istana, yaitu Makhdum-ul Mulk dan Syekh
Abdul Nabi. Keduanya kerap terlibat perdebatan keras seputar masalah-masalah agama.
Kekecewaan Akbar memuncak terutama setelah Syekh Abdul Nabi sebagai sadr-ul
sudur menjatuhkan hukuman mati kepada seorang Brahmana yang didakwa mengambil
material untuk membangun masjid dan mencaci Nabi Muhammad SAW. Akbar dan
juga sebagian besar pejabat istana mengkritik vonis tersebut dan menganggapnya terlalu
berat.
Kekuasaan Akbar dalam memutuskan hal-hal yang terkait dengan agama memang terbatas.
Kekuasaan tersebut ada di tangan sadr-ul sudur. Hal ini makin membuat Akbar gerah
sehingga dia bercerita kepada Syekh Mubarak, seorang ulama berpikiran bebas yang juga
ayah dari Abu Fazl, seorang penulis dan pejabat istana. Lalu Syekh Mubarak
menyampaikan bahwa menurut undang-undang Islam, jika ada pertikaian pendapat antara
ahli hukum, maka kepala pemerintahan berhak memilih salah satu pendapat. Lebih jauh,
Syekh Mubarak menyusun sebuah dokumen yang intinya pernyataan dukungan para ulama
kepada Akbar untuk mengambil keputusan dalam bidang agama asal demi kepentingan
bangsa dan sesuai beberapa ayat dalam Al-quran.
Dokumen ini kemudian menjadi faktor utama Akbar memproklamirkan diri sebagai Imam
Adil yang berhak memutus semua perkara termasuk soal agama. Sayangnya Akbar
melupakan dua syarat, yakni demi kepentingan bangsa dan sesuai beberapa ayat dalam Al-
quran, yang tercantum dalam dokumen tersebut. Ibadat khana kemudian tidak hanya
dihadiri oleh ulama-ulama Islam tetapi juga pemuka agama Hindu, Syikh, bahkan
misionaris Kristen dari Goa. Kebijakan Akbar menjadi sangat toleran, bahkan dalam
beberapa hal menyudutkan kaum Muslim. Akbar memberlakukan semua warga negara
sama tanpa dipandang agamanya. Jizyah atau pajak perlindungan bagi non-Muslim pun
dihapuskan. Beberapa kebijakan lain dari Akbar adalah:
Kaum ulama ortodoks bereaksi keras terhadap kebijakan Akbar, terutama terkait dengan
perkumpulan Din-i-Illahi yang dibuatnya. Beberapa pemberontakan, yakni Bihar, Benggala,
dan Kabul antara lain juga dipicu oleh hal ini. Beberapa penulis/sejarawan, seperti Badauni
dan Smith, kemudian menganggap bahwa Akbar telah keluar dari agama Islam dan
mendirikan agama baru, yakni Din-i-Illahi. Namun beberapa sejarawan menyampaikan
bahwa Akbar masih Muslim berdasarkan kesaksian dari Abu Fazl, Jahangir, dan
Monseratte, seorang misionaris Kristen yang berupaya mengkonversi Akbar. Adapun
tentang Din-i-Illahi, menurut Umar Asasuddin Sokah, hanya merupakan upaya Akbar
untuk menyatukan umat berbagai agama di wilayah kekuasaannya. Lebih jauh, Sokah
menganalogikan Din-i-Illahi seperti pancasila di negeri ini. Namun, bagi saya apa yang
dilakukan oleh Akbar ini sudah sangat jelas menyimpang dari ajaran Agama Islam yang
sebenarnya, ia telah mencampur adukan berbagai macam agama menjadi satu yang ia sebut
sebagai Din-i-Illahi. Disamping itu ia juga memerintahkan para pemimpin agama (setara
Ulama) untuk tunduk dan sujud kepadanya yang mana sekelas Rasulullah SAW pun saja
tidak pernah meminta umatnya untuk melakukan itu kepadanya. Tidak perduli seberapa
besar kekuasaannya dan seberapa dihormatinya seorang raja, apabila ia telah keluar dari
jalan Islam maka ia harus di peringatkan, apabila ia tetap mengingkarinya maka ia wajib
untuk di tinggalkan atau di perangi.