Tugas Wajib

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan Kota Padang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Barat


menjadikan kota tersebut sebagai pusat mata pencaharian yang tentunya
memiliki mobilitas tinggi. Hal tersebut menjadikan kota ini semakin padat
akan penduduk, sehingga tidak sedikit lahan yang disalahgunakan ataupun
dialihfungsikan penggunaannya.

Salah satu lahan yang dialihfungsikan yaitu trotoar. Trotoar yang


seharusnya menjadi sarana bagi pejalan kaki, nyatanya disalahgunakan
bukan sebagaimana fungsinya. Bentuk penyalahgunaan tersebut adalah
dijadikannya trotoar sebagai tempat menggelar lapak dagangan ataupun
tempat untuk parkir liar baik untuk kendaraan roda dua maupun roda
empat di sepanjang trotoar Kelurahan Jati. Penyebabnya adalah selain
karena banyaknya kendaraan yang ada di kota ini, tapi juga karena
kurangnya kesadaran oknum pedagang akan fungsi trotoar itu sendiri.

Penyalahgunaan fungsi trotoar tentunya membuat Kota Padang


menjadi tidak tertib dan tidak rapi. Oleh karenanya, harus dicari solusi
agar trotoar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Solusinya ada pada
masyarakat supaya diberikan pemahaman berupa sosialisasi mengenai
fungsi trotoar, serta pemerintah terkait agar membuat suatu kebijakan yang
tegas dengan landasan undang-undang yang kuat sehingga dapat mengurai
kemacetan dan hak trotoar bagi pejalan kaki tak lagi dirampas oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
BAB II
PEMBAHASAN

Menurut Wibowo (1988:21) mengenai defenisi trotoar adalah sebagai


berikut :
“Trotoar memiliki pengertian sebagai bagian jalan yang disediakan
untuk pejalan kaki. Umumnya ditempatkan sejajar dengan jalur lalu
lintas, dan harus terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik.
Pengertian tersebut mengatakan bahwa antara trotoar merupakan
tempat berjalan kaki yang berada bersebelahan dengan jalan raya,
keadaan trotoar dan jalan raya harus memiliki batas yang memisahkan
keduanya. Pemisah yang dibuat tersebut digunakan untuk keamanan
pejalan kaki agar pemakai jalan raya tidak memasuki wilayah trotoar
dan dapat membahayakan pejalan kaki.”

Menurut Iswanto (2006:45), mengenai pengertian trotoar adalah


sebagai berikut :

“Trotoar merupakan wadah atau ruang untuk kegiatan pejalan kaki


melakukan aktivitas dan untuk memberikan pelayanan kepada pejalan
kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan
kenyamanan bagi pejalan kaki. Trotoar juga dapat memicu interaksi
sosial antar masyarakat apabila berfungsi sebagai suatu ruang publik.”

Berdasarkan dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa trotoar


adalah bagian dari jalan yang memberikan kenyamanan, keamanan serta
ketertiban yang diperuntukkan bagi pejalan kaki.
Penyalahgunaan fungsi trotoar tentunya menghilangkan hak pejalan
kaki, tak adalagi askses berjalan yang nyaman dan aman bagi mereka. Hal
ini menjadi persoalan yang tak kunjung terselesaikan oleh pemerintahan
daerah Kota Padang. Misalkan saja trotoar yang ada disepanjang Jalan
Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Jati. Hampir seluruh bagian trotoar
beralih fungsinya, dimulai dari trotoar yang berubah fungsi sebagai tempat
menggelar lapak dagangan oleh pedagang kaki lima, ataupun menjadi
sarana perparkiran liar.
Keadaan tersebut memaksa pejalan kaki berjalan di bahu jalan
sehingga selanjutnya dapat berdampak kepada naiknya angka kemacetan
di jalan raya, tak hanya itu pejalan kaki juga harus hati-hati dan waspada
karena bukan tak mungkin dapat tertabrak kendaraan yang lalulalang
sehingga rawan akan terjadi kecelakaan.
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1995:9) mengatakan bahwa
“yang dimaksud dengan trotoar adalah jalur pejalan kaki yang terletak
pada daerah milik jalan, diberi lapisan permukaan, diberi elevasi yang
tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan
jalur lalu lintas kendaraan.”
Sejalan dengan itu, menurut Sumarwanto (2012:75), aktivitas pejalan
kaki memerlukan persyaratan sebagai berikut:
“1. Aman, yaitu mudah/ leluasa bergerak terlindung dari lalulintas
kendaraan bermotor. 2. Menyenangkan, dengan rute- rute yang
pendek dan jelas serta bebas hambatan dan keterlambatan waktu yang
diakibatkan kepadatan pejalan kaki. 3. Mudah dilakukan ke segala
arah, tanpa kesulitan dan tanpa adanya gangguan/ hambatan yang
disebabkan ruang yang sempit, permukaan lantai tidak merata dan
sebagainya. 4. Daya tarik pada tempat- tempat tertentu diberikan
elemen yang dapat menimbulkan daya tarik seperti elemen estetika,
lampu penerangan jalan, lansekap dan sebagainya.”

Dilihat dari penjelasan Sumarwanto (2012:75) berkaitan dengan


persyaratan aktivitas pejalan kaki, dapat dipastikan bahwa trotoar yang ada
disepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Jati tidak satupun
memenuhi persyaratan yang ada, sehingga menimbulkan berbagai
permasalahan. Oleh karena itu, dilakukan wawancara kepada beberapa
pejalan kaki disekitar jalan tersebut kemudian ditarik kesimpulan bahwa
seluruh pejalan kaki merasa kenyamanan dan keamanan mereka sebagai
pengguna trotoar kini tak lagi diperhatikan dan menuntut agar
pemerintahan terkait segera menuntaskan permasalahan ini.
Terkait hal tersebut, sebenarnya Pemerintahan Kota Padang (2005:3)
telah membuat peraturan daerah nomor 11 tahun 2005 Pasal 2 yang
berbunyi :
“Kecuali ada izin tertulis dari Walikota alau Pejabat yang berwenang,
setiap orang atau badan dilarang : 1. Membuat, memasang,
membongkar atau memindahkan atau merubah fasilitas jalan sehingga
tidak berfungsi sebgaimana mestinya. 2. Mencuci, memperbaiki
kendaraan baik bermotor maupun tidak bermotor secara terus menerus
dan memasang reklame di jalan atau di trotoar. 3. Memarkir
kendaraan bermotor atau tidak bermotor di jalan atau di trotoar. 4.
Memakai jalan dan atau trotoar untuk kepentingan pribadi atau
kelompok yang yang menghambat kelancaran lalu lintas 5.
Menumpuk bahan-bahan bangunan atau benda-benda lain diperinikan
jalan atau diatas trotoar.”

Namun, peraturan yang dibuat tersebut seakan hanya menjadi


peraturan saja tanpa ada tindakan tegas. Penindakan yang dilakukan
berupa pengerahan Satuan Polisi Pamong Praja ( Satpol PP ) hanya
sesekali saja, sehingga oknum pedagang dan oknum parkir liar yang telah
di tindak tak akan ragu untuk kembali menyalahgunakan fungsi trotoar.
Berkaitan dengan hal tersebut, diharapkan kepada Pemerintah Kota
Padang sebagai instansi terkait untuk lebih mempertegas peraturan yang
dibuat dan harus disertai dengan sanksi yang benar-benar di terapkan
kepada pelanggar sehingga trotoar yang sejatinya diperuntukkan bagi
pejalan kaki tak lagi disalahgunakan fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(1995). Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki Di


Kawasan Perkotaan.Departemen Pekerjaan Umum: Ditjen Cipta
Karya.
Danoe Iswanto.(2006). Pengaruh Elemen-Elemen Perlengkapan Jalur
Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki.Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Pemerintahan Kota Padang.(2005).Ketertiban Umum dan Ketentraman
Masyarakat.Padang: Sekretariat Daerah.
Sumarwanto.(2012). Pengaruh Pedagang Kaki Lima Terhadap Keserasian
dan Ruang Publik.Semarang: UNTAG.
Wibowo Gunawan.(1988).Standart Perancangan Geometrik Jalan
Perkotaan.Jakarta: Media Karya.

You might also like