The document discusses the misuse of sidewalks in Padang City, West Sumatra. Specifically:
1. Sidewalks in Padang City have been reallocated for uses other than pedestrians such as street vendors and illegal parking.
2. This misuse of sidewalks causes inconvenience for pedestrians and traffic jams. It also violates local regulations.
3. Stakeholders call for stronger enforcement of regulations to ensure sidewalks can be used safely and properly by pedestrians.
The document discusses the misuse of sidewalks in Padang City, West Sumatra. Specifically:
1. Sidewalks in Padang City have been reallocated for uses other than pedestrians such as street vendors and illegal parking.
2. This misuse of sidewalks causes inconvenience for pedestrians and traffic jams. It also violates local regulations.
3. Stakeholders call for stronger enforcement of regulations to ensure sidewalks can be used safely and properly by pedestrians.
The document discusses the misuse of sidewalks in Padang City, West Sumatra. Specifically:
1. Sidewalks in Padang City have been reallocated for uses other than pedestrians such as street vendors and illegal parking.
2. This misuse of sidewalks causes inconvenience for pedestrians and traffic jams. It also violates local regulations.
3. Stakeholders call for stronger enforcement of regulations to ensure sidewalks can be used safely and properly by pedestrians.
The document discusses the misuse of sidewalks in Padang City, West Sumatra. Specifically:
1. Sidewalks in Padang City have been reallocated for uses other than pedestrians such as street vendors and illegal parking.
2. This misuse of sidewalks causes inconvenience for pedestrians and traffic jams. It also violates local regulations.
3. Stakeholders call for stronger enforcement of regulations to ensure sidewalks can be used safely and properly by pedestrians.
Keberadaan Kota Padang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Barat
menjadikan kota tersebut sebagai pusat mata pencaharian yang tentunya memiliki mobilitas tinggi. Hal tersebut menjadikan kota ini semakin padat akan penduduk, sehingga tidak sedikit lahan yang disalahgunakan ataupun dialihfungsikan penggunaannya.
Salah satu lahan yang dialihfungsikan yaitu trotoar. Trotoar yang
seharusnya menjadi sarana bagi pejalan kaki, nyatanya disalahgunakan bukan sebagaimana fungsinya. Bentuk penyalahgunaan tersebut adalah dijadikannya trotoar sebagai tempat menggelar lapak dagangan ataupun tempat untuk parkir liar baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat di sepanjang trotoar Kelurahan Jati. Penyebabnya adalah selain karena banyaknya kendaraan yang ada di kota ini, tapi juga karena kurangnya kesadaran oknum pedagang akan fungsi trotoar itu sendiri.
Penyalahgunaan fungsi trotoar tentunya membuat Kota Padang
menjadi tidak tertib dan tidak rapi. Oleh karenanya, harus dicari solusi agar trotoar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Solusinya ada pada masyarakat supaya diberikan pemahaman berupa sosialisasi mengenai fungsi trotoar, serta pemerintah terkait agar membuat suatu kebijakan yang tegas dengan landasan undang-undang yang kuat sehingga dapat mengurai kemacetan dan hak trotoar bagi pejalan kaki tak lagi dirampas oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. BAB II PEMBAHASAN
Menurut Wibowo (1988:21) mengenai defenisi trotoar adalah sebagai
berikut : “Trotoar memiliki pengertian sebagai bagian jalan yang disediakan untuk pejalan kaki. Umumnya ditempatkan sejajar dengan jalur lalu lintas, dan harus terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik. Pengertian tersebut mengatakan bahwa antara trotoar merupakan tempat berjalan kaki yang berada bersebelahan dengan jalan raya, keadaan trotoar dan jalan raya harus memiliki batas yang memisahkan keduanya. Pemisah yang dibuat tersebut digunakan untuk keamanan pejalan kaki agar pemakai jalan raya tidak memasuki wilayah trotoar dan dapat membahayakan pejalan kaki.”
Menurut Iswanto (2006:45), mengenai pengertian trotoar adalah
sebagai berikut :
“Trotoar merupakan wadah atau ruang untuk kegiatan pejalan kaki
melakukan aktivitas dan untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pejalan kaki. Trotoar juga dapat memicu interaksi sosial antar masyarakat apabila berfungsi sebagai suatu ruang publik.”
Berdasarkan dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa trotoar
adalah bagian dari jalan yang memberikan kenyamanan, keamanan serta ketertiban yang diperuntukkan bagi pejalan kaki. Penyalahgunaan fungsi trotoar tentunya menghilangkan hak pejalan kaki, tak adalagi askses berjalan yang nyaman dan aman bagi mereka. Hal ini menjadi persoalan yang tak kunjung terselesaikan oleh pemerintahan daerah Kota Padang. Misalkan saja trotoar yang ada disepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Jati. Hampir seluruh bagian trotoar beralih fungsinya, dimulai dari trotoar yang berubah fungsi sebagai tempat menggelar lapak dagangan oleh pedagang kaki lima, ataupun menjadi sarana perparkiran liar. Keadaan tersebut memaksa pejalan kaki berjalan di bahu jalan sehingga selanjutnya dapat berdampak kepada naiknya angka kemacetan di jalan raya, tak hanya itu pejalan kaki juga harus hati-hati dan waspada karena bukan tak mungkin dapat tertabrak kendaraan yang lalulalang sehingga rawan akan terjadi kecelakaan. Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1995:9) mengatakan bahwa “yang dimaksud dengan trotoar adalah jalur pejalan kaki yang terletak pada daerah milik jalan, diberi lapisan permukaan, diberi elevasi yang tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan.” Sejalan dengan itu, menurut Sumarwanto (2012:75), aktivitas pejalan kaki memerlukan persyaratan sebagai berikut: “1. Aman, yaitu mudah/ leluasa bergerak terlindung dari lalulintas kendaraan bermotor. 2. Menyenangkan, dengan rute- rute yang pendek dan jelas serta bebas hambatan dan keterlambatan waktu yang diakibatkan kepadatan pejalan kaki. 3. Mudah dilakukan ke segala arah, tanpa kesulitan dan tanpa adanya gangguan/ hambatan yang disebabkan ruang yang sempit, permukaan lantai tidak merata dan sebagainya. 4. Daya tarik pada tempat- tempat tertentu diberikan elemen yang dapat menimbulkan daya tarik seperti elemen estetika, lampu penerangan jalan, lansekap dan sebagainya.”
Dilihat dari penjelasan Sumarwanto (2012:75) berkaitan dengan
persyaratan aktivitas pejalan kaki, dapat dipastikan bahwa trotoar yang ada disepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Jati tidak satupun memenuhi persyaratan yang ada, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan. Oleh karena itu, dilakukan wawancara kepada beberapa pejalan kaki disekitar jalan tersebut kemudian ditarik kesimpulan bahwa seluruh pejalan kaki merasa kenyamanan dan keamanan mereka sebagai pengguna trotoar kini tak lagi diperhatikan dan menuntut agar pemerintahan terkait segera menuntaskan permasalahan ini. Terkait hal tersebut, sebenarnya Pemerintahan Kota Padang (2005:3) telah membuat peraturan daerah nomor 11 tahun 2005 Pasal 2 yang berbunyi : “Kecuali ada izin tertulis dari Walikota alau Pejabat yang berwenang, setiap orang atau badan dilarang : 1. Membuat, memasang, membongkar atau memindahkan atau merubah fasilitas jalan sehingga tidak berfungsi sebgaimana mestinya. 2. Mencuci, memperbaiki kendaraan baik bermotor maupun tidak bermotor secara terus menerus dan memasang reklame di jalan atau di trotoar. 3. Memarkir kendaraan bermotor atau tidak bermotor di jalan atau di trotoar. 4. Memakai jalan dan atau trotoar untuk kepentingan pribadi atau kelompok yang yang menghambat kelancaran lalu lintas 5. Menumpuk bahan-bahan bangunan atau benda-benda lain diperinikan jalan atau diatas trotoar.”
Namun, peraturan yang dibuat tersebut seakan hanya menjadi
peraturan saja tanpa ada tindakan tegas. Penindakan yang dilakukan berupa pengerahan Satuan Polisi Pamong Praja ( Satpol PP ) hanya sesekali saja, sehingga oknum pedagang dan oknum parkir liar yang telah di tindak tak akan ragu untuk kembali menyalahgunakan fungsi trotoar. Berkaitan dengan hal tersebut, diharapkan kepada Pemerintah Kota Padang sebagai instansi terkait untuk lebih mempertegas peraturan yang dibuat dan harus disertai dengan sanksi yang benar-benar di terapkan kepada pelanggar sehingga trotoar yang sejatinya diperuntukkan bagi pejalan kaki tak lagi disalahgunakan fungsinya. DAFTAR PUSTAKA
Anonim.(1995). Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki Di
Kawasan Perkotaan.Departemen Pekerjaan Umum: Ditjen Cipta Karya. Danoe Iswanto.(2006). Pengaruh Elemen-Elemen Perlengkapan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki.Jakarta: Ghalia Indonesia. Pemerintahan Kota Padang.(2005).Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat.Padang: Sekretariat Daerah. Sumarwanto.(2012). Pengaruh Pedagang Kaki Lima Terhadap Keserasian dan Ruang Publik.Semarang: UNTAG. Wibowo Gunawan.(1988).Standart Perancangan Geometrik Jalan Perkotaan.Jakarta: Media Karya.