Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

Abstrak

Makalah ini memberikan gambaran umum mengenai beberapa pedoman dan standar
dalam toksikologi analitis, serta detail tentang pedoman dalam toksikologi forensik,
toksikologi klinis, point-of-care testing (uji di tempat), dan overlap area (kasus tumpang
tindih). Pedoman dan standar dalam analisis toksikologi forensik dipaparkan baik secara
umum maupun spesifik, misalnya pada uji penggunaan obat-obatan di tempat kerja
serta kasus mengemudi di bawah pengaruh alkohol dan obat-obatan. Untuk uji
penggunaan obat-obatan di tempat kerja, pedoman secara detail yang disertai contoh
metode yang digunakan, batas yang ditetapkan, dan proses penanganan sampel
diterapkan di Amerika Serikat, Australia, dan Eropa. Beberapa pemerintahan, di dalam
undang-undangnya, menjelaskan tentang metode dan persyaratan yang dibutuhkan
untuk tes darah dalam kasus mengemudi di bawah pengaruh alkohol. Dalam bidang
toksikologi klinis, pedoman tidak hanya fokus pada aspek-aspek analitis, namun juga
pada ketepatan waktu ketersediaan hasil. Menurut pedoman praktik dasar unit gawat
darurat yang berlaku di Amerika dan Inggris, jarak antara waktu diterimanya specimen
oleh laboratorium hingga keluarnya hasil harus 1 atau 2 jam, untuk satu set analit yang
spesifik. Pedoman untuk point-of-care testing ada yang sedang dikembangkan, ada pula
yang sudah tersedia (misalnya uji penggunaan obat-obatan di tempat kerja, analisis
napas alkohol). Dalam kasus kematian otak dan pelecehan seksual, dibutuhkan
perlakuan khusus yang lebih spesifik karena aspek unik dari analisis obat dalam situasi
ini (jenis obat yang digunakan, konsentrasi lemah). Pedoman dan standar laboratorium
telah banyak tersedia, dan setiap laboratorium boleh memilih mana yang terbaik,
tergantung dari lingkup aktivitas serta hukum dan peraturan yang berlaku.

Keywords

Pedoman – jaminan kualitas – standar – penyalahgunaan substansi – toksikologi

Pendahuluan

Ruang lingkup toksikologi analitis sangat luas, oleh karena itu terdapat berbagai macam
pedoman dan standar yang telah diterbitkan untuk bidang tersebut. Pedoman-pedoman
yang ada biasanya dibagi menurut beberapa sub bidang, yaitu toksikologi forensik, uji
penggunaan obat-obatan di tempat kerja, mengemudi di bawah pengaruh alkohol dan
obat-obatan, toksikologi klinis, uji di tempat, dan kasus-kasus tumpang tindih (kematian
otak, penyalahgunaan obat-obatan, pelecehan seksual).
Untuk tujuan akreditasi, ada pedoman dan aturan ISO dengan standar Eropa yang lebih
umum yaitu EN ISO/CEI 17025:1999, yang mendeskripsikan persyaratan umum untuk uji
dan kalibrasi laboratorium. EN ISO/CEI 15189:2003 lebih mengarah pada aktivitas
laboratorium klinis dan mendeskripsikan persyaratan tertentu untuk kualitas dan
kompetensi bagi laboratorium kedokteran. Dokumen-dokumen tersebut dapat
digunakan sebagai panduan manajemen dan persyaratan teknis, namun untuk
pertanyaan yang lebih spesifik (misalnya referensi metode, batas-batas, kompetensi
teknis, persyaratan lingkungan dan validasi tes) pedoman-pedoman berikut ini dapat
memberikan jawaban.

Toksikologi Forensik

Toksikologi forensik, adalah aplikasi toksikologi dalam bidang medis untuk membantu
penyelidikan terkait dengan kematian, keracunan. Selain itu toksikologi forensik juga
diaplikasikan pada pengujian penggunaan obat terlarang di tempat kerja, serta
pengujian untuk mengemudi di bawah pengaruh alkohol dan obat-obatan.

“Pedoman Laboratorium Toksikologi Forensik” disusun oleh para Toksikolog Forensik


dalam SOFT (Society of Forensic Toxicologist) dan AAFS (American Academy of Forensic
Sciences). Pedoman tersebut biasa digunakan dalam praktik di bidang toksikologi dan
sebanding dengan pedoman SAMHSA (Substance Abuse and Mental Health Services).

Untuk analisis khusus narkoba, dibawahi oleh pedoman dari United Nation-Division of
Narcotic Drugs. Pedoman tersebut berisi persyaratan yang dibutuhkan oleh para staf
dalam hal analisis dan penggunaan alat tes untuk pengujian pada rambut, keringat, serta
air liur. Sedangkan untuk analisis alkohol terkait dengan penyelidikan, dapat
menggunakan pedoman milik Jerman yang memiliki standarisasi bagi seluruh komunitas
Toksikolog. Lain halnya dengan Australia yang menggunakan standar pedoman mereka
sendiri untuk digunakan di tempat atau lingkungan kerja, untuk penyelidikan medis dan
juga untuk kepentingan pengadilan. Asosiasi TIAFT (The International Association of
Forensic Toxicologist) juga mengembangkan pedoman sederhana yang diperuntukkan
bagi negara berkembang. Beberapa organisasi Perancis juga mengembangkan pedoman
untuk penyelidikan medis dan klinik toksikologi.

Pengujian Obat-obatan di Lingkungan Kerja

Pengujian dalam penggunaan obat-obatan yang terjadi di lapangan sangat penting, di


mana pengujian ini tidak hanya harus dilakukan di lingkungan kerja, tetapi juga di
sekolah, militer, dan penjara. Pedoman tentang pengujian penggunaan obat-obatan di
lingkungan kerja, biasanya terdiri dari enam hal yaitu: (1) Koleksi spesimen atau sampel;
(2) Organisasi laboratorium, seperti prosedur manual, pelatihan dan lain-lain; (3)
Prosedur analisis laboratorium seperti sampel bukti, proses, skrining, konfirmasi,
standarisasi, dan lain-lain; (4) kontrolisasi kualitas; (5) Hasil dari pengujian obat-obatan;
dan (6) Hasil interpretasi. Sampel utama yang biasa digunakan untuk pengujian adalah
urin, karena urin dianggap paling mudah untuk didapatkan, sedangkan rambut dan air
liur hanya digunakan untuk keadaan tertentu saja. Kegunaan dari enam dokumen
tersebut adalah untuk menjelaskan proses pengujian di lingkungan kerja secara jelas,
dan memastikan seluruh proses pengujian di bawah pengawasan hukum. Selain itu
seluruh proses tersebut dilakukan guna menjaga keselamatan dari pendonor dan juga
kualitas hasil pengujian itu sendiri.

Panduan yang paling penting untuk diaplikasikan atau digunakan pada tiap pengujian
adalah pedoman yang dibuat oleh SAMHSA (Substance Abuse and Mental Health
Services), EWDTS (European Workplace Drug testing Society), The Joint Technical
Committee (Australian/New Zealand Standard), AGSA (the Swiss Working Group for
Drugs of Abuse Testing Guidelines), dan UK. Pedoman EWDTS baru-baru ini juga telah
diterima dan digunakan oleh masyarakat Eropa (EA). Sedangkan untuk mendeteksi
penggunaan obat-obatan terlarang bagi para atlet, WADA (World Anti-Doping Agency)
telah mengembangkan pedoman baru untuk pengujian di laboratorium mereka.

Pengambilan sampel pengujian, pedoman juga menekankan langkah-langkah apa yang


harus dilakukan untuk mencegah pemalsuan dokumen dan juga untuk memastikan
bahwa prosedur yang benar tetap berjalan. Prosedur tersebut termasuk seluruh langkah
yang dilakukan ketika pengujian sampel dilakukan, kemudian penyimpanan sampel,
sampai dengan pembuangan.

Di laboratorium untuk membuktikan bahwa sampel yang diterima benar-benar urin,


harus dilakukan pengujian yang valid. Pengujian tersebut dilakukan dengan cara uji
laboratorium, kemudian dilakukan skrining dan akan diperoleh apakah sampel tersebut
positif urin atau bukan. Untuk setiap prosedur pengujian yang dilakukan, dapat berupa
hasil yang berbeda.

Alkohol, Obat-obatan dan Mengemudi

Beberapa negara, contohnya Portugal, menerbitkan kriteria khusus dalam undang-


undangnya untuk menyelaraskan hasil uji kuantitatif kandungan alkohol dalam darah.
Mereka menjelaskan secara detail perbedaan proses-proses pengumpulan dan
pengiriman sampel, persyaratan kualitas dan aturan uji ilmiah. Bahkan prosedur kalibrasi
dijelaskan secara terperinci. Point-of-care-testing (POCT) menjadi semakin penting
sehingga diperlukan panduan khusus.

Toksikologi Klinis
Dalam lingkup toksikologi klinis, kecepatan dalam memperoleh hasil merupakan
persoalan penting. Interval waktu yang singkat sangat diperlukan untuk memberikan
perawatan yang optimal bagi pasien. Oleh karena itu, penggunaan prosedur chain-of-
custody (dokumentasi perpindahan bukti fisik) tidak sesuai dalam kondisi ini. Pedoman
yang paling penting diterbitkan oleh orang Amerika “National Academy of Clinical
Biochemistry” (NACB) dan orang Inggris “Association of Clinical Biochemists. Kedua
organisasi menyatakan bahwa setiap laboratorium klinis harus mampu memberikan
pelayanan rutin di unit Gawat Darurat 24 jam sehari. Termasuk juga beberapa uji
screening rutin (penghitungan lengkap darah, natrium, kalium, urea darah, kreatinin,
glukosa, kalsium, albumin, magnesium, rasio normalisasi internasional (INR), fungsi hati,
jarak anion, osmolalitas plasma dan jarak osmolar, gas dalam darah, kreatin kinase) dan
beberapa uji toksikologi (asetaminofen, litium, salisilat, co-oximetry, teofilin, asam
valporic, carbamazepin, digoxin, fenobarbital, besi, penyaluran, etil alkohol, metil
alkohol, etilen glikol).

Uji toksikologi dapat dibagi dalam dua grup: uji tingkat pertama harus tersedia selama
24 jam dengan TAT kurang dari 2 atau 1 jam (ACB dan NACB, secara berurutan), dan
tingkat uji yang kedua sangat jarang atau memerlukan personil dan alat khusus.

Kelompok uji yang kedua ini hanya dibutuhkan jika pasien tetap mabuk atau koma, jika
kondisinya tidak dapat dijelaskan oleh uji tingkat pertama atau jika screening
spektrumnya besar maka diperlukan untuk menemukan zat-zat secara klinis. Konsultasi
sangat diperlukan antara laboraturium dan unit penyedia layanan perawatan intensif
untuk menentukan menu uji yang diperlukan, juga memperhitungkan pola keracunan
lokal (contohnya; sangat rendah insiden paraquat di AS dan keracunan metanol atau
etilen glikol di UK, secara berurutan).

Dalam pedoman juga disebutkan rekomendasi untuk mengadaptasi kandungan logam


digunakan pada suatu kebutuhan tertentu dan digunakan dalam toksikologi klinis.
Pembaruan diperlukan pada kandungan logam benzodiazepin juga untuk menditeksi
penggunaan obat-obat terbaru sedangkan candu dan uji kandungan logam amphetamin
harus diperluas untuk mendeteksi semua bahan opium dan amina simpathicomimetik,
yang masing-masing penting dalam toksikologi klinis.

Disebutkan bahwa rekomendasi menghilangkan screening kandungan logam pada uji


narkoba di tempat kerja (yang telah menjadi standar untuk kebanyakan iklan
immunoassay) tidak dibutuhkan sesuai pada toksikologi klinis. Masyarakat Perancis
mengembangkan sebuah dokumen yang berguna menggambarkan hubungan antara
gejala-gejala dan hasil, memberikan daftar merekomendasikan toksikologi dan
permintaan analisis dan peluang, dan mengenalkan konsep memperoleh sampel-sampel
yang tidak segera dianalisis tetapi hanya keadaan tertentu seperti ketika diagnosis
tertentu yang dibutuhkan, untuk analisis toksikokinetik dan dalam kasus residivisme
(pengulangan).
Point-of-care Testing (Uji di Tempat)

POCT dilaksanakan dengan menggunakan perangkat-perangkat non-instrumen dengan


hasil yang dapat dilihat secara langsung dengan kasat mata serta perangkat pengujian
semi-otomatis atau otomatis dengan hasil yang ditetapkan oleh mesin. Prinsip yang
digunakan biasanya sama dengan tes skrining awal competitive binding assays yang
dilakukan di laboratorium. The NACB juga menyiapkan pedoman untuk penggunaan
POCT dalam obat dan etanol testing. Sebuah draf telah diusulkan dan tersedia secara
online. Isu seperti matriks mungkin berbeda dan tempat POCT dibahas. SAMHSA
pedoman juga mengusulkan tersedia untuk penggunaan perangkat POCT, terutama
pada pengujian obat di tempat kerja. Hanya perangkat POCT yang memperoleh
persetujuan dari organisasi ini dapat digunakan sesuai dengan pedoman mereka.
Pengalaman yang paling rutin berlaku mengacu pada tes urin dan spesimen cairan oral.
Juga untuk analsis alkohol di tempat, beberapa pedoman telah diusulkan. Karena
penrangkat-perangkat tersebut digunakan di luar laboratorium, kita harus waspada
terhadap kemungkinan adanya interferensi. Lingkungan terbuka lebih sulit dikontrol
dibandingkan dengan laboratorium indoor, sehingga temperatur dan kelembapan dapat
mengganggu tes ini dan pedoman pelaksanaan tes harus sangat dipatuhi. Hal-hal inilah
yang akan dihadapi ketika mengevaluasi sistem semacam ini.

Kasus Overlap

Kematian Otak

Untuk menentukan kematian otak, sebagian besar rekomendasi tidak menyebutkan


secara spesifik konsentrasi substansi yang seperti apa yang dapat menyebabkan
kematian otak. Kebanyakan obat anti depresan tidak memiliki hubungan efek
konsentrasi untuk mengevaluasi pengaruh pengobatan tertentu. German Society for
Toxicological Forensik Chemistry (GTFCh) merekomendasikan batasan yang lebih rendah
untuk mengukur rentang substansi aktif. Tuntutan pada analisi pada situasi ini hanya
dapat digunakan untuk memvalidasi dan mengontrol kualitas teknik chromatografi yang
sangat spesifik seperti LC-MS(MS) atau GC-MS.

Penyalahgunaan Obat-obatan

Persyaratan khusus untuk teknik kinerja tes obat-obatan kadang termasuk dalam
pedoman khusus yang menyangkut uji obat-obatan di tempat kerja. Clinical Laboratory
Standards Institute (CLSI) telah mengembangkan pedoman tentang tes urin untuk
narkoba, analisis tes darah yang mengandung alcohol, dan obat-obatan di cairan
biologis.

Pelecehan Seksual

Investigasi toksikologi dalam kasus perkosaan yang menggunakan obat-obatan memiliki


beberapa aspek yang unik dan sulit. Pertama, ada berbagai macam jenis obat-obatan
yang mungkin digunakan. Biasanya, korban baru mencari pertolongan medis setelah
lama menenggak obat dari pelaku. Ini berarti laboratorium toksikologi forensik harus
mengembangkan dan memvalidasi prosedur analisis yang dapat mendeteksi dan
mengidentifikasi obat-obatan yang diberikan untuk modus perkosaan dengan
konsentrasi yang sangat rendah. Secara umum, metode yang lebih spesifik dan sensitive
harus digunakan untuk menggantikan immunoassays. Spesimen yang biasanya
digunakan adalah urin dan darah, namun penelitian terhadap analisis hasil tes rambut
dan keringat juga sebaiknya dilakukan, terutama untuk penggunaan pada setelan single-
use.Societe Francaise de Biologie Clinique (SFTA) mengembangkan sebuah dokumen
konsensus untuk topik ini.

Kesimpulan

Seperti yang telah dibahas dalam makalah ini, ada banyak pedoman dan standar yang
diterbitkan oleh berbagai organisasi yang berbeda. Dokumen-dokumen tersebut dapat
diterbitkan oleh lembaga pemerintah atau direkomendasikan oleh asosiasi professional
atau organisasi ilmiah. Laboratorium bebas memilih pedoman dan standar yang dirasa
dapat diaplikasikan sesuai dengan bidang aktivitas, hukum dan undang-undang yang
berlaku. Setiap pedoman harus selalu dikembangkan dan disempurnakan secara teratur
seiring dengan kemajuan teknologi dan penemuan obat-obatan terbaru.
MAKALAH

BERBAGAI PEDOMAN DAN STANDAR LABORATORIUM DALAM


TOKSIKOLOGI FORENSIK DAN TOKSIKOLOGI KLINIS

DISUSUN OLEH :

1. DESI BESTIANA 091414653002


2. BASMA R. P. 091414653004

3. RIZKY SUGIANTO P. 091414653006

4. AZMI WIJAYATI 091414653008

5. HANS EDWARD 091414653015

FAKULTAS ILMU FORENSIK


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014

You might also like