Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi manusia dan
makhluk hidup lainnya. Tidak semua daerah mempunyai sumber daya air yang
baik. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dimanfaatkan
dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Dalam pengamatan dan
pelestarian sumber daya air harus terus diperhatikan segenap pengguna air termasuk
juga oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sehingga
pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan dengan cara yang
bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan generasi
mendatang.
Banyaknya penggunaan air menyebabkan masalah utama terhadap kuantitas
air tersebut. Dalam artian kuantitas air yang dapat digunakan atau dibutuhkan.
Sebagian besar dari kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan memanfaatkan air
tanah maupun air permukaan. Hal tersebut didukung oleh kuantitas air tanah yang
masih banyak. Akan tetapi air tanah umumnya menuntut pengolahan yang relatif
lebih lengkap, hal tersebut karena air tanah lebih mudah tercemar. Karena
pentingnya kebutuhan akan air bersih, maka agar didapat kualitas yang sesuai
dengan baku mutu air minum, perlu dilakukan pengolahan.
Instalasi pengolahan air tanah dengan metoda reverse osmosis merupakan
salah satu jawaban yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut, air tanah dapat
dijadikan air minum dengan metoda reverse osmosis, dimana pengolahannya terdiri
dari sistem pengolahan pendahuluan, membran reverse osmosis dan pengolahan
akhir, selanjutnya air tanah yang masuk ke sistem tersebut akan tersaring zat
pengotor dan ion-ion air sehingga air tanah dapat menjadi air minum.
Tekanan mempengaruhi laju alir bahan pelarut yang melalui membran itu.
Laju alir meningkat dengan terus meningkatnya tekanan, dan mutu air olahan
(permeate) juga semakin meningkat. Tekanan memegang peranan penting bagi laju

1
permeate yang terjadi pada proses membran. Semakin tinggi tekanan suatu
membran, maka semakin besar pula fluks yang dihasilkan permeate (Nassa dan
Dewi, 2004).
Mesin air minum Reverse Osmosis merupakan mesin pengolah air langsung
minum yang dapat menyaring semua zat kimia pencemar beracun dan mikrobiologi
pada air tanah secara tuntas, kenapa bisa demkian karena membran Reverse
Osmosis memiliki tingkat penyaringan tingkat tertinggi dengan menggunakan
membran filter yang memiliki pori-pori 0,0001 mikron ibarat 1 batang rambut
dibagi sepersejuta bagian, jadi kecil sekali dan mikrobiologi tidak akan masuk
dikarenakan besaran bakteri hanya 0,2 mikron sehingga tidak bisa tembus ke
permukaaan membran Reverse Osmosis, termasuk juga zat pencemar lainnya akan
dibuang dengan tekanan air yang kuat dari booster pump, sehingga air yang ita
minum terbebas dari berbagai macam pencemar serta tidak mengandung penyakit.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan dibahas adalah :
1. Bagaimanakah pengaruh perbedaan tekanan pada reverse osmosis terhadap
kinerja membrane ?
2. Bagaimanakah kualitas air sumur yang diolah menggunakan membrane
reverse osmosis ?
3. Bagaimanakah pengaruh variasi tekanan terhadap kualitas air yang
dihasilkan ?

1.3 Batasan Masalah


Agar penelitian dapat berjalan sesuai dengan keinginan sehingga tidak
terjadi penyimpangan, maka masalah yang ada akan dibatasi pada :
1. Penelitian dilakukan dalam skala percontohan.
2. Air baku yang digunakan merupakan air tanah (sumur) dari perumahan yang
terletak di Banjarbaru.
3. Penelitian ini menggunakan variasi tekanan
4. Parameter yang diukur adalah fluks, pH, dan TDS

2
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh perbedaan tekanan pada reverse osmosis terhadap
kinerja membrane.
2. Mengetahui kualitas air sumur yang diolah menggunakan membran reverse
osmosis.
3. Mengetahui pengaruh perbedaan tekanan pada reverse osmosis terhadap
kualitas air yang dihasilkan.

1.5 Manfaat penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung
maupun tidak langsung bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah
satu pertimbangan dalam pengkajian lebih lanjut mengenai air buangan
yang digunakan kembali pada membran reverse osmosis.
2. Bagi peneliti sendiri, dapat digunakan sebagai pembelajaran serta sebagai
bahan kajian ilmiah dalam menyampaikan telaahan yang berhubungan
dengan membran reverse osmosis.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Standar Air Minum


Air secara kimiawi merupakan senyawa polar (H2O), yang mempunyai
sifat-sifat tertentu, seperti bersifat pelarut, dapat berikatan hidrogen dengan
senyawa organik dan sifat-sifat lain dalam mekanisme reaksi tubuh. Air untuk
keperluan minum tidak sama persis dengan pengertian air secara kimiawi, karena
air minum merupakan air (kimiawi) yang mengandung unsur-unsur tertentu
(termasuk mineral) yang diperlukan tubuh.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 Tentang
Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, Air minum adalah air yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi
persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi atau bakteriologi, dan radiologi.
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan
penyakit.Banyaknya air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air dalam
kegiatan sehari-hari misalnya mandi, mencuci, memasak, menyiram tanaman dan
lain sebagainya. Sumber air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari secara umum
harus memenuhi standar kuantitas dan kualitas.
Menurut Permenkes No.492/2010: "Air Minum aman bagi kesehatan
apabila memenuhi persyaratan Fisika, Mikrobiologis, Kimiawi dan Radioaktif yang
dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan "Parameter Wajib yang
dimaksud adalah merupakan persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan
ditaati oleh seluruh penyelenggara air minum. Secara Umum Persyaratan yang
harus dimiliki air minum ada 4: persyaratan Fisika, Mikrobiologis, Kimiawi dan
Radioaktif. Persyaratan Fisika: Air minum tidak boleh berbau, tidak berasa, TDS
(Total Zat Padat Yang terlarut)
500 mg/l, berwarna maksimal 15 TCU dan Suhu Udara 3oC. Persyaratan Kimia:
berkaitan dengan zat kimia yang terlarut dalam air dan tercantum dalam Undang-

4
undang berapa jumlah maksimalnya. Persyaratan Mikrobiologi: Air minum tidak
boleh mengandung dalam 100 ml sampel E.Coli dan Total Bakteri Koliform.
Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya
menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA
Tahun 2000/2001, dapat dibedakan ke dalam 5 kategori sebagai berikut:
1. Air bersih kelas A ketegori baik mengandung Total koliform kurang dari 50
2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung koliform 51 – 100
3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung koliform 101 – 1000
4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung koliform 1001 – 2400
5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung koliform lebih
2400.

Dibawah ini adalah tabel persyaratan kualitas air minum menurut Permenkes
No.492/2010.
Tabel 2.1 Persyaratan Kualitas Air Minum
No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum
yang diperbolehkan

1. Parameter yang berhubungan


langsung dengan kesehatan

B. Parameter mikrobiologi

1) E. Coli Jumlah per 100 0


ml sampel

2) Total bakteri koliform Jumlah per 100 0


ml sampel

A. Kimia an-organik

1) Arsen Mg/l 0.01

2) Fluorida Mg/l 1.5

3)Total kromium Mg/l 0.05

4) Kadmium Mg/l 0.003

5
5) Nitrit ( sebagai NO2) Mg/l 3

6) Nitrat (sebagai NO3) Mg/l 50

7) Sianida Mg/l 0.07

8) Selenium Mg/l 0.01

2. Parameter yang tidak langsung


berhubungan dengan kesehatan

A. Parameter Fisik

1) Bau Tidak berbau

2) Warna TCU 15

3) TDS Mg/l 500

4) Kekeruhan NTU 5

5) Rasa Tidak berasa


0
6) Suhu C Suhu udara ± 3

B. Parameter Kimiawi

1) Aluminium Mg/l 0.2

2) Besi Mg/l 0.3

3) Kesadahan Mg/l 500

4) Klorida Mg/l 250

5) Mangan Mg/l 0.4

6) pH Mg/l 6.5-8.5

7) Seng Mg/l 3

8) Sulfat Mg/l 250

9) Tembaga Mg/l 2

10) Amonia Mg/l 1.5

6
2.2 Karakteristik Air Tanah
Air tanah (Ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan
mengalami proses filtrasi secara ilmiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan
tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih
baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan.
Air berasal dari dua sumber yaitu air permukaan (surface water) dan air
tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di danau, waduk, rawa,
sungai dan badan air lain yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah sedangkan
air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah dapat berupa
air sumur dalam maupun air sumur dangkal. Air sumur dalam ialah air yang telah
merembes melalui lapisan-lapisan mineral masuk ke tanah, dimana selama
perembesan bahan-bahan organiknya tertahan, sehingga air sumur dalam dapat
diminum karena bebas dari bakteri sebaliknya air sumur dangkal tidak dapat
langsung diminum.
Karakteristik air tanah sangat berbeda dengan air permukaan, dimana
kandungan bahan-bahan terlarut dalam air tanah ditunjukkan dalam tabel dibawah
ini.
Tabel 2.2 Kandungan bahan-bahan terlarut dalam air tanah
Ion Utama atau Ion Sekunder atau Ion Minor atau
Mayor Constituents Secondary Constituents Minor Constituents
(1,0 - 1.000 mg/liter) (0,01 - 10,mg/liter) (0,0001 – 1 mg/liter)
Sodium (Natrium) Besi Arsen Lead/Timbal
Kalsium Aluminium Barium Litium
Magnesium Kalsium Bromida Mangan
Bikarbonat Karbonat Cadmium Nikel
Sulfat Nitrat Kromium Fosfat
Klorida Fluorida Kobalt Strontium
Silika Boron Copper Uranium
Selenium Iodide Zinc

Kandungan bahan terlarut (TDS : total dissolved solid) dan CO2 tergantung
dari mana air tanah itu berasal, air tanah yang berasal dari lapisan deposit pasir
memiliki kandungan CO2 tinggi dan TDS rendah tetapi yang berasal dari lapisan

7
deposit kapur kada CO2 nya rendah tetapi TDS-nya tinggi.

2.3 Pengolahan Air Minum


Secara umum proses pengolahan air terdiri tiga proses dasar yaitu proses
kimia, fisika dan biologi. Pemilihan proses sangat tergantung dari jenis pengotor
air. Proses yang dipakai dapat hanya satu jenis (kimia atau fisika atau biologi) saja,
dapat juga dua jenis atau keseluruhan proses terpakai (kimia, fisika dan biologi).
1. Proses Pertukaran Ion (Ion Exchange)
Pada umumnya sistem pertukaran ion biasanya menggunakan suatu resin
penukar ion(dapat penukar kation maupun anion).
2. Proses Adsorbsi
Adsorbsi adalah akumulasi suatu zat pada antar muka (interface) diantar dua
fase. Zat yang diserap disebut adsorbat/solute dan zat yang menyerap
disebut adsorben. Banyak zat dipakai sebagai adsorben untuk menyerap zat
pengotor dalam cairan. Adsorben yang umum dipakai secara komersial
misalnya, silica gel, alumina, molekul peeenyaring dan karbon aktif.
3. Proses Filtrasi
Filtrasi (atau penyaringan) adalah suatu proses untuk memisahkan partikel
padat/koloid dari air dengan menggunakan media yang porous. Zat padat
dalam air biasanya berasal dari pengotor air bau maupun dari akibat proses
yang menghasilkan endapan.
Pada penilitian ini saya memilih proses filtrasi menggunakan membran.
Teknologi ini banyak dipakai orang karena memiliki banyak keunggulan, seperti
salah satunya memiliki proses pemisahan yang berlangsung secara kontinyu.

2.4 Pengolahan Menggunakan Membran


Membran adalah lapisan tipis yang dapat digunakan untuk memisahkan
komponen yang berbeda berdasarkan sifat permeabilitasnya. Perbedaan sifat
permeabilitas inilah yang menunjang proses membran untuk diterapkan di hamper
seluruh bidang terutama industri kimia. Pemisahan menjadi aplikasi industri yang
utama pada teknologi membran selama 15 tahun terakhir tetapi sebenarnya studi

8
tentang pemisahan telah dimulai jauh sebelum periode itu. Penelitian tentang sifat
permeabilitas dan fenomena osmosis, pertama kali dipublikasikan oleh Abbe Nolet
seorang peneliti berkebangsaan Perancis tahun 1748.
Dengan banyak keunggulan, penggunaan membran juga mempunyai
keterbatasan yaitu terjadinya fouling atau polarisasi konsentrasi pada membran, dan
jangka hidup membran yang relatif singkat. Membran diklasifikasikan menjadi
beberapa golongan sebagai berikut :
1. Jenis membran berdasarkan bahan dasar pembuatan
2. Jenis membran berdasarkan fungsi dan tekanan
3. Jenis membran berdasarkan morfologi

2.4.1 Membran berdasarkan bahan dasar pembuatan


Berdasarkan bahan dasar pembuatannya, membran dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu:
1. Membran biologis, merupakan membran yang sangat kompleks pada
struktur dan fungsinya. Banyak dijumpai dalam sel makhluk hidup yang
terdiri atas struktur dasar dari dua lapisan lemak. Contoh : sel kulit, ginjal,
jantung, dan lain sebagainya.
2. Membran sintesis, merupakan membran buatan yang sengaja dibuat untuk
kepentingan tertentu. Membran sintesis dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
membran organik dan membran anorganik. Membran organik adalah
membran yang bahan penyusun utamanya polimer dan makromolekul
dengan bahan baku senyawa organik yang dibuat pada suhu rendah (suhu
kamar). Contoh : membran selulosa asetat, PAN, PA, dan lain sebagainya.
Membran anorganik tersusun dari senyawa anorganik Contoh : membran
keramik, membran gelas (seperti SiO2).

2.4.2 Membran berdasarkan fungsi


Berdasarkan fungsinya, membran terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
membran mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, nanofiltrasi, dan RO. Ciri-ciri khusus seperti

9
ukuran pori, tekanan, dan fungsi masing-masing membran ditunjukkan pada tabel
dibawah.
Tabel 2.3 Jenis Membran Berdasarkan Fungsi
No Jenis Membran Ukuran Pori Tekanan Fungsi
1 Mikrofiltrasi 0,05-10 μm < 2 bar Memisahkan
suspense dan
koloid
2 Ultrafiltrasi 1-100 nm 1-10 bar Memisahkan
makromolekul
3 Nanofiltrasi < 2 nm 5-25 bar Memisahkan
komponen
terlarut yang
mempunyai
berat molekul
rendah
4 Reverse Osmosis < 2 nm Air payau : 15-25 Memisahkan
bar Komponen
Air laut : 40-80 bar terlarut dengan
berat molekul
rendah

Proses filtrasi banyak dipakai di industri pada pengolahan air, baik air proses,
air utilitas, maupun air limbah. Air industri (khususnya air proses) mempunyai
spesifikasi yang tinggi karena nantinya dapat mempengaruhi produk yang
dihasilkan. Spesifikasi tersebut antara lain, rendah mineral, tidak beracun, dan
bebas dari mikroba. Air dengan spesifikasi tersebut bisa diperoleh dengan
menggunakan medium yang dapat memisahkan partikel-pertikel yang sangat kecil
ukurannya.

2.5 Proses Reverse Osmosis


Prinsip kerja Reverse Osmosis adalah berdasarkan pada peristiwa osmosis
yang terjadi di alam. Osmosis adalah peristiwa bergeraknya air dari larutan yang
mempunyai konsentrasi lebih rendah melalui membran semi permeabel ke larutan
yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi sampai tercapainya keseimbangan. Proses
RO merupakan kebalikan dari proses osmosis itu sendiri , yaitu memberikan
tekanan balik yang lebih besar daripada tekanan osmotik yang ada pada permukaan

10
cairan yang lebih kental, sehingga cairan yang lebih murni akan menembus
permukaan membran menjadi cairan yang lebih murni.
Membran RO tidak membunuh mikroorganisme melainkan hanya
membuang dan menghambatnya. Pada desain sistem mmembran RO terdapat
beberapa parameter – parameter kritis yang harus diuji secara cermat, yaitu:
kalsium, magnesium, kalium, mangan, natrium besi, sulfat, barium, khlorida,
amonia, fosfat, nitrat, stronsium, dan sebagainya. Apabila parameter- parameter
tersebut dibiarkan maka akan terjadi penyumbatan (fouling).
Proses RO minimal selalu membutuhkan dua komponen yaitu adanya
tekanan tinggi (high pressure) dan membran semi permeable. Itulah alasan
kenapa pada mesin RO modern, membran semi permeable dan pompa tekanan
tinggi (high pressure pum) menjadi komponen utama yang harus ada.
Dalam proses membran RO, terdapat beberapa faktor-faktor yang saling
berkaitan sehingga mempengaruhi pula kualitas air hasil RO. Faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Tekanan, Menurut Heitmann (1990), tekanan mempengaruhi laju alir
bahan pelarut yang melalui membran itu. Laju alir meningkat dengan
terus meningkatnya tekanan, dan mutu air olahan (permeate) juga
semakin meningkat. Tekanan memegang peranan penting bagi laja
permeate yang terjadi pada proses membran. Semakin tinggi tekanan
suatu membran, maka semakin besar pula fluks yang dihasilkan permeate
(Nassa dan Dewi, 2004).
2) Temperatur/suhu, Standar temperatur yang digunakan dari 70 0F (21 0C),
tetapi umumnya yang digunakan mulai dari 85 0F (29 0C). (Eckenfelder,
2000),
3) Kepadatan/kerapatan membran, Semakin rapat membran, maka semakin
baik air olahan yang dapat dihasilkan.
4) Flux (fluks), Gerakan air yang terus menerus. Perbandingan antara
volume air yang dihasilkan berbanding dengan luas permukaan
membraan yang dikali dengan waktu. Untuk menentukan fluks dapat
diperoleh dengan menghitung laju alir permeate per satuan luas

11
membrane. Untuk data Fluks diambil dari data volume permeat produk
selama menghasilkan air perjam kemudian dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
𝑉
𝐽=
𝐴𝑥𝑡

Dimana :

J = Fluks (L/m2 jam)

V = Volume Permeat (L)

A = Luas Permukaan Membran (m2)

t = Waktu (jam)

5) Recovery Factor, Semakin tinggi faktor perolehan maka semakin baik


konsentrasi garam pada proses pengolahan air payau yang didapat.
Umumnya factor recovery mempunyai batasan 75 – 95 %.
6) Salt Rejection (rejeksi garam-garaman), Garam rejeksi tergantung dari
tipe dan karakteristik pemilihan membran. Namun juga sangat tergantung
pada kondisi operasi, konsentrasi larutan umpan dan debit aliran. Nilai
rejeksi merupakan angka mutlak. Umumnya nilai rejeksi dari 85 – 99,5%
dengan 95% yang lebih sering digunakan.
7) Ketahanan Membran, Membran hanya dapat bertahan sebentar (akan
cepat rusak) apabila terlalu banyak komponen – komponen yang tidak
diinginkan ikut masuk di dalam air umpan, seperti bakteri, jamur, phenol,
dan bahkan nilai pH terlalu tinggi/rendah. Biasanya membran dapat
bertahan selama 2 tahun dengan perubahan pada efisiensinya.
8) pH, pH pada membran yang sering digunakan memiliki batasan operasi
antara 6 – 7,7.
9) Kekeruhan (Turbidity), RO digunakan untuk memindahkan atau
menyingkirkan kekeruhan dari air umpan (air masuk).

12
10) Pengolahan awal (Pretreatment), Pretreatment merupakan proses awal
agar membran tidak cepat rusak dan dapat tahan lebih lama. Selain itu
pretreatment juga dilakukan agar partikel – partikel yang tidak
diinginkan yang berat molekulnya lebih besar tidak ikut masuk kedalam
membran.
11) Pembersihan (Cleaning), Pembersihan pada membran tergantung dari
jenis membran yang digunakan dan proses penggunaannya.

Proses RO minimal selalu membutuhkan dua komponen yaitu adanya


tekanan tinggi (high pressure ) dan membran semi permeable. Itulah alasan
kenapa pada mesin RO modern, membran semi permeable dan pompa tekanan
tinggi (high pressure pum) menjadi komponen utama yang harus ada.
Masalah utama yang sering terjadi adalah kebuntuan pada membran. Secara
umum penyebab terjadinya kebuntuan membran dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu Scaling dan fouling. Fouling sendiri terjadi disebabkan karena adanya
beberapa zat tertentu di dalam air yang memiliki kecenderungan dapat menempel
di permukaan membran. Misalnya zat organik, zat besi, silika, dan masih banyak
lagi. Untuk mengantisipasi serta mengatasi permasalahan ini, maka aspek desain
system RO menjadi sangat penting.

13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Adapun lokasi-lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian ini
adalah
1. Sumur perumahan yang terletak di Banjarbaru sebagai lokasi pengambilan
air tanah.
2. Laboratorium Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Unlam sebagai tempat
diletakkannya alat.
3. Laboratorium Instrumentasi Fakultas MIPA Program Studi FARMASI
lokasi untuk pengujian sampel air baku dan air minum akhir yang
dihasilkan.

3.1.2 Objek Penelitian


Objek penelitian ini adalah mengetahui seberapa pengaruh variasi
tekanan terhadap ketahanan membrane reverse osmosis dengan meliat fluks
yang dihasilkan dan kualitas air tanah yang dihasilkan dari perbedaan tekanan.

3.1.3 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan skala
percontohan, yaitu untuk mengetahui pengaruh perbedaan tekanan terhadap
ketahanan membran reverse osmosis dan kualitas air yang dihasilkan dalam
pengolahan air tanah menjadi air minum.

14
3.1.4 Kerangka Penelitian
Agar memudahkan dalam proses pelaksanaan penelitian ini maka
dibuatlah kerangka diagram alir penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 3.1
sebagai berikut :

Ide Penelitian

Studi Literatur

Persiapan
Penelitian

Pembuatan Preparasi
Alat Membran RO Air Baku

Karakteristik Karakteristik
Membran Air Baku

Parameter yang ukur


- Fluks Percobaan
- pH Filtrasi Membran RO
- TDS

Analisa dan Perhitungan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian

15
3.1.5 Parameter Penelitian dan Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri atas dua, yaitu :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbedaan tekanan.
2. Variabel Terikat.
Parameter yang diteliti adalah fluks, pH, dan TDS

3.2 Bahan dan Alat Penelitian


3.2.1 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Air Tanah
2. Membran reverse osmosis
3.2.2 Alat Penelitian
1. Unit Membran dalam skala percontohan
2. Ph meter
3. TDS meter

3.3 Prosedur Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data


Prosedur penelitian dan teknik pengumpulan data ini meliputi persiapan
media, persiapan alat, pengambilan contoh air, prosedur penelitian dan tahap
pengukuran parameter uji, yang diuraikan seperti dibawah ini.
3.3.1 Persiapan Alat
Persiapan alat yang dilakukan yaitu menyusun rangkaian alat membran
RO dimana dalam penelitian ini menggunakan variasi tekanan.
3.3.2 Pengambilan Air Baku
Pengambilan air baku dilakukan dengan menggunakan pompa yang
dialirkan ke bak penampungan dan air baku yang digunakan adalah air tanah
(air sumur).

16
3.3.3 Prosedur Penelitian
a. Menganalisa tekanan yang diberikan pada Membran RO (Reverse
Osmosis).
b. Memvariasikan tekanan pada membran RO (Reverse Osmosis).
c. Menganalisa fluks
d. Menganalisa kualitas air hasil olahan dan ketahanan membran
pada membran RO (Reverse Osmosis) tersebut.

3.3.4 Proses Sampling


a. Pemeriksaan contoh air sebelum dimasukkan ke dalam alat
pengolahan air.
b. Pemeriksaan contoh air dari masing-masing outlet setiap 15 menit
sekali sejak alat mulai running selama 2 hari. Parameter yang
diukur meliputi fluks, pH dan TDS.

3.3.5 Analisis data


Perhitungan dan analisa parameter penelitian dilakukan dengan
menggunakan rumus, metoda dan alat tertentu, seperti terlihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Analisis Data

Parameter Analisa Detail

Fluks Langsung Lampiran


pH Langsung Lampiran
TDS Langsung Lampiran

17
Bak
Penampungan Air
Baku 300 liter Katup 1

Prefilter
Katup 2 Membran A

Katup 3 Katup 4
Katup 6
Air Buangan

Pompa Katup 7

Katup 5 Membran B
Katup 8

Katup 9

Air Buangan

Permeat

Gambar 3.2 Desain penelitian

18
3.4 Jadwal Kegiatan

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan

SEPT 2015 OKT 2015 NOV 2015 DES 2015


KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
PERSIAPAN (PROPOSAL TA)
Seminar Proposal Tugas Akhir

KAJIAN PUSTAKA /
PENYIAPAN
LITERATUR

INVENTARISASI DATA
Data Sekunder (awal)
Data Primer / sekunder

I. Tahap Persiapan
c. Persiapan media filter dan
membrane
d. Pembuatan alat
e. Pengambilan contoh air
f. Pengujian awal parameter contoh
air
II. Tahap Pelaksanaan
a. Percobaan dengan menggunakan
menggunakan membrane
b. Analisis data
III. Pembuatan Laporan

JADWAL KONSULTASI

SEMINAR PROGRES
Perbaikan / Revisi

SEMINAR TUGAS AKHIR


Perbaikan / Revisi Tugas Akhir

UJIAN TUGAS AKHIR


Perbaikan / Revisi Tugas Akhir

19
3.5 Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya yang diperlukan dalam penelitian ini mencakup
pembuatan alat RO, pengambilan air tanah, pengukuran sampel, dan pembuatan
laporan. Biaya yang diperlukan sekitar Rp 9.975.000,00. Biaya penelitian tersebut
secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.3 Rencana Anggaran Biaya.
Tabel 3.3 Rencana Anggaran Biaya

Jumlah
Harga
No Komponen Pembiayaan Volume Satuan Harga
Satuan (Rp)
(Rp)

I Pembuatan Alat Reverse Osmosis


1. Membran RO 2 buah 1.050.000 3.100.000

2. Catridge filter 1 buah 125.000 125.000

3. Pompa Booster RO 1 buah 4.000.000 4.000.000

4. Tendon Air 300 L 1 buah 450.000 450.000

5. Rangka 1 buah 1.000.000 1.000.000

Sub Total 8.675.000

II Pengukuran Sampel
1. TDS meter 2 buah 200.000 400.000

2. pH meter 2 buah 200.000 400.000

Sub Total 800.000

III Pembuatan Laporan

1. Pengetikan Laporan 250.000

2. Penggandaan dan 250.000


penjilidan

Sub Total 500.000

TOTAL 9.975.000

20
DAFTAR PUSTAKA

Eckenfelder, W Wesley, Jr, 2000, ”Industrial Water Pollution Control”, Third


edition, Mc Graw-Hill, Inc, New York.

Arfiantinosa, Nassa., dan Dwirianti, Dewi., 2004, “Pengaruh Trans Membrane


Pressure dan Permeabilitas Pada Rejeksi Membran Ultrafiltrasi:
Skripsi”, Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.

Maria widyasama, 2013, “Potensi Membran Mikrofiltrasi dan Ultrafiltrasi untuk


Pengolahan Limbah Cair Berminyak”, Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.

Etika Sari, Tuhu Agung, Rudi Laksomono, 2008 “Pengaruh Tekanan Reverse
Osmosis Pada Pengolahan Air Payau menjadi Air Bersih”, Jurusan
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jawa Timur

Permenkes No. 492/Menkes/PER/IV/2010, ”Persyaratan kualitas air bersih”.

Iin Wahyuni Latif, 2012, “Studi Kualitas Air Minum Isi Ulang Ditinjau Dari Proses
Ozonisasi, Ultraviolet, Dan Reversed Osmosis di Kecamatan Kota
Tengah Dan Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo”, Jurusan
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan
Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

Nusa Idaman Said, 2009, Uji Kinerja Pengolahan Air Siap Minum Dengan Proses
Biofiltrasi, Ultrafiltrasi Dan Reverse Osmosis (RO) Dengan Air Baku
Air Sungai, Pusat Teknologi Lingkungan, BPPTeknologi, Jakarta.

Eka Cahya Muliawati, 2012, ”Pembuatan Dan Karakterisasi Membran Nanofiltrasi


Untuk Pengolahan Air”, Magister Teknik Kimia Universitas
Diponegoro, Semarang.

21
Suyanta, “Pengolahan Air Sumur Untuk Bahan Baku Air Minum”

Anonim, 1985, Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater,
American Public Health Association, Washington DC.

Arnold E Greenberg, R. Rhodes Trussell, and Lenore S. Clesceri, 1985,”Standard


Methods for the Examination of Water and Waste Water”, American
Public Heath Association”, Washington DC.
Bohn, H.L., B.L. McNeal, dan G.A. O’Connor, 1985, Soil Chemistry, John Wiley
& Sons, New York.
Freedman, B., 1995, Environmental Ecology, Second Edition, Academic Press,
London.
Grim, Ralph E., 1953, Clay Mineralogi, Mc Graw Hill Book Company, NewYork.
Hans Hermann Rump, 1999, “Laboratory Manual for the Eximination of Water,
Waste Water nad Soil’, Wiley-VCH.

22

You might also like