Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

Tuberkulosis Primer pada Anak

Glorya Nathasia Ahab

102014185

Kelompok D7

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

Email : Glorya_ahab@yahoo.com

Pendahuluan

Tuberkulosis(TB) adalah penyakit yang menjangkiti lebih dari sepertiga penduduk dunia.
Pada akhir abad 20 ini di seluruh negara terdapat peningkatan jumlah kasus TB, dan 95% dari
kasus terdapat di negara berkembang.WHO memperkirakan terdapat lebih dari 8 juta kasus
baru, dan yang meninggal adalah 3 juta setiap tahun, diantaranya 1,4 uta kasus adalah terdiri
dari anak dengan 450.000 kematian. Mayoritas anak tertular TB dari pasien TB
dewasa, sehingga dalampenanggulangan TB anak, penting untuk mengerti gambaran
epidemiologi TB pada dewasa. Infeksi TB pada anak dan pasien TB anak terjadi akibat
kontak dengan orang dewasa sakit TB aktif. 1

Anamnesis

Anamnesis dapat di akukan kepada pasien, yang disebut sebagai autoanamnesis atau
dilakukan terhadap orang tua,wali orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain, disebut
sebagai aloanamnesis. Oleh karena bayi dan sebagian besar anak belum dapat memberikan
keterangan, maka dalam bidang kesehatan anak aloanamnesis menduduki tempat yang jauh
lebih penting dari autoanamnesis.2 Salah satu sistematka yang lazim dilakukan dalam
membuat anamnesis sebagai berkut. Mula-mula dipastikan identits pasien dengan lengkap,
kemudian ditanyakan keluahn utama, yang dilanjutkan dengan riwayat perjalanan penyakit

1
sekarang, yakni sejak pasien menunjukkan gejala pertama sampai saat dilakukan
anamnesis.Keluhan batuk juga sering dikemukakan orang tua pasien.2 Perilaku menjaga
kebersihan :sangat penting menanyakan perilaku higienitas pasien. Riwayat penyakit yang pernah
diderita, penyakit yang pernah diderita sebelumnya perlu diketahui, karena kadang-kadang
ada hubungannya dengan penyakit yang sekarang,atau setidak-tidaknya member informasi
untuk membantu pembuatan diagnosis dan penatalaksanaannya sekarang. Latar belakang sosial
dan pekerjaan, riwayat sosial penderita yang perludiketahui adalah keadaan ekonomi keluarga
serta lingkungannya dan juga kebiasaan-kebiasaan lain seperti peminum alkohol. Sedangkan
pekerjaan perlu diketahui karena ada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang dapat menimbulkan
cedera yang khusus atau kelainan-kelainan yang khusus pula.Pada pasien dengan masalah
saluran pernapasan, hendaknya anamnesa mengenai saluran pernapasan ditanyakan, antara
lain mengenai: Rokok, Riwayat TBC atau riwayat kontak dengan pasien TBC,Trauma dada
dll.1

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada penderita tuberkulosis secara umum:1


 Inspeksi : Karena adanya penurunan berat badan drastis dan kehilangan nafsumakan,
biasanya penderita akan mengalami anemia. Dapat dilihat dari warna mata danwajah
yang pucat. Bila mengenai pleura, dapat terjadi effusi pleura. Pada inspeksi, paruyang
sakit terlihat tertinggal dalam pernapasan.
 Perkusi : Pada daerah infeksi terdengar suara redup. Biasanya ditemukan di
bagianapeks paru ataupun dengan infeksi yang memiliki infiltrat luas. Apabila sudah
berlanjutmemiliki cavitas maka akan terdengar suara hipersonor. Pada effusi pleura
ditemukan perkusi pekak.
 Palpasi : sulit menilai dari palpasi dinding dada. Palpasi pada paru dapat di periksa
secarastatis dan dinamis, yakni : statis : memeriksa adanya nyeri tekan dan kelainan
dinding dada(massa,tumor,krepitasi), dinamis : dengan melakukan fremitus taktil,
dengan penilaian melemah, mengeras,atau normal.
 Auskultasi : Bila ada infiltrat yang luas, juga ditemukan suara nafas yang
bronkovesikuler.Selain itu terdengar suara krepitasi halus di bagian atas pada satu
atau kedua paru. Terdengar khususnya pada saat menarik nafas dalam ataupun setelah
batuk. Kemungkinan juga terdapat perkusi pekak atau pernapasan bronkial pada
bagian atas kedua paru. kadang etrdapatwheezing terlokaliasai disebabkan oleh

2
bronkitis TB atau tekanan kelenjar limfe pada bronkus. Terdengar bunyi pleural
friction rub juga. Keadaan effusi pleura pada auskultasiterdapat bunyi nafas melemah
sampai tidak terdengar.

Pemeriksaan Penunjang

A.Uji tuberkulin
Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai sifat antigenik
yang kuat. Jika disuntikkan secara intrakutan kepada seseorang yang telah terinfeksi TB,
maka akan terjadi reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan. Uji tuberkulin cara
mantoux dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml PPD RT-23 2TU secara intrakutan di
bagian volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan.
Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul. Jika tidak timbul indurasi sama sekali
hasilnya dilaporkan sebagai negatif. Secara umum hasil uji tuberkulin dengan diameter
indurasi 10 mm dinyatakan positif tanpa menghiraukan penyebabnya. 2
Hasil positif ini sebagian besar disebabkan oleh infeksi TB alamiah, tetapi masih mungkin
disebabkan oleh imunisasi BCG atau infeksi M. atipik. Pada anak balita yang telah mendapat
BCG, diameter indurasi 10-14 cm dinyatakan uji tuberkulin positif, kemungkinan besar
karena infeksi TB alamiah, tetapi masih mungkin disebabkan oleh BCG-nya, tapi bila ukuran
indurasinya 15 mm sangat mungkin karena infeksi alamiah. Apabila diameter indurasi 0-4
mm dinyatakan uji tuberkulin negatif. Diameter 5-9 cm dinyatakan positif meragukan. Pada
keadaan imunokompromais atau pada pemeriksaan foto thorak terdapat kelainan radiologis
hasil positif yang digunakan 5mm.2

B.Radiologi

Pada foto paru pasien nonimmunocompromised selalu dapat ditemukan abnormalitas,tetapi


pada 10-15% pasien penderita HIV dapat saja tidak ditemukan tanda-tanda
abnormal.Kelainan pada foto paru penderita tuberkulosis primer berbeda dengan tuberkulosis
pasca primer.2,3

Foto Rontgen Tuberkulosis Primer

Pada pasien yang menderita initial pulmonary infection, karena terinhalasi droplet yang
mengandung M.tuberculosis, terutama pada orang dewasa muda yang sebelumnya sehat,

3
pada perkembangan perjalanan penyakit sering tidak dijumpai gejala. Namun, setelah itu
akan terdapat perkembangan penyakit, terdapat manifestasi foto berupa gambaran konsolidasi
parenkim, atelektasis, limfadenopati, efusi pleura ataupun miliar. Konsolidasi parenkim
biasanya bersifat unifokal dengan melibatkan multilobar(25%). Konsolidasi dapat terjadi
pada lobus manapun(tidak ada predileksi untuk lobus yang mana), tetapi dilaporkan bahwa
lobus bawah lebih sering terkena pada orang dewasa. Pada anak-anak sering terjadi
atelektasis segmental maupun lobar. Sering terjadi pembesaran hilus atau nodus limfe
mediastinal (43 % pada dewasa dan 96% pada anak-anak). Efusi pleura dapat ditemukan pada
6-7% penderita tuberkulosis primer, biasanya bersifat unilateral, dan cairan efusinya bebas
serta tidak terperangkap. Gambaran miliar biasanya terlihat bilateral berupa nodul menyebar
dengan ukuran 1-3 mm dan simetris9walupun tidak selalu). Nodul persisten yang disebut
tuberkuloma merupakan gambaran residu penyakit yang menyembuh. Tinjauan kilas balik
menyatakan bahwa pada 7-9% penderita tuberkulosis primer ditemukan nodul yang
berukuran <3 cm di lobus atas, sering multipel dan mengalami klasifikasi.2,3

C.Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan mikroskopik
apusan langsung untuk menemukan BTA, pemeriksaan biakan kuman M. Tuberkulosis dan
pemeriksaan PCR. Pada anak pemeriksaan mikroskopik langsung sulit dilakukan karena sulit
mendapatkan sputum sehingga harus dilakukan bilas lambung. Dari hasil bilas
lambung didapatkan hanya 10 % anak yang memberikan hasil positif. Pada kultur hasil
dinyatakan positif jika terdapat minimal 10 basil per milliliter spesimen. Saat ini PCR masih
digunakan untuk keperluan penelitian dan belum digunakan untuk pemeriksaan
klinis rutin.2,3

Diagnosis Kerja

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC dilaporkan
meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di
Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka
kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan

4
terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga
setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan
masalah TBC terbesar di dunia. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun
1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis / TBC merupakan penyakit kedua penyebab
kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat.
Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita
harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit
TBC .4

Diagnosis Banding

A.Asma Bronkial

Peninggian kepekaan percabangan trakeobronkus terhadap berbagai rangsangan berakibat


kontaraksi paroksima saluran bronkus. Dikenal 2 macam jenis : (1)
ekstrinsik(alergen,diperantarai oleh reagen) dan (2) intrinsik ( idiopatik) atau dipicu oleh
berbagai faktor. Asma atopik ( alergik), jenis yang paling sering, dipicu oleh antigen
lingkungan ( debu, serbuk sari, makanan, dan lain-lain), sering di sertai oleh riwayat keluarga
yang positif atopik. Merupakan hipersensitifitas tipe 1 klasik diperantarai oleh IgE. Asma non
atopik(nonreagenik), jenis asma lain yang lazim ditemukan, sering dipicu oleh infeksi saluran
pernapasan, iritan kimia,danobat,biasanya tanpa riwayat keluarga dan denga sedikit atau
tanpa tanda hipersensivitas yang diperantarai oleh IgE. Penyebab primer peningkatan
reaktivitasi saluran udara tidak diketahui.4

Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai oleh mengi dan atau
batuk berulang dengan karakteristik : (1) timbul secara episodik, (2) cenderung pada
malam/dini hari(nokturnal),(3) bersifat musiaman,(4) timbul setelah aktivitas dan (5) terdapat
riwayat asama dan atau atopi lain pada pasien dan atau keluarganya. Eksarbasi atau serangan
asma merupakan episode perburukan gejala-gejala asma secara progresif yang umumnya
ditandai dengan distres pernapasan. Dapat timbul gejala sesak napas, batuk, mengi, dada teras
tertekan, atau berbagai kombinasi gejala tersebut.4

B.Pneumonia

Pneumonia meruakan infeksi akut parenkim paru yang melipti alveolus dan jaringan
intersisial. Demam, menggigil,takipneu,batuk, malaise,nyeri dada akibat pleuritis,retraksi,

5
dan iritabilitas kibat sesak respiratorik, sering terjadi pada bayi yang lebih tua dan anak.
Pneumonia virus lebih sering bersosiasi dengan dengan batuk, mengi, atau stridor, dan gejala
demam lebih tidak menonjol tipikal berasosiasi dengan demam tinggi,m enggigil,
batuk,dispneu, dan pada auskultasi ditemukan adanya tanda konsolidasi paru.
Pneumonia atipikal pada bayi kecil ditandai oleh gejala yang khas seperti
takipneu,batuk,ronki kering(crackles) . Pada pemeriksaan auskultasi, dan seringkali
ditemukan bersamaan dengan timbulnya konjungtiva chlamydial. Gejala klini lainnya yang
dapat ditemukan retraksi interkosta dan subkosta, dan merintih. Semua jenis pneumonia
memiliki ronki kering yang terlokalisir dan penurunan suara respiratori.4

C.Bronkitis
Infeksi saluran napas atas dapat meluas ke jalan napas bawah dan melibatkan mukosa
bronkus. Anak mengalami batuk yang mengganggu,kadang-kadang disertai produksi sputum.
Kebanyakan anak tampak sakit ringan dan kondisi ini akan menyembuh sendiri.
Bronkitis akut biasanyadisebabkan oleh infeksi virus. Mungkin didapatkan mengi yang
berespons terhadap terapi bronkodilatator, tetapi sebenarnya obat batuk sirup yang
sederhana pun cukup untuk pengobatan. Jik batuk bersifat spasmodik dengan
atau tanpa muntah atau Whooping , dan menetap selama berminggu -minggu,
diagnosis yang mungkin adalah pertusis. 4

Epidemiologi

Inhalasi basil TB melalui percikan waktu batuk atau bersin menimbulkan infeksi TB laten,
dengan tanda adanya uji Mantoux positif tanpa disertai adanya kelainan fisis dan
radiologi.Penyakit TB adalah diartikan bila pda pasien deidapatkan gejala fisis dan radiologi
yang jeas. Beban akibat TB terus meningkat karena adanya berbagai faktor, yaitu keadaan
sosial ekonomi, hunian padat dan tidak sehat, terbatasnya akses layananan
kesehatan,migrasi/urbanisasi, epidemi HIV AIDS, program pemberantas TB tidak
efisien/efektif, dan lain-lain. Penularan TB melalui udara dengan percikan partikel mukus
sebesar 1-5 nm yang mengandung M.tuberculosis. Penularan jarang terjadi secara kontak
dengan bahan sekresi atau yang terpajan basil TB, kemungkinan tertular meningkat bila
sputum bersifat tahan asam, adanya infiltrat luas atau kavitas dilobus atas paru, bayank
sputum, batuk sangat kuat, dan lingkungan kurang sirkulasi udara. Setelah mendapat
pengobatan 2 minggu kasus TB pada orang dewasa biasanya tidak lagi menularkan. Anak

6
dengan TB jarang` sekali menularkan karena jumlah basil di sekresi bronkus hanya sedikit,
dan batuk pada anak adalah jarang atau tidak kuat.5

Etiologi

Penyebabnya ialah Mycobacterium tuberculosis termasuk dalam famili Mycobacteriaceae.


Dalam famili ini termasuk juga M.bovis, M africanum, M.microti, dan M.canetti. Basil TB
mempunyai sifat tidak membentuk spora, tidak bergerak, pleomorf, gram positif, tahan asam,
berbentuk batang dengan panjang 2-4 nm. Dinding sel mengandung banyak lemak yang
bermanfaat untuk pertahanan terhadap daya bakterisida dari antibodi dan komplemen. 5

Patogenesis

Tempat kuman TB masuk ke paru-paru yaitu di albeoli/ duktus,disebut fokus primer atau
fokus Ghom, di sini basil memperbanyak diri. Banyak kuman yang dimusnahkan, dan
sebagian yang hidup masuk ke makrofag inaktif dan kelenjar getah bening di sekitat
(kompleks primer) termasuk kelenjar hilus dan kelenjar paratrakea. Proses selanjutnya adalah
terjadi nekrosis jaringan dan pembentukan simpai. Penyembuhan kompleks primer sering
terjadi dengan pembentukan jaringan fibrotik atau perkapuran. Proses dapat berlanjut dan
terjadilah pneumonitis atau pleuritis,atau terjadi proses perkejuan yang isinya kemudian
mengalami perlunakan dan mengalir ke bronkus dengan meninggalkan suatu kaverna. Basil
dapat bertahan hidup dalam waktu lama bahkan puluhan tahun. Pembesaran kelenjar di hilus
dan paratrakea dapat menekan bronkus dan mengakibatkan hiperinflasi atau atelektasis paru
di bagian distalnya, terutama dilobus medialis(sindrom Brock), dapat pula mengakibatkan
erosi dinding bronkus sehingga terbentuk fistula atau TB endobronkial. 6

Lesi berilupa gabungan dari pneumonitis atau atelektasis disebut lesi segmental atau
konsolidasi kolap. Sepanjang perjalanan dari proses tersebut, basil TB dapat menyebar secara
hematogen atau limfogen ke jaringan atau organ tubuh seperti sistem
retikuloendotelial,paru,otak,ginjal dan tulang. Hal ini dapat terjadi bila jumlah basil TB
sangat banyak disertai dengan adanya keterbatasan respons imun dari pasien. Bila jumlah
basil tidak cukup banyak untuk menimbulkan gejala klinik maka terbentuklah fokus metastasi
di berbagai organ. TB meningitis merupakan manifestasi dini dan terjadi pada bulan ke 2-6 ,
TB endobronkial dan kelenjar pada bulan ke 3-9, TB tulang dan persendian dalam beberapa
tahum kemudiN, sedang TB ginjal timbulnya paling akhir dapat terjadi pada 25-35% dari
kasus TB paru anak. TB pada perempuan hamil menyandang risiko berupa bayi lahir

7
prematur, berat lahir rendah, retardasi tumbuh kembang, dan kematian perinatal. TB
kongenital adalah jarang dan terjadi karena adanya lesi di plasenta lalu basil menyebar
melalui vena umbilikalis melewati hati masuk ke sirkulasi janin dan menimbulkan infeksi di
banyak organ. Transmisi basil TB dapat pula terjadi karena aspirasi atau menelan cairan
ketuban yang terinfeksi. 6

Secara imunologi infeksi TB menyebabkan adanya respons antibodi humoral yang kurang
berperan dalam pertahanan tubuh. Di pihak lain, dinding basil mengandung sulfatide yang
mampu menghalangi fusi antara fagosom dan lisosom sehingga basil terhindar dari destruksi
oleh enzim intraseluler. Dalam waktu 2-12 minggu setelah infeksi terbentuklah cell mediated
immunity dan juga hipersensitivitas jaringan. Setelah basil masuk ke makrofag inaktif, maka
limfosit yang mengenal antigen TB mengadakan poliferasi dan memproduksi limfokin dan
mediatir lain ynag dapat menarik limfosit dan makrofag ketempat infeksi. Selanjutnya
limfokin mengaktivasi makrofag untuk menghasilkan enzim lisis dalam kadar tingggi yang
mampu meningkatkan fungsi mikobakterisida. Progresifitas infeksi TB tergantung pada
keseimbangan antara jumlah antigen TB dengan cell mediated immunity ( meningkatkan
penghancuran basil dalam sel) dan hipersensitifitas jaringan (mendorong memusnahkan basil
diluar sel). Bila antigen TB lemah maka terbentuk granuloma dari hasil pengorganisasian.
Oleh limfosit, makrofag, dan fibroblast. Bila kedua unsur adalah seimbang maka terbentuk
granuloma yang kurang terorganisasikan disertai adanya daerah nekrosis dan perkejuan. Bila
hipersensitifitas jaringan lebih lemah seperti pada anak dengan immunocompromized, maka
reaksinya adalah difus dengan penyebaran infeksi disertai destruksi jaringan.6

Terjadinya TBC
1.Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan
menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara
membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan
membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan ini disebut sebagai
kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer
adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan
reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung
dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler).

8
Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan
kuman TBC. Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister
atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan
menjadi penderita TBC.6

2.Tuberkulosis Pasca Primer


Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi
primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi
buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas atau efusi pleura.6

Manifestasi Klinis

Karena patogenesis TB sangat kompleks, manifestasi klinis TB sangat bervariasi


dan bergantung pada faktor kuman TB, penjamu serta interaksi diantara keduanya.Faktor
kuman bergantung pada jumlah kuman dan virulensinya, sedangkan faktor penjamu
bergantung pada usia dan kompetensi imun serta kerentanan penjamu pada awal terjadinya
infeksi. Anak kecil sering tidak menunjukkan gejala selama beberapa waktu. Tanda dan
gejala pada balita dan dewasa muda cenderung lebih signifikan sedangkan pada kelompok
dengan rentang umur diantaranya menunjukkan clinically silent dissease.6,5

Manifestasi sistemik
Manifestasi sistemik adalah gejala yang bersifat umum dan tidak spesifik karena dapat
disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain. Beberapa manifestasi sistemik yang
dapat dialami anak yaitu:6,5
1. Demam lama (>2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas, yang
dapat disertai keringat malam.Demam pada umumnya tidak tinggi. Temuan
demam pada pasien TB berkisar antara 40-80% kasus.
2. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan
dengan penanganan gizi atau naik tetapi tidak sesuai dengan grafik
pertumbuhan.
3.Nafsu makan tidak ada,dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik dengan adekuat
4.Pembesaran kelenjar limfe superfisalis biasanya tidak sakit dan biasanya multipel.

9
5. Batuk lama lebih dari 3 minggu dan sebab lain telah disingkirkan, tetapi pada anak bukan
gejala utama
6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan.
7.Malaise

Manifestasi Spesifik Paru


TB Asimptomatis
Infeksi asimptomatis (atau laten) didefinisikan sebagai infeksi yang diasosiasikan
dengan hipersensitivitas tuberkulis dan tes tuberkulin positif tanpa gejala klinis dan
manifestasi radiologis. Dari CT scan dapat dilihat pembesaran nodus limfe di rongga dada,
walaupun pada rontgen hasil dapat normal. Kadang-kadang, demam subfebris ditemukan
pada onset penyakit. Sekiranya anak berkontak dengan individu dengan TB menular yg tes
tuberkulin positif, diagnosis TB asimptomatis harus segera disingkirkan setelah rontgen foto
thorak dan pemeriksaan fisik yang teliti.6,5

TB Paru Primer
Kompleks primer mengandung 3 elemen: fokus primer, limfangitis dan
limfadenitis regional. Tanda yang khas pada penyakit ini adalah daerah adenitis yang relatif
besar berbanding lokus pada paru. Karena aliran limfatik thorak berlangsung secara
predominan dari kiri ke kanan, nodus pada bagian kanan atas paratrakeal sering dinilai paling
terafeksi. Interpretasi ukuran nodus limfe intratoraks pada rontgen sulit, tapi akan terlihat
jelas apabila terdapat adenopati yang disebabkan oleh tuberkulosis. Apabila nodus limfe
membesar, obstruksi parsial dari bronkus dapat menimbulkan hiperinflasi dan
berlanjut kepada atelektasis. Gambaran radiologis pada penyakit ini mirip penyakit yang
disebabkan oleh aspirasi benda asing. Atelektasis segmental dan lesi hiperinflasi dapat terjadi
bersamaan. Balita cenderung memperlihatkan tanda dan gejala karena perbahan diameter
saluran nafas berbanding nodus limfe parenkim. Simptom yang paling sering adalah batuk
non produktif dan dispneu. Gangguan respiratorik contohnya obstruksi bronkus
dengan tanda adanya air trapping dan gejala wheezing jarang dikeluhkan.6,5

TB Paru Progresif
TB paru progresif merupakan komplikasi lanjutan dari TB paru primer. Kompleks
primer yang menjadi fokus awal paru yang tidak mengalami kalsifikasi membesar dengan
stabil membentuk caseous centre yang kemudiannya meleleh ke dalam broncus adjacent

10
membentuk kavitas primer. Likuifikasi ini berhubungan dengan besarnya jumlah basil TB,
merupakan faktor yang menyebabkan seorang anak dapat mentransmisikan M.
tuberkulosis kepada individu lainnya. Dapat terjadi diseminasi lanjut basil tuberkel ke
lobus lain dan ke seluruh paru. Gambaran klinis pada penyakit ini adalah
bronkopneumonia dengan demam tinggi, batuk sedang sampai berat, keringat malam,
dullness pada perkusi, rales, dan penurunan bunyi nafas.6,5

TB Paru Kronis/Reaktivasi
Sebelum penemuan Obat Anti Tuberkulosis (OAT), TB paru kronis sangat jarang
ditemukan pada anak. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak-anak yang mempunyai
strata sosioekonomi yang rendah, anak perempuan dan pada anak dengan diagnosis TB yang
lambat ditegakkan. Penyakit ini sering ditemukan pada remaja berbanding anak dengan
gambaran radiologis mirip pada orang dewasa, dengan gambaran infiltrat pada lobus
atas dan kavitas. Anak dengan penyakit ini cenderung mengalami demam, anoreksia, malaise,
penurunan berat badan, keringat malam, batuk produktif, nyeri dada dan hemoptisis.6,5

Penatalaksanaan

Penderita TB harus diobati, dan pengobatannya harus adekuat, pengobatan TB memakan


waktu minimal 6 bulan. Dalam memberantas penyakit tuberkulosis, negara mempunyai
pedoman dalam pengobatan TB untuyang disebut program program pemberantasan TB (
National Tuberculosis Programme). Prinsip pengobatan TB adalah menggunakan multidrugs
regimen; hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi basil TB terhadap obat. Obat
anti tuberkulosis dibagi dalam dua golongan besar, yaitu obat ini pertama dan obat lini
kedua.6

Yang termasuk obat anti TB lini pertama adalah : isoniazid(H), etambutol(E),


streptomisin(S),pirazinamid(z), rifampisin(R), Dan tioasetazon(T); sedangkan yang termasuk
obat lini kedua ialah : etionamide, sikloserin, PAS, amikasin, kanamisin, kapromisin,
siprofloksasin,ofloksasin, klofazimin, dan rifabutin.6

Terdapat dua alternatif terapi pada TB paru, yaitu:6

 Terapi jangka panjang(terapi tanpa rifampisin)


Terapi ini menggunakan isoniazid,etambutol,streptomisin,pirazinamid dalam jangka
waktu 24 bulan atau dua tahun.

11
 Terapi jangka pendek
Terapi ini menggunakan regimen rifampisin, isoniazid dan pirazinamid dalam jangka
waktu minimal 6 bulan, dan terdapat kemungkinan bahwa terapi dilanjutkan sampai 9
bulan. Terapi jangka pendek memerlukan biaya yang mahal karena harga obat
rifampisin yang tinggi sehinga tidk setiap orang mampu membiayai pengobatannya.
Pada kondisi seperti ini, diberikan terapi jangka panjang yang tidak terlalu berat
pembiyaannya dibandingkan terapi jangka pendek.

Dosis yang dianjurkan oleh International Union Against Tuberculosis adalah dosis
pemebrian setiap hari dan dosisi pemberian intermiten. Perlu diingat bahwa dosis pemberian
setiap hari berbeda dengan dosis intermiten.6

Dosis obat lini pertama6

Nama Obat Dosis pemberian setiap hari Dosis pemberian intermiten

(mg/kgBB) maksimum(mg) (mg/BB) maksimum(mg)

1.Isoniazid(H) 5 mg 300 mg 15 mg 750 mg (semggu2x)


2.Rifampisin(R) 10 mg 600 mg 15 mg 600 mg(semggu2x)
3.Pirazinamid(Z) 35 mg 2500 mg 50 mg
4.Streptomizin(S) 15-20 mg 750-1000mg 15-20 mg 750-1000 mg
5.Etambutol(E) 15-25 mg 1800 mg
6.Tioasetazon(T) 4 mg(anak) 150 mg

Nama Obat Dosis yang direkomendasikan

Etionamide 250 mg 2-4 kali sehari


Sikloserin 250-1000 mg/hari dosis terbagi
PAS 12-16 gram/hari dosis terbagi
Amikasin 15 mg/kgBB/hari, 5 hari/mggu IV atau IM
Kanamisin 15 mg/kgBB/hari,5 hari/mggu, IM
Kapreomisin 15 mg/kgBB/hari, 5 hari/mggu,IM
Siprofloksasin 500-750 mg, 2 kali sehari

12
Ofloksasin 400 mg, 2 kali sehari
Klofazimin 200-300 mg/hari
Rifabutin 150-300 mg/hari

Dosis obat lini kedua untuk mengobati pasien HIV yang terinfeksi oleh multidrug-resistant
tuberculosis. Paduan obat anti tuberkulosis menurut Program Pemberantasa TB Paru (P2TB-
Paru) yang dipergunakan di Indonesia sesuai dengan rekomendasi WHO ada tiga:6

 Kategori 1 :2HRZE/4H3R3
 Kategori 2: 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
 Kategori 3: 2HRZ/4H3R3

Pengobatan dilakukan dengan pengawasan yang ketat, disebut DOTS(Directly Observed


Treatment Short course). Tujuan program P2TB-Paru adalah memutus rantai penularan
sehingga penyakit tuberkulosis paru tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia.6

Komplikasi

 Sebagian besar komplikasi tuberculosis primer terjadi dalam 12 bulan setelah


terjadinya penyakit. Penyebaran hematogen atau milier dan meningitis biasanya
terjadi dalam 4 bulan, tetapi jarang sekali sebelum 3-4 minggu setelah terjadinya
kompleks primer.
 Efusi pleura dapat terjadi 6-12 bulan setelah terbentuknya kompleks primer,kalau
efusidisebabkan oleh penyebaran hematogen,maka dapat terjadi lebih cepat.
 Komplikasi pada tulang dan kelenjar getah bening permukaan(supefisial) dapat
terjadiakibat penyebaran hematogen hingga dapat terjadi dalam 6 bulan setelah
terbentuknyakompleks primer.
 Komplikasi pada traktus urogenitalis dapat terjadi setelah bertahun-tahun.
 Menurut Wallgren komplikasi berupa penyebaran milier dan meningitis
tuberkulosadapat terjadi dalam 3 bulan,pleuritis dan penyebaran bronkogen dalam 6
bulan dan TBCtulang dalam 1-5 tahun setelah terbentuknya kompleks primer.

13
 Pembesaran kelenjar getah bening yang terkena infeksi dapat menyebabkan
atelektasiskarena menekan bronkus hingga tampak sebagai perselubungan segmen
atau lobus,sering lobus tengah paru kanan. Selain itu, atelektasis dapat terjadi karena
konstriksi bronkus pada tuberculosis dinding bronkus, tuberkuloma dalam lapisan otot
bronkus atausumbatan oleh gumpalan kiju dalam lumen bronkus.7

Prognosis

Prognosis TB pada anak ditentukan oleh berbagai faktor yaitu umur anak, status imun,
jumlah basil, dan adanya komplikasi. Dengan diagnosis dan terapi yang tepat dan cepat
prognosis infeksi TB pada anak adalah baik sekali. TB pada anak umur < 5 tahun
prognosisnya adalah buruk yaitu dengan angka kematian sebesar 20%.7

Pencegahan

1. Saat batuk seharusnya menutup mulutnya dan apabila lebih dari 3 minggu, merasa sakit
di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa
kepuskesmas atau ke rumah sakit.
2. Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.
3. Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur
darah segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
4. Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh
penderita.

5.Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin BCG. Karena
vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus7

Kesimpulan

Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena adanya
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah penularan penyakit ini
sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tuberkulosis juga penyakit yang
harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.

14
Daftar Pustaka

1. Gleadle J. Tuberkulosis. At A Glance;Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.Jakarta:


Erlangga Medical Series; 2007
2. Mantondang C.S., Wahidiyat I., Sastroasmoro S. Dada. Diagnosis Fisis Pada
Anak.Jakarta : CV Sagung Seto; 2009.
3. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/230802-workup#c12 . 6 Juli
2016
4. Tanto C. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014
5. Widagdo. Masalah dan Tatalaksanan Penyakit Infeksi pada Anak.Jakarta :CV Sagung
Seto;2011
6. Djojodibroto D. Respiratory Medicine.Jakarta: EGC; 2012
7. Widoyono. Penyakit Tropis.Jakarta : Penerbit Erlangga;2005

15

You might also like