Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, ilmu pengetahuan semakin berkembang secara pesat. Ilmu fisika juga
semakin berkembang dengan adanya berbagai bidang ilmu yang memanfaatkan hukum,
konsep, serta teori fisika contohnya saja pemanfaatan fisika statistik. Pada fisika statistik
terdapat tiga distribusi yang dikenal yaitu statistik Maxwell-Boltzmann, Bose-Einstein, dan
Fermi Dirac.
Statistik Bose-Einstein dan statistik Fermi-Dirac termasuk ke dalam statistik fisika
kuantum, karena mampu menjelaskan apa yang tidak mampu dijelaskan oleh statistik
Maxwell-Bolzmann. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui munculnya statistik Bose-
Einstein dan statistik Fermi-Dirac akibat adanya keterbatasan statistik Maxwell-Boltzmann
dalam menganalisis suatu permasalahan fisika pada kasus tertentu contohnya pada foton.
Jika statistik Maxwell-Boltzmann diterapkan pada gas foton, timbul kesukaran yang lain.
Energi foton bergantung pada frekuensi, karena itu analisa berdasarkan statistik harus
menuju fungsi distribusi energi dan distribusi frekuensi dari gas foton. Hasil didapatkan
dari statistik Maxwell-Boltzmann memperkirakan penambahan jumlah foton per unit range
dari frekuensi, apabila frekuensi meningkat dan distribusinya diberikan berdasarkan hukum
Planck, menunjukkan perumusan statistik Maxwell-Boltmann dari statitistik Bose-
Einstein.
Statistik Bose-Einstein juga dapat diterapkan pada boson, yaitu partikel kuantum
dengan spin. Contoh boson adalah foton, fonon, dan atom helium. Statistik Bose-Einstein
yang merupakan fisika kuantum dapat menjelaskan teori tentang radiasi benda hitam yang
juga menandai awwal lahirnya mekanika kuantum dan fisika modern. Benda hitam
merupakan penyerap sekaligus pemencar kalor terbaik sekaligus pemancar kalor terbaik.
Benda hitam dapat dianalogikan sebagai kotak yang berisi gas foton. Jumlah foton dalam
kota tidak sselalu konstan. Ada kalanya foton diserap oleh atom-atom yang berada di
dinding kotak dan sebaliknya atom-atom di dinding kotak dapat memancarkan foton ke
dalam kotak. Karena jumlah foton yang tidak konstan ini maka faktor Bose-Einstein untuk
gas foton dapat diperoleh menggunakan α =0.
Berdasarkan hal yang telah dijelaskan pada paragraf-paragraf sebelumnya, maka
penulis tertarik untuk menulis makalah dengan judul “Penerapan Statistik Bose-
Einstein”. Adapun kajian dalam makalah ini adalah penerapan dari statistik Bose-Einstein
1
yang terdiri dari penjabaran statistik Maxwell-Boltzmann dari statistik Bose-Einstein dan
penjabaran mengenai radiasi benda hitam secara statistik Bose-Einstein.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka ditemukan
beberapa rumusan masalah yaitu:
1.2.1 Bagaimana penjabaran statistik Maxwell-Boltzmann berdasarkan statistik Bose-
Einstein?
1.2.2 Bagaimana radiasi benda hitam secara statistik Bose-Einstein?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang diperoleh, maka penulisan makalah ini
bertujuan untuk:

1.3.1 Mampu menjabarkan statistik Maxwell-Boltzmann berdasarkan statistik Bose-


Einstein.
1.3.2 Mampu mendeskripsikan radiasi benda hitam secara statistik Bose-Einstein.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penjabaran Statistik Maxwell-Boltzmann Berdasakan Statistik Bose-Einstein


Apabila suatu sistem di mana jumlah titik fase di dalam sebuah cell yaitu 𝑁𝑖 jauh
lebih kecil daripada jumlah kompartemen n. jika sistem ini ada, sisi ruas kiri persamaan
𝑁𝑖 0 1
= 𝐵 exp(𝛽𝑤)−1 jauh lebih besar dari satu dan penyebut di ruas kanan jauh lebih besar
𝑛
𝑁1
daripada satu. 𝑁𝑖 ≪ 𝑛, n berupakan jumlah kompartemen yang berakibat ≪ 1 yanag
𝑛

berarti 𝐵 exp(𝛽𝑤𝑖 ) ≫ 1 sehingga suku (-1) dapat diabaikan, sehingga diperoleh:


𝑁𝑖 0 1
=
𝑛 𝐵 exp(𝛽𝑤)
1
𝑁𝑖 0 = 𝑛 exp(−𝛽𝑤𝑖 ) (1.1)
𝐵
1
Kalau 𝐵 = 𝑎, maka persamaan (1.) menjadi sebagai berikut:

𝑁𝑖 0 = 𝑛 𝑎 𝑒𝑥𝑝(−𝛽𝑤𝑖 ) (1.2)
1
karena   , maka
kT
−𝑤
𝑁𝑖 0 = 𝑛 𝑎 exp ( 𝑘𝑇𝑖 ) (1.3)
1
Bentuk ini sama dengan bentuk fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann, dengan 𝑎 = 𝐵.

Besarnya 𝑎 dapat ditentukan dari kondisi ∑ 𝑁𝑖 = 𝑁𝑖 , kemudian dengan menggantikan


sigma dengan integral seperti sebelumnya, sehingga besarnya n adalah sebagai berikut:
𝐻 1
𝑛= 3
= 3 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧𝑑𝑝𝑥 𝑑𝑝𝑦 𝑑𝑝𝑧
ℎ ℎ
1
𝑛 = 3 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧𝑑𝑛𝑣𝑥 𝑑𝑛𝑣𝑦 𝑑𝑛𝑣𝑧

𝑚3
𝑛 = 3 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧

Memasukkan pernyataan ini untuk n di dalam persamaan (1.3) dan menggantikan
𝑚𝑣 2
𝑁𝑖 0 dengan 𝑑6 𝑁, 𝑊𝑖 diganti dengan lalu integrasi melalui harga x, y, dan z.
2

𝑚3 𝑚𝑣 2
𝑑6𝑁 = 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 𝑎 exp (− )
ℎ3 2 𝑘𝑇
𝛼𝑚3
6
𝑚𝑣 2
∭ 𝑑 𝑁 = 3 ∭ 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧 𝑒𝑥𝑝 (− ) 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
ℎ 2 𝑘𝑇

3
Nilai ∭ 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧 = 𝑉 sehingga diperoleh:
𝛼𝑚3 𝑉 𝑚𝑣 2
𝑑3𝑁 = 𝑒𝑥𝑝 (− 2 𝑘𝑇 ) 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 (1.4)
ℎ3

Kemudian integrasikan kembali persamaan (1.4) terhadap 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 sehingga diperoleh
hasil, yaitu sebagai berikut:
𝛼𝑚3 𝑉 𝑚𝑣 2
𝑑3𝑁 = 𝑒𝑥𝑝 (− ) 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
ℎ3 2 𝑘𝑇
+∞ +∞ +∞
3
𝛼𝑚3 𝑉 𝑚𝑣 2 𝑚𝑣 2 𝑚𝑣 2
∭𝑑 𝑁 = ∫ exp (− ) 𝑑𝑣𝑥 ∫ exp (− ) 𝑑𝑣𝑦 ∫ exp (− ) 𝑑𝑣𝑧
ℎ3 2 𝑘𝑇 2 𝑘𝑇 2 𝑘𝑇
−∞ −∞ −∞

𝛼𝑚3 𝑉 1 2𝑘𝑇 1 2𝑘𝑇 1 2𝑘𝑇


𝑁= (2𝑥 √ 𝜋 √ ) (2𝑥 √ 𝜋 √ ) (2𝑥 √ 𝜋 √ )
ℎ3 2 𝑚 2 𝑚 2 𝑚

3/2
𝛼𝑚3 𝑉 8 3/2 2𝑘𝑇
𝑁= ( 𝜋 ( ))
ℎ3 8 𝑚

𝛼𝑚3 𝑉
𝑁= (2𝜋𝑘𝑇)3/2 𝑚−3/2
ℎ3
𝛼𝑉
𝑁= (2𝜋𝑛𝑘𝑇)3/2 (1.5)
ℎ3

Persamaan (1.5) dapat dituliskan kembali, sehingga menjadi sebagai berikut:


𝑁ℎ3
𝑎= (2𝜋𝑛𝑘𝑇)−3/2 (1.6)
𝑉

Masukkan kembali persamaan (1.5) ke dalam persamaan (1.4), maka diperoleh hasil
sebagai berikut:

3
𝛼𝑚3 𝑉 𝑚𝑣 2
𝑑 𝑁= 𝑒𝑥𝑝 (− ) 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
ℎ3 2 𝑘𝑇
𝑁ℎ3 𝑚3 𝑉 𝑚𝑣 2
𝑑3𝑁 = ( (𝜋𝑛𝑘𝑇)−3/2 ) 3 𝑒𝑥𝑝 (− ) 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
𝑉 ℎ 2 𝑘𝑇
𝑚𝑣 2
𝑑 3 𝑁 = 𝑁(2𝜋𝑘𝑇)−3/2 𝑚−3/2 𝑚3 exp (− ) 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
2 𝑘𝑇
𝑚𝑣 2
𝑑 3 𝑁 = 𝑁(2𝜋𝑘𝑇)−3/2 𝑚3/2 exp (− ) 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
2 𝑘𝑇
𝑚 3/2 𝑚𝑣 2
𝑑 3 𝑁 = 𝑁 (2𝑘𝑇) exp (− 2 𝑘𝑇 ) 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 (1.7)

Persamaan tersebut merupakan fungsi distribusi kecepatan Maxwell-Boltzmann.

4
2.2 Radiasi Benda Hitam
Teori tentang radiasi benda hitam menandai awal lahirnya mekanika kuantum dan
fisika modern. Benda hitam merupakan penyerap sekaligus pemancar kalor terbaik. Benda
hitam dapat dianalogikan sebagai kotak yang berisi gas foton. Jumlah foton dalam kotak
tidak selalu konstan. Ada kalanya foton diserap oleh atom-atom yang berada di dinding
kotak dansebalaiknya atom-atom di dinding kotak dapat memancarkan foton ke dalam
ruang kotak. Karena jumlah foton yang tidak konstan ini maka factor Bose-Einstein untuk
gas foton adalah 1/(𝑒 𝐸/𝑘𝑇 − 1).
Pada penurunan fungsi distribusi Bose-Einstein telah diasumsikan bahwa jika
jumlah partikel dan energi total adalah konstan, maka gas foton memenuhi ketentuan𝛿𝑁 =
∑ 𝛿𝑁𝑖 = 0 dan hanya kondisi 𝛿𝑈 = ∑ 𝑤𝑖 𝛿𝑁𝑖 = 0. Mengambil N=1, maka fungsi distribusi
gas foton seperti yang didapatkan dari persamaan fungsi ditribusi statistik Bose Einstein,
yaitu:
𝑁𝑖 𝑜 1
=
𝑛 𝐵 𝑒𝑥𝑝(𝛽𝑤𝑖 ) − 1
Dengan 𝐵 = 1, maka persamaan menjadi:
𝑁𝑖 𝑜 1
= 𝑤
𝑛 𝐵 𝑒𝑥𝑝 ( 𝑖 ) − 1
𝑘𝑇
𝑁𝑖 𝑜 1
= 𝑤 (2.1)
𝑛 𝑒𝑥𝑝( 𝑖 )−1
𝑘𝑇

Energi yang dimiliki oleh sebuah foton yang berfrekuensi f, yaitu:


wi  hf (2.2)
Pada persamaan (2.2) h merupakan kosntanta Planck. Foton memiliki momentum linier
sebagai berikut.
h
p

hf
p
c
pc  hf (2.3)
Substitusi persamaan (2.2) ke persamaan (2.3), maka:
pc  hf (2.4)
2
Pada persamaan (2.1) substitusi nilai wi , kemudian n  dxdydzdp x dp y dp z , ganti N i0
3
dengan d 6 N , maka persamaan (2.1) dapat dituliskan sebagai berikut:

5
2 1
d6N  3
dxdydzdpx dp y dp z
h exp( pc )  1
kT
Fungsi distribusi dalam ruang momentum dapat diperoleh dengan mengintegrasikan x,y,z
sebagai berikut:
2 1
 d N  
6
3
dxdydzdpx dp y dp z
h exp( pc )  1
kT
2V 1
d 3N  3
dp x dp y dp z
h exp( pc )  1
kT
Fungsi distribusi momentum untuk daerah berbentuk bola tipis dengan jari-jari p dan tebal
dp, yaitu:
2V 4p 2
dN p  dp (2.5)
h 3 exp( pc )  1
kT
Berdasarkan persamaan (2.5) dapat diperoleh fungsi distribusi frekuensi menurut hubungan
h
dp  df , maka:
c
2
 hf 
8V  c h
dN f  3 df
h exp( hf ) 1 c
ckT
8V h2 f 2
h
dN f  df
h 3 c 2 exp( hf ) 1 c
kT
8V h2
dN f  df (2.6)
c 3 exp( hf )  1
kT
dN f
Jumlah foton per satuan volume dalam ruang biasa yaitu , maka energi foton per
V
E
satuan volume , dimana energi foton yang frekuensinya f adalah hf, maka energi
V
persatuan volume atau kerapatan energi dalam rentangan frekuensi df, yaitu:
hf hf 8V h2
dN f  df
V V c 3 exp( hf )  1
kT

6
hf 8 hf 3
dN f  3 df (2.7)
V c exp( hf )  1
kT
Persamaan (2.7) sesuai dengan persamaan Planck untuk kerapatan energi radiasi di dalam
ruang tertutup yang dindingnya bertemperatur T.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
3.1.1 Persamaan statistik Maxwell-Boltmann berdasarkan statistik Bose-Eienstein yaitu:
𝑚 3/2 𝑚𝑣 2
𝑑 3 𝑁 = 𝑁 (2𝑘𝑇) exp (− 2 𝑘𝑇 ) 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 .

3.1.2 Distribusi rapat energi radiasi benda hitam berdasarkan kajian statistik Bose-
Einstein memperoleh hasil yang sama dengan perumusan oleh Planck, yaitu:
hf 8 hf 3
dN f  3 df .
V c exp( hf )  1
kT

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini adalah agar lebih
meningkatkan pemahaman mengenai fisika statistik khususnya dalam penerapan statistik
Bose-Einstein. Selain itu juga diharapkan untuk lebih meningkatkan keterampilan dalam
menggunakan penyelesaian matematis dalam menyelesaikan permasalahan dalam fisika
statistik khususnya dalam penerapan statistik Bose-Einstein.

You might also like