Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai umat muslim (orang yang beragama Islam) kita memerlukan belajar secara teratur
(long live education). Belajar dalam Islam bertujuan agar kita dapat ilmu untuk hidup di dunia dan
memperoleh bekal untuk di akhirat. Hal-hal penting tentang ilmu yang harus kita pelajari nantinya
akan berpengaruh dan InsyaAllah dapat menjadi pegangan kita selama hidup di dunia yaitu dengan
ilmu kita dapat mencari nafkah untuk kebutuhan hidup.
Ilmu Adalah Bunga-bunga Ibadah . Kita harus memahami juga untuk apa kita hidup di dunia
ini. Allah menciptakan makhluknya hanya untuk beriman dan bertakwa kepadaNya. Jadi semua
hal di dunia yang telah dan akan kita lakukan, semua ditujukan hanya pada Allah. Setiap hal di
dunia memerlukan ilmu. Sebab kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal. Dengan akal maka
manusia dapat berpikir dan mempergunakan pikirannya untuk memperoleh dan mengamalkan
ilmu.
Menuntut ilmu sebaiknya jangan dianggap kewajiban tetapi sebuah kebutuhan yang asasi dan
sangat penting. Menuntut ilmu dapat mengembangkan pola berpikir seseorang sehingga dapat
memudahkan dalam menjalani kehidupan. Orang yang menghargai ilmu dan mengamalkannya
dengan baik maka hidupnya akan menjadi damai dan sejahtera. Tak jarang manusia menyepelekan
ilmu sebab untuk menuntut ilmu memerlukan biaya dan waktu yang lama. Mereka adalah orang-
orang yang tidak bisa membuka hati dan pikirannya untuk menerima ilmu. Apabila kita telah
membuka hati dan pikiran kita untuk menerima bahwa ilmu itu ada dan berguna, maka dengan
sendirinya diri kita akan terbiasa menuntut ilmu karena kebutuhan hidup selalu berkaitan dengan
ilmu.
Mencari ilmu adalah kebutuhan yang akan menjadi kewajiban bila sudah ditanamkan dalam
hati. Hal tersebut sangat penting karena akan menjadi bekal manusia di dunia dan di akherat. Islam
dianggap sebagai agama pemersatu bangsa dan agama Islam sebagai rahmatan lil alamin. Kita
sebagai umat muslim akan menjadi orang yang merugi bila tidak menuntut ilmu. Sebab Nabi
Muhammad SAW pernah bersabda : “Tuntutlah ilmu meskipun sampai ke negeri Cina”. Sabda
nabi tersebut menunjukkan bahwa ilmu sangatlah berharga. Ilmu yang kita miliki baru akan
berharga bila sudah diamalkan di jalan Allah. Dengan demikian kita akan mampu meningkatkan
amal ibadah kita kepada Allah SWT.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul makalah “Kewajiban Menuntut
Ilmu, Mengembangkan dan Mengamalkannya”

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaiman perintah menuntut ilmu dalam Islam?
2. Bagaimana hadis pentingnya ilmu?
3. Bagaimana cara mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan penjelasan kewajiban menuntut ilmu
2. Mengetahui hadis-hadis rasulullah tentang menuntut ilmu
3. Untuk mengetahui perintah menuntut ilmu dalam Islam.
4. Untuk mengetahui cara mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber pengetahuan serta sebagai
tambahan materi khususnya bagi penulis.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian ilmu
Ilmu berasal dari kata ‫ علما‬-‫ يعلم‬-‫ علم‬yang artinya mengetahui, lawan dari kata ‫جهل‬yang artinya
bodoh. Ilmu secara bahasa berarti pengetahuan, kepandaian tentang sesuatu. Secara istilah ilmu
adalah pengetahuan yang diperoleh secara halal dan merubah tingkah laku kearah yang lebih
baik. Ilmu adalah isim masdar dari ‘alima yang berarti mengetahui, mengenal, merasakan, dan
menyakini. Secara istilah, ilmu ialah dihasilkannya gambaran atau bentuk sesuatu dalam akal.
Karena pentingnya ilmu dan banyaknya faidah yang terkandung di dalamnya, para ulama
menyimpulkan bahwa menuntut ilmu adalah wajib, sesuai dengan jenis ilmu yang akan dituntut.
Setiap muslim wajib menuntut ilmu. Rasulullah saw bersabda: “Menuntut ilmu adalah
kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Allah memberikan keutamaan dan
kemuliaan bagi orang-orang yang berilmu dalam firman-Nya dalam Al-Qur`an surat Al-
Mujaadilah ayat 11 : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. Orang-orang yang berilmu akan
pula dimudahkan jalannya ke syurga oleh Allah dan senantiasa didoakan oleh para malaikat.
Sebenarnya ilmu hanyalah merupakan suatu alat untuk mendekatkan diri kita kepada Allah.
Adapun fungsi ilmu itu antara lain adalah :
1. Sebagai petunjuk keimanan (QS. 22:54, 3:7, 35:28)
2. Sebagai petunjuk beramal
“Seorang alim (berilmu)dengan ilmunya dan amal perbuatannya akan berada di dalam syurga,
maka apabila seseorang yang berilmu tidak mengamalkan ilmunya maka ilmu dan amalnya akan
berada di dalam syurga, sedangkan dirinya akan berada dalam neraka” (HR. Daiylami)
3
(Ingat pula kisah Sayyidina Ali r.a. ketika disuruh memilih antara harta dan ilmu)
Keutamaan manusia dari makhluk Allah lainnya terletak pada ilmunya. Allah bahkan menyuruh
para malaikat agar sujud kepada Nabi Adam as karena kelebihan ilmu yang dimilikinya. Cara
kita bersyukur atas keutamaan yang Allah berikan kepada kita adalah dengan menggunakan
segala potensi yang ada pada diri kita untuk Allah atau di jalan Allah.
“Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran”.
(QS. 39: 9)
Dalam bahasa Arab al-Ilmu merupakan lawan kata al-Jahlu (tidak tahu/bodoh). Al-Ilmu dapat
diartikan juga sebagai mengenal sesuatu dalam keadaan aslinya dengan pasti. Sedang menurut
istilah, Ilmu yang dimaksudkan adalah ilmu syar‘i, yaitu ilmu tentang penjelasan-penjelasan dan
petunjuk yang Allah swt. turunkan kepada Rasul-Nya, baik yang termaktub dalam Alquran
maupun As-Sunnah.
Ilmu yang seringkali disebut dalam Alquran dan As-Sunnah, dan memperoleh pujian adalah ilmu
wahyu/ilmu agama. Namun sebenarnya ilmu agama sendiripun sangat luas. Ilmu bermanfaat
apabila dapat menambah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta bermanfaat bagi alam
semesta.

Adab Menuntut Ilmu


Dalam menuntut ilmu perlu diperhatikan beberapa adab, yaitu :
1. Niat
Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah. Hendaknya diringi dengan hati
yang ikhlas benar-benar karena Allah. Bukan untuk menyombongkan diri, menipu orang lain
ataupun pamer kepandaian, tetapi untuk mengeluarkan diri dari kebodohan dan menjadikan diri
kita bermanfaat bagi orang lain.
2. Bersungguh-sungguh
Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti. Allah
mengisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami
pastilah akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”[1]
3. Terus-menerus
Hendaklah kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan sehingga kita enggan untuk
mencari lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang disampaikan oleh Sofyan bin Ayyinah :
“Seseorang akan tetap pandai selama dia menuntut ilmu. Namun jika ia menganggap dirinya telah
berilmu (cepat puas) maka berarti ia bodoh.” Allah lebih menyukai amalan yang sedikit tapi
dilakukan secara terus menerus dibandingkan amalan yang banyak tetapi hanya dilakukan sehari
saja.
4. Sabar dalam menuntut Ilmu
Salah satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu adalah sabar
terhadap gurunya seperti kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidr as (QS Al Kahfi : 66-70). Kita jangan
cepat putus asa dalam menuntut ilmu jika mendapatkan kesulitan dalam memahami dan
mempelajari ilmu. Allah tidak menyukai orang yang berputus asa dari rahmat-Nya.
5. Menghormati dan memuliakan orang yang menyampaikan ilmu kepada kita
Di antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya pada saat
yang tepat dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan penuh khidmat, dan
memperhatikan ketika beliau menerangkan, dan sebagainya.
6. Baik dalam bertanya
Bertanya hendaknya untuk menghilangkan keraguan dan kebodohan diri kita, bukan untuk
meremehkan, menjebak, mengetes, mempermalukan guru kita dan sebagainya.l Aisyah ra tidak
pernah mendengar sesuatu yang belum diketahuinya melainkan sampai beliau mengerti. Orang
yang tidak mau bertanya berarti menyia-nyiakan ilmu yang banyak bagi dirinya sendiri. Allah pun
memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang yang berilmu seperti dalam firman-Nya dalam
QS An-Nahl:43.
Artinya: “dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami
beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan[2]
jika kamu tidak mengetahui,”(Q. S An-Nahl: 43)

C. Kewajiban Menuntut Ilmu


Setiap muslim wajib menuntut ilmu. Rasulullah saw bersabda: “Menuntut ilmu adalah
kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Kewajiban menuntut ilmu tidak hanya
mengenai ilmu pengetahuan umum saja tetapi juga ilmu pengetahuan agama yang hukumnya
fardlu ‘ain, karena beramal tanpa berilmu sama saja dengan bohong dan tidak ada artinya di mata
Allah. Maka jika salah, kita dapat terjerumus ke perbuatan dosa. Umat Islam juga tidak boleh
ketinggalan dalam hal ilmu pengetahuan dan tidak boleh pula menjadi orang yang bodoh karena
orang pintar akan lebih disenangi. Dengan kepinteran yang kita miliki, kita tidak akan mudah
ditipu dan dibohongi orang lain. Imam Syafiiy sendiri selalu merasa kurang akan ilmu yang
dimilikinya dan selalu mencatat setiap ilmu yang diperolehnya karena takut lupa. Kategori ilmu
yang wajib dipelajari
• Fardu Ain
Wajib dipelajari (Akidah, syariah, akhlak)
• Fardu Kifayah
Perlu dipelajari untuk memenuhi keperluan diri, masyarakat dan negara (perubatan,
perniagaan, teknologi) Ilmu sihir diharamkan untuk dipelajari.

D. Keutamaan ilmu
Selain Al-Qur’an banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan ilmu dan kedudukan
ulama, baik dimata Allah maupun dimata manusia, di dunia maupun di akhirat. Ulama di hargai
demikian tingginya tak tertandingi oleh siapapun, dan tak mungkin dapat dikejar, kecuali melalui
ilmu.
Berikut beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan As-Sunnah:
1. kelebihan ilmu dibanding ibadah
Salah satu fadhilah ilmu dari ibadah adalah bahwa kebanyakan manfaat ibadah terbatas pada
pelakunya. Orang yang melakukan salat atauberpuasa, haji, zikir dan ibadah yang lai, akan
mendapat kebaikan-kebaikan amal perbuatannya dan peningkatan derajatnya. Tetapi, masyarakat
lain tidak akan mndapat ganjaran mereka sedikitpun secara langsung. Berbeda dengan ilmu; ia
bermanfaat jauh melampui si pilaku itu sendiri, sampai pada orang yang mendengarnya, atau
membacanya. Ilmu tidak mengenal ikatan, tidak pula mengakui adanya dinding dan jurang
pemisah. Lebih-lebih pada zaman kita sekarang, ketika ilmu tersebar luas melalui radio dan televisi
yang dapat ditangkap dalam beberapa detik dan bahkan dalam seketika itu juga para pendengar
dan para pemirsa yang ada diberbagai tempat.

2. Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat


Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat, dan ilmu tidak mati dengan kematian
pemiliknya. Tetapi bagi orang yang salat, atau berpuasa, atau membayar zakat,berhaji, berumroh,
bertasbih, bertahlil, berzikr, dan bertakbir, semua amal ini mendapat balasandari allah, tetapi
balasan itu terputus lantaran selesai atau berakhirnya amala tertentu. Adapun ilmu, ia terus
berpengaruh selama orang masih memanfaatkanya.[6]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau
bersabda:

"Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga
hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang
mendo'akannya." (HR. Muslim no.1631)
Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu berupa pahala dan
kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi akan terus mengalir kepadanya tanpa terputus
selama ilmunya disampaikan oleh murid-muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan
selama kitab-kitabnya dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai negeri,
dan seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai kepadanya setelah
kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan untuk manusia, di mana mereka
mengambil manfaat terhadap ilmunya.
3. Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba
Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu syar’i, itu
menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, dan membimbingnya
menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.
Kehidupannya menjadi berarti, masa depannya cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah
dirasakan di dunia pun akan diraihnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan difahamkan
tentang agamanya.”
(Muttafaq Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu anhuma)

4. Orang yang berilmu akan ditinggian derajatnya


Sesungguhnya allah akan meningkatkan derajat orang-orang yang mau menuntut ilmu
sebagaimana firmannya:
Artinya :Hai orang orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “ Berlapang
lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan berdirilah kamu maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( Q.S Al-Mujaadalah:11)
Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya keutamaan,
dan ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan tingginya kedudukan
dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan kebaikan) dan mencakup pula ketinggian
hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera) di akhirat dengan tingginya kedudukan di
jannah. (Fathul Baarii 1/141)
Allah pun akan meninggikan derajat orang orang yang berilmu sebagaimana diri-Nya
memuliakan diri-Nya dan mengagungkan kekuasaan-Nya, lalu setelahnya Dia memuliakan
malaikat dan kemudian memuliakan orang orang yang berilmu, sebagaimana firman-Nya:
Artinya :“ Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan(yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan
yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana” Q.S Ali Imran:18
5. menuntut ilmu merupakan ibadah dan akan dipermudah jalan menuju syurga
Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan paling utama,
sehingga Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah, sebagaimana firmanNya
dalam surat At Taubah 122
Artinya :tidak sepatutnya bagi mu’min itu pergi semuanya (medan perang), mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk member peringatan pada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya
Rosulullah bersabda
Artinya: barang siapa menempuh jalan demi mengharapkan suatu ilmu, maka allah akan
mempermudah jalan baginya menuju syurga. Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayap-
sayapnya karena keridhaannya akan pencari ilmu. Sesungguuhnya semua yang ada di langit dan
di bumi dan bahkan lumba-lumba di lautan sekalipun, akan selaly memintakan ampunan bagi
orang yang berilmu

6. ilmu adalah kehidupan dan cahaya


Dalam banyak ayat, Al qur’an menganggap ilmu sebagai kehidupan dan cahaya, sedangkan
kebodohan merupakan kematian dan kegelapa. Seperti diketahui semua bentuk kejahatan
disebabkan oleh ketiadaan kehidupan dan cahaya,dan semua kebaikan disebabkan oleh cahaya
dan kehidupan.

Syarat-syarat menuntut ilmu


Dalam kitab “Ta’lim al-Muta’allim” yang ditulis oleh Imam Al-Zarnuji, beliau menulis
bahwa syarat-syarat mencari ilmu itu ada 6 yaitu:
1. Cerdas (Dzakaun)
Kecerdasan merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi oleh thalibul ilmi. Imam Ghazali
pernah mengatakan bahwa orang yang pintar adalah orang yang mengetahui bahwa ia tidak tahu
akan sesuatu dan karenanya dia mau belajar.
Maksud cerdas disini bukanlah tingkatan kepintaran, melainkan tidak gila. Orang tersebut haruslah
waras, dapat membedakan mana angka satu dan dua, mana hitam dan putih, mana baju dan celana.
2. Rakus (hirsun)
Rakus adalah (punya kemauan dan semangat untuk berusaha mencari ilmu)
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa
yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.
“Tidak cukup teman belajar di dalam negeri atau dalam satu negeri saja, tapi pergilah belajar di
luar negeri, di sana banyak teman-teman baru pengganti teman sejawat lama, jangan takut
sengsara, jangan takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan sesudah menderita.”
(diambil dari kitab Sejarah Hidup dan Silsilah Syekh Kiyai Muhammad Nawawi Tanara Banten
yang ditulis oleh H. Rofiuddin. Hal. 4).

3. Sabar
Seorang yang menuntut ilmu sudah barang tentu akan menghadapi macam-macam gangguan dan
rintangan. Selain berusaha maka bersabarlah untuk menghadapi semua itu, dan perlu diketahui
bahwa sabar adalah sebagian dari Iman, “As-Shobru mina al-iman”. Dan Sabar disini mengandung
arti tabah, tahan menghadapi cobaan atau menerima pada perkara yang tidak disenangi atau tidak
mengenakan dengan ridha dan menyerahkan diri kepada Allah Swt, akan tetapi kesabaran disini
harus diartikan dalam pengertian yang aktif bukan dalam pengertian yang pasif. Artinya nrimo
(menerima) apa adanya tanpa usaha untuk memperbaiki keadaan.

4. Modal/bekal
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan wajib hukumnya bagi setiap muslim, dan
dijelaskan lagi dalam hadis “Tuntutlah ilmu mulai dari rahim ibu sampai liang lahat”. Dari hadis
tersebut kita bisa mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut ilmu. Pendidikan bukan
hanya pendidikan formal tetapi non formal pun ada. Rasul menjanjikan kepada para penuntut ilmu,
“Sesungguhnya Allah pasti mencukupkan rezekinya bagi orang yang menuntut ilmu” Dan
yakinkanlah bagi para penuntut ilmu walaupun dengan segala kekurangan (biaya) pasti mampu
atau bisa menyelesaikan pendidikan. Karena pasti akan ada jalan lain selama manusia berusaha
dan yakin terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah Al-Yaqinu Lâ Yuzâlu bi as-Syak Artinya:
”keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keragu-raguan”. Dan akhirnya maka tidak ada alasan
orang tidak bisa menuntut ilmu karena biaya, seperti keterangan sebelumnya carilah jalan lain,
solusi lain untuk bisa menuntut ilmu.

5. Petunjuk guru
Banyak orang yang tersesat karena belajar tanpa guru, seoarng tholibul ilmi hendaklah mempunyai
seorang guru sebagai petunjuk, walaupun ada yang mengatakan bahwa buku adalah guru yang
besar, tapi buku tidak bisa mituturi (memberi nasihat)

5. Karena ilmu sangat luas dan tidak memiliki akhir maka sudah barang tentu membutuhkan waktu
yang sangat lama. Pepatah Arab mengatakan :”Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang
lahat” seorang pelajar harus mengulang-ulang pelajaran yang telah didapat, jadi dalam mencari
ilmu tidaklah cukup dalam waktu yang singkat.Seperti contoh seorang untuk menjadi Doktor
harus melalui SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi, dan itu bukanlah waktu yang singkat.

Adab mencari ilmu


1. Niat
Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah. Hendaknya diringi dengan hati yang
ikhlas benar-benar karena Allah. Bukan untuk menyombongkan diri, menipu orang lain ataupun
pamer kepandaian, tetapi untuk mengeluarkan diri dari kebodohan dan menjadikan diri kita
bermanfaat bagi orang lain
2. Bersungguh-sungguh
Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti. Allah
mengisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan orang-orang yang berjuang di jalan
Kami pastilah akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”
3. Terus menerus
Hendaklah kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan sehingga kita enggan untuk
mencari lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang disampaikan oleh Sofyan bin Ayyinah
: “Seseorang akan tetap pandai selama dia menuntut ilmu. Namun jika ia menganggap dirinya
telah berilmu (cepat puas) maka berarti ia bodoh.” Allah lebih menyukai amalan yang sedikit tapi
dilakukan secara terus menerus dibandingkan amalan yang banyak tetapi hanya dilakukan sehari
saja.
4. Sabar dalam menuntut ilmu
Salah satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu adalah sabar terhadap
gurunya seperti kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidr as (QS Al Kahfi : 66-70). Kita jangan cepat
putus asa dalam menuntut ilmu jika mendapatkan kesulitan dalam memahami dan mempelajari
ilmu.
5. Menghormati dan memuliakan orang yan menyampaikan ilmu
Di antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya pada saat
yang tepat dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan penuh khidmat, dan
memperhatikan ketika beliau menerangkan, dan sebagainya.
6. Baik dalam bertanya
Bertanya hendaknya untuk menghilangkan keraguan dan kebodohan diri kita, bukan untuk
meremehkan, menjebak, mengetes, mempermalukan guru kita dan sebagainya.l Aisyah ra tidak
pernah mendengar sesuatu yang belum diketahuinya melainkan sampai beliau mengerti. Orang
yang tidak mau bertanya berarti menyia-nyiakan ilmu yang banyak bagi dirinya sendiri. Allah pun
memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang yang berilmu seperti dalam firman-Nya dalam
QS An-Nahl:43

Artinya : dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri
wahyu kepada mereka; maka bertanyalah pada orang-orang yang memiliki pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui.
Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi.
Seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmusyar’i. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam
bersabda :

E. Kandungan Hadits
1. Hadits tentang hukum menuntut ilmu
Hadits tentang hukum menuntut ilmu merupakan penjelasan tentang hukum mencari ilmu
bagi setiap orang Islam laki laki maupun perempuan, yang telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu
Majah dan lain lain. Akan tetapi hadits tersebut diberi tanda lemah oleh imam Syuyuti.
Adapun hukum menuntut ilmu menurut hadits tersebut adalah wajib. Karena melihat betapa
pentingnya ilmu dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Manusia tidak akan bisa menjalani
kehidupan ini tanpa mempunyai ilmu. Bahkan dalam kitab taklimul muta’allim dijelaskan bahwa
yang menjadikan manusia memiliki kelebihan diantara makhluk – makhluk Allah yang lain adalah
karena manusia memilki ilmu.[3]
Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadits, maka terdapatlah beberapa suruhan
yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu,
agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan
kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan
menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadits Nabi
Muhammad saw.
Dan janganlah memberikan ilmu kepada orang yang enggan menerimanya, karena orang
yang enggan menerima ilmu tidak akan mau untuk mengamalkan ilmu itu bahkan mereka akan
menertawakannya.[4]
Dalam hadits lain juga telah disebutkan bahwa :
)‫ (رواه مسلم‬0‫اطلب العلم من المحد الى اللهد‬
“Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat” (H. R. Muslim)

2. Hadits tentang anjuran menjaga ilmu


Rosulullah mengucapkan hadits ini pada saat Haji Wada’. Sebagaimana hadits yang
diriwayatkan oleh Ahmad dan Tabrani dari hadits Abu Umamah bahwa pada saat haji Wada’ Nabi
bersabda :“Pelajarilah ilmu sebelum datang masa punahnya ilmu”.
Arabi berkata “Bagaimanakah cara ilmu itu datang dan dimusnahkan? Beliau bersabda :
“Punahnya ilmu itu dengan punahnya para ulama ( orang yang menguasai ilmu)”
Hadits ini berisi anjuran menjaga ilmu, peringatan bagi pemimpin yang bodoh, dan
peringatan bahwa yang berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar – benar
mengetahui dan larangan bagi orang-orang yang berani mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan
ilmu pengetahuan. Hadits ini juga dijadikan alasan oleh para ulama bahwa pada zaman sekarang
ini tidak ada lagi seorang mujtahid.[5]
Dalam hadits lain juga disebutkan anjuran untuk memelihara ilmu pengetahuan, diantaranya
yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim:
‫ فاكتبه فانى خفت‬.‫م‬.‫ انظر ما كان من حديث رسول هللا ص‬:‫و كتب عمر بن عبد العزيز الى ابى بكر ابن حزم‬
.‫ و التجلس حتى يعلم من ال يعلم‬.‫ و التفشو العلم‬.‫م‬.‫ و ال تقبل اال حديث النبي ص‬.‫دروس العلم و ذهب العلمآء‬
)‫ (متفق عليه‬.‫فأن العلم ال يهلك حتى يكون سرا‬
Umar bin Abdul aziz menulis surat kepada Abu bakr bin Hazm” kumpulkan hadits – hadits Nabi
yang kau temukan dan tulislah, aku khawatir akan hilangnya ilmu dan perginya para ulama
(meninggal)janganlah engkau terima selain hadits Nabi. Pelajarilah ilmu dengan seksama sampai
mengetahui sesuatu yang tidak diketahui,ilmu tidak akan rusak kecuali setelah menjadi rahasia
(H.R. Bukhori-Muslim).[6]

3. Hadits tentang keutamaan menuntut ilmu


Adapun munasabah yang berkaitan tentang keutamaan menuntut ilmu yaitu,
Dari Anas bin Malik Rasulallah SAW bersabda:“barang siapa keluar untuk mencari ilmu
maka ia berada di jalan Allah sehingga ia kembali. (HR. Tirmidzi).
Dalam hadits yang kedua Rasulullah menegaskan bahwa menuntut ilm itu dinilai
sebagaai berjuang di jalan Allah, sehingga barang siapa yang mencari ilmu dengan sungguh-
sungguh dia akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda bahkan bila sesorang meninggal dunia
saat mencari ilmu dia akan mendapatkan surganya Allah karena dinilai sama dengan mati syahid.

4. Hadits tentang peran ilmu terhadap pendidikan


Rosulullah SAW memerintahkan untuk mendidik anak-anaknya dengan tiga perangai :
a. Cinta terhadap Nabinya, karena cinta terhadap Nabi adalah lebih utama dari pada cinta terhadap
kedua orang tuanya bahkan terhadap dirinya sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits
:
‫ ال يؤمن احدكم حتى اكون احب‬: ‫ قال النبي صلى هللا عليه وسلم‬. ‫عن انس بن مالك رضى هللا عنه انه قال‬
)‫ (رواه البخارى‬.‫اليه من والده وولده والناس اجمعين‬
Dari Anas r.a. bahwasanya dia berkata, Nabi SAW bersabda,” Seseorang diantara kamu tidak
beriman, sehingga aku lebih dicintai daripada orang tua, anak-anak dan manusia seluruhnya.” (
H.R. Bukhori )[7]

b. Cinta kepada keluarga Nabi, karena barang siapa cinta kepada seseorang maka ia akan cinta
kepada apa yang dicintai oleh seseorang tersebut dan keturunanya. Sesungguhnya keluarga Nabi
adalah lebih berhak mendapatkan cinta, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Ahzab ayat
33 :
‫انما يريد هللا ليذهب عنكم الرجس اهل البيت و يطهركم تطهيرا‬
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

c. Memberikan pengajaran Al-Qur’an terhadap anak, belajar Al-Qur’an dan mengamalkanya adalah
yang paling penting dan utama, karena dengan Al-Qur’an manusia menjadi umat yang paling
mulya, sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dari sahabat Ustman r.a.
Rosulullah SAW bersabda :
.‫عن عثمان بن عفان رضى هللا عنه عن النبى صلى هللا عليه وسلم قال ان افضلكم من تعلم القران و علمه‬
)‫(رواه البخارى‬
Dari Ustman bin Affan r.a., dari Nabi SAW,beliau bersabda : Sesungguhnya orang termulia
diantara kamu adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. (H.R. Bukhari)

C. Hadis-Hadis tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

o Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Qur’an Al mujadalah 11)
o Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (HR. Ibnu Majah)
o Seseorang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu niscaya Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju Syurga (Shahih Al jami)
o Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke
syorga. (HR. Muslim).
o “Barangsiapa melalui suatu jalan untuk mencari suatu pengetahuan (agama), Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.”(Bukhari)
o Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai dia kembali
(Shahih Tirmidzi)
o Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah
rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani)
o Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Qur’an dan yang mengajarkannya (HR bukhari
)
o Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang ‘abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama
terhadap seluruh bintang. (HR. Abu Dawud )
o Siapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah akan memberikannya pemahaman
terhadap Agama (Sahih Ibnu Majah)
o Abdullah bin Mas’ud berkata, “Nabi saw bersabda, Tidak boleh iri hati kecuali pada dua hal,
yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu dikuasakan penggunaannya
dalam kebenaran, dan seorang laki-laki diberi hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan
perkara dan mengajar dengannya.(Bukhari)
o Termasuk mengagungkan Allah ialah menghormati (memuliakan) ilmu, para ulama, orang
tua yang muslim dan para pengemban Al Qur’an dan ahlinya, serta penguasa yang adil. (HR.
Abu Dawud dan Aththusi)
o Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk
diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula
menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik
perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka … neraka.
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
o Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada
hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka. (HR. Abu Dawud)
o Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah
menjadikan ilmunya tidak bermanfaat. (HR. Al-Baihaqi)
o Sesungguhnya Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara merenggut tetapi dengan
mewafatkan para ulama sehingga tidak lagi tersisa seorang alim. Dengan demikian orang-
orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang dungu lalu ditanya dan dia memberi fatwa
tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan. (Mutafaq’alaih)
o Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya. Sesungguhnya
berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya daripada berkhianat dalam
harta. (HR. Abu Na’im)
Sedikit ilmu lebih baik dari banyak ibadah. Cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika
dia mampu beribadah kepada Allah (dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa
bangga (ujub) dengan pendapatnya sendiri. (HR. Ath-Thabrani)

D. Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah

ILMU merupakan ibadah. Sebagian ulama bahkan mengatakan: “Ilmu adalah


shalat yang tersembunyi dan ibadah hati. (Hilyah Thalibul Ilm hal. 9)

"Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan
mengikhlaskan agama kepada-Nya." (Al Bayyinah: 5)
Maka tentunya dibutuhkan keikhlasan dalam menuntutnya, yakni benar-benar karena
Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan karena kepentingan dunia. Allah berfirman:
Nabi juga bersabda:
"Barangsiapa mempelajari ilmu yang diharapkan dengannya wajah Allah Subhanahu wa
Ta’ala (ilmu syariat -pent), ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan bagian dari
dunia, maka ia tidak akan mendapatkan bau surga pada hari kiamat." (Shahih, HR. Ahmad,
Abu Dawud, Hakim, dan Baihaqi. Lihat Shahihul Jami’: 6159)
Seorang muslim tidaklah cukup hanya menyatakan ke-Islamannya, tanpa memahami Islam
dan mengamalkannya. Pernyataannya itu harus dibuktikan dengan melaksanakan
konsekuensi dari Islam.
Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi. Seorang muslim
diwajibkan untuk menuntut ilmu syar’i. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam bersabda :
 ) ‫(رواه ابن ماجه عن أنس بن مالك‬ َ ٌ‫ب ا ْل ِع ْل ِم فَ ِر ْيضَة‬
ْ ‫علَى ك ُِل ُم‬
‫س ِل ٍم‬ ُ َ‫َطل‬
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.
(HR Ibnu Majah No. 224 dari shahabat Anas bin Malik t, lihat Shahih Jamiush Shagir, no. 3913)

You might also like