Bab I

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

BAB I

STRATEGI PERANCANGAN

1.1 Latar Belakang


Produksi propena sebagian besar merupakan turunan dari industri
penyulingan minyak dan olefin. Permintaan propena di Asia saat ini sedang tinggi,
namun output propena dari kilang minyak dan olefin cracker menurun. Selain dapat
dihasilkan dari industri penyulingan minyak dan olefin, propena juga dapat
diproduksi dari bahan baku propana. Ini didukung dengan adanya persediaan
propana di Amerika Serikat yang berlimpah [1].
Di Indonesia, pada tahun 2007 produksi propena diketahui mencapai
474.435 ton, kemudian di tahun berikutnya turun menjadi 440.627 ton, lalu
meningkat menjadi 489.925 ton di tahun 2009. Pada tahun 2010, produksi propena
naik menjadi 528.560 ton, tetapi di tahun 2011 surut menjadi 429.250 ton, tetapi
pada tahun 2012 hanya 380.400 ton. Permintaan olefin di dalam negeri cenderung
terus meningkat, sementara kapasitas industrinya terbatas, maka untuk memenuhi
permintaan tersebut terpaksa dilakukan impor. Selama 2007 – 2012 impor propena
mengalami pertumbuhan 13,22% rata-rata per tahun [2].
Propena di Indonesia saat ini dikonsumsi antara lain oleh Industri acrylic
acid, industri oxo alcohol dan industri polypropylene. Namun industri dalam negeri
diperkirakan akan mengalami kekurangan pasokan (shortage) propena.
Kekurangan pasokan propena merupakan peluang investasi dan perkiraan akan
terjadi mulai tahun 2019, yang jumlahnya mendekati 200.000 ton [2].
Propena termasuk dalam salah satu produk industri olefin hulu yang
digunakan sebagai bahan baku induk untuk pembuatan bahan antara (intermediate
product) misalnya untuk pembuatan polipropilen (serat plastik), polipropilen
oksida (bahan baku polyurethanes atau lebih dikenal sebagai busa padat dan
fleksibel), acrolein (bahan baku resin plastik dan nilon 6/6), dan berbagai bahan
baku industri lainnya.
Tujuan didirikannya pabrik propena dari propana di Indonesia adalah
sebagai berikut :
1. Mendukung struktur industri kimia di Indonesia, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan bahan baku produksi dalam negeri.
2. Sebagai pemasok bahan baku bagi Intermediate Petrochemical Industries.
3. Menurunkan jumlah impor, yang berarti menghemat devisa negara.
4. Membuka kesempatan untuk ahli teknologi karena untuk mendirikan
sebuah pabrik diperlukan tenaga ahli terdidik.
5. Membuka lapangan kerja baru sehingga mengurangi angka pengangguran,
kemiskinan dan peningkatan pendapatan asli daerah setempat.

1.2 Penetapan Kapasitas Produksi


Penetapan kapasitas pabrik propena ini didasarkan pada beberapa
pertimbangan yaitu :
1. Kebutuhan Indonesia
Tabel 1. Kebutuhan Propena di Indonesia [3]
Tahun Impor (ton/tahun)
2010 427022
2011 246334
2012 185557
2013 292382
2014 233936

Analisa secara metode grafik dan least square untuk memperkirakan


kapasitas produksi propena adalah sebagai berikut :
 Metode Grafik
Analisa penentuan kapasitas kebutuhan propena dapat dilakukan
dengan menggunakan metode grafik, dimana data kebutuhan yang telah
diperoleh diplot kedalam grafik sebagai niali Y dan tahun sebagai nilai X,
akan diperoleh persamaan yang akan digunakan untuk menentukan
kapasitas produksi. berikut grafik dan persamaan dari data kebutuhan yang
telah diperoleh :
500000

Kebutuhan (ton/tahun)
400000
300000
200000
100000 y = -34012x + 7E+07
R² = 0.3413
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun

Gambar 1. Grafik Data Kebutuhan Propena di Indonesia


Berdasarkan gambar 1 diperoleh sebuah persamaan linier yaitu y = -
34012x + 70000000. Dengan menggunakan persamaan tersebut, akan
diperoleh proyeksi kebutuhan propena untuk beberapa tahun yang akan
datang. Hasil proyeksi kebutuhan propena hingga tahun 2021 dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 2. Proyeksi Kebutuhan Propena dengan Menggunakan Grafik
Tahun Kebutuhan (ton/tahun)
2015 1465195
2016 1431183
2017 1397170
2018 1363158
2019 1329146
2020 1295133
2021 1261121
2022 1227109

2. Produksi Propena di Indonesia


Menurut kementrian perindustrian tahun 2012 produksi propena di
Indonesia sebesar 380400 ton/tahun [2]. Jika selanjutnya data produksi propena
tersebut dianggap konstan maka data kekurangan propena di Indonesia dapat kita
olah sebagai berikut :
Dari data kebutuhan dan produksi yang telah diuraikan diatas bisa diperoleh
nilai total kekurangan propena di Indonesia.
Kekurangan propena = Kebutuhan propena tahun 2022 – Produksi di
Indonesia
= 1227109 ton/tahun – 380400 ton/tahun
= 847336 ton/tahun
Dari data kekurangan propena yang diproyeksikan pada tahun 2022 tersebut
kami kemudian mengambil 20% untuk kapasitas pabrik yang akan didirikan,
sehingga diperoleh nilai 169467 ton/tahun.
 Metode Least Square
Pada metode least square persamaan yang digunakan sama seperti
regresi linier pada metode grafik, yaitu y = ax + b.
Tabel 3. Data Perhitungn Kebutuhan Propena Menggunakan Least Square
No Tahun (xi) Jumlah (yi) (xi.yi) (xi^2)
1 2010 427022 858315094 4040100
2 2011 246334 495379168 4044121
3 2012 185557 373342614 4048144
4 2013 292382 588566586 4052169
5 2014 233936 471148786 4056196
 10060 1385234 2.787E+09 20240730

𝑦𝑖.å𝑥𝑖 −𝑛𝑥𝑖.𝑦𝑖
A= 𝑥𝑖.å𝑥𝑖 −𝑛𝑥𝑖 2
(1385234 x 10060)−(5 x 2.787E+09)
A= (10060 x 10060)−(5 𝑥 20240730)

A = - 34012
𝑦𝑖−𝐴𝑥𝑖
B= 𝑛
1385234−(−34012 x 10060)
B= 5

B = 70000000
Maka diperoleh persamaan sebagai berikut :
Y = Ax + B
Y = -34012x + 70000000
Berdasarkan persamaan tersebut, diperoleh proyeksi kebutuhan akan
propena untuk 8 tahun yang akan datang yaitu :
Tabel 4. Proyeksi Kebutuhan Propena Menggunakan Metode Least Square
Tahun Kebutuhan (ton/tahun)
2015 1465187
2016 1431175
2017 1397163
2018 1363150
2019 1329138
2020 1295126
2021 1261113
2022 1227736

Selanjutnya menurut kementrian perindustrian tahun 2012 produksi


propena di Indonesia sebesar 380400 ton/tahun [2]. Jika selanjutnya data
produksi propena tersebut dianggap konstan maka data kekurangan propena
di Indonesia dapat kita olah sebagai berikut :
Dari data kebutuhan dan produksi yang telah diuraikan diatas bisa
diperoleh nilai kapasitas pabrik yang akan didirikan yaitu :
Kekurangan propena = Kebutuhan propena tahun 2022 – Produksi di
Indonesia
= 1227109 ton/tahun – 380400 ton/tahun
= 847336 ton/tahun
Dari data kekurangan propena yang diproyeksikan pada tahun 2022
tersebut kami kemudian mengambil 20% untuk kapasitas pabrik yang akan
didirikan, sehingga diperoleh nilai 169467 ton/tahun. Sehingga kami
menentukan 170000 ton/tahun sebagai kapasitas pendirian pabrik propena
di Indonesia.

1.3 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk


1.3.1 Spesifikasi Bahan Baku
a. Propan
Tabel 5. Sifat Fisik Propan [4] [5]
Chemical Formula C3H8
Molecular Weight (lb/mol) 44.09
Boiling Point (°F) -43.8
Melting Point (°F) -305.9
Liquid Density @ 70°F 1 atm (lb/ft3) 31.12
Gas Density @ 70°F 1 atm (lb/ft3) 0.1160
Specific Gravity @ -58°F 0.59
Specific Heat @ 70°F (Btu/lbmol-°F) 17.71

Sifat Kimia :
 Bewujud gas dalam keadaan normal, tetapi dapat dikompresi
menjadi cairan.
 Dikenal sebagai LPG (Liquified Petroleum Gas) yang dapat berupa
campuran dengan sejumlah kecil propena, butane, dan butena.
 Pada keadaan oksigen berlebih, propane terbakar dan membentuk
air dan karbon dioksida.
C3H8 + 5O2 3CO2 + 4H2O + panas
 Propane lebih berat dari udara (1.5 kali lebih padat).
 Propana tidak beracun, namun jika terhirup akan menimbulkan
asfiksi ringan karena kekurangan oksigen.
1.3.2 Spesifikasi Bahan Pembantu
a. Pt/Al2O3
Sifat-sifat Katalis Pt/Al2O3 [6]:
 Aktivitas, selektivitas dan stabilitas katalis dapat ditingkatkan
dengan menggunakan timah sebagai promotor.
 Dispersi seragam platinum pada permukaan yang dibentuk oleh
alumina.
 Stabilitas termal yang tinggi dan keasaman rendah.
1.3.3 Spesifikasi Produk
a. Propena
Tabel 6. Sifat Fisik Propena [4] [5]
Chemical Formula C3H6
Molecular Weight (lb/mol) 42.08
Boiling Point (°F) -53.9
Melting Point (°F) -301.4
Liquid Density @ 70°F 1 atm (lb/ft3) 31.92
Gas Density @ 70°F 1 atm (lb/ft3) 0.1105
Specific Gravity @ -52.6°F 0.609
Specific Heat @ 70°F (Btu/lbmol-°F) 15.56

Sifat Kimia :
 Gas yang tidak berwarna, sangat mudah terbakar.
 Merupakan senyawa organik tak jenuh, mempunyai satu ikatan
rangkap dua dan merupakan senyawa alkena paling sederhana kedua
setelah etena.
b. Hidrogen
Tabel 7. Sifat Fisik Hidrogen [5]
Formula H2
Molecular Weight (lb/mol) 2
Boiling Point (°F) -423
Melting Point (°F) -434
Gas Density @ 70°F 1 atm (lb/ft3) 0.0052
Specific Gravity 0.069
Specific Heat @ 70°F (Btu/lbmol-°F) 6.87

Sifat Kimia :
 Larut Dalam berbagai senyawa logam.
 Sangat mudah terbakar. Entalpi pembakaran hidrogen adalah -286
kJ/mol. Hidrogen terbakar menurut persamaan kimia :
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)
 Bereaski spontan dan hebat pada suhu kamar dengan klorin dan
fluorin menghasilkan hidrogen halida berupa hidrogen klorida dan
hidrogen fluorida yang merupakan asam berbahaya.

1.4 Lokasi Pabrik


Banyak hal yang dapat dipertimbangkan untuk memilih lokasi pabrik.
Pertimbangan-pertimbangan yang diambil untuk pemilihan lokasi pabrik propena
ini adalah sebagai berikut :
1. Sumber bahan baku
Bahan baku adalah faktor utama dalam penentuan lokasi pabrik. Bahan baku
yang digunakan ialah propan. Propan merupakan by product dari proses
hydrocracking pengilangan minya, fluidized catalytic cracking (FCC) dan Resid
Catalytic Cracking (RCC), yang bisa didapat dari PT. Pertamina UP VI yang
berlokasi di Balongan – Indramayu, sehingga pendirian pabrik ini akan didirikan di
Balongan – Indramayu (Jawa Barat).

Gambar 2. Peta Rencana Lokasi Pabrik Propena


2. Pemasaran Produk
Produk propena ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan di dalam
negeri maupun luar negeri. Propena banyak digunakan sebagai bahan baku induk
untuk pembuatan bahan antara (intermediate product) misalnya untuk pembuatan
polipropilen (serat plastik), polipropilen oksida (bahan baku polyurethanes atau
lebih dikenal sebagai busa padat dan fleksibel), acrolein (bahan baku resin plastik
dan nilon 6/6), dan berbagai bahan baku industri lainnya. Pemasaran produk di
dalam negeri yaitu di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Banten dan
beberapa provinsi lainnya di Indonesia yang merupakan daerah industri. Serta untuk
pemasaran ke luar negeri yaitu di Thailand, Malaysia, dan beberapa negara ASEAN
lainnya dimana negara-negara tersebut merupakan negara produsen polipropilen.

3. Sistem Transportasi
Sitem transportasi yang dominan adalah darat dan laut. Pengangkutan
bahan-bahan baku ke lokasi dan pemasaran sekitar dengan jalan transportasi darat.
Pemasaran luar pulau jawa dan ekspor ke negara-negara ASEAN dengan jalan
transportasi laut melalui pelabuhan Cirebon atau pelabuhan Pamanukan di Subang,
Jawa Barat.
4. Tenaga Kerja
Penyediaan tenaga kerja tidak sulit, mengingat angka pengangguran di
Indonesia masih tinggi yaitu 7,040,323 orang pada tahun 2017 [7].
5. Persediaan Air
Suatu jenis pabrik memerlukan sejumlah air yang cukup banyak. Karena itu,
di daerah lokasi diperlukan adanya sumber air yang cukup. Daerah Balongan dekat
dengan kawasan pantai sehingga persediaan air dapat tercukupi.
6. Kemasyarakatan
Sikap, tanggapan dari masyarakat daerah terhadap pembangunan pabrik
perlu diperhatikan dengan seksama, karena hal ini akan menentukan perkembangan
pabrik di masa yang akan datang. Keselamatan dan keamanan masyarakat perlu
dijaga dengan baik. Keadaan sosial masyarakat di daerah Balongan sudah terbiasa
dengan adanya lingkungan industri, sehingga pendirian pabrik baru dapat diterima
dan dapat beradaptasi dengan mudah dan cepat.

1.5 Pemilihan Proses


Proses yang digunakan dalam produksi propena dari bahan baku propan
mengguanakan proses dehidrogenasi. Dehidrogenasi merupakan reaksi kimia yang
melibatkan penghilangan hidrogen dari molekul organik. Proses ini bersifat
endotermik dan membutuhkan suhu minimal 500°C. Proses dehidrogenasi terdiri
dari beberapa teknologi:
1. Teknologi Oleflex
2. Teknologi Catofin
3. Teknologi STAR
Teknologi-teknologi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Teknologi Oleflex
Teknologi Oleflex dikembangkan dan dikomersilkan oleh UOP. Proses
UOP Oleflex adalah teknologi dehidrogenasi katalitik untuk produksi olefin ringan
dari parafin. Salah satu aplikasi spesifik dari teknologi ini menghasilkan propena
dari propan [8]. Proses Oleflex menggunakan platinum pada katalis alumina. Empat
reaktor adiabatik dioperasikan secara seri seperti yang ditunjukkan pada gambar
berikut :

Gambar 3. Proses Oleflex [9]


Proses Oleflex menggunakan regenerator CCR untuk terus meregenerasi
katalis dan mempertahankan konversi dan selektivitas yang tinggi. Proses ini adalah
endotermik sehingga interheater dimasukkan antara setiap reaktor untuk
mempertahankan suhu reaktor yang diinginkan. Hasil propena lebih dari 85%
dengan menggunakan proses Oleflex [9].
2. Teknologi Catofin
Teknologi Catofin dikomersialkan oleh ABB Lummus, berasal langsung
dari proses Catadiene, awalnya dikembangakan oleh Eugene Houdry untuk
dehidrogenasi n-butana menjadi butadiena. Teknologi ini menggunakan reaktor
adiabatik fixed-bed dimana ada pergantian antara reaksi dan siklus regenerasi.
Reaktor digunakan secara paralel. Panas reaksi disimpan di dalam katalis selama
regenerasi dan dilepaskan selama reaksi. Reaksi berlangsung pada katalis
berdasarkan oksida kromium dan alumina. Suhu yang dibutuhkan pada proses ini
adalah 860-920°K, tekanan antara 33 dan 50 kPa [10].
Gambar 4. Proses Catofin [11]
3. Teknologi STAR
Teknologi STAR (Steam Active Reforming), awalnya dikembangkan oleh
Phillips, sekarang dikembangkan oleh Krupp-Uhde. Teknologi ini digunakan untuk
mendehidrogenasi parafin yang berbeda secara signifikan dengan kandungan
karbon ≤ C5. Kebutuhan untuk regenerasi periodik dari katalis memaksakan
penggunaan beberapa reaktor secara paralel. setiap reaktor terdiri dari beberapa
tabung katalis yang dikemas dalam tungku pembakaran, yang menyediakan panas
menuju katalis. Fase aktif katalis terbuat dari platinum (0.01-5% berat), dengan
promotornya adalah timah (0,1-5% berat), supported oleh seng atau magnesium
aluminat dan terikat dengan kalsium aluminat. Setelah katalis diregenerasi dan
digunakan kembali maka 1-2 tahun kedepan katalis harus segera diganti.

Gambar 5. Proses STAR [12]


Berikut ini merupakan perbandingan dari ketiga proses diatas :
Tabel 8. Perbandingan Teknologi Proses Produksi Propena

Proses Oleflex Catofin STAR

Endotermal Fixed Adiabatik Fixed Fixed Bed


Reaktor
Bed Bed Tubular
Propan, Etan,
Bahan Baku Propan Propan
Butan, Sulfur

Temperatur (ºK) 820 – 890 860 – 920 843 – 863

Tekanan (bar) 2 0.5 (vacuum) 5

Katalis Pt/Al2O3 Cr/Al2O3 Pt/MgAl2O4

%Yield 99.5 % 86 % 80 %

Berdasarkan beberapa teknologi/proses produksi propena pada tabel 6 maka


dipilih teknologi/proses Oleflex karena yield yang dihasilkan lebih besar
dibandingkan dengan proses lainnya.

You might also like