Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri muka atau yang lebih dikenal sebagai trigeminal neuralgia


merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah satu sisi yang berulang.
Disebut Trigeminal neuralgia, karena nyeri di wajah ini terjadi pada satu atau
lebih saraf dari tiga cabang saraf Trigeminal. Saraf yang cukup besar ini
terletak di otak dan membawa sensasi dari wajah ke otak. Rasa nyeri
disebabkan oleh terganggunya fungsi saraf Trigeminal sesuai dengan daerah
distribusi persarafan salah satu cabang saraf Trigeminal yang diakibatkan
oleh berbagai penyebab.1,2
Neuralgia Trigeminal banyak diderita pada usia diatas sekitar 40 tahun
dengan rata – rata antara 50 sampai 58 tahun, walaupun kadang – kadang
ditemukan pada usia muda terutama jenis atipikal atau sekunder, dan ada
yang melaporkan kasus neuralgia trigeminal pada anak laki – laki usia 9
tahun. Kasus neuralgia trigeminal primer atau idiopatik lebih banyak
dibanding neuralgia trigeminal sekunder. Pada wanita sedikit lebih banyak
dibandingkan dengan laki- laki dengan perbandingan 1,6 : 1. Faktor ras dan
etnik tampaknya tidak terpengaruh terhadap kejadian Neuralgia Trigeminal.
Prevalensi lebih kurang 155 per 100.000 penduduk, angka prevalensi maupun
insidensi untuk Indonesia belum pernah dilaporkan3.
Serangan neuralgia Trigeminal dapat berlangsung dalam beberapa detik
sampai dua menit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa
seperti ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup berat,
seperti nyeri seperti saat terkena setrum listrik.1,2
Trigeminal Neuralgia merupakan penyakit yang relatif jarang, tetapi
sangat mengganggu kenyamanan hidup penderita, namun sebenarnya
pemberian obat untuk mengatasi Trigeminal neuralgia biasanya cukup efektif.
Obat ini akan memblokade sinyal nyeri yang dikirim ke otak, sehingga nyeri
berkurang, hanya saja banyak orang yang tidak mengetahui dan

1
menyalahartikan Neuralgia Trigeminal sebagai nyeri yang ditimbulkan karena
kelainan pada gigi, sehingga pengobatan yang dilakukan tidaklah tuntas.4
B. Tujuan
Penulisan referat ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh
tentang trigeminal neuralgia agar dapat mendiagnosa lebih dini dan
penatalaksanaan yang tepat.

C. Manfaat Penulisan
Penulisan referat yang dilakukan dapat menambah pengetahuan penulis
mengenai trigeminal neuralgia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Neuralgia Trigeminal ( NT) digambarkan oleh IASP ( International
Association for the study of Pain ) sebagai nyeri di wajah yang timbulnya
mendadak, biasanya unilateral. Nyerinya singkat dan berat seperti ditusuk
disalah satu cabang nervus trigeminus.5
Dalam Konsensus Nasional II kelompok studi nyeri kepala
Perdossi, neuralgia trigeminal dideskripsikan sebagai suatu serangan nyeri
wajah dengan gejala khas berupa nyeri unilateral, tiba – tiba, seperti
tersengat aliran listrik berlangsung singkat, jelas terbatas pada satu atau
lebih distribusi cabang nervus trigeminus. Nyeri umumnya dicetuskan oleh
stimulus ringan dan timbul spontan. Terdapat “ trigger area” diplika
nasolabialis dan atau dagu. Pada umumnya terjadi remisi dalam jangka
waktu yang bervariasi.6

B. Epidemiologi
Neuralgia Trigeminal banyak diderita pada usia diatas sekitar 40
tahun dengan rata – rata antara 50 - 58 tahun , walaupun kadang – kadang
ditemukan pada usia muda terutama jenis atipikal atau sekunder, dan ada
yang melaporkan kasus neuralgia trigeminal pada anak laki – laki usia 9
tahun. Pada wanita sedikit lebih banyak dibandingkan dengan laki- laki
dengan perbandingan 1,6 : 1. Faktor ras dan etnik tampaknya tidak
terpengaruh terhadap kejadian Neuralgia Trigeminal. Prevalensi lebih
kurang 155 per 100.000 penduduk dan insidensi 40 per 1.000.000.Angka
prevalensi maupun insidensi untuk Indonesia belum pernah dilaporkan .
Bila insidensi dianggap sama dengan Negara lain maka terdapat ± 8000
penderita baru pertahun. Akan tetapi mengingat harapan hidup orang
Indonesia makin tinggi maka diperkirakan prevalensi penderita Neuralgia
Trigeminal akan meningkat.7,8

3
C. Etiologi
Mengenai etiologi sampai sekarang juga masih belum jelas, tetapi
ada beberapa penyebab yang berhubungan dengan gigi. Seperti diketahui
N. V merupakan satu-satunya serabut saraf yang kemungkinan selalu
dihadapkan dengan keadaan sepsis sepanjang hidup. Keadaan sepsis
tersebut dapat berupa karies gigi, abses, sinusitis, pencabutan gigi oleh
berbagai sebab, infeksi periodontal, yang kesemuanya diperkirakan dapat
menjadi penyebab NT. Akan tetapi bukti lain menunjukkan banyak juga
penderita dengan infeksi disekitar mulut, mencabut gigi yang tidak
menderita NT. Disisi lain, tidak jarang pula penderita NT yang ditemukan
tanpa menderita infeksi seperti tersebut diatas.8
Dahulu diketahui bahwa NT berawal dari dikeluhkannya rasa nyeri
area mulut pasca suatu prosedur dental sehingga berakibat munculnya
diagnosis sebagai dry socket pasca ekstraksi gigi. Oleh karena seringnya
keluhan nyeri dirasakan pada gigi geligi atas atau bawah disatu sisi, maka
penderita terdorong mencari pengobatan ke bagian gigi dengan asumsi
nyeri tersebut berasal dari gigi.10
Setelah dilakukan ekstraksi gigi timbul nyeri setelah 24-48 jam
kemudian dan biasanya disebabkan adanya osteitis superfisial pada tulang
alveolar. Pada pemeriksaan tidak menunjukkan adanya pembekuan darah
setelah dilakukan ekstraksi maupun tidak ada nyeri lokal pada waktu
dilakukan palpasi.11
Satu laporan kasus disebutkan kurang lebih sekitar 2 bulan setelah
dilakukan ” endodontic treatment ” timbul nyeri paroxysmal yang tajam,
dan makin bertambah frekwensinya, dan nyeri timbul bila ada ” trigger ”
sentuhan ringan pada pipi kiri dan setiap serangan berlangsung 1-2 detik
dan kadang sampai 5-10 serangan berulang, kemudian akhirnya didiagnosa
sebagai Neuralgia Trigeminal.12
Pada satu penelitian kasus dari 48 penderita dengan NT , 31
penderita yang diobati sebelumnya telah mengalami 83 tindakan prosedur
”dental” diantaranya ekstraksi tunggal, ekstraksi multipel, prosedur

4
endodontik, ” complete denture”, ” periapical surgery ” dan sebagainya.
Kesimpulan hasil penelitian didapatkan adanya korelasi yang bermakna
antara sejumlah pasien yang mendapat tindakan terapi ”dental” dengan
durasi terjadinya neuralgia trigeminal.5

D. Manifestasi Klinis
Trigeminal neuralgia memberikan gejala dan tanda sebagai berikut :13
1. Rasa nyeri berupa nyeri neuropatik, yaitu nyeri berat paroksimal, tajam,
seperti menikam, tertembak, tersengat listrik, terkena petir, atau
terbakar yangberlangsung singkat beberapa detik sampai beberapa
menit tetapi kurang daridua menit, tiba-tiba dan berulang. Diantara
serangan biasanya ada interval bebasnyeri, atau hanya ada rasa tumpul
ringan.
2. Lokasi nyeri umumnya terbatas di daerah dermatom nervus trigeminus
dan yangkarakteristik nyeri unilateral. Tersering nyeri didaerah
distribusi nervusmandibularis (V2) 19,1% dan nervus maksilaris (V3)
14,1% atau kombinasikeduanya 35,9% sehingga paling sering rasa
nyeri pada setengah wajah bawah.Jarang sekali hanya terbatas pada
nervus optalmikus (V3) 3,3%. Sebagian pasiennyeri terasa diseluruh
cabang nervus trigeminus (15,5%) atau kombinasi nervusmaksilaris dan
optalmikus (11,5%). Jarang ditemukan kombinasi nyeri padadaerah
distribusi nervus optalmikus dan mandibularis (0,6%). Nyeri
bilateral3,4%, nyeri jarang terasa pada kedua sisi bersamaan, umumnya
diantara keduasisi tersebut dipisahkan beberapa tahun. Kasus bilateral
biasanya berhubungandengan sklerosis multiple atau familial.
3. Trigeminal neuralgia dapat dicetuskan oleh stimulus non-noksius seperti
perabaanringan, getaran, atau stimulus mengunyah. Akibatnya pasien
akan mengalamikesulitan atau timbul saat gosok gigi, makan, menelan,
berbicara, bercukurwajah, tersentuh wajah, membasuh muka bahkan
terhembus angin dingin.Biasanya daerah yang dapat mencetuskan nyeri
(triger area) diwajah bagian depan, sesisi dengan nyeri pada daerah

5
percabangan nervus trigeminus yang sama. Bila triger area didaerah
kulit kepala, pasien takut untuk berkeramas atau bersisir.
4. Nyeri pada trigeminal neuralgia dapat mengalami remisi dalam satu
tahun atau lebih. Pada periode aktif neuralgia, karakteristik terjadi
peningkatan frekuensi dan beratnya serangan nyeri secara progresif
sesuai dengan berjalannya waktu. 4.5. Sekitar 18% penderita dengan
trigeminal neuralgia, pada awalnya nyeri atipikal yang makin lama
menjadi tipikal, disebut preneuralgia trigeminal. Nyeri terasa tumpul,
terus-menerus pada salah satu rahang yang berlangsung beberapa hari
sampai beberapa tahun. Stimulus termal dapat menimbulkan nyeri
berdenyut sehingga sering dianggap sebagai nyeri dental. Pemberian
terapi anti konvulsan dapat meredakan nyeri preneuralgia trigeminal
sehingga cara ini dapat dipakai untuk membedakan kedua nyeri
tersebut. 4.6. Pada pemeriksaan fisik dan neurologik biasanya normal
atau tidak ditemukan defisit neurologik yang berarti. Hilangnya
sensibilitas yang bermakna pada nervus trigeminal mengarah pada
pencarian proses patologik yang mendasarinya, seperti tumor atau
infeksi yang dapat merusak syaraf. Pada tumor selain nyerinya atipikal
dan hilangnya sensibilitas, disertai pula gangguan pada syaraf kranial
lainnya.

E. Klasifikasi
Menurut klasifikasi IHS ( International Headache Society )
membedakan NT klasik dan NT simptomatik. Termasuk NT klasik adalah
semua kasus yang etiologinya belum diketahui ( idiopatik ) Sedangkan NT
simptomatik dapat akibat tumor, multipel sklerosis atau kelainan di basis
kranii. Sebagai indikator NT simptomatik adalah defisit sensorik n.
Trigeminus, terlibatnya nervus trigeminus bilateral atau kelainan refleks
trigeminus. Tidak dijumpai hubungan antara NT simptomatik dengan
terlibatnya nervus trigeminus cabang pertama, usia muda atau kegagaralan
terapi farmakologik.6

6
Perbedaan neuralgia trigeminus idiopatik dan simptomatik :9
Neuralgia Trigeminus Idiopatik :
1. Nyeri bersifat paroxysmal dan terasa diwilayah sensorik cabang
maksilaris, sensorik cabang maksilaris dan atau mandibularis.
2. Timbulnya serangan bisa berlangsung 30 menit yang berikutnya
menyusul antara beberapa detik sampai menit.
3. Nyeri merupakan gejala tunggal dan utama.
4. Penderita berusia lebih dari 45 tahun , wanita lebih sering mengidap
dibanding laki-laki.
Neuralgia Trigeminus simptomatik.
1. Nyeri berlangsung terus menerus dan terasa dikawasan cabang
optalmikus atau nervus infra orbitalis.
2. Nyeri timbul terus menerus dengan puncak nyeri lalu hilang timbul
kembali.
3. Disamping nyeri terdapat juga anethesia/hipestesia atau kelumpuhan
saraf kranial, berupa gangguan autonom ( Horner syndrom ).
4. Tidak memperlihatkan kecendrungan pada wanita atau pria dan tidak
terbatas pada golongan usia.

F. Patofisiologi
Patofisiologisampai saat ini belum ada penjelasan yang pasti dan
ada dua pendapat, yang pertama mengatakan bahwa gangguan mekanisme
perifer sebagai penyebab neuralgia trigeminal dan pendapat kedua
mengatakan gangguan mekanisme sentral.8
Gangguan saraf tepi sebagai penyebab NT didukung oleh data-data
klinis berupa:8
1. Ditemukannya peregangan atau kompresi nervus V.
2. Ditemukannya malformasi vaskular pada beberapa penderita NT.
3. Adanya tumor dengan pertumbuhan yang lambat.
4. Adanya proses inflamasi pada N.V.

7
Mekanisme sentral sebagai penyebab NT didukung oleh data-data klinis
sebagai berikut:8
1. Adanya periode laten yang dapat diukur antara waktu stimulus terhadap
trigger poin dan onset NT.
2. Serangan tak dapat dihentikan apabila sudah berlangsung.
3. Setiap serangan selalu diikuti oleh periode refrakter dan selama periode
ini pemicu apapun tidak dapat menimbulkan serangan.
4. Serangan seringkali dipicu oleh stimulus ringan yang pada orang
normal tidak menimbulkan gejala nyeri.
5. Nyeri yang menyebar keluar daerah yang diberi stimulus.
Penekanan mekanik pembuluh darah pada akar nervus ketika masuk ke
brainstem yang paling sering terjadi, sedangkan diatas bagian nervus
trigeminus/portiominor jarang terjadi. Pada orang normal pembuluh darah tidak
bersinggungan dengannervus trigeminus. Penekanan ini dapat disebabkan oleh
arteri atau vena baik besarmaupun kecil yang mungkin hanya menyentuh atau
tertekuk pada nervus trigeminus.Arteri yang sering menekan akar nervus ini
adalah arteri cerebelar superior.Penekanan yang berulang menyebabkan iritasi dan
akan mengakibatkan hilangnyalapisan mielin (demielinisasi) pada serabut saraf.
Sebagai hasilnya terjadi peningkatanaktifitas aferen serabut saraf dan
penghantaran sinyal abnormal ke nukleus nervustrigeminus dan menimbulkan
gejala trigeminal neuralgia. Teori ini sama denganpatofisiologi terjadinya
trigeminal neuralgia oleh karena suatu lesi atau tumor yangmenekan atau
menyimpang ke nervus trigeminus.14

G. Diagnosis
Diagnosia neuralgia trigeminal dibuat berdasarkan anamnesa pasien secara
teliti dan pemeriksaan fisik yang cermat. Kunci diagnosis adalah riwayat.
Umumnya, pemeriksaan dan test neurologis (misalnya CT scan) tak begitu jelas.
Faktor riwayat paling penting adalah distribusi nyeri dan terjadinya 'serangan'
nyeri dengan interval bebas nyeri relatif lama. Nyeri mulai pada distribusi divisi 2

8
atau 3 saraf kelima, akhirnya sering menyerang keduanya. Beberapa kasus mulai
pada divisi 115.
Biasanya, serangan nyeri timbul mendadak, sangat hebat, durasinya
pendek (kurang dari satu menit), dan dirasakan pada satu bagian dari saraf
Trigeminal, misalnya bagian rahang atau sekitar pipi. Nyeri seringkali terpancing
bila suatu daerah tertentu dirangsang (trigger area atau trigger zone)15.
Trigger zones sering dijumpai di sekitar cuping hidung atau sudut mulut.
Yang unik dari trigger zone ini adalah rangsangannya harus berupa sentuhan atau
tekanan pada kulit atau rambut di daerah tersebut. Rangsang dengan cara lain,
misalnya dengan menggunakan panas, walaupun menyebabkan nyeri pada tempat
itu, tidak dapat memancing terjadinya serangan neuralgi. Pemeriksaan neurologik
pada neuralgi Trigeminal hampir selalu normal. Tidak terdapat gangguan sensorik
pada neuralgi Trigeminal murni15.
Dilaporkan adanya gangguan sensorik pada neuralgia Trigeminal yang
menyertai multiple sclerosis. Sebaliknya, sekitar 1-2% pasien dengan MS juga
menderita neuralgia Trigeminal yang dalam hal ini bisa bilateral15.
Suatu varian neuralgia Trigeminal yang dinamakan tic convulsive ditandai
dengan kontraksi sesisih dari otot muka yang disertai nyeri yang hebat. Keadaan
ini perlu dibedakan dengan gerak otot muka yang bisa menyertai neuralgi biasa,
yang dinamakan tic douloureux. Tic convulsive yang disertai nyeri hebat lebih
sering dijumpai di daerah sekitar mata dan lebih sering dijumpai pada wanita
Secara sistematis, anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan sebagai berikut15:

Anamnesis
1. Lokalisasi nyeri, untuk menentukan cabang nervus trigeminus yang terkena.
2. Menentukan waktu dimulainya neuralgia Trigeminal dan mekanisme
pemicunya.
3.Menentukan interval bebas nyeri.
4. Menentukan lama, efek samping, dosis, dan respons terhadap pengobatan.
5. Menanyakan riwayat penyakit herpes.

9
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fungsi nervus trigeminus
1. pemeriksaan fungsi motorik
2. pemeriksaan fungsi sensorik
3. pemeriksaan refleks trigeminal yang terdiri dari:
- Reflek cornea
- Reflek lakrimasi
- Reflek bersin / nasal bechterew
-Reflek jaw jerk
- Menilai fungsi mengunyah (masseter) dan fungsi pterygoideus
(membuka mulut, deviasi dagu).
Pemeriksaan penunjang diagnostik seperti CT-scan kepala atau MRI dilakukan
untuk mencari etiologi primer di daerah posterior atau sudut serebelo-pontin16.

10
H. Diagnosa Banding17

1. Post Herpetic Neuralgia


Dengan Gejala; nyeri terbakar yang hebat dengan eksaserbasi
yang tajam, berifat unilateral, kuntinu, diprovokasi oleh raba ringan, tidak
ada factor yang dapat mengurangi gejala secara total, biasanya terdapat
gangguan sensorik.
2. Cluster headache
Sakit kepala yang hebat, menusuk, nyeri terbakar, unilateral dan
sering daerah trigeminal, sering terjadi pada malam hari, diprovokasi oleh
minuman alcohol, mata merah, hidung tersumbat, muka merah, sering
terjadi pada usia muda.
3. Glossopharingeal Neuralgia
Sakit yang hebat dan berlangsung cepat, unilateral pada distribusi
saraf glosopharingeal, paroksismal serangan dalam bentuk kelompok,
diprovoakasi oleh raba ringan, berkurang dengan pemberian
antikonvulsan.
4. Kelainan Temporomandibuler (Conten’s Sindrom)
Rasa sakit tumpul, berdenyut, unilateral atau bilateral pada daerah
aurikular, intermitten bertahun-tahun, diprovokasioleh gerakan rahang,
sering menetap walaupun stress telah berkurang.
5. Sinusitis
Rasa sakit sedang, berdenyut, mengenai satu atau dua sinus, nyeri
kontinu, akut/kronik, memberat dengan gerakan, dekompresi akan
mengurangi sakitnya, sering timbul nasal discharge.
6. Migrain
Nyeri hebat, berdenyut, unilateral dan sering berpindah ke sisi
lainnya, nyeri berlangsung beberapa jam, pasien dapat mengidentifikasi
faktor pencetus.

11
7. Giant Cell Arteritis
Nyeri hebat berdenyut dan menyengat, bersifat unilateral/bilateral
atau temporal, Intermitten/kontinu, Memberat bila mengunyah, membaik
dengan steroid, tampak arteri yang menebal dan berkelok-kelok.
8. Atypical Facial Pain
Nyeri yang berfariasi, lokasi bervariasi, kontinu dengan eksserbasi
tajam, diprovokasi oleh stress, disembuhkan dengan terapi yang tepat.

I. Terapi

Non Medikamentosa15
1. Rhizotomi termal selektif radiofrekuensi pada ganglion atau radiks
trigeminus yang dilakukan melalui kulit dengan anastesi local
sisertai barbturat kerja singkat. Efek sampingnya ialah anesthesia
dolorosa. Tindakan untuk destruksi serabut nyeri dalam nervus
trigeminus dapat dilakukan juga dengan bedah dingin
(cryosurgery) dan inflasi balon dalam rongga meckel.
2. Injeksi gliserol ke dalam sisterna trigeminus (rongga Meckel) dapat
dilakukan perkutan. Tindakan ini dapat menyembuhkan nyeri
dengan gangguan sensorik pada wajah yang minimal.
3. Bagi kebanyakan pasien terutama yang lebih muda, kraniektomi
suboksipital dengan bedah mikro untuk memperbaiki posisi
pembuluh darah yang menekan radiks saraf trigeminus pada tempat
masuknya pons, lebih dapat diterima karena tidak menyebabkan
defisit sensorik.
Medikamentosa18
1. Karbamazepin; 400-1200 mg/hari, 80% memberikan respon baik
terhadap pengobatan awal. Bila dipakai bersamaan dengan
phenitoin dapat menimbulkan ataksia. Komplikasinya; leucopenia,
trombositopenia, namun jarang terjadi.19
2. Phenitoin; 200-450 mg/hari

12
3. Klonazepam 0,5-1,0 mg 3x/hari; efektif pada beberapa kasus
4. Asam Valproat
5. Baclofen 5-10 mg 3x/hari; dapat diberikan tersendiri maupun
kombinasi dengan phenitoin / karbamazepin.

Pilihan Operasi17
1. Dekompresi Mikrovaskular – operasi melalui tengkorak,
yang mengangkat atau menyekat pembuluh darah (-pembuluh
darah) yang bertanggung jawab menggunakan bedahmikro –
metode efektif yang mengobati banyak orang dengan gangguan
ini. Ini dilakukan dibawah bius total. Setelah operasi, sebagian
besar pasien tidak mengalami mati rasa wajah dan tanpa nyeri,
tidak lagi membutuhkan obat-obatan. Itu merupakan operasi
besar, dan bukan tanpa bahaya. Sebagian besar komplikasi
serius dan membahayakan jiwa terjadi pada pasien berusia
diatas 65-70 tahun. Itu kurang efektif untuk pasien yang pernah
melakukan operasi lain sebelumnya.
2. Gangliotomi Radiofrekuensi Perkutan menggunakan jarum
khusus dimasukkan ke wajah dan energi panas dihasilkan
radiofrekuensi untuk merusak penampilan akar trigeminal
preganglionik secara selektif pada rongga Meckel. Itu
dilakukan saat pasien sadar dan memerlukan kerjasamanya dan
umpan balik akurat untuk meletakkan jarum dengan tepat. Itu
menyebabkan mati rasa wajah yang tidak dapat diubah.
Pengendalian tepat luasnya luka tidak selalu memungkinkan.
Tidak normal, sensasi tidak nyaman gatal, terbakar atau
merangkak (20% pasien) dapat menemani mati rasa wajah.
Ketika akut (0.3%), mereka menyusahkan pasien seperti nyeri
awal mereka, karena mereka dapat hadir terus menerus sebagai
rasa sangat terbakar tidak nyaman (bius dolorosa atau analgesia
dolorosa) yang tidak bereaksi terhadap pengobatan. Hilang rasa

13
pada divisiTrigeminal pertama membuat kornea tidak
mempunyai perasaan, dan meninggalkan pasien pada resiko
ulserasi kornea dan dapat mengakibatkan kehilangan
penglihatan.
3. Chemoneurolysis Gliserol Perkutan juga dilakukan
menggunakan jarum dimasukkan pada wajah dan dapat
dilakukan di bawah bius total. Biasanya hanya terdapat
kehilangan sensori ringan dan gejala sisa okulomotor atau
distetik yang langka. Tentu saja, itu memiliki resiko sama
dengan meningitis dan cedera jarum salah arah seperti teknik
perkutan lainnya. Dibandingkan dengan radiofrekuensi
gangliotomi, tingkat timbulnya kembali nyeri lebih tinggi,
tetapi ini bukan ketidakuntungan yang signifikan, karena
prosedur dapat dengan mudah diulang dan ditolernsi dengan
baik.
4. Operasi Pisau Gamma contohnya pengobatan radiasi
dilakukan tanpa membuka tengkorak, menggunakan sinar
gamma yang kuat ditujukan pada akar syaraf Trigeminal, telah
dilakukan akhir-akhir ini. Namun data perbandingan jangka
panjang yang dilaporkan untuk prosedur lainnya kurang.
Laporan sejauh ini menyatakan 50-90% penurunan nyeri baik
dan 10-50% cukup. Tidak ada data patologi tersedia
sehubungan dengan efek menengah dan jangka panjang radiasi
dosis tinggi (70-90 gy) pada syaraf yang berdekatan dengan
batang otak. 20
5. Pilihan operasi tergantung usia pasien, penyakit terkait dan
pemeriksaan resiko yang bersedia diterimanya. Untuk sebagian
besar pasien “lebih muda”, dekompresi mikrovaskular adalah
pilihan terbaik. Pasien lebih muda memiliki kemungkinan
menerima operasi lebih baik tanpa komplikasi, dan harapan
hidup masa depan lebih panjang yang berurusan dengan

14
masalah yang dapat mengikuti penjejasan perkutan. Mereka
juga memiliki resiko nyeri berulang kembali lebih tinggi
sesudah prosedur tersebut dan kemungkinan memerlukan lebih
banyak pengobatan di masa depan yang mengakibatkan
bertumpuknya efek samping meningkat.
6. Pasien lebih tua (usia >65-70 tahun) memiliki resiko
komplikasi bedah meningkat. Tetapi karena harapan hidup
keseluruhan lebih pendek, mereka mungkin membutuhkan
lebih sedikit pengulangan prosedur perkutan dengan kurang
bertumpuknya gejala sisa denervasi. Penyakit terkait penting
seperti Chronic Obstructive Pulmonary Disease, penyakit
jantung koroner dan diabetik (diabetes mellitus) juga
meningkatkan resiko operasi besar tersebut.

15
Algoritme Terapi Trigeminal Neuralgia

16
J. Prognosis21

Anamnesis yang baik dan pemeriksaan fisik yang cermat dapat


membantu penegakan diagnosis cepat sehingga dapat di tentukan terapinya. Obat
sering memberikan bantuan dari gejala meskipun dalam kondisi jangka panjang,
dengan periode remisi yang pendek,tetapi hilangnya permanen gejala
langka. Neuralgia trigeminal tidak fatal, tapi sering serangan dapat membatasi
aktivitas,sehingga dapat dilakukan terapi operatif. Data yang tersedia tidak cukup
untuk secara akurat menentukan tingkat keberhasilan dari operasi neuralgia
trigeminal. Radiofrequency rhizotomy adalah operasi yang paling sering
dilakukan dan memiliki tingkat keberhasilan yang baik. Dekompresi
mikrovaskular dilaporkan 80% dinyatakan efektif . Gamma-pisau pengobatan
radiosurgery telah dilaporkan menghasilkan perbaikan nyeri langsung dalam 60%
dari individu, dan lebih dari 75% dari individu memiliki perbaikan lebih dari 50%
selama 18 bulan pertama. Noninvasif linear accelerator radiosurgery telah
dilaporkan mengakibatkan nyeri di 68% dari individu dan tidak dilakukan
sesering beberapa prosedur lain

K. Komplikasi 22
Efek samping dari obat yang digunakan untuk mengontrol rasa sakit
yang dapat merusak fungsi hati perlu pemantauan ketat. Gangguan sumsum tulang
dan darah juga dikaitkan dengan terapi antikonvulsan dan mungkin termasuk
agranulositosis, anemia aplastik , atau penekanan jumlah sel darah putih; Terapi
dapat dilanjutkan, tetapi pengawasan yang ketat dengan jumlah darah lengkap
diperlukan.
Prosedur bedah dapat menyebabkan mati rasa di wajah atau mata yang
tidak menyenangkan dan dapat menyebabkan komplikasi seperti abrasi
kornea . Komplikasi serius yang menyebabkan kematian jarang terjadi, tetapi pada
individu dengan bedah mikrovaskuler dekompresi mungkin terjadi perdarahan,

17
infeksi, dan kerusakan otak di sekitar area prosedur. Mungkin ada mati rasa sisa
wajah, kelemahan rahang, atau mati rasa kornea komplikasi dari radiofrequency
gangliolysis trigeminal

18
BAB III
PENUTUP

Neuralgia Trigeminal adalah suatu keadaan nyeri yang sangat hebat dengan
ditandai serangan nyeri yang mendadak dan terus menerus seperti menusuk atau
seperti tersengat aliran listrik yang berlangsung singkat dan berakhir dalam
beberapa detik sampai beberapa menit. Neuralgia trigeminal kebanyakan bersifat
unilateral dan mengenai daerah yang disarafi nervus trigeminus. Ada dua macam
etiologi yang pertama adalah idiopatik atau disebut Neuralgia Trigeminal primer
dan yang kedua adalah simptomatik yang disebut Neuralgia Trigeminal sekunder
sedangkan patofisiologi sampai sekarang masih belum jelas dan sejauh ini belum
ada pemeriksaan spesifik baik secara klinis maupun laboratorium untuk
mendiagnosa Neuralgia Trigeminal. Pada saat sekarang pengobatan utama adalah
terapi farmakologik dan bila tidak berhasil dapat dipertimbangkan dengan cara
pembedahan.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Gupta SK, Gupta A, Mahajin A, et al. Clinical insights in Trigeminal


Neuralgia. JK Science 2005

2. Mark Obermann. Treatment optionts in trigeminal neuralgia. Therapeutics


Advances in Neurological Disorders 2010

3. Anesthesiology and Pain Medicine. 2011. Trigeminal Neuralgia: Frequency of


Occurrence in Different Nerve

4. Branches Meraj NS, Siddiqui S, Ranashinghe JS, et al. Pain management:


trigeminal neuralgia. Hospital Physician 2003

5. Tesseroli de Siqueira S.R.D , Marinho Nobrega J.S, Souza Valle L.B et al:
Idiopathic Trigeminal Neuralgia: Clinical Aspects and Dental Procedures, Oral
Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radio Endod, 2004 ; 98:311-315

6. Wirawan RB. Manajemen Neuralgia Trigeminal, dalam Sjahrir H, Anwar Y,


Kadri A.S, Neurology Up Date 2009, hal : 69-72

7. Leksmono P. Neuralgia Trigeminal, PKB III Ilmu Penyakit Saraf, Nyeri :


Diagnosis dan Penatalaksanaannya, Surabaya, 1997, hal : 19-35

8. Meliala L . Neuralgia Kranial, dalam Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS dkk,


Nyeri Neuropatik: Patofisiologi dan Penatalaksanaan, 2001: hal 129-137.

9. Mardjono M, Sidharta P, Saraf Otak kelima atau Nervus Trigeminus dalam


Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta, 2008: hal 149 – 158

20
10. Aulina S. Trigeminal Neuralgia, Pertemuan Ilmiah Nasional I Kelompok Studi
Nyeri Perdossi, Menado 2005, hal: 162-170

11. Mansour M.H, Cox S.C: Patients presenting to the General Practitioner with
pain of dental origin , MJA ,2006;185: 64 -67

12. Spencer C.J, Neubert J.K, Gremillion H, et al : Toothache or Trigeminal


Neuralgia : Treatment Dilemmas ,The Journal of Pain, 2008; vol 9, 9: 767 –
770

13. Sharav Y, 2002, Orofacial Pain : Dental Vascular & Neuropathic, In: Pain-An
Updated Review, Seattle, IASP Press, Hal: 440-2

14. Kaufman AM, 2001, Your Complete guide to trigeminal neuralgia,


http://www.umanitoba.co/cranialnerves
15. Nurmikko TJ, Eldridge PR. Trigeminal neuralgia pathophysiology,diagnosis
and current treatment. Br J Anaesth2001; 87: 117–132.
16. Benes L, Shiratori K, Gurschi M, et al. Is preoperative high-resolution
magnetic resonance imaging accurate in predicting neurovascular
compression in patients withtrigeminal neuralgia? A single-blind study.
Neurosurg Rev2005; 28: 131–136

17. Rabinovich, A Fang ., Scrivani, S., 2000. Diagnosis and Management Of


Trigeminal Nuralgia., Trigeminal Review., Columbia.

18. Sindrup SH, Jensen TS. Pharmacotherapy of trigeminal neuralgia. Clin J Pain
2002; 18: 22–27

19. Sato J, Saitoh T, Notani K, et al. Diagnostic significance of carbamazepine


and trigger zones in trigeminal neuralgia. Oral Surg Oral Med Oral Pathol
2004; 97:18–22.

21
20. Henson CF, Goldman HW, Rosenwasser RH, et al.Glycerol rhizotomy versus
gamma knife radiosurgery for the treatment of trigeminal neuralgia: an
analysis of patients treated at one institution. Int J Radiation Oncology Biol
Phys 2005; 63: 82–90
21. Frighetto.2010.”What is trigeminal nuralgia?symptoms,cause and treatment-
UCLA Neosugery “. http://www.mdguidelines.com/trigeminal-
neuralgia/prognosis. diakses 6 Januari 2015

22. Flickinger JC, Pollock BE, Kondziolka D, et al. Does increased nerve length
within the treatment volume improve trigeminal neuralgia radiosurgery? A
prospective double-blind, randomized study Int J Radiation OncolBiol
Physics 2001; 51: 449–454

22

You might also like