Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 30

1

Proposal
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Materi
Teori Asam dan Basa Untuk Meningkatkan Minat Belajar
Siswa Kelas XI MIA 7 di SMAN 4 Kota Jambi”

Dosen Pengampu :
Dra. M Dwi Wiwik Ernawati, M.Kes

Disusun Oleh :

Friska Juliana Tampubolon (A1C115006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana atas anugerah-Nya
maka selesailah penulisan proposal PenelitianTindakanKelasini yang berjudul “Penerapan
Model PembelajaranKooperatifPada Materi Teori Asam dan Basa Untuk Meningkatkan
Minat Belajar Siswa Kelas XI MIA 7 di SMAN 4 Kota Jambi”.
Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas PenelitianTindakanKelas, dimana
PenelitianTindakanKelas merupakan salah satu mata kuliah yang ada di program studi
pendidikan kimia Universitas Jambi.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi Rahmat-Nya dalam pembuatan proposal
ini.
2. Dosen Pengampu IbuDra. M DwiWiwikErnawati, M.Kes yang telah membimbing
hingga selesainya makalah ini.
3. Kedua orang tua yang telah memberi motivasi serta doa-doanya.
4. Serta teman-teman yang telah memberi bantuan berupa moril maupun materil.
Penulismenyadaribahwa proposal
inimasihbanyakkekuranganbaiksecaramateridanteknikpenulisannya yang
disebabkankarenaterbatasnyapengetahuan yang
dimilikidankurangnyapengalamandalampenyusunan proposal ini.Akhirnya semoga proposal
ini bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jambi, 21 April 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1. Belajar dan Pembelajaran............................................................................. 5
2.2. Teori Belajar................................................................................................. 7
2.3. Model Pembelajaran Kooperatif.................................................................. 8
2.4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD............................................... 8
2.5. Minat............................................................................................................ 11
2.6. Karakteristik Materi..................................................................................... 13
2.7. Kerangka Berpikir........................................................................................ 15
2.8. Hipotesis....................................................................................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Setting Penelitian.........................................................................................16


3.2. Prosedur Penelitian......................................................................................17
3.3. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................20
3.4. Instrumen Penelitian....................................................................................21
3.5. Teknik Analisis Data....................................................................................23
3.6. Indikator Keberhasilan................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 28

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Ramli (2017) Pembelajaran adalah upaya untuk membangkitkan inisiatif dan
peran siswa dalam belajar. Pembelajaran lebih menekankan bagaimana upaya guru untuk
mendorong atau memfasilitasi siswa untuk belajar, bukan pada apa yang dipelajari siswa.
Istilah pembelajaran lebih menggambarkan bahwa siswa lebih banyak berperan dalam
mengkonstruksikan pengetahuan bagi dirinya, dan pengetahuan itu bukanlah hasil proses
transformasi dari guru. Dan hal tersebut ditekankan pada kurikulum 2013 bahwa
pembelajaran yang berkembang harusnya berpusat pada siswa dengan pola pembelajaran
aktif dan kritis diperkuat dengan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
saintifik. Kurikulum 2013 mengadopsi langkah-langkah saintis untuk membangun
pengetahuan melalui metode ilmiah. Adapun pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013
selama proses pembelajaran memuat aktivitas siswa dengan lima langkah pokok berupa
mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Pelajaran
kimia sendiri bersifat abstrak sehingga dalam penyampaiannya me-merlukan pendekatan dan
metode pembelajaran yang tepat.
SMAN 4 Kota jambi merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri yang
terakreditasi A di Kota Jambi, terlihat dari fasilitas dan sarana yang cukup tersedia juga lokasi
yang cukup strategis dan jauh dari keramaian pasar membuat sekolah ini cukup digemari
dikalangan orang banyak. Namun kegiatan belajar mengajar, interaksi guru dan siswa masih
tergolong satu arah, atau dengan kata lain siswa masih cenderung kurang aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran. Guru secara praktis menerapkan metode ceramah dengan
alasan tidak menyita banyak waktu, sedangkan cakupan materi yang harus dikuasai siswa
luas dan bersifat teoritis membuat pembelajaran pada kompetensi ini sangat membosankan
seperti pada materi teori asam-basa yang abstrak dan membutuhkan pemahaman konsep.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di SMAN 4 Kota jambi, setelah
melihat proses pembelajaran yang berlangsung di kelas XI MIA 7 disana terlihat masih
banyak siswa yang kurang aktif mengikuti pembelajaran, terutama pada materi Teori Asam-
Basa yang sedang diajarkan pada saat itu. Siswa cenderung bosan saat pembelajaran
berlangsung ditambah lagi jam mengajar yang kebanyakan di jam yang mendekati istirahat
tiba jadi pembelajaran sering kali kurang kondusif.
Berdasarkan dari hasil observasi yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa:
1) Siswa banyak yang tidak ada persiapan dalam proses pembelajaran, hal ini bisa
disebabkan karena kurangnya motivasi dari guru sehingga siswa menjadi kurang peduli.
2) Siswa banyak mengantuk kemungkinan disebabkan guru yang masih kebanyakan
menggunakan metode ceramah, walau siswa sudah dibentuk kelompok.
3) Siswa kurang merespon setiap pertanyaan, hal ini bisa disebabkan karena siswa kurang
memahami materi dan guru tidak berusaha membuat siswa bisa menjawab pertanyaan
atau kurangnya keterampilan bertanya dari guru.
4) Siswa banyak yang tidak mencatat saat guru memberikan penjelasan, hal ini bisa
disebabkan karena siswa tidak memahami materi dan kurang berminat saat proses
pembelajaran.
5) siswa banyak yang kurang fokus saat proses pembelajaran, hal ini bisa disebabkan
karena guru kurang tegas mengontrol siswa, dan metode yang digunakan masih
konvensional (ceramah) serta pembelajaran dilakukan di laboratorium yang terletak
tepat di depan kantin sekolah.

Jadi didapat bahwa suasana pembelajaran sangat konvensional sehingga siswa kurang
berminat saat pembelajaran di kelas XI MIA 7 SMAN 4 Kota Jambi disebabkan karena
model pembelajaran yang masih berpusat pada guru.
Menurut Ramli (2017) Untuk memperbaiki pembelajran kimia menjadi indah,
menarik, inovatif, dan bermakna bagi siswa perlu diterapkan model pembelajran kooperatif
sehingga keaktifan siswa dalam pembelajaran pun meningkat. Sehingga perlu adanya
pemecahan masalah dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
PTK pada dasarnya merupakan kegiatan nyata yang dilakukan guru dalam rangka
memperbaiki mutu pembelajaran di kelas juga perlu diterapkan model pembelajaran yang
sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah serta melibatkan siswa dengan kreatif membangun
pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri, memberikan dukungan dan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan ide-idenya dalam belajar, salah satunya dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif. Model kooperatif mempunyai efektifitas yang cukup tinggi
dalam penyampaian materi pembelajaran. Pembelajaran kooperatif juga dapat menciptakan iklim
dan suasana belajar mengajar siswa yang aktif dan interaktif, yang tercermin dari pola interaksi
belajar siswa dalam kelompok, bila mana adanya kemitraan belajar antara guru dan siswa dalam
dimensi akademis, sehingga menumbuhkan iklim kebersamaan dan keterbukaan selama
berlangsungnya proses pembelajaran.

2
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 4 Kota Jambi
melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD. Model ini diharapkan mampu meningkatkan minat siswa dalam belajar kimia
khususnya materi Teori Asam Basa. Dimana karakteristik materi teori asam dan basa
merupakan materi yang bersifat abstrak dan memerlukan pemahaman konsep yang baik.
Dengan adanya kegiatan berdiskusi di dalamnya diharap siswa nantinya dapat lebih berminat
dan mampu mengkonstruk materi teori asam basa ini sehingga pembelajaran tidak hanya
berpusat pada guru.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang memprioritaskan siswa
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan mengarahkannya bekerjasama untuk
mencapai pemahaman yang benar terhadap materi suatu pelajaran. Dalam pembelajaran
kooperatif siswa diarahkan untuk bekerjasama dan bantu membantu dalam kelompok untuk
memahami materi suatu pelajaran sehingga tumbuh rasa sosial yang tinggi di antara sesama
anggota dalam kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif yang difokuskan dalam tulisan
ini adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut perlu adanya perbaikan pembelajaran
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran untuk itu dilakukan penelitian yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Pada Materi Teori Asam dan Basa
Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas XI MIA 7 di SMAN 4 Kota Jambi”.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana meningkatkan minat siswa dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada materi Teori Asam dan Basa kelas XI MIA 7 SMAN 4
Kota Jambi ?
2) Bagaimana gambaran minat siswa dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada materi Teori Asam dan Basa kelas XI MIA 7 SMAN 4
Kota Jambi ?

1.3 Tujuan Penelitian


1) Untuk mengetahui peningkatkan minat siswa dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi Teori Asam dan Basa kelas XI
MIA 7 SMAN 4 Kota Jambi

3
2) Untuk mengetahui gambaran minat siswa dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi Teori Asam dan Basa kelas XI
MIA 7 SMAN 4 Kota Jambi
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Sekolah, sebagai masukan dalam rangka memperbaiki kegiatan
pembelajaran dan hasil belajar kimia di sekolah.
2. Bagi Guru, sebagai masukan dalam pelaksanaan pembelajaran yang bervariasi
sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
3. Bagi Siswa, dapat memberikan suasana pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan bagi siswa dan menghilangkan kejenuhan dalam proses
pembelajaran kimia serta meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran.
4. Bagi peneliti, dapat menjadi syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Penelitian Tindakan Kelas.

4
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Belajar dan Pembelajaran


2.1.1. Pengertian
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga ke liang lahat nanti (Bambang,
2008).Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah
laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang
bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut
nilai dan sikap (afektif) (Sadiman, 2007).
Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman
(bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada
pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain (Warsita, 2008).
Menurut Gagne yang dikutip oleh Dimyati dalam buku Belajar dan Pembelajaran,
“Belajar merupakan kegiatan yang kompleks”. Hasil belajar berupa kapabilias. Setelah
belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas
tersebut adalah dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif yang
dilakukan pebelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang
mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas
baru (Dimyati, 2006)

2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar


Menurut (Wahyuni, 2015)secara umum faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar
dibedakan atas dua kategori, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor – faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Faktor – faktor internal ini meliputi:
a. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus
jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan buger akan memberikan pengaruh yang positif
terhadap kegiatan belajar individu. Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama
proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat
memengaruhi hasil belajar terutama pancindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik
akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, panca indra
merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia,
sehingga manusia dapat mengenal dunia luar.
b. Faktor Psikologis
Faktor – faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi
proses belajar. Beberapa fktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah
sebagai berikut :
1) Kecerdasan/intelegensi siswa
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dlam proses belajar
siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi
seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses belajar.
2) Motivasi
Motivasi adalah salah sau faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar.
3) Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Namun, lepas dari kepopulerannya, minat
sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap
aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar.
4) Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektiif berupa kecendrungan untuk
mereaksi atau merespon dengan cara relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif .Sikap siswa dalam belajar dapat
dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran
atau lingkungan sekitarnya.
5) Bakat
Secara umum, bakat didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapain keberhasilan pada masa yang akan datang. Apabila bakat
seseorang sesuai dngan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan
mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
2. Faktor-Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal dibagi dua yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
administasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang
siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap/perilaku yang simpatik dan

6
memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar,
misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi
kegiatan belajar siswa. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah
masyarakat dan tetangga juga teman-teman siswa, dan (b) Lingkungan Nonsosial,
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu
belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa. Dan faktor pendekatan belajar Siswa, pendekatan belajar
dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam
menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi
dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian
rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Surakhmad,
2013).

2.2. Teori Belajar


Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya
belajar atau bagaimana informasi diproses didalam pikiran siswa itu. Berdasarkan suatu teori
belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan siswa sebagai
hasil belajar (Trianto, 2007).
Berdasarkan judul yang saya angkat, maka teori belajar yang mendukung untuk judul
tersebut yaitu terori Konstruktivisme. Menurut Slavin dalam teori pembelajaran
konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi
pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi-informasi baru dengan aturan
lama dan merevisinya apabila aturan lama sudah tidak sesuai. Bagi siswa agar benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,
menemukan sesuatu untuk dirinya, dan berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa.
Siswa harus membangun snediri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan
kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa dan secara sadar menggunakan
strategi mereka sendiri untuk belajar.

2.3. Model pembelajaran kooperatif

7
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu
secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau
satu tim (Isjoni, 2012).Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi
belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil dengan keahlian berbeda, dan di dalam
kelompok kecil tersebut siswa saling belajar dan bekerja sama untuk sampai pada
pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman
kelompok(Zulfiani, 2009).
Slavin mengemukakan, “In cooperative learning methods, students work together in
four member teams to master material initially presented by the teacher”. Dari uraian
tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran
dimana sistembelajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah dari4
sampai 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswalebih bergairah
belajar(Isjoni, 2012).
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat
dari pembelajaran sehingga siswa dibebaskan untuk mengeksplorasi ilmunya dan
pembelajaran ini lebih menekankan sebuah kerja sama antar siswa.

2.4. Model pembelajaran kooperatif STAD


2.4.1 Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division
STAD kepanjangan dari Student Teams Achievement Division (pembagian tim-tim
pencapaian siswa). STAD adalah suatu tim pembantupelaksanaan pelajaran bagi guru untuk
belajar bekerjasama. STAD initerdiri dari 4 atau 5 orang siswa yang berkemampuan
heterogen sehinggadalam satu kelompok terdapat satu siswa berkemampuan tinggi, dua siswa
berkemampuan sedang dan dua siswa berkemampuan rendah. Di dalamnya siswa diberi
kesempatan untuk kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi
kelompok (Zulfiani, 2009).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
dikembangkan pertama kali oleh Robert E Slavin. STAD merupakan salah satu metode
pembelajaran koperatif yang paling sederhana, dan merupakan model paling baik untuk tahap
permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Dalam STAD, siswa
dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat atau lima orang yang beragam kemampuan,
jenis kelamin dan sukunya (Isjoni, 2012).
8
Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan
membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Jika siswa
menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok
mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman sekelompok untuk
melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga,
dan menyenangkan (Rusman, 2012)

2.4.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Menurut(Isjoni, 2012) Pada proses pembelajarannya, belajar koperatif tipe STAD
melaluilima tahapan yang meliputi: 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatankelompok, 3)
tahap tes individual, 4) tahap perhitungan skorperkembangan individu, dan 5) tahap
pemberian penghargaan kelompok:
1. Tahap Penyajian Materi
Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan
memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari, dalam penelitian ini
adalah materi tentang ikatan kimia. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan
mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat
menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
2. Tahap Kerja Kelompok
Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahanyang akan dipelajari.
Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan
penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang telah dijelaskan,
dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan
sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.
3. Tahap Tes Individu
Tes individu ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasian belajar telah
dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi yang telah dibahas. Pada penelitian
ini tes individual diadakan pada akhir pertemuan kedua dan ketiga, msing-masing selama 10
menit agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individual selama
bekerja dalam kelompok. Skor perolehan individu ini didata dan diarsipkan, yang akan
digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok
4. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk
memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang
diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu
untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.
5. Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok

9
Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang
dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super

2.4.2 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Menurut (Arikunto, 2010)pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki kelebihan,
diantara kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran STAD sebagai berikut:
a. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma
kelompok
b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama
c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompok.
d. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam
berpendapat.
e. Meningkatkan kecakapan individu
f. Meningkatkan kecakapan kelompok
g. Tidak memiliki rasa dendam

2.4.3 Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Menurut (Arikunto, 2010)pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki beberapa
kekurangan, diantara kekurangan dalam penggunaan model pembelajaran STAD sebagai
berikut:
a. Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.
b. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang
pandai lebih dominan.
c. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target
kurikulum.
d. Membutuhkan waktu yang lebih lama sehingga pada umumnya guru tidak mau
menggunakan pembelajaran kooperatif.
e. Membutuhkan kemampuan khusus sehingga tidak semua guru dapat melakukan
pembelajaran kooperatif.
f. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.

2.5. Minat
2.5.1. Definisi Minat
Menurut (Syah, 2010)berpendapat bahwa minat yaitu seberapa besar individu merasa
suka atau tidak suka kepada suatu rangsangan. Sesuatu yang diminati akan lebih menarik
perhatian.
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas
tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
semakin besar minat (Slameto, 2010)

10
Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik
pada bidang studi tertentu atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari
materi ini (Dimyati, 2006).
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan behwa minat
adalah suatu rasa ketertarikan atau ketidaktertarikan, rasa suka atau tidak suka, dan rasa
senang atau tidak senang terhadap mata pelajaran atau proses pembelajaran tertentu yang
mempengaruhi hasil belajar siswa. Rasa tidak tertarik, tidak suka dan tidak senang akan
menghambat dalam belajar, karena tidak menumbuhkan sikap positif dan tidak menunjang
minat belajar. Sedangkan apabila siswa merasa tertarik, suka dan senang akan menumbuhkan
sikap positif yang menunjang minat siswa dalam pembelajaran. Sehingga antara minat dan
perasaan senang memiliki hubungan timbal balik. Oleh sebab itu, minat sangat berperan
dalam pembelajaran. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu tindakan atau perilaku
yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai hal tersebut daripada hal lainnya, dapat pula
dimanefestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas ataupun pernyataan. Minat yang
dimiliki siswa ini akan bermanfaat dalam mempelajari berbagai hal yang berhubungan
dengan pembelajaran. Minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk
mempelajari hal-hal lainnya (Slameto, 2010)
Siswa memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Dengan memberikan perhatian yang
lebih tersebut menunjukkan siswa memiliki minat yang tinggi. Sehingga semakin tinggi
minat siswa semakin tinggi pula motivasi yang dirasakan siswa. Minat dapat diartikan
sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu obyek. Prinsip dasarnya ialah
bahwa motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki
minat yang besar dalam melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat
dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengembangkan minat siswa dalam melakukan
kegiatan belajarnya (Syah, 2010).

2.5.2. Hal-Hal yang Dapat Mendorong Minat


Menurut (Slameto, 2010)beberapa hal penting yang dapat dijadikan alasan utama
untuk mendorong tumbuhnya minat belajar dalam diri siswa yaitu :
a. Suatu hasrat untuk memperoleh nilai-nilai yang lebih baik dalam semua mata
pelajaran.
b. Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau lain bidang
studi.
c. Hasrat siswa untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
d. Hasrat siswa untuk menerima pujian dari orang tua, guru atau teman-teman.

11
e. Gambaran diri dimasa mendatang untuk meraih sukses dalam suatu bidang khusus
tertentu.
Menurut (Slameto, 2010)untuk menimbulkan minat membuat perhatian terpusat dapat
dilaksanakan dengan cara :
a. Mengemukakan kepada siswa apa yang akan dipelajari
b. Melibatkan semua indera dari siswa sebanyak mungkin, sehingga menambah daya
tarik yang mampu menarik perhatian 90%
c. Mengemukakan kegunaan mempelajari topik tersebut
d. Mengidentifikasi kompetensi siswa pada saat akan menerima pelajaran baru, apa yang
diketahui siswa pada permulaan pelajaran merupakan pengetahuan awal siswa untuk
mempelajari konsep berikutnya.

2.5.3. Indikator Minat


Menurut (Slameto, 2010)Dalam prosesnya, minat mempunyai beberapa indikator,
indikator tersebut dapat disimpulkan dari pengertian minat, indikator tersebut yaitu :

a. Perasaan Senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu mata pelajaran,
maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya. Tidak ada
perasaan terpaksa pada siswa untuk mempelajari bidang tersebut, yang terdiri dari
bersifat subjektif dan mengemukakan persepsi.
b. Ketertarikan Siswa
Ketertarikan siswa sangat berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk
cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman
afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri seperti membuka diri dan menirukan.
c. Perhatian Siswa
Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan dan
pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki
minat pada objek tertentu, dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut yang
memiliki sifat terkontrol dan mempunyai antusias yang tinggi.
d. Keterlibatan Siswa
Ketertarikan seseorang siswaakan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut
senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut
dengan sistem ikut serta.

2.6. Karakteristik materi


Berdasarkan kurikulum 2013, pokok bahasan Asam basa merupakan salah satu
materi dalam pembelajaran kimia di kelas XI IPA dan mempunyai empat kompetensi inti
(KI) yang harus diterapkan pendidik didalam pembelajarannya seperti mengolah, menalar,

12
dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak karena salah satu tuntutan yang harus
dilaksanakan oleh pendidik yaitu menumbuhkan minat peserta didik pada materi Asam dan
basa. Konsep asam dan basa sebagai salah satu materi kimia yang memiliki tiga sub pokok
bahasan, yaitu: 1) Perkembangan konsep asam dan basa , 2) Indikator asam-basa, 3) pH
asam kuat, basa kuat, asam lemah, dan basa lemah
Menurut (Zulfiani, 2009)menyatakan bahwa materi asama basa adalah materi yang
lumayan sukar ,kita dapatMengenali asam dan basa dari rasanya. Namun, kita dilarang
mengenali asam dan basa dengan cara mencicipi karena cara tersebut bukan merupakan
cara yang aman. Untuk mengidentifikasi asam dan basa yang baik dan aman dapat dengan
menggunakan indikator. Indikator yaitu suatu bahan yang dapat bereaksi dengan asam,
basa, atau garam sehingga akan menimbulkan perubahan warna. Pembawa sifat asam
adalah ion H+ (ion hidrogen), sehingga rumus kimia asam selalu mengandung atom
hidrogen. Ion adalah atom atau sekelompok atom yang bermuatan listrik. Kation adalah
ion yang bermuatan listrik positif. Adapun anion adalah ion yang bermuatan listrik negatif.
Sifat khas dari asam adalah dapat bereaksi dengan berbagai bahan seperti logam, marmer,
dan keramik. Reaksi antara asam dengan logam bersifat korosif. Asam dapat dengan
mudah kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dalam makanan, minuman, buah-buahan,
air hujan bahkan di dalam tubuh kita. Berdasarkan asalnya, asam dikelompokkan menjadi
2 kelompok, yaitu asam organik dan asam mineral. Asam organik berasal dari sumber
alami (tumbuhan dan hewan), umumnya bersifat asam lemah. Contoh asam organik adalah
asam sitrat terdapat dalam buah jeruk, asam format terdapat dalam gigitan/sengatan semut
dan sengatan lebah dan asam asetat yang terdapat dalam cuka makan. Asam mineral adalah
senyawa asam seperti asam klorida (asam lambung) terdapat dalam sistem pencernaan
manusia dan hewan. Asam mineral banyak juga dimanfaatkan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan umumnya bersifat asam kuat. Contoh asam mineral
adalah asam klorida yang digunakan secara luas dalam industri, asam sulfat untuk aki
mobil dan asam fluorida yang biasanya digunakan pada pabrik kaca.
Oleh karena itu, untuk dapat memunculkan Minta dalam proses pembelajaran,
maka Model pembelajaran yang dibuat pendidik diharapkan mampu menumbuhkanrasa
keingintahuan Peserta didik pada suatu materi, mampu membuat siswa agar terasa nyaman
dan menyenangkan dalam pembelajaan, dimana hal-hal inilah yang nantinya akan
memunculkan minat belajar pada diri siswa . Minat peserta didik diketahui dengan
memberikan penilaian berupa lembar observasi dan kuisoner yang telah dirancang

13
sedemikian rupa sesuai dengan indikator yang terdapat pada klasifikasi Ketercapaain
minat.

2.7. Kerangka Berpikir

Berikut ini adalah skema kerangka berpikir dari penelitian yang akan di lakukan ;

Pembelajaran Kimia di
SMA Negeri 4 Kota Jambi

Observasi Secara langsung

Potensi dan Masalah

Potensi : Masalah ;
1. Bahan ajar Yang tersedia sesuai 1. Teacher Centered.
dengan K13. 2. Pembelajaran Monoton
2. SDM yang Layak 3. Pembelajaran Membosankan
dimaksimalkan. 4. Minat Belajar Rendah.
3. Fasilitas Sekolah yang lengkap

Penerapan Model Pembelajaran STAD pada materi


asam dan basa

Layak dan Efektif Meningkatkan


Minat Belajar Siswa

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Team Achievement Division (STAD) pada Materi Asam Basa

14
2.8. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir, yang telah dijabarkan, maka hipotesis
dari penelitian ini adalah :
Minat siswa akan meningkat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada materi Asam Basa kelas XI MIA 7 SMA Negeri 4 Kota Jambi

15
16

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Setting Penelitian


3.1.1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIA 7 SMA Negeri 4 Kota Jambi dengan
jumlah siswa 30 orang, terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan
yang berasal dari penduduk sekitar sekolah yang mayoritas merupakan kelas menengah.
Dalam kegiatan belajar mengajar, interaksi guru dan siswa masih tergolong satu arah, atau
dengan kata lain siswa masih cenderung kurang termotivasi dalam mengikuti proses
pembelajaran yang artinya minat belajar siswa pun masih kurang. Seperti yang diketahui juga
bahwa motivasi belajar sejalan dengan minat belajar juga.

3.1.2. Tempat penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI MIA 7 di SMA Negeri 4 Kota Jambi,Jl.Ir. H.
Juanda, Beliung, Kota Baru, Kota Jambi.

3.1.3. Waktu penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2017/2018. Waktu
pelaksanaan selama 3 minggu dengan rencana penyusunan siklus adalah 2 kali siklus pada
bulan Februari dengan rincian sebagai berikut :

SIKLUS PERTEMUAN MATERI TANGGAL

Pertemuan 1 Asam Basa Arhenius dan Senin, 12


(2JP) Brownsted Lowry Februari
2018

Pertemuan 2 (2 Asam Basa Lewis Rabu, 14


1 JP) Februari
2018

Pertemuan 3 Pratikum Sifat asam basa Senin, 19


(2JP) menggunakan Indikator alami Februari
2018
Pertemuan 1 Kekuatan Asam dan Basa Rabu, 21
(2JP) Februari
2018

Pertemuan 2 Menentukan Trayek pH Senin, 26


2 (3JP) desember
2018

Pertemuan 3 Titrasi Asam dan Basa Rabu, 28


(2JP) desember
2018

3.2. Prosedur Penelitian


Di dalam penelitian ini, prosedur penelitian dilaksanakan dengan menggunakan
siklus-siklus tindakan (daur ulang). Daur ulang dalam penelitian diawali dengan perencanaan
(Planning), tindakan (Action), mengobservasi (Observation), dan melakukan refleksi
(Reflection), dan seterusnya sampai adanya peningkatan yang diharapkan tercapai. Prosedur
pelaksanaan tindakan kelas dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:

17
Bagan 3.1 Prosedur penelitian

3.2.1. Siklus 1
a. Perencanaan
1. Menyiapkan perangkat pembelajaran, meliputi: silabus, rancangan perencanaan
pembelajaran, lembar diskusi siswa, dan media pembelajaran.
1. Menyiapkan instrumen test dan non test. Instrumen test berupa soal test unjuk kerja
serta penilaiannya. Instrumen non test berupa lembar observasi untuk mengamati
minat belajar siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.
b. Tindakan
Kegiatan Awal

1. Pengecekan kesiapan siswa untuk melakukan pembelajaran


2. Pemberian apersepsi dengan mengingat materi sebelumnya yang berkaitan dengan asa
m basa

Kegiatan inti

1. Penyampaian tujuan pembelajaran


2. Pemberian penjelasan materi teori asam basa secara singkat
3. Pembentukan kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa

18
4. Pembagian lembar kerja kepada siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berdiskusi.
5. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan dan menanggapi hasil disku
si
6. Pemberian kuis
7. Pemberian penghargaan bagi kelompok dengan hasil yang terbaik

Kegiatan penutup

1. Penyimpulan hasil belajar


2. Pemberian tugas dan penutupan pembelajaran

c. Observasi dan Evaluasi


Observasi dilakukan pada saat pembelajaran menggunakan model pembelajaran
STAD. Peneliti atau teman sejawat mengamati dan mencatat mengenai semua hal yang terjadi
selama pelaksanaan tindakan siklus I. Pada akhir siklus pertama diakhiri dengan tes.
Berdasarkan hasil observasi, catatan lapangan dan hasil tes, maka siklus berikutnya dapat
dilaksanakan.

d. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti mengkaji dan mempertimbangkan mengenai tindakanyang
telah dilakukan selama pembelajaran siklus I. Hasil refleksi dijadikansebagai pedoman dalam
perbaikan siklus II untuk mencapai tujuan.

3.2.2. Siklus II
Berdasarkan hasil observasi dan refleksi siklus I, dapat diidentifikasi masalah-masalah
yang menghambat pada tindakan. Perbaikan dilakukan pada siklus berikutnya, yaitu siklus II.
a. Perencanaan
1. Menyiapkan perangkat pembelajaran, meliputi: silabus, rancangan perencanaan
pembelajaran, lembar diskusi siswa, dan media pembelajaran.
1. Menyiapkan instrumen tes dan non tes. Instrumentes berupa soal tes unjuk kerja serta
penilaiannya. Instrumen non tes berupa lembar observasi untuk mengamati keaktifan
belajar siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

b. Tindakan
Kegiatan Awal

1. Pengecekan kesiapan siswa untuk melakukan pembelajaran


2. Pemberian apersepsi dengan mengingat materi sebelumnya yang berkaitan dengan a
sam basa

Kegiatan inti

19
1. Penyampaian tujuan pembelajaran
2. Pemberian penjelasan materi teori asam basa secara singkat
3. Pembentukan kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa
4. Pembagian lembar kerja kepada siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berdiskusi.
5. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan dan menanggapi hasil di
skusi
6. Pemberian kuis
7. Pemberian penghargaan bagi kelompok dengan hasil yang terbaik

Kegiatan penutup

1. Penyimpulan hasil belajar


2. Pemberian tugas dan penutupan pembelajaran

c. Observasi dan Evaluasi


Observasi dilakukan pada saat pembelajaran menggunakan model. Peneliti mengamati
dan mencatat mengenai semua hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan siklus II dan di
nilai apakah terdapat peningkatan keaktifan belajar siswa.

3.3. Teknik Pengumpulan Data


Kegiatan observasi dilakukan dengan menggunakan lembar Observasi, angket, dan
dokumentasi dengan 3 orang observer.
3.3.1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi dalam penelitiaan ini digunakan
untuk mengetahui proses belajar mengajar pada materi teori asam basa dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dipersiapkan.

3.3.2. Angket
Angket berupa sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur minat belajar siswa pada materi teori
asam basa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif STADdan diisi oleh siswa dan
teman sebaya siswa tersebut.

3.3.3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada
subjek penelitian, akan tetapi melalui dokumentasi. Arsip data dokumentasi digunakan untuk
memperkuat data yang diperoleh dalam penelitian secara konkrit. Dokumentasi yang

20
digunakan berupa foto atau video kegiatan pembelajaran pada materi teori asam basa, hasil
tugas siswa, dan daftar nilai siswa setelah pembelajaran dilaksanakan.

3.4. Instrumen Penelitian


a. Kisi-kisi keterlaksanaan model STAD
Instrumen penelitian ini digunakan untuk mengambil data tentang proses belajar
mengajar pada materi asam basa dengan menerapkan model pembelajaran STAD melalui
lembar observasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD oleh guru dan siswa.
3.1. Tabel Kisi-kisi keterlaksanaan model STAD oleh guru dan siswa
Sintak Indikator Nomor
Guru Siswa Item
Pembukaan Menyampaikan tujuan Mendengarkan penjelasan dan
pembelajaran dan memotivasi mengemukakan gagasan
siswa

Penyampaian Memberikan informasi Mendengarkan penjelasan atau


informasi mengenai suatu konsep yang bertanya
akan dipelajari.

Pembagian Membagi siswa kedalam Berkumpul sesuai kelompok


kelompok kelompok kerja secara
heterogen

Membimbing Memberikan LKPD pada Menerima LKPD


kelompok masing-masing kelompok
bekerja dan sebagai pedoman bagi
belajar kerja kelompok

Mengarahkan siswa dalam Melakukan pengamatan dan


melakukan pengamatan, berpatisipasi dalam kelompok
memberikan bimbingan,
dorongan dan bantuan bila
diperlukan.

Evaluasi Meminta perwakilan tiap Mempresentasikan hasil diskusi


kelompok untuk
mempresentasikan hasil
diskusi

Menanggapi hasil presentasi Mendengarkan dan berpartisipasi


masing-masing kelompok. Aktif

Kuis Mengadakan kuis yang Mengerjakan kuis individual


dikerjakan secara individual

21
Pemberian Skor Memberikan skor dasar yang Mendengarkan skor dasar yang
dihitung dari kinerja dimiliki dari kuis sebelumnya
rata-rata siswa pada kuis
sebelumnya.

Menghitung perolehan skor Menghitung perolehan individu


individu dan skor maupun kelompok.
kelompok

Penghargaan Memberikan penghargaan Menerima penghargaan yang


pada kelompok dengan Diberikan
skor terbaik

b. Kisi-kisi Minat belajar siswa


Instrumen penelitian ini digunakan untuk mengambil data peningkatan minat belajar
siswa pada materi asam basa dengan menerapkan model pembelajaran STAD melalui lembar
observasi dan angket.

3.2. Table Kisi-kisi minat belajar siswa

Nomor
Variabel Indikator Butir pernyataan
item
Minat  Siswa memasuki kelas tepat waktu
Kesiapan dala
Belajar  Siswa membawa dan atau menggunakan buku sumber
m KBM
yang terkait dengan materi pembelajaran
Keinginan atau  saya mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat
kesadaran waktu
 saya berusaha mencari tahu dari sumber lain mengenai
hal yang tidak diketahui
 saya tidak menyontek saat mengerjakan tugas
 saya selalu membuat catatan hal-hal yang dianggap
penting

Perhatian  Siswa tidak berbicara dengan teman ketika guru


dalam KBM mengajar
 Saya tidak sibuk sendiri atau bermain sendiri ketika
guru mengajar
 Siswa tidak mengantuk ketika guru mengajar

22
Partisipasi  Saya mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak
dalam KBM dipahami
 Saya berperan aktif dalam kelompok
Perasaan  Saya merasa senang mengikuti pembelajaran dengan
senang model yang digunakan
terhadap KBM

3.5 Teknik Analisis Data


Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif, baik deskriptif kualitatif
maupun deskriptif kuantitatif. Tujuan dari analisis data adalah untuk mendeskripsikan
kegiatan siswa selama proses belajar mengajar.
Teknik analisis kualitatif mengacu pada metode analisis yang dilakukan dalam tiga
komponen, yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data dalam penelitian ini meliputi penyeleksian data sesuai dengan focus
masalah melalui ringkasan atau uraian singkat catatan lapangan, data hasil observasi,
data angket, ditambah data pendukung hasil wawancara.
2. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan
penyusunan informasi secara sistemik dari hasil reduksi data mulai dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi pada masing-masing siklus. Penyajian
data dilakukan dalam bentuk naratif, grafik atau tabel.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan,
dan pengolahan data. Data yang terkumpul disajikan secara sitematis dan perlu diberi makna.
Data yang dianalisis secara deskriptif kualitatif berupa lembar observasi model
pembelajaran kooperatif tipe STAD oleh siswa dan hasil wawancara.
Teknik analisis data yang digunakan untuk data kuantitatif adalah analisis statistic
deskriptif untuk mendeskripsikan atau memberi keterangan dari data yang terkumpul.
Analisis data berupa susunan angka yang digunakan untuk memberikan gambaran tentang
data peningkatan minat belajar yang disajikan dalam bentuk-bentuk tabel dan diagram. data
yang dianalisis secara kuantitatif berupa angket untuk mengukur minat belajar siswa. Angket
minat belajar setiap siswa dihitung melalui tahapan berikut:

Menghitung skor angket minat belajar setiap siswa di setiap pertemuan


Rumus yang digunakan untuk mencari rerata skor minat belajar dan lembar observasi
minat belajar diadaptasi dari Anas Sudijono (2011: 81) dengan menjumlahkan data
perolehan angket minat belajar dan lembar observasi minat belajar setiap siswa dibagi
dengan jumlah data, maka didapatkan rumus berikut ini:

23
Keterangan:
MBS= Minat Belajar Siswa
AMB= Skor perolehan angket minat belajar siswa
LMB= Skor perolehan lembar observasi minat belajar siswa
Mencari rata-rata minat belajar siswa diakhir siklus
Rumus yang digunakan untuk mencari rata-rata minat belajar siswa diakhir siklus
diadaptasi dari Anas Sudijono (2011: 81) dengan menjumlahkan data skor perolehan minat
belajar siswa di setiap pertemuan pada setiap siklus dibagi dengan jumlah data, maka
didapatkan rumus berikut ini:

Keterangan:
RMBS = Rerata minat belajar siswa
∑MBS = Jumlah skor perolehan minat belajar di setiap pertemuan
n = Banyaknya pertemuan
Adapun penggolongan kriteria minat belajar siswa diadapatasi dari Suharsimi
Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2010: 35) dengan mencari rentang bilangan
dengan mengurangkan skor maksimal minat belajar terhadap skor minimal minat belajar
siswa maka diperoleh rentang bilangan sebesar 40. Rentang bilangan tersebut kemudian
dibagi menjadi lima dikarenakan peneliti ingin menggolongkan kriteria minat belajar menjadi
lima kriteria, maka menghasilkan interval kelas sebesar 8. Adapun hasil penggolongan
kriteria minat belajar dalam persentase sebagai berikut:
Tabel 3.5 Kriteria Minat Belajar Siswa
N
Rentang Kriteria
o.
1 < 36% Sangat Rendah
2 37% - 52% Rendah
3 53% - 68% Cukup
4 69% - 84% Bagus
5 >85% Bagus sekali

Adapun Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari
Hasil belajar siswa setiap siklusnya. Analisis kuantitatif dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
1. Nilai Hasil belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

24
Nilai siswa =

Adapun Indikator Keberhasilan belajar siswa secara Individu dipatok pada KKM
yakni 75 dari 100 Point dengan persentase Ketuntasan sebagai berikut:
< 74,9% = Tidak Tuntas
≤ 75% = Tuntas

2. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus:

Ketuntasan Klasikal =

(Sumber: Purwanto, 2008:102)

Adapun Indikator Keberhasilan belajar secara Klasikal dipatok tuntas 75% dari 30
murid dengan persentase Ketuntasan sebagai berikut:
< 74,9% = Tidak Tuntas
≤ 75% = Tuntas

3.6. Indikator Keberhasilan


Indikator Keberhasilan merupakan tindakan patokan untuk menentukan keberhasilan.
Suatu kegiatan dikatakan berhasil apabila mampu melampaui kriteria yang telah dilakukan.
Oleh karena itu setiap evaluasi terhadap suatu program membutuhkan suatu kriteria.
Keberhasilan suatu tindakan biasanya didasarkan pada sebuah standar yang harus dipenuhi.
Pada penelitian tindakan keberhasilan dapat ditandai dengan pembahasan kearah perbaikan,
baik terkait dengan guru maupun dengan siswa.
Keberhasilan suatu penelitian tindakan yaitu membandingkan hasil sebelum dan
sesudah diberi tindakan cukup dengan mendeskripsikan data yang terkumpul. Data-data yang
disimpulkan berasal dari lembar lembar observasi oleh siswa dan angket siswa melalui
penerapan model pembelajaran STAD pada materi teori asam basa untuk meningkatkan minat
belajar siswa. Semua data tersebut dikumpulkan dan disimpulkan atau hasil dari proses
pembelajaran. Sebagai acuan untu perbandingan dan masukan terhadap apa yang telah
dicapai setelah tindakan. Kriteria keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Terlaksananya pembelajaran pada materi teori asam basa untuk meningkatkan minat
belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran STAD sesuai yang direncanakan.
2. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah tercapainya minat siswa dengan
ketercapaian 80% .
3. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah ketuntasan belajar siswa yakni 75%
tuntas belajar
4. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah ketuntasan belajar Klasikal yakni
75% tuntas belajar dari 30 Murid

25
26
Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pedekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Dimyati. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rieka Cipta.

Isjoni. (2012). Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:


Alfabeta.

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.


Jakarta: Rajawali Pres.

Sadiman, A. S. (2007). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Surakhmad, W. (2013). Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Trianto. (2007). Model - Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:


Prestasi Pustaka.

Wahyuni. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Zulfiani. (2009). Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.

27

You might also like