Professional Documents
Culture Documents
6
6
6
ANALISIS INSTRUMENTASI
TITRASI POTENSIOMETRI
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3 OFFERING H
a. Judul
Titrasi Potensiometri
b. Tujuan Percobaan
Membandingkan titik akhir reaksi netralisasi secara potensiometri dan dengan
indikator.
c. Dasar Teori
Asam polibasis adalah asam yang dalam larutan akan mengalami lebih dari satu
tingkat ionisasi dengan tetapan ionisasinya sendiri-sendiri. Misalnya untuk suatu asam
lemah berbasa tingkat-tingkat dan tetapan-tetapan ionisasinya adalah sebagai berikut:
[H3 O+ ]+[Hn−1 A− ]
HnA + H2O H3O+ + Hn-1A- 𝐾𝑎1 = [Hn A]
[H3 O+ ]+[An−1 ]
HA(n-1)- + H2O H3O+ + An-1 𝐾𝑎𝑁 = [HA(n−1) ]
Sehingga apabila asam tersebut dititrasi dengan larutan basa kuat berasam satu
(misalnya NaOH), maka akan diperoleh lebih dari satu titik ekuivalen yang persamaan
reaksi serta pH titik ekuivalennya seperti berikut.
1 1
HnA + NaOH NaHn-1A + H2O 𝑝𝐻1 = 2 𝑝𝐾𝑎1 + 𝑝𝐾𝑎2
2
1 1
NaHn-1A + NaOH Na2Hn-2A + H2O 𝑝𝐻2 = 2 𝑝𝐾𝑎2 + 𝑝𝐾𝑎3
2
1 1 1
𝑝𝐻𝑛 = 2 𝑝𝐾𝑤 + 𝑝𝐾𝑎𝑁 + 2 log[𝐺]
2
Apabila harga KaN sangat kecil (asamnya sangat lemah) maka tidak ada
indikator yang dapat digunakan untuk menentukan saat tercapainya titik ekuivalen
yang terakhir. Hal ini dapat diatasi dengan jalan antara lain titrasi secara
potensiometri.
Untuk mempermudah membuat kurva seperti gambar di atas, maka dibuat kurva
∆𝐸
turunan pertama dari data potensial dan volume titran sehingga diperoleh kurva ∆𝑉
∆2 𝐸
Selanjutnya dibuat kurva turunan kedua potensial terhadap volume titran.
∆𝑉 2
Gambar 3. Kurva turunan kedua potensial terhadap volume titran
e. Cara Kerja
Untuk titrasi dengan indikator
1. Diambil dengan pipet gondok 10 mL, 4 bagian larutan H3PO4 0,2 M dan
dimasukkan masing-masing ke dalam erlenmeyer yang berbeda.
2. Kedalam 2 buah erlenmeyer yang pertama ditambahkan masing-masing 2
tetes indikator mm dan 50 mL akuades, sedang kedalam 2 erlenmeyer
yang lain ditambahkan masing-masing 2 tetes indikato pp dan 50 mL
akuades. Dikocok masing-masing larutan sehingga menjadi homogen.
3. Dimasukkan larutan NaOH 0,5 M ke dalam buret, dan dititrasi larutan-
larutan tersebut sampai titik ekuivalen. Untuk 2 larutan yang pertama
(dengan indikator mm) sampai warna merah hilang, sedang untuk 2 larutan
yang lain (dengan indikator pp) sampai tepat timbul warna merah. Dicatat
banyaknya volume larutan NaOH yang diperlukan pada tiap-tiap titrasi.
Hasil
Hasil
f. Data Pengamatan
1. Titrasi Volumetri 10 mL H3PO4 dengan NaOH menggunakan Indikator
Larutan
H3PO4 0,2 M Indikator NaOH 0,5 M
1 2 3
10 mL mm 5,9 mL 5,9 mL 5,9 mL
10 mL pp 11 mL 11,2 mL 11,1 mL
pH = ½ (pK a1 + pK a2)
pH = ½ (2,1249 + 7,2076)
pH = 4,666
pH = ½ (pK a2 + pK a3)
pH = ½ (7,2076 + 12,3187)
pH = 9,763
vol
pH dpH dV Vx dpH/dV d2V d2pH/dV Vy d2pH/d2V
titran
0 1,86 0 0 0 0 0 0
1 1,997 0,137 1 1 0,137 1 0 1 0
2 2,171 0,174 1 2 0,1735 2 0,0365 2 0,01825
3 2,419 0,249 1 3 0,2485 3 0,075 3 0,025
4 2,7705 0,352 1 4 0,3515 4 0,103 4 0,02575
5 3,949 1,178 1 5 1,178 5 0,8265 5 0,1653
6 6,126 2,177 1 6 2,177 6 0,999 6 0,1665
7 6,469 0,344 1 7 0,3435 7 -1,8335 7 -0,26193
8 6,919 0,450 1 8 0,45 8 0,1065 8 0,013312
9 7,278 0,359 1 9 0,359 9 -0,091 9 -0,01011
10 7,762 0,484 1 10 0,4835 10 0,1245 10 0,01245
11 10,078 2,316 1 11 2,316 11 1,8325 11 0,166591
12 10,863 0,785 1 12 0,785 12 -1,531 12 -0,12758
13 11,192 0,329 1 13 0,3295 13 -0,4555 13 -0,03504
Dari tabel di atas, dapat dibuat 3 grafik. Ketiga grafik tersebut dapat dihubungkan.
1. Grafik pH vs volume titran
grafik volume vs pH
2.5
1.5
pH
0.5
0
0 2 4 6 8 10 12 14
volume titran
2. Grafik Vx vs dpH/dV
grafik Vx vs dpH/dV
2.5
2
1.5
1
0.5
dpH/dV
0
-0.5 0 2 4 6 8 10 12 14
-1
-1.5
-2
-2.5
Vx
3. Grafik Vy (rata-rata Vx) vs d(dpH/dV)/d(Vx)
0.2
d(dpH/dV)/d(Vx)
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
-0.1
-0.2
-0.3
Vy
2.5
1.5
0.5
0
0 2 4 6 8 10 12 14
-0.5
-1
-1.5
-2
-2.5
Setelah ditarik garis lurus pada grafik volume titran vs pH, Vx vs dpH/dV dan
Vy (rata-rata Vx) vs d(dpH/dV)/d(Vx). Maka diperoleh titik ekuivalen yang
pertama yaitu pada penambahan NaOH sebanyak 6 mL, titik ekivalen kedua
pada penambahan NaOH sebanyak 7 mL, serta titik ekivalen ketiga pada
penmbahan 11 mL NaOH.
h. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk membuat kurva hubungan antara pH dan volume
titran agar mencapai titik ekivalen. Titran yang digunakan adalah NaOH. Dalam
percobaan ini, digunakan asam fosfat H3PO4. Asam fosfat merupakan suatu asam
poliprotik, artinya asam ini dapat memberikan lebih dari satu proton yang berupa ion H+
dan apabila bereaksi dengan suatu basa, akan membentuk air. Karena itu, dalam titrasi
potensiometri, dapat dilakukan pengukuran pH berdasarkan konsentrasi H+ yang
dilepaskan asam fosfat. Karena sifatnya yang dapat memberikan lebih dari satu proton,
asam fosfat memiliki 3 titik kesetimbangan asam (Ka). Kesetimbangan ini berasal dari
nilai perbandingan konsentrasi produk dengan konsentrasi reaktan untuk masing-masing
pelepasan H+.
Dalam percobaan ini, asam fosfat direaksikan dengan NaOH dengan persamaan
reaksi sebagai berikut:
Hal tersebut menunjukkan terjadinya suatu reaksi penetralan larutan asam lemah
yaitu asam fosfat dengan titran berupa basa kuat. Larutan NaOH merupakan golongan
oksidator kuat, yang mampu mengubah larutan yang bersifat asam menjadi larutan yang
bersifat basa dengan penambahan volume NaOH ke dalam larutan asam yang berperan
sebagai titrat.
Pada titrasi di atas digunakan 2 indikator yaitu metil merah dan fenolfthalein (PP).
Untuk titrasi asam fosfat dan NaOH digunakan indikator pp karena trayek pH indikator
pp adalah 8,3 – 10 dimana trayek pH ini adalah dekat dengan pH titik ekuivalen titrasi
asam fofsat NaOH. Pemilihan indikator yang baik adalah setidak-tidaknya antara -1 pH
titik ekuivalen sampai dengan +1 pH titik ekuivalen. Jika digunakan indikator metil
merah maka titik akhir titrasi akan terjadi terlebih dahulu sebelum titik ekuivalen tercapai.
i. Kesimpulan
Perbandingan titik akhir reaksi netralisasi dengan cara titrasi volumetri menggunakan
indikator dan cara titrasi potensiometri dengan 10 mL H3PO4 0,2 M dan NaOH 0,5 M
adalah sebagai berikut:
a. Titrasi Volumetri 10 mL H3PO4 dengan NaOH menggunakan Indikator
Volume pada titik ekuivalen pertama dengan titrasi volumetri 10 mL
H3PO4 menggunakan indikator mm, yaitu
V H3PO4 0,2 M = 10 mL
V NaOH 0,5 M = 5,9 mL
Volume pada titik ekuivalen kedua dengan titrasi volumetri 10 mL
H3PO4 menggunakan indikator pp, yaitu
V H3PO4 0,2 M = 10 mL
V NaOH 0,5 M = 11,1 mL
b. Titrasi Potensiometri 10 mL H3PO4 dengan NaOH 0,5 M
Volume pada titik ekuivalen pertama dengan titrasi potensiometri 10
mL H3PO4, yaitu
V H3PO4 0,2 M = 10 mL
V NaOH 0,5 M = 6 mL
Volume pada titik ekuivalen kedua dengan titrasi potensiometri 10 mL
H3PO4, yaitu
V H3PO4 0,2 M = 10 mL
V NaOH 0,5 M = 7 mL
Volume pada titik ekuivalen ketiga dengan titrasi potensiometri 10 mL
H3PO4, yaitu
V H3PO4 0,2 M = 10 mL
V NaOH 0,5 M = 11 mL
j. Jawaban Pertanyaan
1. Pada titrasi di atas secara teoritis berapa volume NaOH yang diperlukan
pada titik ekivalen yang pertama dan kedua?
k. Daftar Pustaka
Gandjar, Gholib Ibnu. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Underwood, Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Tim Dosen KBK Analitik. 2017. Buku Petunjuk Praktikum Analisis Instrumentasi.
Malang : Universitas Negeri Malang