Professional Documents
Culture Documents
WP BI No.9-2015 Pemetaan Dan Strategi Peningkatan Daya Saing UKM
WP BI No.9-2015 Pemetaan Dan Strategi Peningkatan Daya Saing UKM
WORKING PAPER
2015
Abstrak
Kajian ini dilaksanakan dalam rangka mengetahui posisi daya saing
UMKM Indonesia dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya dan
menyusun strategi peningkatan daya saing UMKM Indonesia dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kajian ini dilaksanakan dengan
menggunakan data sekunder mengenai perkembangan UMKM di ASEAN dan
Forum Group Discussion (FGD) dengan pelaku usaha. Secara umum,
kinerja UMKM Indonesia masih relatif rendah jika dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN dengan tingkat pembangunan yang relatif sama,
terutama dari segi produktivitas, kontribusi terhadap ekspor, partisipasi
dalam jaringan produksi global dan regional, serta kontribusi terhadap nilai
tambah. Selain itu, rendahnya partisipasi UMKM dan perusahaan Indonesia
dalam GVC juga disebabkan oleh faktor pendukung GVC yang belum optimal,
yaitu infrastruktur dan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi,
keandalan dan efisiensi jasa logistik, serta tingginya hambatan
perdagangan. Tingkat upah yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan
negara ASEAN lainnya juga menjadi hambatan untuk meningkatkan efisiensi
produksi. Demikian juga dengan ketatnya persyaratan untuk mendapatkan
akses pembiayaan eksternal dari perbankan. Untuk meningkatkan daya
saing UMKM Indonesia secara umum dan untuk meningkatkan partisipasi
UMKM dalam GVC, faktor internal dan eksternal yang menentukan daya
saing UMKM serta tingkat partisipasi dalam GVC perlu menjadi perhatian
pemerintah. Faktor internal mencakup aspek-aspek yang dapat
meningkatkan produktivitas UMKM Indonesia, yaitu sumber daya manusia
(human resource), strategi pemasaran, dan inovasi. Sementara itu, faktor
eksternal merupakan berbagai aspek di luar UMKM yang dapat memengaruhi
dan mendukung daya saing UMKM. Faktor tersebut adalah kemudahaan
berusaha di Indonesia (ease of doing business), akses finansial dan
permodalan, akses pasar, infrastruktur, dan kondisi makroekonomi.
1
I. PENDAHULUAN
Dalam mewujudkan ASEAN sebagai basis produksi dan pasar tunggal (pilar
1), secara bersama-sama dan bertahap, negara-negara anggota ASEAN
membebaskan bea masuk dan menghilangkan hambatan nontarif lainnya bagi
sesama negara ASEAN apabila barang yang akan diperdagangkan memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan secara bersama-sama. Disamping itu, negara-
negara ASEAN juga menurunkan hambatan perdagangan jasa di antara sesama
negara ASEAN antara lain dengan memberikan batasan modal asing yang semakin
tinggi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa berdasarkan Cetak Biru MEA,
modal dan tenaga kerja terampil akan lebih bebas berpindah di antara negara-
negara ASEAN.
2
negara-negara partner utama, seperti ASEAN+1 dan RCEP dengan
mengedepankan ASEAN centrality serta meningkatkan partisipasi dalam jaringan
produksi global.
3
negara-negara lain. Dengan demikian, isu-isu strategis dapat diidentifikasi dan
dipetakan sebagai bahan penyusunan kebijakan pemerintah pada masa yang akan
datang dalam menghadapi MEA 2025.
4
II. STUDI LITERATUR: KARAKTERISTIK DAN DAYA SAING UMKM
5
Sumber: Nicolescu (2009)
Gambar 1. Determinan Aktivitas UMKM
6
aktivitas ekspor mempunyai kinerja yang lebih baik daripada yang melakukan
jenis usaha yang sama yang terfokus pada pasar domestik. Kinerja direfleksikan
oleh rata-rata pendapatan per perusahaan, pertumbuhan pendapatan, dan
pendapatan per pekerja. Hasil analisis menjelaskan bahwa UMKM yang
melakukan aktivitas ekspor memiliki kinerja lebih tinggi daripada UMKM yang
berfokus pada pasar domestik.
Temuan lain yang signifikan terkait dengan pola ekspor UMKM dibandingan
dengan perusahaan multinasional yang mayoritas menggunakan afilisasi
internasional adalah USITC (2010) yang memperkirakan bahwa pada tahun 2007,
total nilai tambah ekspor yang dilakukan oleh UMKM di Amerika Serikat sebesar
480 miliar USD. Sekitar 50 persen dari nilai tersebut merupakan ekpor langsung
tanpa menggunakan perantara, dan sisanya—dengan porsi yang hampir sama—
merupakan ekspor tidak langsung atau berlaku sebagai barang input antara
(intermediate atau factor inputs) bagi perusahaan lain yang melakukan ekspor.
7
2.2 Daya Saing UMKM dan Global Value Chain (GVC)
Setidaknya terdapat empat faktor yang menjadi tantangan bagi UMKM agar
dapat memanfaatkan keuntungan melalui kerja sama dengan perusahaan
multinasional tersebut (Yuhua dan Bayhaqi, 2013). Pertama, UMKM perlu
meningkatkan kemampuan teknis dan operasional untuk mencapai standar
global perusahaan multinasional. Terkait dengan hal tersebut, UMKM perlu
mendapatkan akses modal yang memadai agar dapat melakukan investasi pada
proses produksi. Tantangan selanjutnya adalah sumber daya manusia (SDM).
Dengan budaya dan struktur kerja informal serta tidak adanya rencana karier
yang jelas, UMKM sangat sulit dalam meningkatkan kualitas SDM atau menarik
SDM yang profesional. Sementara itu, perubahan dalam business practices
merupakan tantangan terakhir yang harus dihadapi oleh UMKM untuk
meningkatkan daya saing dalam global value chain (GVC). Tantangan tersebut
meliputi efisiensi dalam operasional perusahaan serta pertimbangan dampak
sosial dan lingkungan dari proses produksi.
ADB (2015) menyebutkan bahwa dua faktor untuk sukses dalam GVC ialah
daya saing perusahaan dan konektivitas perusahaan. Keduanya merupakan
sarana bagi perusahaan untuk terhubung dengan rantai nilai. Perusahaan yang
memilik daya saing dan terhubung akan dapat tergabung dan memperoleh
manfaat dari GVC.
Anton et al. (2015) menemukan bahwa daya saing UKM bersumber pada
level inovasi, kewirausahaan, modal manusia, sumber dana, potensi pasar, dan
strategi bisnis. UKM juga membutuhkan bantuan pemerintah untuk
mengembangkan jaringan pemasaran dan akses terhadap lembaga keuangan.
Dalam kasus di Indonesia Tambunan (2009) menemukan bahwa daya saing UKM
dapat ditingkatkan melalui sumber daya manusia, modal kerja, serta keahlian
8
manajemen dan teknologi. Berdasarkan hasil penelitian Tambunan (2009), terlihat
bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
perusahaan. Pemilik UKM dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi terbukti
lebih memahami bisnis mereka, contohnya adalah UKM pada sektor peralatan
rotan yang berorientasi ekspor. Selain itu, kemampuan pemilik UKM dalam
memahami tren pasar terbaru lebih berpengaruh terhadap produktivitas
dibandingkan dengan kurangnya keahlian.
9
secara signifikan berhubungan positif dengan performa keuangan serta organisasi
UKM tersebut. Implikasi dari studi itu adalah pemerintah Ghana harus membuat
kebijakan yang dapat mendorong pelatihan dan pengembangan skill pemilik UKM
serta turut mencipatkan lingkungan yang memungkinkan terjadinya
pengembangan teknologi yang pada akhirnya akan mengubah proses bisnis dari
industri-industri utama. Selain itu, pemerintah juga harus dapat memastikan
bahwa kualitas dari barang dan jasa yang dihasilkan memenuhi standar
internasional. Hal itu akan mendorong inovasi dan pengembangan produk untuk
pasar domestik dan ekspor. Peningkatan pada kualitas dan mutu manajemen
UKM akan meningkatkan daya saing di dalam negeri atau internasional.
10
pasok pada tingkat regional, yaitu negara ASEAN lainnya. Untuk mendukung hal
tersebut, pemerintah perlu mendorong efisiensi prosedur dan transparansi dalam
penggunaan dan pemanfaatan dokumen FTA ASEAN dan FTA dengan negara
lainnya. Sebagai faktor pendukung, akses terhadap keuangan juga perlu
diperhatikan sebagai salah satu isu penting yang dapat mendorong UMKM untuk
berkembang. Liberalisasi sektor keuangan dan perbaikan akses terhadap institusi
pemberi modal cukup potensial untuk mengatasi permasalahan akses keuangan,
khususnya di daerah. Selain adanya reformasi sektor keuangan, infrastruktur
keuangan juga penting dikembangkan guna menstimulasi UMKM.
Thailand mulai mendorong agar UMKM mempunyai linkage yang kuat pada
sektor otomotif mulai tahun 2000 melalui program SME Promotion Plan. Fokus
kebijakan tersebut adalah bagaimana meningkatan jumlah tenaga kerja,
memperkuat modal UMKM, mendorong ekspor, dan meningkatkan keterkaitan
dengan perusahaan besar. Terkait dengan permodalan pada tahun 2002
pemerintah Thailand mendirikan Small and Medium Enterprise Development Bank
of Thailand untuk meningkatan dan mempermudah akses finansial UMKM
(Caiyuth, 2008) 1 . Contoh implementasi dari Malaysia dan Thailand dapat
memberikan arah untuk meningkatkan daya saing UMKM Indonesia dalam
menghadapi FTA.
12
(OECD, 2010). Pengembangan klaster industri, yang di dalamnya termasuk
UMKM, dapat meningkatkan produktivitas, penerapan inovasi, dan tingkat
kompetisi perusahaan. Jejaring dalam klaster juga dapat meningkatkan kuantitas
dan kualitas aliran informasi antara perusahaan besar dan UMKM.
Terdapat dua dampak positif yang dapat diperoleh jika UMKM menjadi
bagian dari GVC, yaitu keuntungan untuk UMKM itu sendiri dan keuntungan bagi
ekonomi nasional. Dampak positif terhadap sektor UMKM diperoleh dengan
meningkatnya kemampuan teknis. Keterlibatan dalam GVC membutuhkan
standar kualitas yang tinggi yang secara otomatis meningkatkan produktivitas
13
dengan penguasaan teknologi dan efisiensi produksi. Dampak positif lainnya dari
partisipasi adalah perbaikan akses informasi dan model bisnis terbaru. Hal-hal
tesebut dapat memperbaiki citra UMKM sehingga memberikan dampak positif
lainnya, seperti kemudahaan akses terhadap sumber dana eksternal (Yuhua dan
Bayhaqi, 2013).
14
produktivitas suatu perusahaan. Selain itu, pelatihan tenaga kerja dan
penggunaan teknologi baru juga berperan besar dalam mendukung tingkat
produktivitas. Faktor terakhir adalah lokasi. Peluang suatu UMKM untuk
berpartisipasi dalam GVC akan semakin besar apabila lokasi usaha dekat dengan
suatu kawasan industri atau export processing zones (EPZs) atau pelabuhan.
Apabila saat ini sudah terdapat kumpulan UMKM yang jauh dari kawasan
tersebut, pemerintah dapat menyiasatinya dengan mengembangkan infrastruktur
logistik agar komponen yang diproduksi UMKM bisa mencapai kawasan itu dengan
cepat dan tepat waktu.
15
III. Pemetaan Daya Saing UMKM Indonesia
Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UMKM, pada tahun 2013
UMKM mampu menyumbangkan 5.440 triliun rupiah (atas dasar harga berlaku)
terhadap PDB nasional, menyerap tenaga kerja 114,14 juta orang, dan menarik
1.655,2 triliun rupiah investasi dengan total jumlah usaha sebanyak 57,8 juta
unit. Gambar 3 menyajikan kontribusi UMKM dalam perekonomian nasional
tahun 2013–2014.
Kontribusi UMKM terhadap PDB nasional pada tahun 2013 adalah 57,6
persen (atas dasar harga konstan) yang 30,3 persen berasal dari usaha mikro; 12,8
persen dari usaha kecil; dan 14,5 persen berasal dari usaha menengah (Gambar
3). Hingga saat ini belum ada data terbaru mengenai kontribusi UMKM terhadap
PDB pada tahun 2014. Apabila UMKM dibandingkan dengan usaha skala besar,
kesenjangannya sangat besar. Dengan jumlah usaha skala besar hanya 0,11
2Kemenkop menerbitkan data 2014 hanya untuk penyerapan tenaga kerja dan jumlah
usaha
16
persen dari total usaha nasional, usaha besar mampu berkontribusi sebesar 42,4
persen terhadap PDB. Namun, UMKM masih dominan dalam hal penyerapan
tenaga kerja. Pada tahun 2014 UMKM mampu menyerap 96,7 persen dari total
tenaga kerja nasional yang 87 persen tenaga kerjanya diserap oleh usaha mikro.
Secara umum, dalam masa 5 tahun terakhir ini, kontribusi UMKM terhadap
PDB nasional mengalami penurunan, dari 58,3 persen pada tahun 2008 menjadi
57,6 persen pada tahun 2013 (Gambar 4). Hal itu disebabkan oleh kontribusi
usaha mikro yang semakin menurun. Trend pertumbuhan nilai tambah UMKM
17
menunjukkan peningkatan dari 4,6 persen pada tahun 2009 menjadi 7,2 persen
tahun 2011, tetapi mengalami penurunan menjadi 5,75 persen pada tahun 2013.
Meskipun mengalami perlambatan, nilai pertumbuhan PDB UMKM masih lebih
tinggi 0,02 persen dari pertumbuhan PDB nasional.
140
Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja (Juta
4
120 5
4 7
4
3 6
3
3 5
100 3
3
3
3
4
3 3 4
3 4
4
80
Orang)
60
111
100 105
90 92 95
88
40
20
00
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Usaha Mikro (UMi) Usaha Kecil (UK) Usaha Menengah(UM) Usaha Besar (UB)
18
mengalami peningkatan, yaitu dari 51,4 juta pada tahun 2008 menjadi 59,3 juta
pada tahun 2014 yang 99,9 persen di antaranya adalah UMKM. Secara umum
pertumbuhan usaha mikro relatif sama pada tahun 2007–2014 dengan rata-rata
pertumbuhan 2,37 persen. Rata-rata pertumbuhan unit usaha yang paling tinggi
adalah usaha menengah sebesar 6,2 persen. Sementara itu, rata-rata
pertumbuhan unit usaha nasional untuk tahun 2007–2014 adalah sebesar 2,4
persen per tahun.
16
Laju Pertumbuhan Unit Usaha (%)
14 13.7
12
10.7
10
8
5.5 6.0
6 4.7 4.7 4.5 6.3
4.0 5.4 3.9 4.2
4 4.1 3.8 4.1
2.3 2.5 2.6 2.6 2.4 2.4 2.4
2 1.6 2.0
2.3 2.5 2.6 2.5 2.4 2.4 2.3
2.0
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
19
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, yaitu sekitar 99,9 persen,
kemudian Kamboja dan Laos sebesar 99,8 persen. Demikian juga dalam hal
penyerapan tenaga kerja, UMKM di Indonesia menyerap lebih banyak tenaga kerja
jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Di Laos jumlah penduduk yang
bekerja di UMKM adalah 82,9 persen, Thailand 81 persen, dan Kamboja 71,8
persen.
20
Tabel 2. Perbandingan Kontribusi UMKM terhadap Perekonomian di Negara
ASEAN
Penyerapan Kontribusi
Unit Usaha Ekspor
Tenaga Kerja terhadap PDB
Negara
Share Share Share Share
Tahun Tahun Tahun Tahun
(%) (%) (%) (%)
Brunei
98,2 2010 59 2010 24 2010 n/a n/a
Darussalam
Kamboja 99,8 2014 71,8 2014 n/a n/a n/a n/a
Indonesia 99,9 2013 96,9 2013 57,6 2013 15,7 2013
Laos 99,8 2013 82,9 2013 n/a n/a n/a n/a
Malaysia 97,3 2011 57,5 2013 33,1 2013 19 2010
Myanmar 87,4 2014 n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Filipina 99,6 2012 64,9 2012 36 2006 10 2010
Singapura 99,4 2012 68 2012 45 2012 n/a n/a
Thailand 97,2 2013 81 2013 37,4 2013 25,5 2013
Vietnam 97,7 2012 46,8 2012 n/a n/a n/a n/a
Sumber: Asian Development Bank dan Kementerian Koperasi dan UMKM
21
Sumber: Asia SME Finance Monitor 2014, ADB
Gambar 7. Distribusi UMKM Menurut Sektor Usaha di 7 Negara ASEAN
Berdasarkan data SME landscape pada Asia SME Finance Monitor 2014 yang
dikeluarkan oleh Asian Development Bank (ADB), pertumbuhan tenaga kerja
Indonesia masih berada di bawah Kamboja pada tahun 2014. Pertumbuhan
penyerapan tenaga kerja UMKM di Kamboja sebesar 16,1 persen, sedangkan
Indonesia hanya sebesar 8 persen. Sementara itu, untuk negara ASEAN lainnya,
pada tahun 2012 pertumbuhan penyerapan tenaga kerja UMKM adalah 27,3
persen untuk Filipina, 6,3 persen untuk Malaysia, dan 2,4 persen untuk Vietnam.
Data yang tersedia untuk Thailand adalah data tahun 2013 yang pertumbuhan
penyerapan tenaga kerja UMKM-nya mencapai 3,3 persen. Untuk produktivitas
tenaga kerja UMKM, data yang tersedia hanya untuk Malaysia, Thailand
(produktivitas UMKM saja), dan Indonesia. Produktivitas tenaga kerja UMKM di
Indonesia jauh berada di bawah produktivitas Thailand dan Malaysia. Pada tahun
2012 produktivitas UMKM di Indonesia hanya $1.355, sedangkan UMKM Malaysia
mencapai $20.609 dan Thailand $12,263. Rata-rata pertumbuhan produktivitas
tahun 2009–2012 untuk Indonesia, Thailand, dan Malaysia berturut-turut adalah
sebesar 4,9 persen, 6,1 persen, dan 9,5 persen.
22
Catatan:
1. Untuk gambar pertumbuhan tenaga kerja: tahun data untuk tiap negara bervariasi,
Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam tahun 2012; Thailand 2013; Indonesia,
Kamboja, dan Myanmar tahun 2014.
2. Data untuk Indonesia diambil dari Kementerian KUKM, sedangkan negara lain
diambil dari Asia SME Financial Monitor.
3. Untuk Myanmar dan Thailand digunakan data UKM, sedangkan untuk negara lain
digunakan data UMKM.
4. Konversi mata uang lokal ke US$ menggunakan data exchange rate World Bank
Sumber: Asia SME Financial Monitor 2014, ADB, dan Kementrian KUKM
(www.depkop.go.id), diolah
Gambar 8. Kinerja UMKM di beberapa negara ASEAN
23
Tabel 3. (lanjutan)
Proporsi unskilled
Persentase perusahaan Proporsi pekerja yang
workers (dari total
yang memberikan diberikan pelatihan
tenaga kerja produksi)
pelatihan formal formal (%)
(%)
Negara Tahun Kecil Menengah Besar Kecil Menengah Besar Kecil Menengah Besar
Myanmar 2014 10,3 25,6 31,4 62,5 49,3 38,9 20,5 31,2 59,2
Malaysia 2007 17,0 40,7 79,7 26,8 33,4 32,3 63,6 65,8 64,9
Filipina 2009 14,7 32,1 60,0 59,5 70,9 71,8 7,8 11,6 13,4
Thailand 2006 30,9 63,3 94,9 n.a n.a n.a 79,7 82,3 85,4
Vietnam 2009 11,6 49,1 53,2 66,0 62,3 70,7 10,5 24,3 21,6
Catatan: Tahun data untuk tiap negara bervariasi. Indonesia, Filipina, dan Vietnam
menggunakan data tahun 2009; Malaysia tahun 2007; Laos tahun 2012,
Kamboja tahun 2013; Myanmar tahun 2014.
Sumber: World Bank Enterprises Survey
Penguasaan teknologi dan inovasi UMKM Indonesia masih lebih rendah dari
rata-rata negara ASEAN. Menurut data World Bank Enterprises Survey, pada tahun
2009 jumlah perusahaan kecil yang memiliki sertifikat mutu internasional hanya
1,6 persen, sedangkan perusahaan menengah 6,3 persen (Gambar 9). Nilai
tersebut berada jauh di bawah Filipina dan Vietnam. Pada tahun yang sama 8,6
persen usaha kecil dan 18,6 persen usaha menengah di Filipina memiliki sertifikat
mutu internasional. Kepemilikan sertifikat mutu internasional di Vietnam untuk
usaha kecil adalah 6 persen dan usaha menengah 13,2 persen.
24
Catatan: Tahun data untuk tiap negara bervariasi. Indonesia, Filipina, dan Vietnam
menggunakan data tahun 2009; Malaysia tahun 2007; Laos tahun 2012,
Kamboja tahun 2013; Myanmar tahun 2014.
Sumber: World Bank Enterprises Survey
Gambar 9: Distribusi Perusahaan yang Memiliki Sertifikat Mutu
Internasional
25
Sumber: World Bank Enterprises Survey
Catatan: Tahun data untuk tiap negara bervariasi. Indonesia, Filipina, dan
Vietnam menggunakan data tahun 2009; Malaysia tahun 2007; Laos
tahun 2012, Kamboja tahun 2013; Myanmar tahun 2014.
Gambar 10. Persentase Perusahaan yang Memiliki Website
26
3.2 UMKM dan Industri Manufaktur
27
35
30
25
20 2011
15 2012
2013
10
0
Brunei Indonesia Laos Malaysia Filipina Vietnam Kamboja Singapura Thailand
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
2013 2014 2012 2013 2013 2014 2013 2014 2013 2014 2013 2014 2013 2014 2013 2014
Brunai Kamboja Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
Manufaktur Pertanian
28
Jika melihat lebih detail performa UMKM pada sektor manufaktur
Indonesia, dapat disimpulkan bahwa peran UMKM sangat lemah dan sejalan
dengan kecilnya jumlah UMKM di sektor manufaktur. UMKM hanya berkontribusi
12,9 persen terhadap total tenaga kerja manufaktur Indonesia pada tahun 2012.
Angka tersebut turun cukup signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2009
yang mencapai 16,4 persen. Lebih lanjut, kontribusi nilai tambah UMKM pada
sektor manufaktur di Indonesia tidak pernah melebihi 10 persen selama periode
2009–2012.
90
80 200
70
60 83.62 150
85.58 86.33 87.06
50
40 100
30
20 50
10 15.43 14.23 13.58 12.86
0 0.95 0.19 0.10 0.07 0
2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012
Mikro dan Kecil Menengah Besar Mikro dan Kecil Menengah Besar
Dari sisi ekspor hanya usaha menengah sektor manufaktur yang kontribusi
ekspornya dapat dihitung. Data tersebut sejalan dengan karakteristik dari UMKM
itu sendiri, yaitu usaha mikro dan kecil mengalami hambatan biaya dan akses
29
pasar untuk melakukan ekspor langsung. Pada tahun 2012 kontribusi ekspor
usaha menengah tercatat mencapai 7,46 persen pada sektor manufaktur.
Persentase tersebut mencapai lebih dari dua kali lipat daripada kontribusi ekspor
pada tahun 2009 yang hanya mencapai 3,09 persen. Pada periode yang sama,
walaupun produktivitas usaha mikro dan kecil jauh lebih rendah daripada skala
usaha yang lebih besar, terdapat tren yang stabil dan meningkat dibandingkan
usaha menengah dan besar. Hal tersebut menunjukkan adanya potensi yang
cukup besar bagi UMKM di sektor manufaktur.
Catatan: Data Malaysia dan Thailand untuk tahun 2006 sementara di Indonesia, Vietnam,
dan Filipina survei dilakukan pada tahun 2009.
Sumber: Wignaraja (2012)
Dalam studi yang sama dijelaskan pula bahwa kontribusi ekspor UMKM
Indonesia adalah yang terendah dibandingkan dengan empat negara ASEAN lain
yang diikutsertakan dalam kajian (Gambar 15). Kontribusi ekspor UMKM
30
Indonesia hanya 9,3 persen, kontras dengan UMKM Thailand, Filipina, dan
Malaysia yang mampu berkontribusi diatas 28 persen terhadap total ekspor.
Bahkan kontribusi UMKM Indonesia terhadap total ekspor masih tertinggal
dibawah UMKM Vietnam dengan kontribusi sebesar 16,8 persen.
Tingkat partisipasi yang rendah dalam jaringan produksi global tidak hanya
terjadi pada UMKM Indonesia, tetapi terjadi pada industri keseluruhan. Studi
presisi Indonesia pada tahun 2014 memperlihatkan bahwa tingkat partisipasi
Indonesia secara umum dalam jaringan produksi global memang rendah. Apabila
dilihat dari beberapa indikator untuk mengukur tingkat partisipasi suatu negara
dalam GVC, partisipasi Indonesia dalam GVC ternyata masih lebih rendah jika
dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan.
31
Sumber: COMTRADE, diolah
Gambar 16. Proporsi Perdagangan Barang Mesin terhadap Perdagangan
Barang Manufaktur (Rata-Rata 2010–2013)
33
institusi keuangan yang terbesar yang diperlihatkan oleh perbandingan besaran
aset dan dana yang dapat disalurkan oleh perbankan dibandingkan lembaga
keuangan lainnya. Hanya perusahaan yang memiliki rekam jejak dan/atau
memiliki jaminan dan/atau dukungan dari pembelinya yang dapat mengakses
pembiayaan dari perbankan.
34
Tabel 6: Sumber-Sumber Pendanaan (dalam triliun rupiah)
Modal
PNM ** Multifinance ***
Perbankan* Ventura****
Tahun
Bank
Umum BPR Total
Total Aset
Modal Ventura
35
ditentukan dengan sejumlah saham pada perusahaan pasangan usaha. Terdapat
empat jenis pembiayaan modal ventura, yaitu sebagai berikut.
2. Semi equity financial, yaitu perusahaan modal ventura yang membeli obligasi
konversi yang diterbitkan oleh perusahaan pasangan usaha.
4. Bagi Hasil.
Pertumbuhan modal ventura dalam lima tahun terakhir cukup tinggi. Dana
yang disalurkan naik dari 3 triliun rupiah pada tahun 2009 menjadi 6,5 triliun
rupiah pada tahun 2014. Sumber dana modal ventura berasal dari dalam
perusahaan sendiri yang berupa setoran modal pemegang saham, cadangan laba
ditahan, laba ditahan, dan dari pihak luar, baik investor perseorangan, pinjaman
dari lembaga perbankan, maupun dari lembaga asuransi dan dana pensiun.
36
langsung kepada usaha kecil dan menengah (UKM) dalam bentuk pembiayaan bagi
hasil kepada perusahaan patungan usaha (PPU).
Crowd Funding
37
1. KitaBisa (kitabisa.com)
2. Wujudkan
Wujudkan.com adalah crowd funding lain yang dapat diakses oleh pemula
atau oleh individu yang memiliki ide/proyek kreatif untuk mendapatkan
pendanaan. Wujudkan.com mengambil 5 persen dari setiap proyek yang berhasil
didanai. Proyek dengan dana tertinggi sampai saat ini adalah film dokumenter
Atambua 39° Celsius dengan total pendanaan 312 juta rupiah (USD32.800).
3. Ayopeduli
4. GandengTangan
Pendanaan lainnya
38
pinjaman peer-to-peer menggunakan platform pinjaman yang berbeda dan
berbagai alat kredit untuk menghitung credit rating. Salah satu contoh dari skema
ini adalah UangTeman.com yang memberikan kreditur mikro tidak lebih dari 2 juta
rupiah (USD136) dengan rentang hingga 30 hari sebelum harus dilunasi jangka
pendek secara online.
Untuk pinjaman pertama, tingkat bunga adalah satu persen per hari, dan
dapat menurun dari waktu ke waktu apabila kinerja kredit baik. Biaya lainnya
termasuk biaya perpanjangan Rp180.000,00 (USD12), biaya keterlambatan
pembayaran sebesar Rp50.000,00 (USD3,40) ditambah Rp10.000,00 (USD0,68) per
hari setelahnya, dan biaya penagih utang sebesar 10 persen dari pembayaran
jumlah. Hanya saja UangTeman hanya memberikan pinjaman kepada individu
yang memiliki penghasilan minimum Rp 3 juta per bulan dan memiliki rekening
tabungan di bank. Prosedur pengajuan pinjaman juga tidak sulit, semua
dilakukan secara transparan dan melalui sistem online.
39
IV. KEBIJAKAN UMKM INDONESIA DAN ASEAN
3Penyebutan UKM di sini juga mencangkup usaha mikro. Walaupun selalu disebutkan
UKM, kebijakan-kebijakan di ASEAN juga relevan bagi usaha mikro
40
Tabel 7 merangkum hasil seluruh indikator dalam ASEAN Policy Index. Jika
dibandingkan dengan kebijakan negara anggota ASEAN lainnya, kekuatan sektor
UMKM Indonesia terletak pada institutional framework dan kemudahan dalam
memulai usaha. Hal tersebut menjelaskan bahwa sektor UMKM Indonesia
mempunyai lingkup dan definisi yang jelas serta tidak terdapat hambatan yang
berarti dalam memulai usaha UMKM di Indonesia. Namun, pada tataran
implementasi banyak hal yang jauh berada di bawah nilai ideal, seperti koordinasi
kebijakan yang sering dianggap gagal.
Pada aspek Cheaper and Faster Start Up, Indonesia mendapatkan skor 4,4.
Namun, berdasarkan diskusi dengan Kementerian Perdagangan, prosedur dan
biaya pengurusan izin sudah dipermudah dan tanpa biaya, tetapi belum semua
UMKM memformalkan usahanya karena jangkauan sosialisasi kementerian yang
terbatas, selain keengganan UMKM sendiri memformalkan usahanya karena salah
satunya terkait dengan konsekuensi pembayaran pajak.
Dalam hal akses keuangan, Indonesia juga belum termasuk baik. Meskipun
Indonesia memiliki perbankan yang baik, kredit yang disalurkan kepada UMKM
masih rendah. Sementara itu, lembaga keuangan bukan bank juga masih terbatas.
Demikian juga dengan akses terhadap pasar modal, Indonesia belum memberikan
akses bagi UMKM untuk mendapatkan modal dari pasar modal.
Dalam aspek teknologi dan transfer teknologi, skor untuk Indonesia hanya
3,8. Kebanyakan inisiatif masih dalam tahap awal, misalnya pembangunan science
parks. Infrastruktur yang diperlukan untuk pengembangan teknologi juga belum
memadai, seperti broadband internet dan perlindungan HAKI.
41
Indonesia Trade and Promotion Centre (ITPC) juga berkontribusi pada rendahnya
kemampuan melakukan ekspansi pasar.
42
seperti halnya di Malaysia dan Thailand. Indonesia juga merupakan salah satu
negara ASEAN yang tidak memiliki master plan kebijakan pengembangan UMKM.
43
Tabel 8. Rangkuman Beberapa Indikator Kebijakan Negara-Negara ASEAN
Negara Definisi UMKM Institusi Utama Sektor Kunci UMKM Kebijakan Utama UMKM
Pemerintah
Indonesia Mikro: aset $5.500; Kementerian UMKM 1. Manufaktur Kredit Usaha Rakyat (KUR)
penjualan $33.002 2. Perdagangan Peningkatan kapasitas SDM
Kecil: aset $5.500–55.000; 3. Industri Primer UMKM
penjualan $33.002-275.014 Peningkatan akses pasar dan
Menengah: aset $1,1 juta; dukungan untuk partisipasi
penjualan ($275.014– pameran internasional
$5.500.290
Malaysia Manufaktur: 1.National SME 1. Jasa Malaysia memiliki SME
Mikro: penjualan < $91.645; Development 2. Manufaktur Masterplan 2020. Target
pekerja < 5 orang Council (NSDC) 3. Pertanian kontribusi:
Kecil: penjualan $91.645–4,5 2.Small and Medium 1. GDP: 41%
juta; pekerja 5–74 orang Industries 2. Pekerja: 62%
Menengah: penjualan $4,5– Development 3. Exports: 25%
15,3 juta; pekerja 75–200 Corporation
orang (SMIDEC) Fokus kebijakan pada:
Inovasi dan Teknologi
Jasa dan Sektor lainnya: Pengembangan SDM
Mikro: penjualan < $91.645; Akses finansial
pekerja < 5 orang Akses pasar
Kecil: penjualan $91.645– Regulasi dan Peraturan
$916.449; pekerja 5–29 Infrastruktur
orang
Menengah: penjualan
$916.449–$6,1 juta; pekerja
30–75 orang
Thailand Terbagi menjadi empat grup Office of Small and 1. Perdagangan dan Pengembangan SDM
(manufaktur, perdagangan Medium Enterprises pemeliharaan Peningkatan inovasi dan IP
besar, perdagangan kecil, dan Promotion (OSMEP) 2. Jasa Peningkatan faktor
jasa), yang mempunyai 3. Manufaktur pendukung (database,
kategori untuk usaha kecil marketing, finance)
44
Negara Definisi UMKM Institusi Utama Sektor Kunci UMKM Kebijakan Utama UMKM
Pemerintah
atau menengah menurut Implementasi dari “Third SME
jumlah pekerja dan aset. Promotion Master Plan (2012–
Kecil: pekerja 15 orang 2016)
untuk perdagangan retail
s.d. 50 orang untuk sektor
lainnya; Aset maksimal 30
juta bath (retail)–50 juta bath
(lainnya)
Menengah: pekerja 16 orang
(retail) s.d. 50 orang (sektor
lainnya); Aset 60 juta bath
(retail)–200 juta bath
(lainnya)
Singapura Perusahaan dengan penjualan SPRING (di bawah Hampir seluruh sektor Menyediakan dukungan pada 5
tahunan tidak lebih dari SGD Ministry of Trade and ekonomi (terutama jasa) area:
100 juta (USD 73,53) juta atau Industry) Self-help toolkits (customer
jumlah pekerja maksimal 200 services, financial
orang management, SDM, marketing,
productivity)
Innovation & Capability
Voucher
Insentif pajak
Grand & Loan
Brunai Tidak ada definisi detail 1. Ministry of Pengembangan usaha mikro
Darussalam Industry and Pengembangan dan
Primary Resources Meningkatkan UMKM baru
2. Brunei Economic Dukungan untuk
Development internasionalisasi dan
Board (BEDB) komersialisasi
Filipina Mikro: Aset ≤ $67 ribu Bureau of Small and 1. Perdagangan kecil MSME Development Plan 2011–
Kecil: Aset $67 ribu–$333 Medium Enterprises dan besar 2016:
ribu Development 2. Jasa perbaikan Iklim usaha
45
Negara Definisi UMKM Institusi Utama Sektor Kunci UMKM Kebijakan Utama UMKM
Pemerintah
Medium: Aset ≥ $333 ribu– (BSMED) kendaraan bermotor Akses finansial
$2,222 juta 3. IT Akses pasar
Medium: Aset ≥ $2.22 juta 4. Finansial dan Efisiensi dan Produktivitas
Asuransi
Vietnam Kategori mikro menggunakan 1. Central level: Hampir seluruh sektor Mendirikan SME Development
tenaga kerja ≤ 10 orang. Agency for ekonomi (perdagangan, Fund
Untuk kategori kecil dan Enterprise jasa, manufaktur, Mempromosikan aplikasi
menengah terbagi menjadi 3 Development konstruksi) teknologi dan inovasi
ukuran UMKM menurut 3 2. Provincial level: Menformulasikan inkubator
sektor ekonomi: Department of bisnis
1. Pertanian, kehutanan, dan Planning and Merumuskan model dukungan
kelautan Investment komprehensif untuk UMKM
Menengah: pekerja 11– Mendorong industrial cluster
200 orang; aset ≤ VND dan economic linkage
20 milyar
Besar: pekerja 201–300;
aset ≥ VND 20 milyar–
100 VND milyar
2. Industri dan konstruksi
Menengah: pekerja 11–
200 orang; aset ≤ VND
20 milyar
Besar: pekerja 201–300;
aset ≥ VND 20 milyar–
100 VND milyar
3. Perdagangan dan jasa
Menengah: pekerja 11–
50 orang; aset ≤ VND 10
milyar
Besar: pekerja 51–100;
aset ≥ VND 10 milyar–
VND 50 milyar
46
Negara Definisi UMKM Institusi Utama Sektor Kunci UMKM Kebijakan Utama UMKM
Pemerintah
Kamboja Mikro: pekerja < 10 orang; The General 1. Jasa dan Mengurangi jumlah perizinan
Aset < $50 ribu Department of Perdagangan UMKM
Kecil: pekerja 11–50 orang; Industry (GDI), pada 2. Pemrosesan produk Merumuskan business
aset $50 ribu–250 ribu Ministry of Industry, pertanian, environment yang kondusif
Medium: pekerja 51–100 Mines, and Energy manufaktur, dan Meningkatan kapasitas SDM
orang; aset $250 ribu–$500 pertambangan dan transfer teknologi
ribu
Laos Kecil: pekerja ≤19 orang; Aset Department of SME 1. Perdagangan Memperbaiki regulasi dan
≤ $ 30.271; turnover/tahun ≤ Promotion, Ministry of 2. Jasa system administrasi kegiatan
$48.433 Industry and ekonomi
Menengah: >19–99 orang; Commerce Meningkatkan akses finansial
Aset ≤ $145.300 Mendorong pengusaha baru
Myanmar Salah satu kriteria adalah Industrial 1. Pertanian, Tidak ada Kebijakan khusus
pekerja: Development pertenakan, dan terkait UMKM
Mikro: pekerja < 10 orang Committee perikanan
Kecil: pekerja 10–50 orang 2. Manufaktur
Medium: pekerja 51–100
orang
Sumber: SME Directory, ASEAN Secretariat (2015)
Catatan: Mata Uang dalam USD, kecuali disebutkan lain; konversi nilai tukar tukar berdasarkan data nilai tukar World Bank tahun 2010
47
4.2 Perjanjian Perdagangan Sektor Jasa di ASEAN
Negosiasi AFAS dimulai sejak tahun 1997 dan target liberalisasi masing-
masing mode diharapkan dapat tercapai pada akhir 2015. Untuk perdagangan
jasa Mode 1 dan Mode 2, AFAS menargetkan penghilangan semua hambatan
perdagangan dan untuk Mode 3 AFAS menargetkan peliberalan kepemilikan asing
sebesar maksimal 70 persen atau lebih, sedangkan untuk Mode 4, AFAS belum
mempunyai konsensus untuk membawa ke tingkat liberalisasi yang lebih tinggi
sehingga saat ini yang terpenting adalah regulasi dalam hal pemberian visa kerja
tenaga kerja asing yang terkait dengan investasi asing di suatu negara. Hingga
saat ini ASEAN telah mempublikasikan 8 paket AFAS, yaitu paket negosiasi paket
ke-8 disetujui pada tahun 2010.
Perjanjian AFAS ini tidak hanya memberikan peluang bagi UMKM untuk
mengembangkan usahanya di ASEAN, tapi juga menawarkan proteksi bagi UMKM
di dalam negeri dari persaingan di kawasan. Proteksi tersebut khususnya terdapat
pada Mode 3, baik dari akses pasar (market access), maupun dari kesamaan hak
usaha antara operator jasa domestik dan asing (national treatment). Hal itu
disebabkan ruang negosiasi yang paling luas pada AFAS terdapat pada Mode 3.
48
bahwa AFAS mencoba menghambat persaingan langsung antara operator lokal
dan asing. Di sisi lain, bentuk komitmen di atas memperlihatkan bahwa AFAS
mencoba memfasilitasi kerja sama antarkedua pihak sehingga pada akhirnya
terjadi peralihan teknologi atau bahkan informasi untuk mengakses pasar di
negara asal operator asing tersebut.
49
penanaman modal. Hal tersebut konsisten dengan persyaratan WTO. Selain itu,
ACIA juga menjamin transparansi dan kepastian peraturan, kebijakan, dan
prosedur penanaman modal. Namun, pada tahun 2015 ini liberalisasi penanaman
modal masih terbatas, seperti yang diperlihatkan oleh panjangnya daftar
pembatasan (restriction list) beberapa negara ASEAN (Lampiran 2).
50
V. FAKTOR UTAMA YANG MEMENGARUHI DAYA SAING UMKM
51
Penilaian awal mengenai kebijakan UMKM di Indonesia mengindikasikan
bahwa saat ini belum terdapat kebijakan komprehensif yang optimal dalam
mendorong atau memperbaiki aspek kinerja UMKM. Kebijakan UMKM yang
tersedia saat ini bersifat parsial dan mempunyai keterkaitan yang lemah antara
satu kebijakan dan kebijakan yang lain. Pada beberapa kementerian program dan
kegiatan dalam rangka mendukung UMKM bersifat temporer dan tidak
berkelanjutan karena hanya berfokus pada sektor binaan dari tiap-tiap
kementerian (ERIA, 2014).
Saat ini sumber daya manusia UMKM Indonesia merupakan salah satu
faktor yang menghambat kinerja UMKM. Beberapa aspek yang dapat
mencerminkan lemahnya sumber daya manusia di sektor UMKM antara lain
adalah sebagai berikut.
52
produk. Adanya standardisasi yang sesuai dengan sertifikasi dapat
meningkatkan produktivitas dan mendorong inovasi UMKM.
53
perusahaan sebagai badan hukum dan pengumuman dalam Berita Negara.
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan merupakan penerimaan negara bukan
pajak (PNBP). Di luar PNBP terdapat pengeluaran untuk menyewa jasa
notaris dalam pendirian perusahaan.
Perbankan
54
2. Legalitas perusahaan. Aspek ini penting untuk melihat prospek bisnis UMKM
dan kepatuhan usaha tersebut sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Berdasarkan FGD yang kami selenggarakan, ada beberapa hal yang penting
untuk dicatat terkait kredit perbankan, yaitu sebagai berikut.
2. Agunan tambahan tidak menjadi keharusan pada bank yang memiliki skema
value chain financing untuk nasabah yang memenuhi kriteria, yaitu
merupakan supplier dari perusahaan lain yang lebih besar dan established.
Saat ini pemerintah juga mempunyai program kredit usaha rakyat (KUR)
untuk mendorong penyaluran kredit UMKM tanpa mempersyaratkan jaminan.
KUR tersebut disalurkan oleh beberapa bank yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah dengan tingkat bunga yang sudah disubsidi, yaitu sebesar 12 persen
per tahun. Pemerintah juga memberikan penjaminan sebesar 70%–80% dari kredit
yang disalurkan melalui PT Askrindo dan PT Jamkrindo.
Walaupun telah tersedia KUR dengan bunga rendah dan dijamin oleh
pemerintah, ada beberapa hal yang masih perlu menjadi perhatian terkait
pendanaan perbankan, yaitu sebagai berikut.
Saat ini sumber dana KUR berasal dari perbankan itu sendiri. Pemerintah
hanya menyediakan besaran dana subsidi bunga, yaitu sebesar selisih tingkat
bunga kredit umum dikurangi tingkat bunga KUR. Oleh karena itu, kapasitas
perbankan menyalurkan KUR bersubsidi dibatasi oleh ketersediaan dana di bank-
bank pemerintah yang telah ditunjuk.
55
2. Peran swasta dalam penjaminan KUR
3. Tidak adanya sistem informasi terpadu UMKM yang dapat diakses setiap
bank
Pembiayaan Ekspor
3. Sumber modal LPEI terbatas pada APBN. Oleh karena itu, perlu dicari
alternatif sumber pembiayaan ekspor dari pihak lain.
56
dari hasil diskusi dengan pihak LPEI, mandat tersebut belum operasional karena
belum adanya petunjuk pelaksanaan dari Kementerian Keuangan.
Pembiayaan Lainnya
Sementara itu, sumber dana dari lembaga keuangan nonbank juga terbatas.
Beberapa hal yang membuat lembaga keuangan nonbank kurang berkembang di
Indonesia, antara lain, adalah keterbatasan ketersediaan dana dan sistem hukum
yang belum mendukung, seperti dasar hukum untuk modal ventura.
57
dukungan untuk mengimplementasikan sistem penjualan secara online melalui e-
catalogue atau mengimplementasikan e-marketing. Program-program yang sangat
membantu akses pasar UMKM itu sering kali berskala kecil sehingga dampaknya
kurang optimal. Tantangan bagi pemerintah adalah membuat program dengan
skala yang lebih besar agar berdampak luas. Program-program online seperti e-
catalogue dan e-marketing perlu menjadi fokus perhatian.
Ketika memasuki pasar global, UMKM pasti memiliki tantangan lain karena
melakukan ekspor, tidak semudah dan semurah ketika memasuki pasar domestik
akibat faktor risiko dan biaya yang lebih tinggi. Biaya untuk mendapatkan pasar
ekspor merupakan sunk cost, yaitu biaya yang harus dikeluarkan tetapi tidak
dapat ditarik kembali apabila ekspor tidak terealisasi. Pemerintah melalui
Kedutaaan Besar, Atase Perdagangan, dan Indonesia Trade Promotion Centre (ITPC)
telah berusaha mendapatkan informasi dan menyambungkan eksportir dengan
pembeli di luar negeri. Pemerintah juga membentuk Direktorat Jenderal
Pengembangan Ekspor Nasional untuk membantu dunia usaha melakukan
ekspor. Hanya saja, efektivitas dari program dan kegiatan yang dilakukan
lembaga-lembaga tersebut sering kali belum maksimal. Tantangan bagi
pemerintah adalah bagaimana meningkatkan efektivitas lembaga-lembaga tersebut
dalam meningkatkan akses pasar ekspor terhadap pasar-pasar potensial.
58
Tabel 9. Kualitas Logistik dan Infrastruktur di ASEAN
Logistics Performance
Index 2014* Infrastructure Index
No. Country (2015-2016)**
1-5 (worst to best)
Score Rank Score Rank
1 Brunei Darussalam
2 Cambodia 2,74 83 3,2 101
3 Indonesia 3,08 53 4,2 62
4 Lao PDR 2,39 131 3,2 98
5 Malaysia 3,59 25 5,5 24
6 Myanmar 2,25 145 2,1 134
7 Philippines 3,00 57 3,4 90
8 Singapore 4,00 5 6,5 2
9 Thailand 3,43 35 3,7 82
10 Vietnam 3,15 48 3,8 76
Sumber: *Logistic Performance Index Report 2014; ** Global Competitiveness Report 2015–
2016
Biaya logistik Indonesia masih sekitar 27 persen dari PDB, jauh lebih tinggi
jika dibandingkan dengan negara-negara seperti Singapura, Malaysia, dan
Thailand yang hanya dalam rentang 8 persen hingga 20 persen terhadap produk
domestik bruto (PDB). Terkait dengan kualitas telekomunikasi secara keseluruhan
(termasuk sambungan internet dan broadband access), Indonesia juga berada di
bawah Singapura, Thailand, dan Malaysia (Tabel 10).
59
Tabel 10. (lanjutan)
Telecommunication Infrastructure Index (2014)
Mobile-cellular Individual
Fixed-telephone telephone Fixed-broadband using
subscription subscription subscription internet
No. Country
per
per 10 per 100
100
Score inhabi- Score inhabi- Score Score
inhabi-
tants tants
tants
5 Malaysia 4.410.200 14,61 44.928.600 148,83 3.061.000 10,14 67.50
6 Myanmar 526.792 0,98 26.575.713 49,47 143.600 0,27 2.10
7 Philippines 3.093.236 3,09 111.326.045 111,22 23.241.748 23,22 39.69
8 Singapore 1.959.800 35,52 8.724.200 158,13 1.533.000 27,79 82.00
9 Thailand 5.690.000 8,46 97.096.000 144,44 5.517.442 8,21 34.89
10 Vietnam 5.562.200 6,01 136.148.124 147,11 6.000.527 6,48 48.31
Sumber: World Telecommunication/ICT Indicators database 2015
60
5.2.5 Siklus Bisnis
Dampak dari krisis keuangan yang masih dirasakan sampai saat ini adalah
turunnya permintaan global. Dampak tersebut juga dirasakan oleh Indonesia
dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2012. Pada kuartal
ketiga tahun 2015 pertumbuhan ekonomi hanya 4,73 persen (Gambar 19).
61
Tabel 11. Pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN
Negara 2010 2011 2012 2013 2014 Average
Brunei Darussalam 3 4 1 -2 -2 0,6
Filipina 8 4 7 7 6 6,2
Indonesia 6 6 6 6 5 5,8
Kamboja 6 7 7 7 7 7,0
Laos 8 8 8 8 8 7,9
Malaysia 7 5 6 5 6 5,8
Myanmar 10 6 7 8 9 7,9
Singapore 15 6 3 4 3 6,4
Thailand 8 1 7 3 1 3,9
Vietnam 6 6 5 5 6 5,9
Sumber: ADB, 2015
62
VI. SIMPULAN DAN REKOMENDASI: STRATEGI MENINGKATKAN DAYA
SAING UMKM INDONESIA
63
Sementara itu, keahlian manajerial sangat penting agar sumber daya yang dimiliki
dapat dimanfaatkan dengan efisien dan juga membantu untuk meningkatkan
skala usaha.
Demikian juga halnya dengan pelatihan, khususnya basic skills dalam era
digital ini, pelatihan terhadap kemampuan dasar perlu dilakukan secara
berkelanjutan sehingga UMKM dapat memaksimalkan penggunaan e-commerce
yang berkembang pesat saat ini. Pelatihan tersebut dapat dilakukan melalui Balai
Latihan Kerja Daerah (BLKD) dengan menyesuaikan kebutuhan UMKM di daerah
masing-masing. Pemerintah juga perlu melakukan sosialisasi mengenai manfaat
penggunaan e-commerce bagi UMKM sebagai alternatif memperluas jangkauan
pemasaran produknya. Fasilitasi pertemuan antara pemilik website e-commerce
dan UMKM oleh pemerintah akan membantu terlaksananya program tersebut.
Dari hasil FGD, pendampingan terhadap usaha mikro dan kecil sangat
dibutuhkan agar pengoperasionalan usaha dapat berjalan dengan efisien dan
produktivitasnya meningkat. Beberapa bank dan yayasan yang secara khusus
menyalurkan kredit usaha mikro dan melakukan pendampingan usaha mikro
sebagai bentuk CSR (corporate social responsibility) perusahaan mengakui bahwa
pemberian kredit dan/atau bantuan keuangan bagi usaha mikro dan kecil akan
64
lebih baik bagi pertumbuhan usaha tersebut apabila ada pendampingan. Hal itu
disebabkan usaha/pengusaha mikro dan kecil mendapatkan bantuan mencari
solusi apabila ada masalah yang dihadapi dalam berusaha, misalnya membuat
business plan ketika mengajukan pinjaman ke bank, membuat laporan keuangan,
memahami kontrak sederhana, dan melakukan ekspor.
Hal lain yang juga dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas sumber
daya manusia adalah fasilitasi pertemuan dan diskusi antara UMKM dan pengajar
SMK untuk memastikan bahwa kurikulum SMK telah memasukkan keahlian yang
diperlukan UMKM dalam proses produksinya dan UMKM dapat menyerap siswa
lulusan SMK yang sesuai dengan kebutuhannya.
65
oleh pemerintah. Namun, fasilitas tersebut perlu diikuti oleh kebijakan lain,
seperti kemudahan dan insentif pajak agar UMKM terdorong untuk menjadi badan
usaha formal. Dalam mengatasi hal itu, pemerintah perlu melakukan terobosan
seperti pembebasan terhadap pajak penghasilan (PPh) badan selama awal usaha.
Bagi UMKM yang telah berdiri lebih dari dua tahun, pemberian insentif atau
pengurangan pajak penghasilan untuk jangka waktu tertentu yang disertai
pendampingan compliance pajak dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan
daya saing UMKM. Kemudahan dan insentif perpajakan seperti itu diharapkan
dapat mendorong meningkatnya legalisasi entitas UMKM
Akses Permodalan
66
Akses Pasar
Strategi ini sudah diterapkan oleh negara-negara ASEAN lain dan dapat
dilaksanakan di Indonesia. Peningkatan keterkaitan UMKM dalam GVC
memberikan manfaat yang besar bagi UMKM itu dalam hal peningkatan kualitas
dan inovasi produk, sumber daya manusia, dan terutama penjualan. Sektor lain
juga dapat merasakan dampaknya akibat dari spillover economic effect.
Seperti halnya dalam peningkatan akses pasar domestik, langkah awal yang
harus dilakukan adalah tersedianya pendanaan untuk mendukung strategi
tersebut. Public Investment, baik dari pemerintah atau pihak lain, diperlukan
untuk melakukan implementasi kebijakan yang dapat meningkatan linkage UMKM
di GVC. Program atau kebijakan tersebut antara lain adalah:
67
Pemetaan di atas perlu dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan keterlibatan UMKM dalam GVC.
Sementara itu, untuk meningkatkan akses pasar bagi UMKM yang telah
melakukan ekspor secara langsung, pemerintah dapat mendukung dalam hal
penyediaan informasi terkait dengan pasar tujuan ekspor. Informasi tersebut
menjadi hasil market intelligence terhadap negara tujuan ekspor dan bertujuan
untuk menggali potensi peningkatan penjualan bagi produk yang sudah diekspor
atau bagi produk baru yang potensial dijual di negara tersebut. Informasi di dalam
market intelligence dapat meliputi sektor ekonomi kunci, daya beli masyarakat,
serta struktur ekspor dan impor negara yang dijadikan target.
Infrastruktur
68
Siklus Bisnis
Idealnya kondisi bisnis yang lesu ini dimanfaatkan oleh UMKM dan
kementrian pembina UMKM untuk meningkatkan produktivitas dan keahlian
pelaku UMKM (seperti yang dipaparkan pada bagian 5.1) sehingga pada saat
permintaan mulai naik, UMKM Indonesia telah memiliki daya saing yang lebih
baik. Strategi-strategi jangka pendek untuk meredam laju pelemahan penjualan
tetap perlu dilakukan, seperti melakukan diversifikasi pasar tujuan penjualan
ekspor dan mencari peluang dan mengintensifkan kerja sama yang telah ada
dengan perusahaan multinasional.
6.3 Rekomendasi
69
pemasaran, dan inovasi. Sementara itu, faktor eksternal merupakan berbagai
aspek di luar UMKM yang dapat memengaruhi dan mendukung daya saing UMKM.
Faktor tersebut adalah kemudahaan berusaha di Indonesia (ease of doing
business), akses finansial dan permodalan, akses pasar, infrastruktur, dan kondisi
makroekonomi.
Kajian ini lebih berfokus pada kebijakan pada sektor UMKM yang perlu
diterapkan oleh pemerintah ke depan berdasarkan metode policy gap analysis.
Untuk kajian selanjutnya, metode atau analisis empiris perlu dilakukan agar
analisis terhadap kinerja, isu, dan permasalahan UMKM dapat dilakukan secara
lebih terukur. Selain itu, ketersediaan data dan analisis secara sektoral juga
diperlukan dalam rangka penyusunan kebijakan yang tepat untuk sektor yang
memiliki karakteristik berbeda. Lebih lanjut, kajian mengenai efektivitas atas
implementasi kebijakan yang telah dilakukan dalam mendorong pengembangan
UMKM perlu terus dilakukan untuk perbaikan ke depan. Cakupan kajian di atas
memerlukan tersedianya data UMKM secara detail, akurat, terkini, dan tersedia
secara series. Untuk itu, ketersediaan data UMKM pada masa yang akan datang
menjadi agenda yang penting untuk dilakukan.
70
Tabel 12. Strategi Meningkatkan Daya Saing UMKM Indonesia
Faktor yang
Mempengaruhi
No. Strategi untuk Meningkatkan Daya Saing UMKM
Daya Saing
UMKM
1. Sumber daya a. Memberikan pelatihan, khususnya tentang basic
manusia skills dalam era digital yang berkembang pesat saat
(produktivitas ini dan entrepreneurship skills agar operasional usaha
dan inovasi) bisa efisien. Pelatihan dimaksud dapat dilakukan
melalui Balai Latihan Kerja Daerah (BLKD).
b. Memberikan pendampingan bagi setiap UMKM agar
operasional usaha dapat berjalan dengan efisien dan
produktivitasnya meningkat.
c. Memfasilitasi pertemuan dan diskusi antara UMKM
dan pengajar SMK untuk memastikan bahwa
kurikulum SMK telah memasukkan keahlian yang
diperlukan UMKM dalam proses produksinya dan
UMKM dapat menyerap siswa lulusan SMK yang
sesuai dengan kebutuhannya.
d. Sosialisasi manfaat penggunaan e-commerce dalam
memperluas jangkauan pemasaran. Sosialisasi ini
perlu didampingi oleh fasilitasi pertemuan pemilik e-
commerce dengan UMKM.
e. Memberikan pelatihan, khususnya tentang basic
skills dalam era digital ini, sehingga UMKM dapat
memaksimalkan e-commerce yang berkembang pesat
saat ini. Pelatihan dimaksud dapat dilakukan melalui
Balai Latihan Kerja Daerah (BLKD).
f. Memfasilitasi pertemuan langsung antara Badan
Standarisasi Nasional (BSN) dengan UMKM yang
belum mempunyai SNI.
2. Kemudahan a. Fasilitas perizinan investasi untuk UMKM potensial (a
Berusaha fast-track investment licenses): Mengurangi prosedur
dan jangka waktu pengurusan perizinan.
b. Mengurangi tarif PNBP untuk UMKM dalam proses
pendirian badan usaha
c. Revisi UU PT untuk mengurangi persyaratan modal
dasar dan modal disetor untuk UMKM
d. Pemberian insentif atau pengurangan pajak
penghasilan dalam jangka waktu tertentu
3. Akses a. Menganjurkan bank-bank yang menyalurkan kredit
permodalan mikro untuk melakukan pendampingan yang efektif
b. Meneliti strategi untuk meningkatkan peran modal
ventura dalam pembiayaan
e. Meneliti faktor-faktor yang dapat mendukung
pertumbuah crowd funding
71
Tabel 12. (lanjutan)
Faktor yang
Mempengaruhi
No. Strategi untuk Meningkatkan Daya Saing UMKM
Daya Saing
UMKM
4. Akses pasar Pasar Domestik
a. Perluasan forum dagang lokal atau pembentukan
forum dagang nasional bagi sektor UMKM
b. Mendorong kerja sama antara retail modern dengan
UMKM
c. E-commerce: membentuk platform e-catalogue dan
memperluas implementasi e-marketing
Pasar Internasional
a. Pemetaan (mapping) kapasitas dari UMKM yang
menjadi pemasok (supplier)
b. Pemetaan mMapping) terhadap kebutuhan bahan
baku (input) dalam proses produksi UMKM skala
menengah dan perusahaan besar (multinational).
c. Informasi pasar negara tujuan ekspor (market
intelligence)
5. Infrastruktur, a. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas
logistik dan infrastruktur fisik (jalan, jembatan, pelabuhan)
telekomunikasi
b. Implementasi klaster industri (industrial cluster)
percontohan bagi UMKM beserta fasilitasnya
c. Meningkatkan ketersediaan energy
d. Meningkatkan jangkauan dan kualitas infrastruktur
telekomunikasi, khususnya internet cepat yang
dibutuhkan untuk bisnis di era digital, termasuk
keterkaitan dalam GVC.
6. Siklus bisnis a. Diversifikasi pasar (dalam negeri dan luar negeri)
b. Menurutkan biaya produksi
c. Meningkatkan produktivitas
d. Meningkatkan akses UMKM terhadap informasi
mengenai inovasi-inovasi baru
e. Meningkatkan kegiatan-kegiatan yang dapat
menstimulasi inovasi baru (workshop, interaksi
dengan universitas dan kunjungan ke perusahaan
sejenis yang inovatif di negara lain)
72
REFERENSI
73
World Economic Forum (2015). The Global Competitiveness Report 2015-2016.
WEF: Geneva.
Wignaraja, G., Jinjarak, Y. (2015). Why do SMEs not borrow more from banks?
Evidence from the People's Republic of China and Southeast Asia. ADBI
Working Paper 509.
Yuhua, Z., & Bayhaqi, A. (2013). SME's participation in global production chains:
APEC.
Yuhua, Z., dan Bayhaqi, A. (2013). SME's Participation in Global Production Chains.
APEC: Singapore.
Zhan, J. (2013). Public-Private Sector Partnerships to promote SME participation in
Global Value Chains. Paper presented at the Expert meeting on assessing the
impact of Public-Private Partnerships on trade and development in developing
countries, Geneve.
74
LAMPIRAN
Jumlah Sektor
dengan Komitmen
No. Negara Sektor atau Subsektor Komentar
yang Berpengaruh
pada UMKM
Komunikasi; lingkungan; pendidikan; Karakter komitmennya adalah ketentuan
Brunei
1 16 turisme & jasa lainnya terkait travel; joint-venture dengan porsi kepemilikan
Darussalam
rekreasional, budaya, & olahraga investor asing terbatas
Kesehatan; turisme & jasa terkait Myanmar sangat terbuka dan hanya
2 Kamboja 5 travel lainnya; jasa pendukung semua terdapat beberapa ketentuan berbentuk
mode transportasi joint-venture
Disamping ketentuan joint-venture,
terdapat beberapa ketentuan yang secara
eksplisit menyebut UMKM:
1. Jasa perdagangan besar (wholesale)
Jasa profesional; komputer & jasa
(national treatment): bekerjasama dengan
terkait; R&D; jasa penyewaan &
100 UMKM sebagai supplier dan retailer,
leasing tanpa operator; jasa bisnis
dan memberikan pelatihan yang saling
lainnya; komunikasi; konstruksi &
menguntungkan kedua belah pihak
3 Indonesia 69 jasa terkait; distribusi; pendidikan;
lingkungan; kesehatan; jasa sosial; 2. Jasa penjualan langsung
hotel & restoran; turisme &
(national treatment): wajib memasarkan
transportasi
produk buatan lokal dan bergabung
dengan asosiasi industri sejenis
3. Jasa penginapan (motel)
(national treatment): di kawasan Indonesia
Timur, joint-venture dengan UMKM local
diperbolehkan dengan porsi asing
75
Jumlah Sektor
dengan Komitmen
No. Negara Sektor atau Subsektor Komentar
yang Berpengaruh
pada UMKM
maksimum 70 persen. Pada area selain itu
tertutup untuk asing.
4. Jasa operator penginapan internasional
(national treatment): wajib berbentuk joint-
venture dengan UMKM lokal.
5. Jasa organizer kongres profesional
(national treatment): hanya terbuka di
kawasan Indonesia Timur dan berbentuk
joint-venture dengan UMKM local. Selain
kawasan itu, tertutup untuk asing.
Laos sangat terbuka dan hanya terdapat
Jasa profesional; kesehatan; agen beberapa ketentuan berbentuk joint-venture
4 Laos 6 travel & tur; jasa penyewaan & leasing dan pada jasa akuntansi dan audit
tanpa operator terdapat ketentuan pelatihan karyawan
lokal
Jasa profesional; jasa penyewaan &
leasing; konstruksi; jasa distribusi;
pendidikan; lingkungan; kesehatan; Karakter komitmennya adalah ketentuan
5 Malaysia 57 turisme & jasa terkait travel lainnya; joint-venture dengan porsi kepemilikan
jasa literature; transportasi; jasa investor asing terbatas
pendukung semua mode transportasi;
jasa pelatihan
Myanmar sangat terbuka dan hanya
6 Myanmar 1 Jasa audiovisual terdapat 1 ketentuan berbentuk joint-
venture
7 Filipina 27 Jasa profesional; R&D; jasa Karakter komitmennya adalah ketentuan
76
Jumlah Sektor
dengan Komitmen
No. Negara Sektor atau Subsektor Komentar
yang Berpengaruh
pada UMKM
penyewaan & leasing tanpa operator; joint-venture dengan porsi kepemilikan
jasa bisnis lainnya; jasa pos; investor asing terbatas, tapi untuk jasa
telekomunikasi; jasa audiovisual teknik mekanik dalam bentuk alih
teknologi
Jasa profesional; jasa penyewaan &
leasing tanpa operator; Karakter komitmennya adalah ketentuan
8 Singapura 14 telekomunikasi; kesehatan; jasa joint-venture dengan porsi kepemilikan
sosial; turisme & jasa terkait travel investor asing terbatas
lainnya; jasa transportasi maritim
Jasa profesional; komunikasi;
pendidikan; kesehatan; jasa sosial; Disamping ketentuan tentang joint-venture,
terdapat ketentuan pembatasan jumlah
9 Thailand 21 Professional services, turisme & jasa pekerja asing yang bisa menjabat di jajaran
terkait travel lainnya; jasa transportasi direksi
darat
Jasa bisnis lainnya; jasa komunikasi; Disamping ketentuan tentang joint-venture,
jasa rekreasional, budaya, & olahraga; terdapat ketentuan-ketentuan yang ambigu
10 Vietnam 13
jasa transportasi; jasa pendukung dan berpotensi memproteksi pasar dalam
semua mode transportasi negeri
77
Lampiran 2. ACIA Reservation List
4Pembudi Daya-Ikan Kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari
78
No. Negara Reservation List Terkait UKM
Sektor UKM Tertutup Untuk Investasi Terbuka dengan keharusan untuk Keterangan
Asing Partnership dengan UKM
2022 dan ISIC 2029) franchise,
distributorship,
5. Industri Minyak Atsiri (ISIC 2429)
general trading, joint
6. Bahan bangunan: (ISIC 2691; venture and
ISIC 2693) outsourcing.
7. Barang yang terbuat dari industri
semen (ISIC 2695)
8. Industri kapur dan produk yang
terbuat dari kapur (ISIC 2694)
9. Industri Perhiasan dan artikel
terkait (ISIC 3691)
10. Industri kapal kayu termasuk
alat dan peralatan untuk wisata
bahari dan perikanan (ISIC 3511)
11. industri mesin pertanian (ISIC
2921)
12. Industri multi-aneka kerajinan:
13. Daur ulang barang-barang bukan
logam (ISIC 3720)
14. paku, mur dan baut industri,
komponen dan suku cadang
untuk industri motor, pompa dan
industri kompresor (ISIC
2899,2911, 2912, 3591, 3592)
15. Industri Pengolahan Susu bubuk
dan susu kental (ISIC 1520)
79
No. Negara Reservation List Terkait UKM
Sektor UKM Tertutup Untuk Investasi Terbuka dengan keharusan untuk Keterangan
Asing Partnership dengan UKM
16. Industri Usaha Pengolahan Hasil
Perikanan - UPI (ISIC 1512)
3. Pertanian 1. pengeringan tembakau dan Kemitraan dengan
industri pengolahan awal ( ISIC UMKM berarti
0111 ) kerjasama UMKM
dengan investor
2. peternakan ulat sutra dan lebah
asing yang dapat
(ISIC 0122)
berupa: joint-
operation (plasma-
core), sub-
contracting,
franchise,
distributorship,
general trading, joint
venture and
outsourcing.
4. Jasa terkait Perkebunan (CPC 88110): Kemitraan dengan
pertanian peramalan hama (penyakit dan UMKM berarti
serangga) peramalan , kontrol kerjasama UMKM
dan sewa peralatan dengan investor
asing yang dapat
Pertanian (CPC 88110) tanaman berupa: joint-
pangan: persiapan lahan/tanah, operation (plasma-
panen , perontokan , Unit
core), sub-
penggilingan padi (untuk
contracting,
ditempatkan di luar Pulau Jawa);
Pengendalian hama Hortikultura franchise,
(penyakit & serangga); distributorship,
general trading, joint
Ternak (CPC 88110) rumah
80
No. Negara Reservation List Terkait UKM
Sektor UKM Tertutup Untuk Investasi Terbuka dengan keharusan untuk Keterangan
Asing Partnership dengan UKM
pemotongan ternak/poultry; venture and
Pengolahan Daging/penjagalan outsourcing.
Rencana Kawasan Perkebunan
(CPC 88.110): Persiapan lahan/
tanah; Perencanaan dan Survey
Landscape; pemuliaan
tanaman/transplantasi dan
pembibitan
5. Kehutanan Pengolahan Rotan, Bambu, Aquilaria Kemitraan dengan
malaccensis (gaharu) UMKM berarti
kerjasama UMKM
(ISIC 0200)
dengan investor
asing yang dapat
berupa: joint-
operation (plasma-
core), sub-
contracting,
franchise,
distributorship,
general trading, joint
venture and
outsourcing.
2 Filipina 1. National treatment dan SMBD tidak berlaku untuk semua undang-undang yang terkait dengan UKM
domestik
2. Kepemilikan asing maksimal 40% untuk usaha dengan modal disetor ≤200.000 USD
3. Directors obligation tidak berlaku untuk undang-undang yang berkaitan dengan eksplorasi,
pengembangan dan pemanfaatan sumber daya mineral. Ini mencakup namun tidak terbatas pada
81
No. Negara Reservation List Terkait UKM
Sektor UKM Tertutup Untuk Investasi Terbuka dengan keharusan untuk Keterangan
Asing Partnership dengan UKM
larangan saham asing dipertambangan skala kecil dan pembatasan saham asing di kegiatan
pertambangan lainnya
3 Thailand National treatment tidak berlaku untuk semua undang-undang yang terkait dengan UKM: Untuk ilustrasi
misalnya, UKM domestik Thailand dapat diberikan prioritas untuk akses tanah dan sumber daya air di
wilayah yang ditetapkan, dan partisipasi asing tidak diperbolehkan dalam usaha skala kecil/ aquaculture
4 Vietnam National treatment dan SMBD tidak berlaku untuk semua undang-undang yang terkait dengan perlakuan
khusus yang diberikan kepada UKM
Sumber: Reservation List masing-masing negara
82
No. Negara Daftar Negatif Investasi Peraturan terkait Investasi
1 Brunei Semua PMA di sektor industri pengolahan dan pertanian dan jasa yang 1. Pada tahun 2013
Darussalam terkait didalamnya yang menggunakan lahan pemerintah harus meluncurkan Onebiz
menyertakan setidaknya 30% kepemilikan lokal. sebagai single online
window perijinan usaha.
Kecuali logging dan penggergajian kayu, semua PMA di sektor
kehutanan dan jasa yang terkait didalamnya harus menyertakan 2. Pada tahun 2011,
setidaknya 30% kepemilikan lokal. melakukan amandemen
terhadap UU perusahaan.
National treament tidak berlaku untuk peraturan lainnya terkait
UU yang baru
aktivitas perikanan termasuk di zona ekonomi eksklusif. Semua PMA di
mensyaratkan bahwa
sektor ini yang menggunakan lahan pemerintah harus menyertakan
salah satu direktur dari
setidaknya 30% kepemilikan lokal.
badan usaha dengan 2
National treatment tidak berlaku kepada aktivitas yang menggunakan direktur atau minimal 2
sumber daya alam. Bisa termasuk pembatasan dalam pemberian ijin orang direktur dari badan
dan kuota. usaha dengan lebih dari 2
National treatment tidak berlaku kepada aktivitas sektor gas dan direktur harus
perminyakan berkewarganegaraan
Brunei.
National treatment tidak berlaku kepada aktivitas penggalian dan
pertambangan. Kepemilikan asing akan dipertimbangkan per kasus.
2 Kamboja National treatment dan senior management board of directors obligations 1. Pada 4 april 2011
tidak berlaku industri pengolahan narkotika dan jenis psikotropika, mengeluarkan Instructive
dan produksi bahan kimia berbahaya, dan pestisida pertanian. Industri Circular No. 365 terkait
tersebut tertutup untuk penanaman modal asing. prosedur aplikasi untuk
perpanjangan,
National treatment dan SMBD tidak berlaku untuk kebijakan yang
pembekuan,penghentian
terkait pembatasan/regulasi terhadap industri kehutanan dan industri
investasi perusahaan.
terkait kehutanan
2. 4 Maret 2011, Prakas No.
National treatment dan SMBD tidak berlaku untuk kebijakan yang
242 mengenai prosedur
terkait industri penggalian termasuk penggalian pasir dan aktivitas
pelaksanaan UU terkait
pertambangan minyak dan gas yang dilaksanakan di Kamboja. Seluruh
operasional pabrik dan
pengolahan pasir untuk ekspor luar negeri dilarang dan ditutup.
kerajinan.
83
No. Negara Daftar Negatif Investasi Peraturan terkait Investasi
3 Laos Industri berikut hanya terbuka untuk penanaman modal dari warga 1 Maret 2011, Kebijakan
negara Laos: Presiden tentang tarif baru
pajak keuntungan, pajak
1. Produksi, pengolahan, pengawetan daging dan produk daging (sapi,
pendapatan badan, pajak
babi, domba, kuda)
penghasilan individu.
2. Pengolahan dan pembekuan ikan Berdasarkan peraturan ini
3. Pengolahan sayur dan buah-buahan pajak keuntungan
diturunkan dari 35% menjadi
4. Pengolahan minyak hewani dan nabati 28 persen.
5. Manufaktur boneka dan mainan
6. Industri alat musik tradisional
7. Industri kain tradisional
8. Pengolahan veneer seet, plywood, papan laminasi, particle board,
9. Pengolahan pestisida
10. Pengolahan es dan es krim
11. Penggilingan
12. Tepung dan produk tepung
13. Bahan makanan
14. Produk roti
15. Produk mie lokal
16. Minuman non alkohol, soft drink, dan air minum
17. Penampungan guano
18. Budi daya ikan di sungai Mekong dan daerah Laos hanya boleh
diusahakan perusahaan 100% lokal. PMA tidak diberikan kewenangan
untuk melaksanakan aktivitas perikanan untuk tujuan komersial.
4 Indonesia Manufaktur yang tertutup untuk PMA: 1. BKPM (Badan Koordinasi
84
No. Negara Daftar Negatif Investasi Peraturan terkait Investasi
1. Perikanan tradisional dan seluruh aktivitas perikanan yang diatur oleh Penanaman Modal)
otoritas kebijakan terkait meluncurkan Online
Tracking System (OTS)
2. Pengasinan/pengeringan ikan dan biota laut lainnya dan industri
untuk Pendaftaran
pengasapan ikan
Penanaman Modal, Izin
3. Industri pengolahan karet Prinsip, Izin Usaha, dan
4. Industri alat kerajinan Manual atau alat setengah mekanik untuk Surat Persetujuan
pekerjaan tangan dan pemotong Pembebasan Bea Masuk
Bahan Baku dan Barang
5. Industri kebutuhan rumah tangga dari tanah liat terutama tembikar Modal.
6. Industri Kerajinan yang mengandung aset budaya tertentu; nilai seni 2. Perpres No. 39/2014
yang menggunakan bahan alami atau buatan buatan; industri bordir; tentang daftar bidang
rotan dan industri anyaman bambu; anyaman dari tanaman lain usaha yang tertutup dan
7. Industri rotan dan bambu bidang usaha yang
terbuka dengan
8. Industri peralatan tangan yang dibutuhkan untuk pertanian, untuk persyaratan di bidang
mempersiapkan lahan, proses produksi, pasca panen dan pengolahan penanaman modal.
kecuali cangkul dan sekop
3. Keharusan untuk
9. Gula Aren perusahaan tambang
10. Olahan makanan dari biji dan umbi, sagu , kacang melinjo dan untuk menjual
industri kopra, industri kecap, makanan yang terbuat dari kedelai dan produksinya di pasar
kacang selain kecap, tempe, industri tahu, kerupuk, keripik, kerupuk domestik dalam jumlah
kacang, dan sejenisnya tertentu.
85
No. Negara Daftar Negatif Investasi Peraturan terkait Investasi
16. Industri Serat dan Kapas ke investor baru di
industri dan lokasi
tertentu.
Tertutup ke investor asing-Pengolahan dengan basis kontrak atau sewa
1. Pengalengan Buah dan sayuran, Pelumatan, jus dan paste
2. Es krim
3. Pati singkong
4. Pengolahan dan pengawetan daging
5. Industri pengolahan ikan dan pengalengan
6. Pembekuan untuk industri ikan dan sejenisnya
7. Margarin
8. Minyak goreng
9. industri Susu
10. Industri makanan dari susu
11. Tepung sagu
12. Industri Pakan ikan
13. Industri Pakan ikan/konsentrat
14. Macaroni, mie, spaghetti, industri bihun dan sejenisnya
15. Industri tembakau
16. Industri produk kulit
17. Industri kayu dan produk kayu dan gabus, kecuali mebel ; pembuatan
artikel jerami dan bahan anyaman
18. Industri bahan kimia dan produk kimia,
19. Industri furnitur- industri mebel kayu, termasuk finishing dan design
86
No. Negara Daftar Negatif Investasi Peraturan terkait Investasi
mebel bambu dan rotan
87
No. Negara Daftar Negatif Investasi Peraturan terkait Investasi
9. Perikanan Tangkap
88
No. Negara Daftar Negatif Investasi Peraturan terkait Investasi
7. Industri pulp, kertas dan kertas karton tenaga kerja.
Hanya diperbolehkan untuk perusahaan milik negara :
1. Industri obat farmasi dan jasa terkait
2. Operasi kegiatan kilang minyak dan penyulingan .
3. Produksi dan ekstraksi kayu dari hutan alam
Hanya diperbolehkan untuk Pemerintah :
1. Penerbitan Surat Kabar dan usaha terkait
2. Reproduksi media rekaman
3. Eksplorasi dan ekstraksi dan jasa yang berkaitan dengan gas alam dan
minyak bumi
Tertutup untuk orang asing
1. Pencarian, eksplorasi dan pertambangan batu permata
7 Filipina National treatment dan SMBD tidak berlaku untuk: 1. Executive Order(EO) No.
29 tahun 2011 terkait
1. Industri petasan dan perangkat piroteknik lainnya
‘open skies policy’ yang
2. Industri senjata dan bahan peledak semakin meliberalisasi
3. Industri obat berbahaya jasa penerbangan.
89
No. Negara Daftar Negatif Investasi Peraturan terkait Investasi
modal asing hanya diperbolehkan hingga 40%, dengan persetujuan
pemerintah
8. Eksplorasi, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya mineral - ini
harus mencakup -namun tidak terbatas pada- larangan modal asing di
industri kecil pertambangan dan pembatasan modal asing di aktivitas
pertambangan lainnya
9. Warisan Nasional dan hak-hak masyarakat adat budaya sesuai dengan
pembangunan nasional.
8 Singapura 1. National treatment dan SMBD tidak berlaku untuk pengolahan, 1. Review UU perusahaan
pemanfaatan, penjualan, pergudangan, transportasi, impor, ekspor dan
2. Pada 1 Juli 2012
kepemilikan Industri senjata dan bahan peledak .
mengeluarkan UU
2. National treatment tidak berlaku untuk pembuatan : Transaksi Elektronik
sehingga sejalan dengan
Beer dan gemuk , cerutu dan rokok, dan permen karet
perkembangan
Produk dari baja internasional, fasilitasi
layanan e-Government
Korek api dan petasan
yang lebih efektif, dan
Compact disk, digital video meningkatkan netralitas
teknologi.
3. National treatment tidak berlaku untuk ternak babi, penggalian, dan
penerbitan dan percetakan koran 3. Mempersiapkan Regulasi
pajak baru untuk
pembiayaan syariah.
9 Thailand 1. Tertutup untuk orang asing: 1. Pemerintah mengurangi
pajak badab usaha dari 23
Industri gula dari tebu
persen pada tahun 2012
2. Asing tidak diizinkan untuk memiliki penyertaan modal 50% atau lebih menjadi 20% pada tahun
dari modal terdaftar. 2013.
Percetakan koran 2. Menyusun insentif pajak
untuk perusahaan yang
menjadikan Thailand
90
No. Negara Daftar Negatif Investasi Peraturan terkait Investasi
Ekstraksi bumbu Thailand sebagai Regional Operating
Headquarters
Membuat atau casting gambar Buddha dan mangkuk sedekah
biarawan
pertanian padi, pertanian atau perkebunan
Peternakan Hewan
Kehutanan dan fabrikasi kayu dari hutan alam
Perikanan untuk hewan air di perairan Thailand dan dalam zona
ekonomi eksklusif Thailand
Budidaya tanaman dan propagasi termasuk propagasi buatan dan
transplantasi, dan pemuliaan
3. Lebih dari 50% dari penyertaan modal Thai diperlukan, tetapi orang
asing diperbolehkan untuk memperoleh 50% atau lebih dari subjek
modal terdaftar dengan kondisi:
kayu berukir
benang sutra Thailand, tenun sutra Thailand atau pencetakan pola
sutra Thailand
alat musik Thai
perlengkapan Emas, perak, nielloware, barang perunggu atau alat
lacquer
Peralatannya seni dan budaya Thailand
Fabrikasi Kayu untuk mebel dan perkakas produksi
Penggilingan beras
Plywood, papan veneer, chipboard atau hardboard
Jeruk nipis
91
No. Negara Daftar Negatif Investasi Peraturan terkait Investasi
Budidaya ulat dan jasa yang terkait dengan budidaya ulat
Pertanian garam, termasuk garam bawah tanah dan layanan yang
terkait dengan itu
Perhutanan dari hutan tanaman
10 Vietnam Tidak ada lisensi investasi yang akan dikeluarkan untuk investor asing di 1. Vietnam mengeluarkan
sektor berikut: Keputusan 57/2012 / ND-
CP yang (i) menentukan
1. Produksi:
sistem keuangan bagi
Petasan termasuk kembang api dan lentera lembaga dan cabang bank
asing yang didirikan,
bahan peledak
terorganisir, dan
Semua penerbitan produk dan percetakan - buku, brosur, buku dioperasikan di bawah UU
musik, surat kabar, jurnal dan majalah, media rekaman Lembaga Kredit; dan (ii)
memperkenalkan prinsip-
Rokok dan cerutu, minuman beralkohol dan minuman ringan, dan
prinsip baru lembaga
produksi tembakau
manajemen keuangan di
Kaca konstruksi, batu bata tanah liat, peralatan produksi semen, lembaga kredit,
dan pambakaran batu bata dan ubin 2. Vietnam meliberalisasi
Tabung Fluorescent dan lampu pendidikan dan pelatihan
kejuruan dan
Kapal kargo 10000DWT; kontainer di bawah 800 kapal TEU; kapal mengeluarkan Keputusan
kecil dan berpenumpang kurang dari 500 penumpang 73/2012 / ND-CP yang
Gula tebu menentukan ketentuan
kerjasama luar negeri dan
Budidaya, memproduksi atau memproses tanaman langka atau investasi termasuk
berharga; pembibitan atau peternakan dari hewan pelatihan bersama,
langka/berharga; dan pengolahan tanaman/hewan langka pembentukan lembaga-
termasuk hewan liar (termasuk hewan yang hidup dan materi yang lembaga pendidikan
diambil dari hewan) dengan modal asing, dan
2. Jasa yang berkaitan dengan: pembentukan kantor
perwakilan pendidikan
92
No. Negara Daftar Negatif Investasi Peraturan terkait Investasi
Memproduksi gas industri seperti oxy, nitro, CO2 (padat atau cair) asing di doemstik
soda kaustik NaOH (cair), insektisida dan cat yang umum 3. Vietnam merelaksasi
digunakan pelaksanaan Economic
Pengolahan susu, produksi tebu, bir dan minuman pengolahan, Need Test (ENT) untuk
produk tembakau pembentukan outlet ritel
dari perusahaan asing.
Pemancingan di air tawar, perikanan laut, eksploitasi karang dan
mutiara alami dan jasa yang berkaitan dengan produksi jaring ikan 4. UU Pajak Sumber Daya
dan benang untuk perikanan, memperbaiki dan memelihara kapal Alam diberlakukan. Pajak
nelayan, memanfaatkan perikanan air tawar, dan kontrol kualitas ini berlaku untuk proyek-
dari budidaya dan pengolahan produk proyek investasi baru pada
tanggal 1 Juli 2010.
3. Pertambangan dan Penggalian:
Jasa yang terkait dengan penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk produksi
Jasa yang terkait dengan pengujian, menyesuaikan, memperbaiki
dan mempertahankan ukuran industri dan peralatan kontrol
untuk sektor minyak dan gas
Jasa gudang minyak dan gas dan persediaan
Katering dan jasa penunjang termasuk makanan dan bahan
makanan, air bersih dan sayur untuk fasilitas konstruksi lepas
pantai
Jasa pasokan Tenaga Kerja termasuk tenaga profesional,
keterampilan dan pelatihan bahasa asing untuk tenaga kerja yang
akan dikirim ke negara-negara asing, jasa penandatanganan
kontrak tenaga kerja dengan perusahaan asing
Jasa yang berhubungan dengan pengolahan gas
Jasa yang terkait dengan pengeboran geologi dan eksplorasi
Penilaian risiko, termasuk bidang survei, pengumpulan data,
93
No. Negara Daftar Negatif Investasi Peraturan terkait Investasi
penggunaan software khusus pada penilaian dampak frekuensi
dan kepekaan, pengusulan langkah-langkah mitigasi
Jasa Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
94
Lampiran 3. World Bank Enterprise Survey
95