LidiaAprilita 410016045

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 17

TUGAS 2 PRAKTIKUM GEOLOGI

GUNUNGAPI
GUNUNG GALUNGGUNG

Dosen Pengampu: Dr. Hill Gendoet Hartono, S.T., M.T.

Disusun oleh:

Lidia Aprilita

(410016045)

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL

YOGYAKARTA

2018
1. KETERANGAN UMUM

NAMA : G. GALUNGGUNG

NAMA LAIN :-

NAMA KAWAH : GALUNGGUNG

LOKASI : 7o 15' LS dan 108o 03' BT

ADMINISTRASI : Priangan Tatar Sunda, Kabupaten Tasikmalaya dan Garut.

KETINGGIAN : 2168 m. dml (di atas muka laut) atau 1820 m diatas dataran
Tasikmalaya.

KOTA TERDEKAT : Tasikmalaya

TIPE GUNUNGAPI : Strato

POS PENGAMATAN: Desa Padakembang, Kec. Padakembang, Singaparna, Kab.


Tasikmalaya. .

POSISI GEOGRAFI : 07o 17' 55,45" LS dan 108o 06' 45,96" BT ketinggian 577
dpl
2. PENDAHULUAN

A. Cara Mencapai Puncak

Dapat dicapai dari Tasikmalaya menuju Indihiang atau Singaparna kearah


Cipanas kemudian ke Cibukur. Pencapaian dapat dilakukan dengan menggunakan
kendaraan bermotor (roda 4). Untuk mencapai puncak/kawah dapat menggunakan
tangga permanen yang tersedia.

B. Demografi

Bagian barat tubuh gunung api termasuk Kabupaten Garut sedangkan


bagian timur termasuk Kabupaten Tasikmalaya. Wilayah Kabupaten Garut lebih
didominasi oleh tutupan lahan berupa hutan dan perkebunan, sedangkan wilayah
Kabupaten Tasikmalaya lebih merupakan daerah pemukiman. Bagian gunung api
Galunggung yang termasuk Kabupaten Garut, berada dalam wilayah Kecamatan
Singaparna. Kabupaten Tasikmalaya, terdiri atas Kecamatan Leuwisari yang
memiliki 5 (lima) desa dan Kecamatan Indihiang yang memiliki 8 (delapan) desa.

Jumlah penduduk di sekitar Gunung Galunggung sebesar lk 1.5 juta dengan


laju pertumbuhan pada 1991 s/d 2001 sebesar 0,76% yang sebagian besar
menempati lereng bagian tenggara-selatan dengan mata pencaharian utamanya
sebagai petani.

Daerah pertanian atau perkebunan mencangkup luas 54,8% (1991) dengan


laju pertumbuhan 0,059%. Daerah persawahan mencangkup 21% yang terdiri atas
sawah teknis (beririgasi permanen) dengan luas tiga (3) kali sawah non-teknis, dan
sawah non-teknis. Laju pertumbuhan pada tahun 1986 s/d 1991; sawah teknis
1,796% dan sawah non-teknis 0,188%.

Daerah hutan terdiri atas hutan produksi dan hutan cadangan yang berfungsi
sebagai hutan lindung, mencangkup luas 38,05%. Luas hutan produksi mencapai
lk3.953 Ha dan hutan cadangan lk2800 Ha.
C. Inventarisasi Sumber Daya Gunungapi

Sumber daya yang dapat digali atau dimanfaatkan berupa sumber daya
lingkungan dan bahan galian industri. Sumber daya lingkungan berupa potensi
wisata gunung api yang terdiri atas danau kawah, mata air panas Cipanas, serta di
Cibanjaran dan Cikuar sebagai sarana pemandian dan rekreasi. Sumber daya bahan
galian berupa batu belah dan pasir yang berasal dari endapan lahar dan awan panas.

3. SEJARAH DAN PERIODE ERUPSI

A. Erupsi 1822

Tanda-tanda awal erupsi diketahui pada bulan Juli 1822, dimana air Cikunir
menjadi keruh dan berlumpur. Hasil pemeriksaan ke kawah menunjukkan bahwa
air keruh tersebut panas dan kadang muncul kolom asap dari dalam kawah.

8 Oktober -12 Oktober, erupsi menghasilkan hujan pasir kemerahan yang


sangat panas, abu halus, awan panas, serta lahar. Luncuran awan panas melalui
celah antara Pr. Haur dengan Pr. Ngamplong menuju Cisayong dan Cidadap di
bagian lereng timur, hingga Ci Tandui yang berjarak 18 km dari puncak. Aliran
lahar bergerak ke arah tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Korban manusia
tercatat 4011 jiwa dan kerusakan lahan ke arah timur dan selatan sejauh 40 km dari
puncak dengan kekuatan erupsi 8,26.

B. Erupsi 1894

Pada 7-9 Oktober, terjadi erupsi yang menghasilkan awan panas. 27 dan 30
Oktober, terjadi lahar yang mengalir pada alur sungai yang sama dengan lahar pada
1822. Desa yang hancur sebanyak 50 buah, sebagian rumah ambruk karena tertimpa
hujan abu.
C. Erupsi 1918

Pada 6 Juli, erupsi diawali gempa bumi, menyebabkan hujan abu setebal 2-
5 mm yang terbatas di dalam kawah dan lereng selatan. 19 Juli, muncul kubah lava
di dalam danau kawah setinggi 85 m dengan ukuran 560 x 440 m yang dinamakan
gunung Jadi.

D. Erupsi 1982-1983

Erupsi pertama terjadi pada 5 April 1982, yang disertai suara dentuman
pijaran api, dan kilatan halilintar. Kegiatan erupsi berlangsung selama 9 bulan dan
berakhir pada 8 Januari 1983. Secara umum periode erupsi 1982-1983 dibari
menjadi 3 fase, sesuai dengan fase tiap erupsinya, yaitu :

Jumlah Volume material


Fase Tipe erupsi Lamanya
erupsi terlontarkan

6 minggu
1 Pellean 9 270 x 10.000.000 m3
5 April-Mei

3 bulan
2 Vulkanian 21 100 x 10.000.000 m3
Juni-Agustus

Strombolian 4 bulan
3 Pemunculan September-Desember 1-7 31 < 1 x 10.000.000 m3
lava Januari 1983

Fase pertama, erupsi awal (5 April-6 Mei 1982) berupa erupsi tipe Pellean
yang menghancurkan kubah lava Gunung Jadi, serta menghasilkan awan panas,
lontaran batu, hujan batu, abu, dan gas. Kubah lava yang terhancurkan diperkirakan
40%. Awan panas meluncur dan mengendap di Cibanjaran sejauh 5,1 km serta di
Cikunir dan Cipanas sejauh 4,6 km. Tinggi abu erupsi mencapai 12 km dari kawah.

Erupsi pada 17-19 Mei, masih merupakan fase penghancuran kubah lava
dianggap sebagai "erupsi utama" dalam fase pertama ini, dimana tinggi asap erupsi
mencapai lk 30 km dan sisa kubah lava Gunung Jadi sebesar 5%. Setelah fase erupsi
pertama ini, kegiatan selanjutnya selalu merupakan kelompok erupsi.

Fase kedua, berupa erupsi tegak tipe vulkano, yang secara dominan
menghasilkan piroklastik jatuhan, lontaran batu dan hujan pasir, serta
menghancurkan seluruh sisa kubah G. Jadi. Tinggi asap erupsi pada 13-19 Juli
mencapai +/- 35 km dan melemparkan sebagian sumbat lava pada pipa kepundan
hingga kedalaman 150 meter dari dasar kawah. Terjadi semburan lava pijar dan
abu.

Erupsi 24 Juni, menyebabkan pesawat terbang British Airways 747


melakukan pendaratan darurat, karena salah satu dari keempat mesin jetnya mati
akibat kemasukan abu.

Fase ketiga, merupakan erupsi Strombolian yang melontarkan batu pijar


seperti kembang api. Erupsi yang lebih lemah dan menyemburkan asap dan abu
dengan tingkat penghancuran kecil, mencapai tinggi maksimal asap erupsi setinggi
12 km. Erupsi terus mengecil atau melemah dan terjadi penumpukan bahan erupsi
berupa tefra di dasar kawah dan di sekeliling lubang erupsi membentuk kerucut
silinder dengan ketinggian 60 m di atas dasar kawah. Fase erupsi ini diakhiri oleh
keluarnya aliran lava dari radial fissure dekat dasar kerucut silinder. Sejak Januari
1983 Gunung Galunggung sudah tidak memperlihatkan aktifitasnya lagi, erupsi
yang terjadi pada Januari 1984 berupa dua erupsi phreatik kecil yang mengeluarkan
uap air dan sedikit abu.
4. KARAKTER LETUSAN

Erupsi G. Galunggung 1982

Karakter kegiatan G. Galunggung berupa erupsi leleran sampai dengan


erupsi yang besar yang berlangsung secara singkat atau lama, atau dari erupsi
yang bertipe Strombolian hingga Pellean. Tanda-tanda peringatan kegiatan
(precursor) hanya berlangsung antara beberapa bulan hingga minggu menjelang
erupsi.

5. GEOLOGI
Gunungapi Galunggung merupakan gunung api aktif tipe strato, yang di
dalam pembagian fisiografi Jawa Barat, termasuk di dalam zona gunung api kwarter
yang terbentuk di bagian tengah Jawa Barat, dan secara pembagian karakteristik
sedimen batuan tersier terletak di dalam cekungan Bogor. Stratigrafi batuan gunung
api dapat di teliti lebih jelas dan detil setelah terjadinya erupsi 1982 - 1983.
Kelompok batuan Gunung Galunggung terbagi dalam 3 (tiga) formasi,
yaitu:

 Formasi Galunggung Tua


Merupakan periode pembentukan gunung api strato Galunggung
tua. Formasi Galunggung Tua merupakan hasil kegiatan dengan pusat
erupsi di Kawah Guntur (Galunggung Tua), yang terdiri atas perselingan
aliran lava, piroklastika dan lahar, serta dike yang membentuk kawah
Galunggung Tua. Analisis umur dengan metoda 14C pada lapisan strato
menghasilkan umur 20.000-25.000 tahun, dengan demikian umur seluruh
kegiatan Galunggung Tua diperkirakan antara 50.000-10.000 tahun yang
lalu. Volume batuan mencapai lk 56,5 km3, dan kegiatan gunung api ini
diakhiri dengan intrusi cryptodome di bawah kawah Guntur.

 Formasi Tasikmalaya
Merupakan periode pembentukan kaldera tapal kudaserta endapan
"Perbukitan Sepuluh Ribu" (Ten Thousand Hills). Formasi Tasikmalaya
merupakan endapan batuan "Perbukitan Sepuluh Ribu" yang terbentuk
sebagai akibat erupsi besar pada 4200 +/-150 tahun yang lalu, yang
menyebabkan terbentuknya kaldera tapal kuda pada bagian timur-tenggara
kawah Gunung Api Galunggung. Selain endapan longsoran "Perbukitan
Sepuluh Ribu" batuan hasil erupsi lainnya adalah awan panas dan lahar.

 Formasi Cibanjaran
Merupakan periode "post caldera formation" sampai dengan erupsi 1982-
1983. Formasi Cibanjaran merupakan hasil kegiatan erupsi yang tercatat
dalam sejarah, yaitu 1822, 1894, 1918 dan 1982-1983.
6. MORFOLOGI
Gunung Galunggung menempati daerah seluas lk 275 km2 dengan diameter
27 km (barat laut-tenggara) dan 13 km (timur laut-barat daya). Di bagian barat
berbatasan dengan G. Karasak, dibagian utara dengan G. Talagabodas, di bagian
timur dengan G. Sawal dan di bagian selatan berbatasan dengan batuan tersier
Pegunungan Selatan. Secara umum, G. Galunggung dibagi dalam tiga satuam
morfologi, yaitu: Kerucut Gunung Api, Kaldera, dan Perbukitan Sepuluh Ribu.

Kerucut Gunung Api, menempati bagian barat dan selatan, dengan


ketinggian 2168 m diatas permukaan laut, dan mempunyai sebuah kawah tidak aktif
bernama Kawah Guntur atau kawah saat di bagian puncaknya. Kawah ini berbentuk
melingkar berdiameter 500 meter dengan kedalaman 100 - 150 meter.Kerucut ini
merupakan kerucut gunungapi Galunggung tua sebelum terbentuknya Kaldera,
mempunyai kemiringan lereng hingga 30 o di daerah puncak dan menurun hingga
5o di bagian kaki.

Kaldera, berbentuk sepatu kuda terbuka ke arah tenggara dengan panjang 9


km dan lebar antara 2-7 km. Tinggi dinding Kaldera tertinggi adalah 1000 meter di
bagian barat-barat laut dan menurun hingga 10 m di bagian timur-tenggara. Di
dalam Kaldera terdapat kawah aktif berbentuk melingkar dengan diameter 1000
meter dan kedalaman 150 meter. Di dalam kawah ini terdapat kerucut silinder
setinggi 30 meter dari dasar kawah dan kaki kerucut berukuran 250 x 165 meter
yang terbentuk selama periode erupsi 1982-1983. Pada Desember 1986, kerucut
silinder ini tertutup oleh air danau kawah. Pada 1997, setelah volume air danau
kawah dikurangi melalui terowongan pengendali air danau, kerucut silinder ini
muncul kembali di permukaan air danau.

Perbukitan Sepuluh Ribu atau perbukitan "Hillock", terletak di lereng kaki


bagian timur-tenggara dan berhadapan langsung dengan bukaan kaldera. Perbukitan
ini menempati dataran Tasikmalaya (lk 351 m) dengan luas lk 170 km2, dan dengan
jarak sebaran terjauh 23 km dari kawah pusat dan terdekat 6,5 km serta lebar
sebaran lk 8 km, dengan sebaran terpusat pada jarak 10 - 15 km. Jumlah bukit
tersebut lk 3.600 buah, tinggi bukit bervariasi antara 5 - 50 meter diatas dataran
Tasikmalaya dengan diameter kaki bukit antara 50 - 300 meter serta kemiringan
lereng antara 15 - 45o. Perbukitan ini terbentuk sebagai akibat erupsi besar yang
menghasilkan kaldera tapal kuda dan yang melongsorkan kerucut bagian timur-
tenggara, berumur 4200 tahun yang lalu.

7. STRATIGRAFI
Stratigrafi G. Galunggung secara umu dibagi dalam tiga (3) periode
kegiatan, yaitu:

 Periode Pra-Kaldera (Formasi Galunggung Tua)


 Periode Sin-Kaldera (Formasi Tasikmalaya)
 Periode Post-Kaldera (Formasi Cibanjaran)

Stratigrafi batuan Gunung Galunggung.


Formasi Tua / Pra Kaldera

 Aliran lava : Tersingkap baik pada dinding Kaldera Galunggung


membentuk perlapisan dengan kemiringan 3 - 5o, di dasar puncak kawah.
Bagian permukaan lava telah menjadi soil dan terbentuk erosi permukaan.
Ini menunjukkan bahwa telah terjadi periode istirahat panjang (dormant
period). Bagian dalam lava bersifat masif dan bagian luarnya bersifat breksi
hingga blok lava masif, mempunyai ketebalan antara 1 hingga 15 meter.
 Aliran piroklastik : Tersingkap baik pada dinding kaldera bagian barat daya,
dengan ketebalan 3,5 - 2,5 meter, materialnya didominasi berukuran abu
hingga lapili, dan penyebarannya sempit.
 Jatuhan piroklastik : bergradasi normal dan sortingnya baik
 Dike : Memotong perlapisan aliran lava dan endapan piroklastik di bagian
bawah dan tengah dinding kaldera dengan ketebalan 2-5 meter dan tidak
semuanya muncul di permukaan gunung api
 Cryptodome : Terletak di bagian utama dinding kaldera Galunggung pada
bagian bawah kawah Galunggung tua. Mempunyai lebar lk 250 meter dan
tinggi - 500 meter.

Formasi Tasikmalaya/Sin Kaldera

 Debris avalanche : Merupakan batuan lereng tubuh gunung api


memperlihatkan kontak perlapisan aliran lava dengan endapan piroklostik,
yang mana mempunyai kesamaan dengan batuan dinding kaldera
Galunggung. Pelapisan piroklastik hanya sedikit berubah tetapi aliran lava
selalu memperlihatkan rekahan-rekahan. Batuan ini terdiri atas blok-blok
lava yang tidak terarah dan fragmen dengan matrik berukuran ash hingga
lapili.
 Aliran Piroklastik : Berwarna abu tua - abu kecoklatan, tidak terkompaksi.
Material didominasi oleh ash dan juga terdapat bom dan blok. Penanggalan
radiokarbon (C14) dari Chorcoal yang terdapat pda bagian atas aliran
piroklostik memberikan umur 4200 - 150 tahun BP.
Formasi Cibanjaran/Post Kaldera

 Erupsi 1822
Aliran pirokolstik berwarna abu tua, bersifat lepas dan didominasi oleh ash.
Batuan ini ditutupi oleh endapan debris avalanche. Penanggalan radiokabon
(C14) dari fragmen kayu di dalam endapan fluvial yang berada di bawah
kedua endapan tersebut, mempunyai umur 590 - 150 tahun BP. Ini
menunjukkan bahwa Galunggung mempunyai periode istirahat panjang
(dormant periode) sebelum erupsi 1822).

 Erupsi 1894
Berupa jatuhan piroklostik yang ditutupi endapan halus.

 Erupsi 1982-83
- Aliran piroklostik : tidak terkompaksi, kaya akan ash dan fragmen bom
bertipe bom kerak roti. Total volume diperkirakan 5,6 x 106 m3.
Jatuhan piroklostik; mempunyai ketebalan 1-10 meter sampai 30 meter
di sekitar kawah aktif. Perlapisan baik dan memperlihatkan normal
graded bedding dengan material berukuran dari ash sampai bom dan
blok. Fragmen bom bertipe bom kerak roti.
- Aliran lava : aliran lava basal keluar pada bagian kaki kerucut silinder.

8. STRUKTUR GEOLOGI
Dari hasil analisis "Rose Diagram", pola kelurusan yang terbentuk pada
vulkanik kuarter didaerah Gunung Galunggung mempunyai pola yang sama dan
memperlihatkan dominasi kelurusan pada arah N 315 E. Arah kelurusan-kelurusan
ini sama dengan zona rekahan pada kerucut silinder 1982 - 83, dimana beberapa
titik erupsi terjadi dan pada Januari 1983 aliran lava muncul. Pada dasarnya struktur
di G. Galunggung dapat dihubungkan dengan kedudukan tektonik regional.
Kelurusan ke arah timur laut dan zona rekahan (fracture) pada kerucut silinder
adalah paralel terhadap sistem sesar Sumatra, yang mana zona rekahan pada kubah
lava 1918 (G. Jadi) dan posisi-posisi dike menunjukan arah yang sama terhadap
tekanan utama (principal stress) yang berasal dari pergeseran kerak Samudra
Hindia. Arah dari tekanan utama ini kurang lebih normal terhadap sumbu Kaldera
Galunggung. Ini menunjukkan bahwa orientasi longsoran Kaldera Galunggung
mengikuti zona lemah dari "Tensional fracture".

Berdasarkan analisis dari Citra Landsat dan peta geologi lembar


Tasikmalaya, struktur yang terdapat berupa kelurusan, rekahan, dan sesar yang pada
umumnya berarah tenggara - barat laut. Pola ini sejajar dengan bukaan Kaldera
Tapal kuda yang dindingnya dapat dipandang sebagai bidang sesar. Adanya mata
air Ci-Panas, Ci-Kunir, dan Ci-Banjaran di sebelah timur - tenggara diperkirakan
juga dikontrol oleh rekahan atau sesar bawah permukaan.

9. MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI DAN KAWASAN


RAWAN BENCANA GUNUNGAPI

A. Mitigasi Bencana Gunungapi

Kegiatan G. Galunggung dipantau secara menerus baik secara visual dan


kegempaan dari pos Pos Pengamatan di Desa Padakembang, Kecamatan
Padakembang, Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya.

Seismometer (tipe L4C, 1 komponen-vertikal) penerima gempa dengan


sistem radio telemetri dipasang di sebelah tenggara puncak G. Galunggung. Sinyal
gempa ditransmisikan dengan sistim radio pancar (RTS) ke Pos Pengamatan dan
direkam dengan PS-2.
Selain itu, usaha untuk mengurangi resiko bencana erupsi G. Galunggung,
telah dibuat Peta Kawasan Bencana G. Galunggung. Dalam peta tersebut daerah
dibagi atas dua bagian, yaitu KRB II dan KRB I. Disamping itu juga telah dibuat
terowongan pengendali air danau kawah sebagai upaya peringatan dini.

B. Kawasan Rawan Bencana Gunungapi

Peta ini sebagai peta petunjuk untuk evakuasi jika terjadi peningkatan
kegiatan atau erupsi. Peta ini memperlihatkan kawasan di daerah G. Galunggung
yang rawan terhadap ancaman bahaya erupsi. Kawasan rawan bencana dibagi
dalam tiga (3) tingkatan, yaitu kawasan rawan bencana III, kawasan rawan bencana
II, dan kawasan rawan bencana I.

Kawasan Rawan Bencana III, adalah kawasan yang setiap saat terlanda
ancaman bahaya erupsi; berupa awan panas, lontaran batu pijar, dan lahar erupsi.
Kawasan ini merupakan daerah yang tidak layak untuk pemukiman. Kawasan
Rawan Bancana II, adalah kawasan yang berpotensi terlanda ancaman bahaya
erupsi; berupa awan panas, lontaran batu, dan lahar hujan. Kawasan Rawan
Bencana I, adalah kawasan yang berpotensi terlanda ancaman bahaya erupsi;
berupa lahar hujan dan perluasan ancaman bahaya awan panas.

Terowongan pengendali air danau kawah, pembangunan terowongan dimaksudkan


untuk mengurangi dan menstabilkan volume air danau kawah, dengan tujuan untuk
memperkecil dampak ancaman lahar erupsi jika terjadi erupsi. Pembangunan
terowongan selesai pada 1997, dengan volume akhir danau kawah yang semula
7.173.794 meter3 (1996) menjadi sebesar 749.764 meter3 (1997). Dari hasil
analisis simulasi bahaya lahar erupsi maka ancaman bahaya lahar erupsi yang
melanda tiga sungai utama yang berhulu di daerah puncak, adalah: Cikunir sejauh
1,08 km, Cipanas sejauh 0,72 km, dan Cibanjaran sejauh 1,87 km.
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Galunggung
DAFTAR PUSTAKA
Alzwar. M. dkk, 1986, Ciri Erupsi dan Peranan Kegiatan Magma G. Galunggung

1982-1983. Direktorat Vulkanologi.

Anonim, 1934, Archives of Papandayan Volcano 1826-1934.

Badrudin, 1986, Pancaran Gas CO2 pada erupsi Gn. Galunggung, 1982.

Direktorat Vulkanologi.

Bof. M, Ligozat. H, Revee. P, Robach. F, 1986, Pengamatan dan Geomagnet G.

Galunggung. Periode September 1982 � Maret 1983. Dalam Erupsi

Galunggung

Bronto. S, Hartono. G, 1996, Pengembangan Wisata di Kawasan Gunungapi

Galunggung, Kab. Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat.

Bronto. S, 1989, Volcanic Geology of Galunggung, West Java, Indonesia, A

Thesis of Doctor of Philosophy in Geology, Univesity of Canterbury.

Bronto. S, 1999, Volcanic Hazard and Assesment, G. Galunggung, Kabupaten

Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi.

Hadisantono. R. D. dkk, 1996. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Galunggung,

Jawa Barat, Skala 1 : 50.000, Direktorat Vulkanologi.

Kusumadinata. K. dkk, 1979, Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat

Vulkanologi, Bandung.

Matahelumual. S, 1986, Pengamatan Perubahan Bentuk Permukaan G.

Galunggung, Dalam Erupsi Galunggung 1982 - 1983.

Said. H. dkk, 1986, Studi Kemagnetan G. Galunggung, Tasikmalaya, Periode

Oktober 1982 - Maret 1983. Dalam Erupsi Galunggung.


Sudrajat. A, Tilling. L, The 1982-1983 Eruption of Galunggung, Volcanic Hazard

in Indonesia

Wirakusumah, A.D, 1977. Laporan Akhir Supervisi Terowongan G. Galunggung,

Direktorat Vulkanologi.

Wirakusumah. A. D. dkk, 1998, Simulasi Bahaya Lahar Erupsi G. Galunggung.

Suatu Perkiraan pada Masa mendatang, Proseding PIT. IAGI XXVII,

Yogyakarta 1998.

You might also like