Professional Documents
Culture Documents
Lafi Ad
Lafi Ad
PENDAHULUAN
2009 tentang Kesehatan, definisi Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hak asasi
manusia dana salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai
undang-undang fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat
diatur dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Salah satu contoh
prajurit dan PNS TNI AD, beserta keluarganya di seluruh Indonesia. Lembaga
(CPOB) untuk menjamin agar obat yang dihasilkan aman, bermutu, dan
standar mutu obat yang telah ditentukan tetap tercapai. Pedoman ini juga
menerapkan prinsip CPOB yaitu bukti telah diterimanya sertifikat CPOB dari
mutu setiap produksi sediaan farmasi sesuai dengan persyaratan yang terdapat
dalam CPOB. Selain dalam tiga bidang tersebut, Apoteker di Industri Farmasi
juga berperan dalam berbagai bidang lainnya, diantaranya bidang penelitian
penunjang. Oleh karena itu, tenaga Apoteker yang bekerja di Industri Farmasi
segala aspek pembuatan dan produksi obat melalui kegiatan Praktek Kerja
tujuan agar :
farmasi terutama dalam hal penerapan aspek CPOB pada industri farmasi
Lafi Ditkesat.
Lafi Ditkesat.
1.3 Manfaat
masyarakat.
TINJAUAN UMUM
245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.
Industri obat jadi adalah industri yang menghasilkan suatu produk yang telah
melalui seluruh tahap proses pembuatan, sedangkan industri bahan baku adalah
industri yang memproduksi bahan baku dimana bahan baku tersebut adalah semua
bahan baik bahan berkhasiat ataupun bahan tambahan yang digunakan dalam
bidang kefarmasiaan.
a dan huruf b, bagi pemohon izin industri farmasi milik Tentara Nasional
Makanan (Badan POM). Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan industri
Asing (PMA) masa berlakunya sesuai dengan ketentuan dalam UU No. I tahun
berlaku.
farmasi.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan
pengendalian mutu.
Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian
pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam
produk tersebut (built in quality). Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan
mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya, bila
perlu dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu
aturan CPOB edisi 2006. Ruang lingkup CPOB edisi 2006 meliputi: manajemen
mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi,
pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap
Berikut ini dijelaskan mengenai masing-masing aspek yang diatur dalam CPOB
edisi 2006.
2.2.1 Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen mutu bertanggung
jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang
dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan
mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang
didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Unsur dasar manajemen
mutu adalah:
bagian dari pemastian mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan
secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar, oleh
sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
dengan pekerjaan.
dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang
penerapan CPOB, tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan
konstruksi, dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan
desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya
penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu
obat.
air, serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak
dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur
dan diperbaiki bila perlu. Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas
obat pasokan.
2.2.4 Peralatan
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Peralatan hendaklah didesain
dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan
reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau
atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah
sehingga tidak mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk
antara ataupun produk jadi. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup
bocor tetesan pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan,
dengan prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan
kering. Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
higiene yang menyeluruh dan terpadu. Sanitasi dan higiene yang diatur dalam
2.2.6 Produksi
menghasilkan produk yang memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar
kompeten. Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisa terhadap
produk akhir melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses
dengan penanggung jawab pengawasan mutu yang dapat menjamin obat yang
Dokumentasi setiap langkah dilakukan dengan cermat, tepat dan ditangani oleh
Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa produk secara
Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap
merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan
sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada
kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang
dianggap hal yang fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan
dengan memuaskan.
mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan di bawah tanggung jawab
dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai, yang
membawahi satu atau beberapa laboratorium. Sarana yang memadai harus tersedia
pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini
Inspeksi Diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan. Ada manfaatnya juga bila menggunakan auditor luar
yang independen. Inspeksi Diri hendaklah dilakukan secara rutin dan disamping
itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi
atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan
Diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar periksa
bangunan dan peralatan, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi,
dokumentasi, sanitasi dan higiene, program validasi dan revalidasi, kalibrasi alat
keluhan, pengawasan label dan hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan
perbaikan.
Inspeksi Diri dapat dilakukan oleh tiap bagian sesuai kebutuhan pabrik,
Audit Mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit Mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang
dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit Mutu juga dapat
Produk Kembalian
Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut mutu, efek
samping yang merugikan atau masalah efek terapetik. Semua keluhan dan laporan
keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak
lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan. Penarikan kembali obat jadi dapat
berupa penarikan kembali satu atau beberapa bets atau seluruh obat jadi tertentu
dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan
adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar
Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
keabsahan atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga
menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu dan jumlah obat yang
bersangkutan.
apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah
dilakukan evaluasi secara kritis. Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang
lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak
mempunyai wewenang.
2.2.10 Dokumentasi
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari Pemastian Mutu.
personil penerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
sangat penting.
2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara
harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk
diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu). Kontrak tertulis harus dibuat meliputi pembuatan dan atau
analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua
perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan
pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari penerima kontrak. Pelulusan akhir
diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan
validasi.
Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program
Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV hendaklah merupakan dokumen
yang singkat, tepat dan jelas. RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data
ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format
TINJAUAN KHUSUS
merupakan lembaga yang didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1818 di
Pada tanggal 1 Juni 1950, lembaga ini diambil alih oleh pemerintah
Republik Indonesia dan dibagi menjadi dua bagian, yakni Laboratorium Kimia
Angkatan Darat (LKAD) dan Depot Obat Tentara Pusat (DOTP) yang
Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad). Pada tanggal 15 Oktober 1970, Lafi
Jankesad).
kembali menjadi Lafi Ditkesad dan pada tanggal 1 April 2005, Lafi Ditkesad
dipisah kembali menjadi Lafi Ditkesad dan Gudang Pusat (Gupus) II Ditkesad.
Pada awalnya, kegiatan produksi Lafi Ditkesad dilakukan di Jl. Gudang Utara
tentang penerapan CPOB. Oleh sebab itu,pada tahun 1995 diajukanlah Rencana
Induk Perbaikan (RIP) Lafi Ditkesad dengan lokasi di Jl. Gudang Utara No. 26
Dirjen POM Depkes RI dengan surat No. 02.01.2.4.96.665. Barulah pada tahun
1997 dimulai pembangunan sarana fasilitas Lafi Ditkesad sesuai dengan RIP
yang sudah disetujui tersebut. Pada tahun 2000, Lafi Ditkesad telah berhasil
selanjutnya pada tahun 2001 diperoleh satu sertifikat CPOB untuk sediaan serbuk
injeksi steril antibiotik β-laktam dan turunannya, serta pada tanggal 1 Juni 2006
diperoleh lima sertifikat CPOB untuk fasilitas Non β-laktam. Saat ini (tahun 2015)
LAFI Ditkesad sedang persiapan untuk resertifikasi baik untuk sediaan B-laktam
bagi TNI Angkatan Darat, Lafi Puskesad memiliki visi dan misi sebagai berikut:
a. Visi
b. Misi
obat nasional.
produksi obat.
1. Eselon Pimpinan
a. Perwira Ahli Lembaga Farmasi (Paahli Lafi). Dijabat oleh tiga orang
Pamen AD berpangkat Letkol Ckm, yang terdiri dari Perwira Ahli Madya
tugas dan kewajibannya, Paahli Lafi bertanggung jawab kepada Kalafi dan
3. Eselon Pelayanan
Kepala Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam (Kasituud) dijabat oleh
pengamanan, administrasi personil, logistik, tata usaha, dan urusan dalam. Dalam
melaksanakan tugasnya, Kasituud dibantu oleh tiga Kepala Urusan yang masing-
masing dijabat oleh dua orang Perwira Pertama (Pama) AD berpangkat Kapten
Ckm dan satu PNS Golongan III, serta satu Perwira Urusan yang dijabat oleh
Wakalafi.
4. Eselon Pelaksana
dan Mikro)
yaitu:
yang dijabat oleh seorang Pama AD berpangkat Kapten Ckm dan satu Perwira
pada Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal tersebut telah dibuktikan
dengan diperolehnya sembilan buah sertifikat CPOB untuk produk sediaan yaitu
turunannya.
dan turunannya.
dan turunannya.
antibiotika.
5. Sertifikat CPOB.
dari daerah dan laporan dari masing-masing Kesehatan Daerah Militer (Kesdam),
Satuan Kesehatan (Satkes) dan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD).
daftar kebutuhan obat dengan anggaran yang tersedia, selanjutnya dianalisis dan
yang isinya mengatur pengadaan barang atau material dan jasa di lingkungan
Angkatan Darat.
formula dan spesifikasi obat yang telah ditentukan oleh Lafi Puskesad. Disamping
itu, Bagminlog juga menyusun rencana dan anggaran untuk pemeliharaan sarana
sedangkan uji kimia dan uji mutu dilakukan oleh Instalwastu. Setelah barang lulus
uji mutu, maka dibuat Laporan Hasil Pengujian (LHP) dan Berita Acara (BA)
penerimaan. Bila barang yang dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi yang
diminta atau tidak memenuhi syarat, maka barang akan dikembalikan untuk
diganti, kemudian barang yang lolos administrasi dan uji mutu dikirim ke Gudang
bahan baku obat, bahan pembantu, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan, dan obat jadi yang dihasilkan sampai dengan pemantauan kualitas setelah
Instalwastu didukung oleh personil yang terdiri dari apoteker dan analis yang
proses produksi dan setelah proses produksi. Sistem pengawasan mutu Lafi
diantaranya:
didokumentasikan.
meliputi bahan baku obat, bahan baku pembantu dan bahan pengemas.
(LHP).
1. Laboratorium kimia
pemeriksaan mutu secara kimia, seperti lemari asam dan climatic chamber.
2. Laboratorium mikrobiologi
untuk uji sterilitas dan laboratorium untuk uji potensi atau uji lainnya.
Flow dan alat pembaca daya hambat bakteri (Read Biotic) serta alat-alat
penunjang lainnya seperti inkubator untuk jamur dan bakteri, lemari pendingin,
3. Ruang fisika
Peralatan yang terdapat di ruang fisika antara lain adalah alat uji kekerasan
tablet yang disertai dengan uji ketebalan dan diameter tablet, alat uji keregasan
tablet, alat uji kebocoran strip dan alat uji waktu hancur tablet.
4. Ruang instrumen
5. Ruang timbang
Ruang ini sebagai tempat penyimpanan contoh pertinggal bahan baku obat
dan obat jadi dengan masa simpan satu tahun setelah masa kadaluarsa.
7. Gudang reagen
8. Perpustakaan
9. Ruang staf
produk yang lebih baik. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pengajuan rencana
1. Membuat spesifikasi teknis bahan baku obat, bahan pembantu dan bahan
pengemas.
Lafi Puskesad.
3. Merevisi ulang suatu formula yang sudah ditetapkan bila suatu saat terjadi
dilakukan validasi proses produksi dan pengawasan mutu bekerja sama dengan
Produk yang dihasilkan oleh Lafi Puskesad berupa produk Betalaktam dan produk
Non Betalaktam. Pada Instalasi Produksi terdapat empat seksi yaitu: seksi sediaan
Non Betalaktam, seksi sediaan Betalaktam, seksi sediaan Sefalosporin dan seksi
dengan Pedoman CPOB yang dikeluarkan oleh Badan POM. Rencana produksi
obat dibuat berdasarkan pada banyaknya jenis obat yang diminta, jenis peralatan
yang dimiliki (kapasitas dan spesifikasi mesin), jumlah sumber daya manusia dan
dalam Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets (Batch Record)
yang disusun oleh kasi-kasi produksi dan dikeluarkan oleh Kainstalprod, diperiksa
Kainstalsimpan. Hal yang diuraikan dalam Catatan Pengolahan Bets dan Catatan
Pengemasan Bets adalah kode produk, nama produk, nomor bets, besar bets,
bentuk sediaan, kemasan dan tanggal pengolahan atau pengemasan. Selain itu,
prosedur pengemasan sekunder, hasil obat jadi, kelulusan oleh pengawasan mutu,
dan catatan pengemasan bets untuk setiap produk. Barang yang telah dikeluarkan
seksi produksi, yaitu seksi sediaan Non Betalaktam, seksi sediaan Betalaktam, dan
a. Tata Ruang
b) Gudang cairan
a) Ruang penimbangan
b) Ruang staging
f) Ruang stripping
sediaan cairan obat luar. Produksi sediaan Non b-laktam di Lafiad ditujukan untuk
mekanisme Toll-in.
Adapun tata ruang pada produksi Non b-laktam di Lafiad terdiri dari ruang
Kelas G (ruang ganti pakaian pria dan wanita serta gudang bahan awal dan obat
pengolahan dan pengemasan primer obat non steril). Antara ruang kelas
kebersihan E dan F dibatasi dengan adanya buffer room. Sistem tata udara pada
Handling Unit/AHU) dimana koridor dijaga dengan tekanan udara lebih tinggi
daripada di dalam ruang produksi. Bangunan dan sarana di Lafiad telah memenuhi
MENCEGAH KONTAMINASI
Opsi 1 :
Ruang
Ruang Pengemasan Ruang
Pengemasan Ruang Antara Luar
Primer Antara
Sekunder
0 + 0 + 0
Opsi 2 :
Ruang
Ruang Pengemasan
Ruang Antara Pengemasan Ruang Antara Luar
Primer
Sekunder
+ ++ + ++ 0
b. Personil
dengan pembagian kerja masing-masing pada jam kerja mulai pukul 08.00-12.00
memastikan bahwa tubuhnya telah bersih dan siap untuk bekerja. Sebelum
memasuki suatu ruangan yang berbeda kelas harus melawati ruang antara atau
buffer room. Untuk masuk ke dalam ruang produksi, maka personil harus
menggunakan alat pelindung diri (APD) yang khusus untuk bekerja sesuai dengan
kelas kebersihan.
c. Alur Produksi
Pada alur barang, bahan baku dan bahan tambahan untuk produksi berasal
Seluruh proses yang terjadi pada bahan baku obat mulai penimbangan
record. Batch record merupakan catatan batch dari awal penimbangan hingga
produk jadi siap diedarkan. Batch record terdiri dari 2 bagian yaitu: Catatan
b) Spesifikasi
c) Peralatan
d) Tabel penimbangan
g) Rekonsiliasi
Alur proses pada Lafi Puskesad telah mengikuti prinsip one work flow.
Seluruh proses produksi berjalan sesuai urutannya dimana tidak ada suatu proses
yang harus kembali lagi ke ruang sebelumnya. Sistem tersebut harus dibuat
dengan baik agar seluruh proses dapat dilaksanakan dengan memenuhi syarat
klasifikasi ruangan dan urutan kerja pada bagian produksi. Hasil observasi yang
memenuhi syarat CPOB 2012 karena alur kerja di Lafi Puskesad telah sesuai
dengan urutan proses produksi dan memenuhi syarat ruangan. Selain itu ruangan
produksi di Lafi Puskesad dekat dengan Bagian Pengawasan Mutu, sehingga hasil
1) Sediaan Padat
pencucian alat dan pembersihan ruangan sebelum dan sesudah melakukan proses.
Kebersihan alat akan diperiksa oleh Wastu dan ditetapkan apakah ruangan dan
alat tersebut layak untuk proses berikutnya. Bila lulus pemeriksaan, alat akan
2) Penimbangan
3) Pencampuran
menggunakan super mixer. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses ini
adalah kebersihan dan higienitas dari alat dan ruang pencampuran serta
4) Granulasi
Setelah proses pencampuran dilakukan proses granulasi. Metode granulasi
yang digunakan di Lafi Puskesad adalah granulasi basah yaitu proses pembuatan
masa kempal dan kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 45°C selama 15
jam. Proses IPC dilakukan pada granul setengah kering yang telah dikeringkan
dengan mengukur kandungan air dalam granul tersebut. Setelah memenuhi kadar
kedua kalinya menggunakan oven suhu 45°C selama 15 jam. Hasil pengeringan
selama 5 menit. Granul yang telah homogen diperiksa sifat alir, kadar air, dan
keseragaman kadar di Wastu. Kadar air yang diperbolehkan adalah sebesar 2-3%,
persyaratan tersebut maka granul baru dapat diluluskan untuk dilakukan proses
selanjutnya. Parameter kritis pada proses pengeringan masa kempal adalah waktu
pengeringan, suhu oven. Parameter kritis pada proses pembuatan masa granul
adalah keadaan fisik dari ayakan (tidak ada kerusakan pada ayakan)
Masa cetak dibuat dengan mencampur granul kering dengan fase luar
(pelincir, lubrikan) ke dalam planetary mixer. Parameter kritis pada proses ini
selesai dilakukan IPC pada masa cetak meliputi kadar air, sifat alir, bobot jenis.
Setelah memenuhi persyaratan, masa cetak tersebut diberi label rilis dan dapat
dicetak.
6) Pencetakan
Alat yang digunakan harus sudah ditempel label bersih oleh Wastu agar dapat
bergantung pada jumlah masa cetak dan kapasitas dari mesin cetak. Tablet hasil
pencetakan diuji setiap 15 menit dengan menimbang bobot dari 10 tablet kanan
pengujian tersebut dicatat di dalam batch record. Bila tidak memenuhi spesifikasi
maka akan dilakukan penyesuaian dan cek kinerja mesin cetak. Masalah yang
sering dihadapi ketika proses cetak adalah capping yaitu rusaknya tablet sehingga
terbentuknya tablet yang baik, bobot dari tablet tidak seragam. Capping tersebut
dapat disebabkan oleh proses pengeringan yang tidak baik sehingga kadar air
tidak sesuai dan mempengaruhi dalam proses pencetakan. Hasil dari pencetakan
tablet dilakukan pengiriman sample ke Wastu untuk dilakukan uji kualitas dari
tablet yang dicetak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan di batch
record. Tablet yang tidak memerlukan penyalutan selanjutnya diuji oleh Wastu
7) Pengisian kapsul
Khusus untuk sediaan kapsul, setelah pencampuran homogen dan
ke dalam cangkang kapsul. Parameter kritis pada proses ini adalah suhu dan
8) Coating
proses coating. Proses coating harus disupervisi oleh operator. Tablet yang telah
disalut kemudian diuji oleh Wastu. Pengujian yang dilakukan meliputi keragaman
9) Pengemasan primer
Tablet, tablet salut, dan kapsul yang telah lolos pengujian Wastu
melewatkan polycellonium yang telah berisi sediaan ke alat press yang dilengkapi
ini adalah suhu alat press dan kecepatan rollerpolycellonium. Permasalahan yang
sering terjadi selama proses striping yaitu tidak rekatnya kemasan (bocor) akibat
kurang panasnya alat press yang dipakai untuk menempelkan kemasan primer.
kemasan primer yang mengkerut karena suhu alat press yang terlalu
kemasan depan dan belakang yang tidak tepat sehingga terlihat pergeseran antara
depan dan belakang. Double tablet ataupun kekosongan tablet dalam kemasan
terjadi akibat tidak lancarnya tablet ketika menuju ke alat press ataupun karena
terlalu cepatnya mesin berputar. Selain itu, permasalahan lain yang terjadi adalah
tidak tercetaknya nomor batch dan expired date karena tinta yang digunakan lupa
di-refill. Setelah proses pengemasan primer maka akan dikirim ke Wastu untuk
kemasan.
sekunder untuk sediaan padat adalah plastik yang berisi 25 strip beserta brosur
Produksi Cairan Obat Dalam (COD) yang ada di Lafi Puskesad adalah
produksi sirup Lafidril® dan Sultrim®. Pada prinsipnya, alur pengerjaan produksi
sama pada semua bagian dan terdiri dari beberapa ruang, yaitu :
a. Ruang penimbangan
b. Ruang Staging
c. Ruang pencampuran
Sebagai tempat untuk proses pencampuran bahan yang akan digunakan.
Prosedur pembuatan cairan obat dalam secara umum adalah sebagai berikut :
dalam 1 kotak di ruang staging dengan keterangan yang lengkap pada semua
Botol yang digunakan merupakan botol yang sudah bersih yang dicuci
Pencucian botol dilakukan pada kelas F dan pengisian dilakukan pada kelas E,
sehingga di Lafi Ditkesad oven yang digunakan untuk pengeringan botol adalah
bahan padat lainnya dilarutkan pada pelarut yang sesuai kecuali essence dan
yang ada pada tangki pengaduk, kemudian ditambahkan mucilago yang telah
sekitar 2 botol untuk uji keseragaman bobot dan kandungan. Setelah lolos uji,
maka essence dapat dimasukkan, dan dapat dilakukan proses berikutnya yaitu
d) Filling
meletakkan botol yang sudah dicuci pada alat. Setelah itu, botol-botol akan
bergerak pada jalurnya. Terdapat sensor pada mesin yang berfungsi ketika 6 botol
telah melewati sensor tersebut, maka secara otomatis jalur botol akan berhenti.
Keenam botol akan difilling hingga volume yang ditentukan. Kemudian, botol
Pada saat pengisian atau filling, operator harus terus memantau bahwa
botol yang diisi sudah tepat sesuai dengan spesifikasi yaitu 100 ml. Pada saat
proses filling, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah laju alur botol masuk dengan
penutupan botol. Pada saat filling, botol harus dalam keadaan bersih dan baik,
tidak ada bagian dari botol yang rusak. Kemudian botol diisi dengan bahan obat.
e) Pengemasan sekunder
dalam kardus yang berisi 25 botol. Untuk sampel pertinggal, diambil 1 dus produk
tahap-tahap yang tertulis dalam batch record dan dibawah pengawasan Apoteker
pembuatan Lafiodine terdapat 3 ruangan yaitu ruang staging ,ruang pencucian alat
sekunder.
a) Staging
c) Ruang pencampuran
d) Ruang filling
e) Pengemasan sekunder
BPOM yang meliputi: tablet antibiotika penisilin dan turunannya, tablet salut
dilakukan pada gedung yang terpisah dengan produksi Non b-laktam untuk
β-laktam selalu diukur secara berkala untuk mengukur pertukaran udara, suhu
udara, kelembaban dan jumlah partikelnya. Sama seperti ruang produksi non β-
dengan masker, sepatu dan sarung tangan. Sebelum dan sesudah memasuki
ruangan kelas E (ruang produksi β-laktam), diharuskan untuk melewati air shower
pada pakaian dan mencegah kontaminan β-laktam terbawa keluar dari gedung
produksi.
a. Sediaan Kaplet
dilakukan uji homogenitas terhadap bahan yang dicampur, serta dilakukan uji
keseragaman bobot terhadap kaplet yang telah dicetak. Pada saat proses
penyetripan dilakukan uji kebocoran strip, setelah lulus uji maka dapat dilakukan
pengepakan/pengemasan sekunder).
berikut:
double cone mixer + agitator hingga homogen, khusus untuk bahan baku gula
kering dan halus. Setelah itu dilakukan pengawasan mutu atau IPC sebelum
dilakukan uji mutu yang meliputi pemeriksaan keragaman bobot isi, kadar zat
4) Pemasangan etiket
5) Pengemasan sekunder
Kemasan sekunder untuk sediaan sirup kering adalah kardus yang berisi 25 botol.
c. Sediaan Kapsul
proses pembuatan kapsul pada seksi sediaan Non b-Laktam. Ruang produksi
sediaan kapsul terdiri dari ruang pencampuran, ruang pengisian, polishing serta
ruang stripping. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan kapsul antara lain
mesin campur, mesin pengisi kapsul, mesin polishing dan mesin stripping.
Adapun proses pembuatan sediaan kapsul secara umum adalah sebagai berikut :
2) Pencampuran
3) Pengisian kapsul
cangkang kapsul. Ruang pengisian kapsul dilengkapi dengan dust collector, untuk
4) Polishing
polishing, dilakukan In Process Control terhadap produk ruah yaitu uji identifikasi
keseragaman bobot, waktu hancur, disolusi, dan uji mutu meliputi keseragaman
produk. Setelah proses stripping, dilakukan In Process Control yaitu tes kebocoran
strip dan apabila tidak bocor, kapsul yang telah distrip siap dikemas.
yang merupakan turunan betalaktam. namun sampai saat ini sefaloporin baru
secara aseptic dan wadah tutup karet. Kondisi ini umumnya dicapai
d. Ruang kelas D merupakan ruang pencucian vial atau kemasan primer dan
f. Ruang kelas G adalah ruang untuk gudang Bahan Baku Obat (BBO),
a. Kaplet
5. Yudhavit
b. Tablet
1. Buscofiad
2. Clofenad - Na Diklofenak 50 mg
9. Lafitens - Kaptopril 25 mg
13. Neostopfluad
14. Neuralgad
15. Neurobiad
17. Sultrim
c. Kapsul
1. Sangobiad
d. Sirup
5. Sultrim Sirup
e. Larutan
1. Lafiodine 10%-15 mL
2. Lafiodine 10%-1.000 mL
kegiatan pengamanan dan pemeliharaan material yang berupa : bahan baku, bahan
pendukung, peralatan untuk proses produksi dan obat jadi. Barang dari rekanan
tidak langsung diterima oleh Instalsimpan Lafi tetapi diterima oleh Gudang Pusat
fisika oleh tim komisi dan uji mutu oleh Instalwastu. Selama pengujian, barang
gudang bahan baku, gudang bahan pengemas dan gudang bahan pendukung. Tim
komisi akan membuat Berita Acara Penerimaan Barang (BAPB). Barang tersebut
berdasarkan jenis dan sifat barang, barang yang kecil disimpan di atas rak, barang
dengan ukuran besar disimpan di atas pallet, barang yang higroskopis dan
bets, sedangkan Sistem First in First Out (FIFO), First Expired First Out (FEFO),
First Unstable First Out (FUFO) tetap menjadi prioritas, namun demikian barang
yang diterima oleh Instalsimpan adalah barang yang langsung di pakai oleh
Instalasi Produksi. Material produksi tersebut oleh Instalasi Produksi diolah dan
dikemas menjadi produk jadi, kemudian seksi kemas menyerahkan produk jadi
f. Kartu Gudang
g. Kartu Kendali
Kelas E terdiri dari ruang timbang, ruang staging (digunakan untuk penyimpanan
bahan baku obat yang sudah ditimbang) dan ruang sampling. Kelas G terdiri dari
ruang administrasi, gudang bahan baku, gudang bahan pendukung, gudang bahan
kemas, gudang cairan, gudang sejuk untuk menyimpan bahan baku obat dan
gedung sefalosporin.
Sisjang)
dibantu oleh dua kepala urusan yang masing-masing dijabat oleh Pama TNI
Sumber air bersih Lafi Puskesad berasal dari pasokan atau suplai
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang kemudian diolah menjadi air baku
farmasi melalui Instalasi Pengolahan Air. PDAM dipilih sebagai sumber air
karena kandungan air tanah masih banyak mengandung logam. Air baku farmasi
adalah air yang telah memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan baku air
untuk produksi steril maupun non steril. Penanggung jawab pengolahan air ini
a. Pre-treatment
Air dari PDAM ditampung terlebih dahulu dalam bak penampung air
bagian yaitu :
a) Bak I
Air dari PDAM pertama kali ditampung dalam bak ini. Bak I digunakan
Merupakan kelanjutan dari bak I dimana air yang dialirkan lebih jernih
(ada sekat antar bak yang menahan kotoran). Air dari bak II sebagian
botol.
c) Bak III
Kelanjutan dari bak II, dengan ukuran paling besar. Air yang ditampung
menahan kotoran sehingga air yang dialirkan dari bak satu ke bak
(organik dan anorganik) yang terbawa oleh air PDAM. Harus ada dua jenis
celah-celah tersebut. Pada proses filtrasi melalui sand filter terjadi proses
filtrasi ulang melalui filter yang sama (back wash) selama ± 15-20 menit
karbon aktif. Harus ada dua jenis mesh pada saringan ini. Pada proses
filtrasi dengan saringan karbon juga dilakukan back wash selama ± 15-20
f) Water softener
(regenarasi dengan NaCl). Pada proses ini dilakukan back wash dan
EBT. Bila kadar Ca dan Mg rendah maka akan tercapai warna biru.
g) Cartridge 10 Mikron
h) Tangki 300
i) Treatment
Resin Kation
Resin kation berfungsi untuk menukar ion-ion positif dengan ion hidrogen.
Resin Anion
Solid (TDS) kurang dari 8 ppm dan silika kurang dari 0,1 ppm.
Cartidge 5 Mikron
Tangki 500
Sumber listrik Lafi Ditkesad berasal dari PLN dengan daya sebesar
jumlah listrik yang dibutuhkan mencakup mesin dan seluruh alat yang
a. Piston
b. Screw
switch. Kompresor juga dilengkapi dengan air dryer (untuk menjaga agar
kompresor tetap kering), main line filter (untuk menyaring air dan oli),
(untuk menyaring partikel dan air yang mungkin masih ada). Instalasi
kompresor ini digunakan hanya pada titik peralatan yang memerlukan sistem
pisau pemotong strip), ruang pencucian vial, ruang coating (digunakan pada
saat menyemprot tablet dengan cairan penyalut), ruang FBD, ruang pengisian
dalam tangki stainless steel untuk mensuplai mesin. Air dipanaskan atau
diproses melalui boiler hingga menjadi uap. Distribusi uap dilengkapi dengan
safety valve untuk menjaga agar tekanan udara tidak melebihi tekanan
maksimum alat, dan steam trap untuk membuang air yang lewat bersama
dengan uap, lalu dikembalikan ke tangki air untuk diproses lagi menjadi uap.
dibuat suatu Prosedur Tetap (Protap) tahun 2010 tentang Tugas dan
lingkungan yang dapat ditimbulkan dari industri adalah pencemaran air, tanah
dan udara yang dapat berasal dari bahan cair, padat, udara. Karena dapat
atau adsorbsi.
yang umum digunakan adalah tawas (liquid atau powder), PAC, FeSO4
3) Proses biologi
proses yaitu proses aerobic dan anaerobic. Proses aerobic adalah proses
tidak melibatkan oksigen yang terlarut, tetapi seluruh proses biologi ini
endapan.
3. Bak ekualisasi terdiri dari dua bak. Bak yang pertama untuk
otomatis.
mengurangi pengendapan.
oksigen di bak aerasi ditambah bakteri aerob agar bakteri dapat hidup
bak aerasi yaitu coklat jernih. Lamanya proses di bak aerasi baik
5. .Bak klarifier yaitu bak yang berbentuk miring ke arah samping bak
aerasi.
kecil dengan ukuran 25g per 50 liter air (setara dengan 0,05%). Fungsi
Apabila air limbah atau endapan belum bersih, air akan mengalir
9. Bak kontrol yang berfungsi untuk menampung air limbah yang sudah
biologi.
bisa disaring.
HVAC berkaitan dengan jumlah dan ukuran partikel udara, kelembaban, suhu,
tekanan udara, air flow (0,36-0,54 m/dtk), dan air change di ruangan. Pada ruang
kelas C terdapat pre-filter dan medium filter, sedangkan pada ruangan kelas B
terdapat pre-filter, medium filter dan HEPA filter. Gambar air handling unit dapat
induk yang diturunkan antara lain menjadi catatan pengolahan bets dan
c. Dokumentasi untuk setiap pengambilan sampel dan bahan uji, baik bahan
baku, bahan setengah jadi, produk ruahan maupun obat jadi serta hasil
pengujiannya.
d. Dokumen untuk setiap obat yang telah diluluskan oleh Instalasi Pengawasan
Catatan pengolahan bets dan catatan pengemasan bets yang sudah diisi disimpan
di Pemastian Mutu.
BAB IV
PEMBAHASAN
Sebagai industri farmasi, Lafi Ditkesad dituntut untuk menghasilkan obat jadi
digunakan untuk kebutuhan kesehatan intern prajurit TNI Angkatan Darat, PNS,
menghasilkan obat jadi yang bermutu tinggi, aman dan berkhasiat, meskipun obat-
obat tersebut untuk kebutuhan TNI AD dan tidak untuk dipasarkan sehingga dapat
memenuhi syarat CPOB, Lafi Ditkesad mengacu pada 12 aspek CPOB dalam
proses produksinya.
bagunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu,
inspeksi diri dan audt mutu, penaganan keluhan terhadap obat dan penarikan
kembali obat jadi serta obat dikembalikan, pembuatan dan analisis berdasarkan
1. Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tidak efektif.
2. Personalia
Mutu dan Kepala Pemastian mutu telah dijabat oleh Apoteker dengan
tumpang tindih tugas dan tanggung jawab serta dapat saling melakukan
CPOB, hal ini terjadi karena situasi dan kondisi lafi Diskesad yang
ruangan unit proses tidak mencemari ruang lain dan koridor. Perbedaan
tekanan juga dapat dilihat antara ruang produksi dengan ruang antara.
dan non produksi, uap air, tenaga listrik, udarabertekanan tinggi, sistem
detergen, membrane filter dan UV. Pengolahan air untuk produksi non β-
4. Produksi
jadi. Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisa terhadap
produk akhir, melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan
mutu obat pada setiap proses produksi oleh personil produksi. Bahan awal
yang digunakan dalam proses produksi oleh personil produksi. Bahan awal
yang digunakan dalam proses produksi dicatat dalam buku tertentu yang
telah ditentukan.
5. Pengawasan mutu
a. Sampling
dan obat jadi yang dilakukan secara random dimana hal ini
b. Testing (Pengujian)
penetapan kadar dan uji fisik, contohnya untuk sediaan tablet yang
strip.
c. Spesifikasi
d. Inspeksi
Inspeksi terdiri dari pra inspeksi (terhadap bahan baku obat, bahan
farmasi telah memenuhi ketentuan CPOB. Hal yang perlu di inspeksi yaitu
industri farmasi.
7. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kemabali Produk dan
Kembalikan
Lafi, tetapi dilakukan oleh Ditkesad. Keluhan terhadap produk obat Lafi
digunakan dan dimohon untuk ditarik dari peredaran sesuai dengan nomor
yang sama dari wilayah lain. Jika hasil pengujian obat di wilayah tersebut
kerusakan.
8. Dokumen
dilihat dari dokumen induk yaitu, prosedur pengolahan induk dan prsedur
komputerisasi.
Pembuatan analisis dan kontrak harus dibuat dengan benar, disetujui , dan
tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus secara jelas
pelulusan dalam setiap bets produk yang akan diedarkan. Pelulusan produk
diatur dengan jelas dalam kontrak yang sudah disepakati. Dalam hal ini
Semua pembuatan dan analisis harus sesuai dan disetujui oleh kedua belah
dilakukan saat adanya mesin atau peralatan baru dan jika terjadi penurunan
A. Kesimpulan
Puskesad.
proses produksi obat jadi untuk menjamin dibuat dengan konsisten dan
permintaan Puskesad.
B. Saran
produksi.
CBOP 2012.