Professional Documents
Culture Documents
131 262 1 SM (B.indo Kaki Gajah)
131 262 1 SM (B.indo Kaki Gajah)
Filariasis ( Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular yang mengenai saluran dan kelenjar limfe dise-
babkan oleh cacing filarial dan ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini bersifat kronis dan bila tidak diobati
dapat menimbulkan cacat menetap, berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin pada perempuan
maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung ke-
pada orang lain sehingga menjadi beban masyarakat. Data WHO menunjukkan bahwa didunia terdapat
1,3 miliar penduduk yang berada dinegara berisiko tertular filariasis, dan lebih dari 60 % negara-negara
tersebut berada di Asia Tenggara.(1)Dengan berbagai akibat tersebut, saat ini penyakit kaki gajah telah
menjadi salah satu penyakit yang diprioritaskan untuk dieliminasi.Telah disusun rencana aksi Nasional
yang sistematis untuk menanggulangi hal tersebut yaitu dengan menetapkan dua pilar kegiatan yang akan
ditempuh yaitu Memutuskan mata rantai penularan dengan Pemberian Obat Massal Pencegahan Filaria-
sis (POMP filariasis) di daerah endemis dengan menggunakan Diethyl Carbamazine (DEC) 6 mg/kg berat
badan yang dikombinasikan dengan albendazole 400 mg sekali setahun dan dilakukan minimal 5 tahun
berturut turut . Setelah 5 tahun menjalani pengobatan masal filariasis maka dilakukan evaluasi microfilaria
dalam darah melalui survey darah jari (SDJ) dan Transmission Assesment Surveys(TAS) pada anak sekolah,
sedangkan untuk kasus klinis dilakukan perawatan kasus akut maupun kasus klinis kronis.(1)
Kata Kunci : Filariasis, Eliminasi, TAS , Survey Darah Jari
Filariasis or elephantiasis is an infectious disease of the tract and lymph nodes caused by filarial worms
and transmitted by mosquitoes. The disease is a chronic (chronic) and if not treated can lead to permanent
disability, such as enlargement of the legs, arms and genitals in both women and men. As a result, the pa-
tient can not work optimally even his life depends on someone else to become a burden on society. WHO
data With a wide range due to the current disease elephantiasis has become one of the priority diseases
for elimination .The National action plan for the systematic overcome it is to set the two pillars of the ac-
tivities that will be pursued That Decided transmission chain with Multiple Drug Administration Obat of
Prevention (POMP filariasis) in endemic areas using Diethyl Carbamazine (DEC) 6 mg / kg of body weight
in combination with albendazole 400 mg once a year and made at least 5 consecutive years. After 5 years of
mass treatment of filariasis then be evaluated through a survey of microfilaria in the blood of finger blood
(SDJ) and Transmission Assessment Surveys (TAS) in school children, whereas clinical cases performed for
treatment of clinical cases of acute and chronic cases.(1) Shows that there are 1.3 billion people in the world
who are at risk of contracting filariasis country, and more than 60% of the countries in Southeast Asia.(1)
Korespondensi Penulis:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Unand,Jalan Perin s Kemerdekaan Padang Sumatera Barat
Email : elytha12@gmail.com
84
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas | April 2014 - September 2014 | Vol. 8, No. 2, Hal. 84-91
85
Elytha | TAS Sebagai Salah Satu Langkah Penentuan Eliminasi Filariasis
86
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas | April 2014 - September 2014 | Vol. 8, No. 2, Hal. 84-91
larkan oleh nyamuk Culex quinquefasatus. Di ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak (lim-
pedesaan vektornya berupa nyamuk Anopheles fadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan
atau nyamuk Aedes. Daur hidup parasit ini me- sakit. Radang saluran kelenjar getah bening
merlukan waktu yang panjang. Masa pertum- yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari
buhan parasit di dalam nyamuk kurang lebih pangkal ke arah ujung kaki atau lengan. Abses
2 minggu. Pada manusia, masa pertumbuhan filarial terjadi akibat seringnya pembengkakan
belum diketahui secara pasti tetapi diduga ku- kelenjar getah bening, dapat pecah dan menge-
rang lebih 7 bulan, sama dengan masa pertum- luarkan nanah serta darah. Pembesaran tung-
buhan parasit ini di dalam Presbytis cristata (lu- kai, lengan, buah dada, kantong buah zakar
tung). Microfilaria yang terisap oleh nyamuk, yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas
melepaskan sarungnya di dalam lambung, (limfedema dini)
menembus dinding lambung dan bersarang di Gejala dan Tanda Klinis Kronis meliputi
antara otot-otot toraks. Mula-mula parasit ini pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada
memendek, bentuknya menyerupai sosis dan tungkai, lengan, buah dada, atau buah zakar.
disebut larva stadium I. Dalam waktu kurang Gejala klinis filariasis limfatik disebabkan oleh
lebih seminggu, larva ini bertukar kulit, tum- mikrofilaria dan cacing dewasa baik yang hi-
buh menjadi lebih gemuk dan panjang disebut dup maupun yang mati. Mikrofilaria biasanya
larva stadium II. Pada hari kesepuluh dan se- tidak menimbulkan kelainan tetapi dalam
lanjutnya, larva bertukar kulit sekali lagi, tum- keadaan tertentu dapat menyebabkan occult fi-
buh makin panjang dan lebih kurus disebut lariasis. Gejala yang disebabkan oleh cacing de-
larva stadium III.(5) wasa menyebabkan limfadenitis dan limfagitis
Gerakan larva stadium III sangat aktif. retrograd dalam stadium akut, disusul dengan
Bentuk ini bermigrasi, mula-mula ke rongga obstruktif menahun.
abdomen kemudian ke kepala dan alat tusuk Cara diagnosis penyakit filariasis di an-
nyamuk. Bila nyamuk sedang aktif mencari taranya adalah pemeriksaan klinis, pemerik-
darah akan terbang berkeliling sampai adanya saan langsung darah segar ujung jari, peme-
rangsangan hospes yang cocok diterima oleh riksaan darah jari/vena dengan pewarnaan,
alat penerima rangsangannya. Rangsangan ini pemeriksaan darah dengan Quantitatif Buffy
akan memberi petunjuk pada nyamuk untuk Coat (QBC), pemeriksaan ultrasound (Filaría
mengetahui dimana adanya hospes kemudian Dance Sign) terutama untuk evaluasi hasil pe-
baru menggigit. Bila nyamuk yang mengan- ngobatan dan hanya dapat digunakan untuk
dung larva stadium III bersifat infektif dan infeksi filaria oleh W. bancrofti, pemeriksaan
mengigit manusia, maka larva tersebut secara serologis deteksi antibodi, deteksi antigen
aktif masuk ke dalam tubuh hospes dan bersa- beredar dengan teknik ELISA Sandwich meng-
rang di saluran limfe setempat. Di dalam tubuh gunakan antibodi monoclonal (Harrison, 2008),
hospes, larva mengalami dua kali pergantian Immuno Chromatographic Test (ICT Filariasis)
kulit, tumbuh menjadi larva stadium IV, lalu merupakan cara diagnosis filariasis paling
stadium V dan cacing dewasa.(7). Siklus ini yang sensitif pada saat ini (Soeyoko, 1998), deteksi
berterusan sehingga semakin banyak menderi- DNA dengan metoda Polymerase Chain Reaction
ta filariasis dan manusia merupakan definitive (PCR) dan lymphangiography.(7)
host.(5) Intervensi yang efektif dan penggunaan
sumber daya yang efisien melalui upaya yang
Patologi dan Gejala Klinis sistematis dan strategis akan menghasilkan
Penyakit Filariasis mempunyai gejala dan penghematan bagi negara. Untuk itu dibutuh-
tanda klinis akut dan dan kronis.(6) Gejala dan kan suatu rencana yang sistematis di tingkat
Tanda Klinis Akut meliputi demam berulang Nasional untuk menanggulangi hal tersebut
selama 3 – 5 hari. Demam dapat hilang bila yaitu dengan menetapkan dua pilar kegiatan
istirahat dan timbul lagi setelah bekerja berat. yang akan ditempuh dengan memutuskan
Pembengkakkan kelanjar getah bening (tanpa mata rantai penularan dengan Pemberian
87
Elytha | TAS Sebagai Salah Satu Langkah Penentuan Eliminasi Filariasis
88
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas | April 2014 - September 2014 | Vol. 8, No. 2, Hal. 84-91
dengan penatalaksanaan kasus klinis filariasis, dilakukan program eliminasi filariasis yaitu
baik kasus akut maupun kasus kronis.(1) program pemutusan mata rantai penular-
Tujuan umum dari program eliminasi an filariasis sehingga tidak ditemukan lagi
filariasis adalah agar filariasis tidak lagi menja- penderita baru. Program Eliminasi Filariasis
di masalah kesehatan masyarakat di Indonesia merupakan salah satu program nasional yang
pada tahun 2020. Sedangkan tujuan khusus memprioritaskan pemberantasan penyakit
program adalah menurunnya angka mikrofi- menular sesuai dengan Peraturan Presiden Re-
laria menjadi kurang dari 1% di setiap kabu- publik Indonesia nomor 7 tahun 2005 tentang
paten/kota, mencegah dan membatasi kecacat- Rencana Pembangunan Jangka Menengah Na-
an karena filariasis. sional tahun 2004-2009.(2)
Adapun pelaksanaan program eliminasi Survei darah jari merupakan survey en-
ini dilaksanakan dengan justifikasi, yaitu: Per- demisitas filariasis. Survei ini dilakukan pada
tama, penyebaran filariasis di 337 kabupaten/ daerah yang ditemukan kasus klinis filarial.
kota sampai dengan Januari 2010 dengan in- Sasaran survey darah jari adalah usia 13 tahun
dikasi angka mikrofilaria lebih besar dari 1% keatas yang bertempat tinggal disekitar pende-
dapat dicegah penularannya pada penduduk rita .Pengambilan spesimen darah jari dilaku-
yang tinggal di daerah endemis dengan melak- kan mulai pukul 20.00 s/d 24.00 WITA, di-
sanakan Pengobatan Masal Pencegahan Filari- mana cacing filaria di Indonesia mempunyai
asis (POMP Fil) POMP filariasis setahun sekali periodisitas mikrofilaria malam hari. Persia-
selama minimal lima tahun berturut-turut. pan pengambilan darah jari yang dilakukan
POMP filariasis yang akan dilaksanakan harus melalui beberapa tahapan yaitu di dahului
dapat memutus rantai penularan filariasis, se- dengan mempersiapkan peralatan survey.
hingga dapat menurunkan prevalensi mikrofi-
Memberikan penyuluhan melalui pemutaran
laria lebih kecil dari 1%.(1)
film dokumenter tentang filariasis di lokasi
Kedua, minimal 85% dari penduduk be-
SDJ. Registrasi setiap orang yang akan diam-
risiko tertular filariasis di daerah yang teriden-
bil darahnya. Pengambilan darah jari, Slide
tifikasi endemis filariasis harus mendapat
yang sudah bersih dari lemak atau kotoran,
POMP filariasis. Untuk itu POMP filariasis
diberi nomor dengan spidol waterproof sesuai
harus diarahkan berdasarkan prioritas wilayah
dengan nomor penduduk yang telah didaftar
menuju eliminasi filariasis tahun 2020.(1)
dalam formulir pencatatan survey. Ujung jari
Ketiga, penyebaran kasus dengan mani-
kedua atau keempat dibersihkan dengan al-
festasi kronis filariasis yang berjumlah 11.914
cohol swab, setelah kering ditusuk tegak lurus
di 401 kabupaten/kota dapat dicegah dan
alur garis pada jari tangan dengan blood lancet
dibatasi dampak kecacatannya dengan pena-
sehingga darah keluar (dengan penekanan rin-
talaksanaan kasus klinis baik melalui basis ru-
gan). Darah yang keluar pertama dihapus den-
mah sakit maupun komunitas yaitu Community
gan alkohol swab, kemudian darah diteteskan
Home Based Care.(RAN). (1)
sebanyak tiga tetes (diperkirakan 20 µl) pada
Pelaksanaan POMP filariaris dilaku-
slide, dilebarkan dengan menggunakan ujung
kan dengan berbasis kabupaten/kota. Walau-
slide sehingga membentuk sediaan darah tebal
pun sudah berbasis kabupaten/kota, upaya
berbentuk oval berukuran 1 x 2 cm. Sediaan
program tersebut belum dapat menjangkau
darah tersebut dikeringkan selama satu malam
seluruh penduduk di wilayah kabupaten/
dengan menyimpan di tempat yang aman dari
kota tersebut. Pola program semacam ini ti-
serangga dan keesokan harinya dihemolisis
daklah efisien dan tidak efektif karena tetap
dengan air selama beberapa menit sampai
terdapat risiko penularan (re-infeksi) karena
warna merah hilang, lalu dibilas lagi dengan
belum seluruh penduduk terlindungi. Untuk
air dan dikeringkan. Kemudian diwarnai de-
itu, pelaksanaan POMP filariasis perlu diren-
ngan Giemsa sediaan dibilas dengan air bersih
canakan secara komprehensif dan mencakup
dan dikeringkan. Untuk mewarnai 500 se-
seluruh wilayah endemis di Indonesia.(2)
diaan darah dibutuhkan larutan Giemsa 100
Untuk penanggulangan filariasis ini
89
Elytha | TAS Sebagai Salah Satu Langkah Penentuan Eliminasi Filariasis
ml. Setelah kering sediaan diperiksa di bawah c. Prevalensi infeksi di sentinel dan situs
mikroskop dengan pembesaran rendah (10x10) spot- check adalah di bawah 1 % ( untuk
untuk menentukan jumlah mikrofilaria dan
kehadiran mikrofilaria ) atau di bawah 2 %
pembesaran tinggi (10x40) untuk menentukan
jenis/spesiesnya. Hasil dicatat pada formulir. ( untuk kehadiran antigen menggunakan
Bila hasil survey darah jari ditemukan micro- uji immunochromatographic (ICT)).
filaria rate > 1 % maka daerah tersebut harus
dilkukan MDA(10) . Monitoring dan Evalusi POMP Filariasis
Transmission Assessment Survey (TAS) Monitoring dilakukan dengan survey
adalah survey untuk menilai apakah serang- darah jari. Hasil survei darah jari tahun keli-
kaian MDA telah berhasil mengurangi ma akan diteruskan dengan survei penilaian
prevalensi infeksi ke tingkat yang sama penularan (TAS) pada anak sekolah. Survei
dengan atau di bawah cut- off ambang ba- penularan ini dilakukan pada murid SD usia
tas kritis untuk berbagai spesies vektor dan 6-7 tahun dengan pengambilan darah. Jika
kompleks , dan untuk memutuskan apakah survei penilaian penularan (TAS) hasilnya
MDA dapat distop.(11) didapatkan microfilaria < 1 % atau antigen <
Tujuan dari TAS untuk memberikan pe- 2% berarti tidak terjadi transmisi baru, maka
tunjuk sederhana, bahwa prevalensi filariasis kabupaten bisa menghentikan POMPFil.(11)
limfatik pada anak-anak berusia 6-7 tahun be-
rada di bawah ambang batas yang telah diten- Kesimpulan
tukan ; untuk menjadi dasar agar POMP Fil- Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah
ariasis (MDA) dapat dihentikan. Pelaksanaan penyakit menular yang mengenai saluran
Tas Survei dilakukan pada daerah endemis dankelenjar limfe disebabkan oleh cacing fi-
yang telah 5 tahun berturut turut melalukan larial dan ditularkan oleh nyamuk. Penyakit
pengobatan massal pencegahan filariasis de- ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak
ngan cakupan 65 %.(11) mendapatkan pengobatan dapat menimbul-
Empat langkah program berurutan un- kan cacat menetap, berupa pembesaran kaki,
tuk menghilangkan filariasis limfatik melalui lengan dan alat kelamin baik pada perempuan
MDA: (11) maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak
a. Pemetaan distribusi geografis penyakit; dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya
tergantung kepada orang lain sehingga menja-
b. Mengelola MDA untuk setidaknya 5 tahun
di beban keluarga, masyarakat dan Negara.(1)
untuk mengurangi jumlah mikrofilaria Indonesia sepakat untuk ikut serta da-
yang beredar dalam darah ke tingkat yang lam Eliminasi Filariasis Global yang ditandai
mungkin akan mencegah vektor nyamuk dengan pencanangan dimulainya eliminasi
filariasis di Indonesia oleh Menteri Kesehatan
menularkan infeksi;
pada tanggal 8 April 2002 di Desa Mainan,
c. Melaksanakan pengawasan setelah peng- Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Musi
hentian MDA; Banyuasin, Sumatera Selatan. Pemerintah tel-
d. Mengkonfirmasikan gangguan transmisi ah menetapkan Program Eliminasi Filariasis
sebagai salah satu prioritas nasional pembe-
di tingkat nasional.
rantasan penyakit menular sesuai dengan Pera-
Persyaratan Survey Tas:(11)
turan Presiden Republik Indonesia nomor 7
a. Minimal telah melakukan Pengobatan tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Masal Pencegahan Filariasis 5 tahun ber- Jangka Menengah Nasional tahun 2004 - 2009,
turut turut. Bab 28, D.5 (4)
Daerah endemis fialria harus melak-
b. Cakupan minimal setidaknya cakupan
sanakan MDA dengan pengobatan Massal
melebihi 65 % dalam total populasi unit. Pencegahan filariasis selama 5 tahun berturut
90
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas | April 2014 - September 2014 | Vol. 8, No. 2, Hal. 84-91
Saran
Pelaksanaan Transmission Assesment
Survey perlu disosialisasikan kepada kabu-
paten kota dan diikuti dengan survei darah
jari,karena penentuan endemis menggunakan
survei darah jari sedangkan hasil pemberian
POMP filariasis dievaluasi dengan TAS.
Daftar Pustaka
1. Depkes RI. Pedoman Pengobatan Massal
Penyakit Kaki Gajah (Filariasis). Buku 4.
Jakarta; Ditjen PPM & PL. 2002
2. Depkes RI. Lampiran Keputusan Ment-
eri Kesehatan RI No.1582/Menkes/SK/
XI/2005; 2005
3. WHO. Epidemiology Lymphatic Filariasis.
Tahun 2013 [Online]. Dari :http://www.
who.int. [28 September 2013].
4. Kemenkes RI. Rencana Nasional Program
Eliminasi Filariasis diIndonesia. Subdit
Filariasis dan Schistomiasis. Jakarta; Dit-
jen PP & PL. 2010
5. Depkes RI. Epidemiologi Filariasis. Ditjen
PPM & PL. Jakarta; 2006
6. Depkes RI. Pedoman Promosi Kesehatan
dalam Eliminasi Filariasis. Jakarta; Ditjen
PPM & PL. 2006
7. Michael. Filariasis di Indonesia. Buletin
Jendela Epidemiologi Vol 1 Tahun 2006;
2006
8. Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemiolo-
gi Penularan, Pencegahan & Pemberan-
tasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008
9. Wahyono, Tri Yunis Miko. Analisis Epide-
miologi Deskriptif Filariasis di Indonesia.
Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 1,
Juli 2010
10. Kadir,A. Survei Darah Jari (SDJ)(SDJ) ,BT-
KLPP Banjar Baru, Juni 2011 [Online]
http://www.bbtklppbjb.freeiz.com/1_41
[30 Maret,2014]
11. 11.WHO,Transmission Assesment Survey
in the Global Program Elimenate Lym-
phatic Filariasis,WHO 2011
91