DIlema Telenursing

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era global merupakan awal dari segala perkembangan dunia secara
menyeluruh termasuk didalamnya adalah teknologi informasi. teknologi
informasi telah menjadi kebutuhan yang terus berkembang di berbagai bidang
kehidupan. Hal tersebut terjadi sebagai akibat semakin majunya pola pikir
manusia yang selalu ingin segera memperoleh informasi secara cepat dan
instan tanpa membutuhkan banyak tenaga dan biaya. Perkembangan
teknologi informasi yang semakin pesat, telah banyak dimanfaatkan oleh
berbagai pihak dalam memberikan layanan akses informasi yang dibutuhkan,
termasuk bidang kesehatan.
Kebutuhan pelayanan informasi di bidang kesehatan khususnya
keperawatan merupakan bagian yang terus membangun diri untuk dapat
memberikan informasi keperawatan secara cepat, tepat, efektif dan efisien.
Perawat, sebagai pemberi layanan keperawatan dengan asuhan
keperawatannya dituntut semakin profesional dan mengedepankan
perkembangan teknologi kesehatan dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Masyarakat modern semakin familier dengan pemanfaatan
media internet untuk mendapatkan informasi keperawatan misalnya melalui
telenursing, teleconference, videoconference, call centre, dimana media ini
memudahkan masyarakat mendapatkan layanan keperawatan tanpa harus
meninggalkan rumah.

B. Tujuan
Memberikan uraian tentang penerapan telenursing dalam keperawatan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh


menggunakan teknologi telekomunikasi (National Council of State Boards of
Nursing, 2011). Teknologi informasi dibidang keperawatan adalah teknologi
informasi yang mengintegrasikan ilmu keperawatan, komputer, ilmu
pengetahuan, dan ilmu informasi untuk mengelola dan mengkomunikasikan
data, informasi, dan pengetahuan dalam praktek keperawatan. Informatika
keperawatan memfasilitasi integrasi data, informasi, dan pengetahuan untuk
dukungan klien, perawat, dan penyedia lainnya dalam pengambilan keputusan
mereka dalam semua peran dan pengaturan. (Terhuyung & Bagley-
Thompson, 2002 dalam Salim, 2010).
Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya
penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan
dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh
antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari
telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non
-medis, seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.
(http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing)

B. Prinsip-prinsip Telenursing
Prinsip-prinsip telenursing adalah : tidak mengubah sifat dasar dari
praktek asuahan keperawatan, dimana perawat terlibat dalam telenursing
mulai dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi
asuhan keperawatan. Perawat juga terlibat dalam informasi, pendidikan,
arahan dan dukungan secara pribadi dalam telenursing hubungan ditetapkan
melalui penggunaan telepon, komputer, internet atau teknologi komunikasi
lainnya.

2
C. Kelebihan dan Kekurangan Telenursing
1) Kelebihan Telenursing
Telenursing dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi di
bidang pelayanan keperawatan untuk memberikan informasi dan
pelayanan keperawatan jarak jauh. Model pelayanan ini memberikan
keuntungan antara lain :
a) Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu
b) Mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya perawatan,
c) Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan,
d) Memudahkan akses petugas kesehatan yang berada di daerah yang teris
olasi,
e) Berguna dalam kasus kronis atau kasus geriatik yang perlu perawatan di
rumah dengan jarah yang jauh dari pelayanan kesehatan,
f) Mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk
mengakses penyedia layanan melalui mekanisme seperti : konferensi
video dan internet (American Nurse Assosiation, 1999).
g) Peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah
yang lebih luas dan merata,
h) Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model
distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis
informatika kesehatan dan meningkatkan kepuasan perawat dan pasien
terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan serta meningkatkan
mutu pelayanan perawatan di rumah (home care).
i) Meningkatkan rasa aman (safety) perawat dan klien, karena dengan
diterapkannya telenursing semakin meningkatkan kepuasan pasien dan
keluarga dan meningkatkan kepatuhan.
j) Telenursing telah menyediakan sarana bagi konsumen untuk
memanggil perawat agar mendapatkan saran kesehatan. Seorang
perawat dengan pelatihan khusus dapat menawarkan pendidikan dan
dukungan, sehingga ini bermanfaat karena klien membutuhkan
dukungan yang tidak mungkin didapatkan dengan kontak langsung.

3
2) Kekurangan dan hambatan dalam telenursing
Menurut Amy Peck (2005) ada tiga kategori dasar hambatan dalam
telenursing, meliput : perilaku, legislatif, dan teknologi. Hambatan
perilaku, ada ketakutan bahwa perawat akan mendelegasikan tugas ke
mesin. Pada awalnya perawat akan resisten terhadap telenursing akibat
kurangnya penguasaan terhadap teknologi informasi dan teknologi
telekomunikasi. Namun dengan adanya pelatihan dan adanya support
system, perawat bisa merasakan manfaat telenursing untuk dirinya dan
pasien. Legislasi, telenursing muncul sebagai issue kebijakan public secara
mayor, belum adanya kepastian lisensi tentang telenursing. Secara
teknologi, Elektronik Health Record (EHR) dan standar data mendukung
perkembangan telenursing. Tanpa EHR telehealth tidak bisa bekerja.
Ketersediaan sistem penyimpanan data pasien kapanpun dan dimanapun
provider membutuhkannya. Sumber lain menyebutkan, antara lain :
a) Tidak adanya interaksi langsung perawat dengan klien yang akan
mengurangi kualitas pelayanan kesehatan. Kekawatiran ini muncul
karena anggapan bahwa kontak langsung dengan pasien sangat penting
terutama untuk dukungan emosional dan sentuhan terapeutik.
Sedangkan kekurangan lain dari telenursing ini adalah kemungkinan
kegagalan teknologi seperti gangguan koneksi internet atau terputusnya
hubungan komunikasi akibat gangguan cuaca dan lain sebagainya
sehingga menggangu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan, selain
itu juga meningkatkan risiko terhadap keamanan dan kerahasiaann
dokumen klien.

D. Riset Telenursing
1. Jonsson & Willman dalam penelitiannya menemukan bahwa implementasi
telenursing dalam perawatan di rumah pada klien dengan luka di tangan
merupakan inovasi pengembangan inisiatif yang berfokus pada kolaborasi
antara perawat dan klien. Klien merasa puas dengan penggunaan video
phone untuk melihat staf perawat memberikan perawatan kepada mereka,

4
dan dengan melihat muka perawat membuat rasa aman pada pasien.
Perawat merasa lebih nyaman dengan penggunaan audio vidio contact
untuk melihat kondisi pasien dan melakukan pengkajian kondisi luka, serta
merekam luka. Selain itu perawat merasakan bahwa waktu bekerja meraka
lebih bermanfaat. Penelitian ini menandaskan bahwa telenersing dengan
menggunakan teknologi audio vidio sangat efektif untuk melakukan
komunikasi antara perawat dan pasien dan memberikan kepuasan pada
perawat dan klien dalam melakukan perawatan rumah.
2. Hartford Kathleen dalam penelitiannya tentang “Telenursing and patient’s
Recovery from Bypass” menemukan bahwa aplikasi teknologi
telekomunikasi dalam memberikan pelayanan keperawatan membuat
pasien mampu untuk belajar bagaimana merawat dirinya sendiri, dan ini
juga membantu perawat untuk melakukan pendidikan kesehatan dan
promosi kesehatan secara efektif. Selain itu juga memperpendek lama
perawatan.
3. Bohnenkamp & Blackett meyatakan bahwa dengan telenursing pasien
menunjukkan kepuasan yang lebih tinggi dan perawat telah meningkatkan
pemahaman tentang masalah yang dialami klien, dan klien merasa lebih
nyaman karena sudah diberi informasi oleh perawat. Klien percaya bahwa
telenursing membuat perawatan lebih mudah diakses mereka lebih suka
memanfaatkan telenursing daripada menunggu atap muka pada saat
kunjungan langsung meskipun klien masih percaya bahwa kunjungan
dengan tatap muka langsung adalah yang terbaik.
4. Penelitian dari Susan Kay Bohnenkamp, RN, MS, CCM dengan judul
Traditional Versus Telenursing Outpatient Management of Patients With
Cancer With New Ostomi Hasil : Telenursing meningkatkan kepuasan
pada pasien. Pasien percaya bahwa telenursing membuat perawatan lebih
accessible, dia suka dengan telemedicine dari pada face to face, tetapi
menganggap face to face adalah yang terbaik.
(http://ons.metapress.com/content/f662854712557057/), diperoleh tanggal
02 Mei 2012).

5
5. Penelitian dari Anthony F. Jerant, MD dengan judul A Randomized Trial
of Telenursing to Reduce Hospitalization for Heart Failure: Patient
Centered Outcomes and Nursing Indicators Hasil : Penelitian ini
membandingkan 3 perawatan modalitas untuk menurunkan kekambuhan
CHF selama 180 hari follow up. Subyek menerima kunjungan dasar
selama 60 hari dan mendapat satu dari 3 terapi modalitas :
(a) video based home telecare (b) telephone calls; and (c) usual
care Kekambuhan pada CHF menurun lebih dari 80% dengan telenursing
dibandingan dengan perawatan biasa. Dari penelitian ini juga menurunkan
kunjungan emergensi pada CHF. Pada perawatan diri kedua group tidak
ada perbedaan secara signifikan tentang kepatuhan, pengobatan, status
kesehatan dan kepuasan. Telenursing dapat menurunkan hospitalisasi pada
CHF dan meningkatkan frekuensi komunikasi dengan pasien
6. Penelitian dari L. Schlachta Fairchild dengan judul Findings Of The 2004
International Telenursing Survey.
Hasil : Mayoritas perawat yang melakukan tidak tersertifikasi dalam
telemedicine, telenursing, atau nursing informatics dan percaya bahwa
sertifikasi pada telenursing adalah penting dan interes untuk dilakukan
sertifikasi dan merupakan indikasi telenursing seharusnya merupakan
bagian dasar dari pendidikan keperawatan dan pengalaman klinik
7. Impact of teleadvice on community nurses’ knowledge of venous leg ulcer
care (Ameen, Coll, & Peters, 2005).
Pada penelitian ini dikemukakan efektifitas telenursing dibidang
manajemen perawatan ulkus kaki, desain yang digunakan adalah quasi
eksperimental dengan pendekatan pre dan post intervensi pada 2 kelompok
yaitu kelompok intervensi sebanyak 19 orang dan kelompok kontrol
sebanyak 19 orang, pada penelitian ini didapatkan bahwa terdapat
perbaikan yang signifikan dalam hal kemampuan perawat komunitas
dalam manajemen perawatan ulkus kaki antara sebelum dan sesudah
intervensi melalui telenursing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
telesaran dapat menjadi manfaat besar bagi perawat komunitas dalam

6
meningkatkan pengetahuan mereka dalam praktek perawatan ulkus kaki.
Ini akan memiliki implikasi signifikan untuk penggunaan sumber daya
manusia yang lebih efisien dan efektivitas biaya dalam perawatan luka.
8. Tele-education in emergency care (Binks & Benger, 2007). Dalam artikel
ini dijelaskan bahwa Telenursing juga bisa dimanfaatkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam hal
ini adalah perawat, terutama petugas kesehatan yang bertugas didaerah-
daerah terpencil yang kadang sulit diakses melalui jalan darat karena
kondisi geografis yang tidak memungkinkan sehingga mereka kurang
terpapar informasi-informasi maupun pengetahuan terkini menghenai
pelayanan keperawatan. Disini dijelaskan bagaimana telenursing
dimanfaatkan sebagai sarana penambahan wawasan dan pengetahuan
mengenai keperawatan gawat darurat terhadap petugas kesehatan yang
bertugas di daerah terpencil. Dalam Tele-education dapat diterapkan empat
domain pembelajaran, yaitu : 1) pengetahuan, 2) keterampilan,
3) hubungan (relationship), dan 4) sikap (attituds).
9. Efficacy of telenursing consultation in rehabilitatin after radical
prostatectomy: a randomised controlled trial study (Jensen, Kristensen,
Christensen & Borre, 2011). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa terdapat
peningkatan angka dalam insiden kanker prostat menyebabkan tuntutan
yang lebih tinggi terhadap peran perawatan kesehatan masyarakat. Untuk
mengatasi kondisi tersebut, prostatektomi radikal jalur cepat telah
diperkenalkan, sehingga waktu rawat menjadi pendek dan sedikit waktu
yang tersedia untuk edukasi terhadap pasien post op prostektomy, maka
pasien dituntut agar mampu melakukan perawatan secara mandiri melalui
bantuan Telenursing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki
apakah konsultasi telepon perawat yang dipimpin (TC) dapat
mengoptimalkan sumber daya, rehabilitasi secara aman dan kepuasan
pasien dalam periode pasca operasi. Penelitian ini merupakan uji coba
terkontrol secara acak prospektif dari 95 pasien baik intervensi atau
standar tindak lanjut. Intervensi yang diberikan adalah TC tambahan 3 hari

7
pasca bedah. Pendidikan perawatan dan pasien selama rawat inap yang
diberikan adalah sama untuk semua pasien. Data dikumpulkan dari catatan
medis dan kuesioner 2 minggu pasca bedah. Memang tidak ditemukan
perbedaan dalam keberhasilan keseluruhan tentang kepuasan pasien, rasa
aman dan ketidaknyamanan pasca operasi. Beberapa pasien memiliki
kebutuhan yang belum terpenuhi saat dirawat dirumah sakit sehingga
peberian TC menjadi alternatif pilihan yang baik. Secara umum, pasien
cukup terdidik dalam pengelolaan rehabilitasi awal dan mereka
menyatakan kepuasan yang tinggi dan rasa aman pada periode pasca
operasi setelah pulang meskipun tanpa TC. Oleh karena itu, TC tidak akan
menjadi prosedur standar, tetapi hasilnya telah meningkatkan kesadaran
dalam praktek klinis sehari-hari dan dapat dioptimalkan pemanfaatannya.
10. Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational
Performance, Part 1 (Rufo, 2011). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa
paradigma dalam model pemberian perawatan saat ini telah bergeser ke
arah perbaikan kualitas hidup pasien dan keamanan perawatan pasien.
Telehealth terintegrasi adalah salah satu contoh. Dengan menggunakan
perangkat mobile dan keahlian dari dokter yang berpengalaman dapat
dihubungkan ke lokasi terpencil, sehingga pemberi asuhan keperawatan
didaerah terpencil sekarang dapat menerima bantuan untuk manajemen
pasien secara langsung melalui metode ini. Tele-ICU adalah salah satu
contoh dari penerapan model teknologi yang mempercepat pemecahan
masalah klinis dan pengambilan keputusan, sehingga mempercepat
pemberian perawatan kritis dan akhirnya meningkatkan hasil yang
diharapkan.
11. A second set of eyes: an introduction to tele-ICU (Goran, 2010).
Dalam artikel ini dijelaskan bahwa Tele-ICU, eICU, virtual ICU, atau
pusat ICU terpencil telah diterapkan dalam perawatan pasien
ICU oleh dokter di 28 negara, lebih dari 40 sistem perawatan kesehatan,
dan lebih dari 200 rumah sakit. Meskipun di beberapa tim perawatan tetap
belum terbiasa untuk aplikasikan metode baru ini, sedangkan yang lain

8
tetap skeptic meskipun rasio biaya perawatan yang bisa ditekan dan
manfaat yang didapat. Namun, dengan perluasan berbagai program dan
publikasi hasil klinis dan fiskal, tele-ICU menjadi lebih diperhatikan dan
mengubah wawasan tentang perawatan klinis.
12. Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues (Bauer, 2001).
Dalam artikel ini dikemukakan berupa hasil survey terhadap pemanfatan
Telemediciene didapatkan data bahwa secara ekonomis maupun efektifitas
nya boleh dikatakan bagus, karena dari segi biaya yang harus dikeluarkan
relatif rendah, kemudin dari segi efektifitasnya pasien tidak perlu datang
ke tempat pelayanan kesehatan yang dituju, tetapi cukup hanya
dengan berinteraksi melalui Telemediciene maupun Telenursing pasien
sudah dapat terlayani. Namun masalah yang muncul dalam penilaian ini
adalah bahwa mereka tidak mengidentifikasi adanya nilai-nilai mora
maupun implikasi etis dari penerapan metode ini.
Oleh sebab itu sebagai pengguna metode ini hendaknya petugas kesehatan
atau perawat yang mengelolanya harus memilki pemahaman yang luas
tentang keilmuan keperawatan itu sendiri maupun metode Telenursing
yang digunakan.

E. Aplikasi Telenursing
Telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing
dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat
pesat dalam aplikasi telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan
sistem monitor parameter fisiologi seperti tekanan darah, glukosa darah,
respirasi dan berat badan melalui internet. Melalui sistem interaktif video,
pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun video konsultasi
ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti baju,
memberikan injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus
sangat membantu untuk anak kecil dan dewasa dengan penyakit kronik dan
kelemahan khususnya dengan penyakit kardiopulmoner dan persyarafan.

9
Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di
dalam perawatan, khususnya dalam managemen penyakit kronis. Hal ini juga
mendorong perawat menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan
dukungan secara online.

Pedoman praktek lainnya yang menggunakan telenursing adalah :


1. Menyampaikan informasi penting klien seperti data elektrokardiogram,
CT Scan, foto rontgen, dsb.
2. Menggunakan video, komputer untuk memantau kondisi kesehatan klien.
3. Memantau status kesehatan klien di rumah sakit atau rumah misal,
tekanan darah, nadi pernafasan, suhu dan sebagainya.
4. Membantu wisatawan untuk mendapatkan perawatan kesehatan di tempat
tujuan mereka.
5. Membantu operasi klien dari jarak jauh.
6. Menggunakan video konference untuk menyediakan sesi pendidikan
keperawatan berkelanjutan.
7. Mengembangkan website untuk memberikan informasi kesehatan dan
waktu konseling.

F. Dilema Telenursing di Indonesia dilihat dari legalitas


Legalitas Dapat didefinisikan sebagai otonomi profesi keperawatan
atau institusi keperawatan yang mempunyai tanggung jawab dalam
pelaksanaan telenursing.
Di beberapa negara, perawat yang melakukan telenursing harus
memiliki lisensi guna menghindari malpraktek. Hal tersebut bertujuan untuk
melindungi warga negara dari praktek petugas kesehatan yang tidak
baik. ANA (American Nursing Association) menerbitkan 3 pedoman
telehealth untuk standar legalitas dalam melakukan telenursing. Pedoman
tersebut adalah Prinsip Dasar Telehealth yang diterbitkan pada tahun 1998,
Kompetensi Telehealth yang diterbitkan pada tahun 1999 dan
Mengembangkan Protokol Telehealth yang diterbitkan pada tahun 2001.

10
Berbeda halnya dengan di Indonesia, masih sangat sedikit pelayanan
keperawatan yang menggunakannya. Hal ini disebabkan oleh belum
tersedianya infrastruktur yang memadai, masih terbatasnya SDM perawat
yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang Telenursing
termasuk institusi pelayanan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan penerapan telenursing dalam memberikan pelayanan keperawatan
akan meningkatkan kepuasan klien dan peningkatan parstisipasi aktif
keluarga. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka
diperlukan kebijakan umum dari pemerintah untuk mengatur praktek,
SOP/standar operasional prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan,
kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.

B. Saran
Mengembangkan sistem informasi keperawatan membutuhkan banyak
persiapan. Selain infrastrukturnya, SDM perawatnya juga haus disiapkan.
Kompetensi, kualifikasi dan keterampilan yang harus dimiliki perawat dalam
praktek telenursing adalah kompetensi klinis, keterampilan penilaian dalam
area praktek keperawatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Carol. R. (2007). Telephone Triage : Timely Tips. Viewpoint September/October.


2009. www.AAACN.ORG. Diunduh tanggal 23 Oktober 2010

College of Registered Nurses of Nova Scotia.(2008).Telenursing Practice


Guidelines. 7071 Bayers Road, Suite 4005 Halifax, Nova Scotia B3L 2C2.
(Ebscho) database. Diunduh tanggal 23 Oktober 2018

Elenor.K. (2008). Telenurses’ Understanding of Work : Detective or Educator?.


The Authors Journal Compilation @ 2008 Blackwell Publishing L.td.
Journal of Advanced Nursing. (Ebscho) database. Diunduh tanggal 23
Oktober 2010

Ernesa Annica. et.al.(2007).“Telenurses’ Experiences of Working with


Computerized Decision Support: Supporting, Inhibiting and Quality
Improving”.The Authors. Journal Compilation. Blackwell Publishing Ltd.
Journal Of Advanced Nursing. (Ebscho) database. Diunduh tanggal 23
Oktober 2010.

https://en.wikipedia.org/wiki/Telenursing diakses tanggal 30 Maret 2018

International Council of Nurses. (2009). Telenursing. Switzerland : International


Council of Nurses.diakses dari http://nrainun.blogspot.co.id. Diakses
tanggal 30 Maret 2018

Murdiyanti PP, Dewi. 2012. Studi Analisis Penerapan Telenursing Sebagai Salah
Satu Cara Menyediakan Pelayanan Keperawatan Dalam Era Tekhnologi
Informasi. : Universitas Indonesia

Maulana, Irfan. 2011. Telenursing Sebagai Trend Isu Pelayanan Keperawatan


Indonesia Di Tahun 2020: Universitas Indonesia

Sabarguna.B & Safrizal.H.(2007). Master Plan : Sistem Informasi Kesehatan.


Konsorsium Rumah sakit Islam Jateng-DIY.

Sabarguna.B & Sungkar.A.(2007). Sistem Informasi Medis. Penerbit Universitas


Indonesia (UI-PRESS).

13

You might also like