Professional Documents
Culture Documents
P15. KD 3.5 Respon Bangsa Indonesia THDP
P15. KD 3.5 Respon Bangsa Indonesia THDP
(RPP)
A. Kompetensi Inti
K.3 K.4
Memahami, menerapkan, dan menganalisis Mengolah, menalar, dan menyaji
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan dalam ranah konkret dan ranah
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya abstrak terkait dengan
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, pengembangan dari yang
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, dipelajarinya di sekolah secara
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait mandiri, bertindak secara efektif
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan dan kreatif, serta mampu
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang menggunakan metode sesuai kaidah
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk keilmuan
memecahkan masalah
C. Tujuan Pembelajaran :
D. Materi Pembelajaran:
Kependuduan bangsa Jepang di Indonesia
Peran rakyat Indonesia dalam organisasi-organisasi bentukan Jepang
pemberontakan rakyat Indonesia pada masa kependudukan Jepang
Dampak (Sosial, Politik, Ekonomi, Birokrasi, Militer, Budaya) kependudukan
Jepang di Indonesia
NilaiKarakter yang diharapkan : Kepemimpinan dan kerja sama
E. Metode Pembelajaran:
Model Pembelajaran : Debat
Metode pembelajaran : Diskusi, Argumentasi, Tanggapan, tanya jawab, kuis,
kelompok penugasan.
Media:
1. Power Point
2. Gambar
3. Buku yang relevan
4. Internet
Alat:
5. Laptop
6. LCD projector
7. Hp
G. Sumber Belajar
1. Badrika, I Wayan. 2005. Sejarah Nasional Indonesia dan Umum SMA Jilid 1.
Jakarta: Erlangga
2. Tim kreatif sejarah. Buku Sejarah SMA/MA Kelas XI. Jakarta; Bumi Aksara
3. Gottschalk, Louis diterjemahkan Nugroho Notosusanto. 1986. Mengerti
Sejarah. Jakarta: UI Press
4. Onghokham. 1987. Runtuhnya Hindia Belanda. Jakarta; PT.Gramedia
5. De Jong, Dr. 1985. Kependudukan Jepang di Indonesia. Jakarta; kasiant Blanc
6. Hugiono,dkk.1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Bina Aksara.
A. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Abstraksi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Pendahuluan Menyiapkan peserta didik secara psikis fisik
untuk mengikuti proses pembelajaran.
Doa bersama bersyukur atas kesehatan dan
kehidupan yang sempurna.
Untuk menarik perhatian peserta didik, guru
bersama peserta didik melakukan bebarapa
gerakan peregangan.
Guru melakukan refleksi untuk pembahasan
sebelumnya, dan mengkaitkan topik tersebut
dengan topik yang akan dibahas.
Sebelum menyampaikan topik pembelajaran
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai
Menyampaikan lingkup dan tehnik penilaian
yang akan digunakan 15 menit
Guru menyampaikan metode dan model
pembelajaran yaitu model pembelajaran Debat.
Guru telah membagi siswa kedalam dua
kelompok besar yaitu kelompok Pro dan
Kontra
Guru mengintruksikan kepada peserta didik
untuk duduk kedalam kelompok besar dan
sekaligus memberikan arahan untuk masing-
masing individu harus mengemukakan
pendapatnya.
Jalannya debat akan dilakukan oleh guru
sebagai moderator sekaligus pengamat debat.
Menanya
Peserta didik diberikan kesempatan
untuk bertanya jika ada yang perlu
ditanyakan mengenai gambaran umum
kependudukan Jepang di Indonesia.
Mengumpulkan dan identifikasi
Didalam kelompok guru
memberikan waktu 10 menit untuk
mengumpulkan dan mengidentifikasikan
data yang berkaitan dengan pembahasan
debat
Mengkomunikasikan
Kesimpulan
Evaluasi
Kisi-kisi Soal
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/ Semester : X/1
Bentuk Soal : Uraian
No.
Tujuan penilaian Kisi-kisi soal evaluasi
Soal
5. Menjelaskan peran Peran rakyat Indonesia dalam salah 1
rakyat Indonesia dalam satu organisasi bentukan Jepang.
salah satu organisasi Bentuk pemberontakan terhadap 2
bentukan Jepang. pendudukan Jepang.
6. Menganalisis Dampak pendudukan Jepang di 3
minimal 2 bentuk Indonesia.
pemberontakan terhadap
pendudukan Jepang.
7. Menganalisis
minimal 3 dampak
pendudukan Jepang di
Indonesia.
8. Membuat artikel
tentang respon bangsa
Indonesia terhadap
pendudukan Jepang
minimal 250 kata dan
menyajikannya dalam
bentuk file dokumen
N ilai p erole h a n
N ilai maksimal
No Soal Skor
1 15
2 15
3 20
Skor maksimal = 50
Soal kognitif
1. Jelaskanlah salah satu peran rakyat Indonesia dalam salah satu organisasi
bentukan Jepang!
2. Jelaskan bentuk pemberontakan terhadap pendudukan Jepang. Minimal 2
bentuk pemberontakan!
3. Jelaskanlah minimal 3 dampak (Sosial, Politik, Ekonomi, Birokrasi, Militer,
Budaya) pendudukan Jepang di Indonesia!
Jawaban:
1. Pusat Tenaga Rakyat atau Putera adalah organisasi yang dibentuk pemerintah
Jepang di Indonesia pada 16 April 1943 dan dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu
Ir.Soekarno M.Hatta, Ki Hajar Dewantoro dan K.H Mas Mansyur.. Tujuan
didirikannya Putera oleh Jepang adalah untuk mempersatukan rakyat Jawa dalam
menghadapi serangan Sekutu. Namun, oleh para pemimpin Indonesia, Putera justru
digunakan untuk memelihara perjuangan bagi terwujudnya Indonesia merdeka. Para
pemimpin Putera sering melakukan rapat-rapat raksasa untuk senantiasa melatih
semangat rakyat Indonesia.
(jawaban betul, jika peserta didik telah mempu menjelaskan salah satu peran rakyat
indonesia dalam organisasi bentukan jepang)
2. Perlawanan di Jawa Barat
Pada bulan April 1944 rakyat di desa Kaplongan, kabupaten Indramayu bangkit
melawan Jepang sebagai akibat dari tindakan tentara Jepang yang melakukan
perampasan padi dan bahan makanan lain secara paksa. Di Kabupaten yang sama
tepatnya di desa Cidempet pada tanggal 30 Juli 1944 terjadi juga perlawan rakyat
dengan penyebab yang sama juga, yaitu kelaliman alat-alat pemerintahan pendudukan
Jepang.
Perlawanan di Aceh
Pada bulan November 1942 di daerah Cot Plieng, Lhoek Seumawe terjadi perlawanan
rakyat menentang pasukan Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil.
Pada saat melaksanakan ibadah sholat Tengku Abdul Jalil dan para pengikutnya
dibunuh oleh pasukan Jepang.
(jawaban betul, jika peserta didik telah mempu menjelaskan minimal dua bentuk
perlawanan rakyat indonesia terhadap jepang)
3. a. Bidang sosial
Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independent dan pengawasan
berada di bawah pengawasan Jepang.
Terjadinya kondisi yang parah dan maraknya tindak kriminal seperti
perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.
b. Bidang politik
Sejak awal pemerintahannya, Jepang melarang bangsa Indonesia berserikat dan
berkumpul. Oleh karena itu, Jepang membubarkan organisasi-organisasi
pergerakan nasional yang dibentuk pada mas Hindia Belanda, kecuali MIAN.
MIAI kemudian dibubarkan dan digantikan dengan Masyumi. Para tokoh
pergerakan nasional pada masa pendudukan Jepang mengambil sikap kooperatif.
Dengan sikap ini, meraka banyak yang duduk dalam badan-badan yang dibentuk
oleh pemerintah Jepang, seperti Gerakan 3 A, Putera, dan Cuo Sangi In. Selain
itu, para tokoh pergerakan nasional juga memanfaatkan kesatuan-kesatuan
pertahanan yang dibentuk oleh Jepang, seperti Jawa Hokokai, Heiho, Peta, dan
sebagainya.
Kebijaksanaan pemerintah Jepang tersebut bertujuan untuk menarik simpati dan
mengerahkan rakyat Indonesia untuk membantu Jepang dalam perang melawan
sekutu, namun kenyataannya dimanfaatkan oleh para tokoh pergerakan nasional,
sehingga banyak memberikan keuntungan bagi perjuangan bangsa Indonesia.
Dengan demikian, pemerintah jepang berhasil melakukan pengekangan terhadap
berbagi kegiatan pergerakan nasional, namun tidak berhasil mengekang
berkembangnya kesadaran nasional bangsa Indonesia menuju Indonesia
merdeka.
c. Bidang ekonomi
Jepang berusaha untuk mendapatkan dan menguasai sumber-sumber bahan
mentah untuk industri perang. Jepang membagi rencananya dalam dua tahap.
(jawaban betul, jika peserta didik telah mempu menjelaskan minimal tiga bentuk
dampak pendudukan Jepang terhadap Indonesia)
Tugas lanjutan:
1. Buatlah artikel tentang respon bangsa Indonesia minimal 250 kata dan
menyajikannya dalam bentuk portofolio!
PENILAIAN KETERAMPILAN KELOMPOK
DEBAT
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Tahun Pelajaran : 2017-2018
Kelas / Semester : X /I Waktu Pengamatan :
Skor 1-4
Aspek yang dinilai
Skor
NO Nama Peserta Didik Relevan
Kemampuan Etika dalam Bertanya/m Menyim Rata2
si
berkontribusi berbicara enjawab pulkan
argumen
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Keterangan :
Skor 1 : Kurang Baik
Skor 2 : Cukup Baik
Skor 3 : Baik
Skor 4 : Sangat Baik
Skor maksimal = 20
N ilai p erole h a n
Nilai akhir = x 100
N ilai maksimal
PENILAIAN KETERAMPILAN
PORTOFOLIO
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Tahun Pelajaran : 2017-2018
Kelas / Semester : X /I Waktu Pengamatan :
Skor 1-4
Aspek yang dinilai
Pengum Skor
NO Nama Peserta Didik Jumlah kata
Tata pulan Rata2
Kerapian Relevansi yang telah
bahasa tepat
ditentukan
waktu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Keterangan :
Skor 1 : Kurang Baik
Skor 2 : Cukup Baik
Skor 3 : Baik
Skor 4 : Sangat Baik
Skor maksimal = 20
N ilai p erole h a n
Nilai akhir = x 100
N ilai maksimal
Skor maksimal = 40
N ilai p erole h a n
Nilai akhir = x 100
N ilai maksimal
Mengerjakan/mengumpu
lkan tugas sesuai dengan waktu
yang ditentukan (bertanggung
jawab)
Total
Keterangan:
Skor 1 : Kurang Baik
Skor 2 : Cukup Baik
Skor 3 : Baik
Skor 4 : Sangat Baik
Instrumen Penilaian sikap gotong royong
Kerja sama adlaah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan
saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas
Memusatkan perhatian
pada tujuan kelompok
Tidak mendahulukan
kepentingan pribadi
Dapat menerima
perbedaan dengan baik (tidak
emosinal)
Kesediaan melakukan
tugas sesuai kesepakatan
Total
Keterangan:
Skor 1 : Kurang Baik
Skor 2 : Cukup Baik
Skor 3 : Baik
Skor 4 : Sangat Baik
RESPON RAKYAT INDONESIA TERHADAP
PENDUDUKAN JEPANG
Langkah awal yang dilakukan Jepang untuk dapat mengerahkan Rakyat Indonesia
adalah dengan mencoba mencari simpati rakyat membentuk “Gerakan Tiga A” (Nippon
Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia). Sayang sekali
gerakan Tiga A ini, tidak dapat bertahan lama karena tidak mendapat simpati rakyat.
Rakyat justru merasakan kondisi gerakan Tiga A dengan kekuatan militer Jepang sangat
kejam, bahkan lebih kejam dari Belanda dan rakyat hanya dijadikan objek eksploitasi
kepentingan perang semata.
Kegagalan Gerakan Tiga A, membuat pemerintah Jepang mencari simpati Rakyat dalam
bentuk yang lain yaitu menawarkan kerjasama dengan para tokoh pemimpin Indonesia.
Oleh karena itu tokoh-tokoh pergerakan nasional seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta
dan Sutan Syahrir dibebaskan.
Tujuan Putera adalah untuk membujuk kaum Nasionalis sekuler dan intelektual untuk
mengabdikan pikiran dan tenaganya demi untuk kepentingan perang melawan Sekutu.
Mengapa Jepang berkeinginan mengajak tokoh nasionalis bergabung dalam Putera?
Dalam tempo singkat Putera dapat berkembang sampai ke daerah dengan anggotanya
adalah kumpulan organisasi profesi seperti, Persatuan Guru Indonesia, perkumpulan
pegawai pos, radio dan telegraf, perkumpulan Istri Indonesia, Barisan Banteng dan
Badan Perantara Pelajar Indonesia serta Ikatan Sport Indonesia.
Meskipun Putera merupakan organisasi pemerintah Jepang, namun hampir tidak ada
bantuan dana untuk kegiatan operasional organisasi tersebut, sehingga dana untuk
kegiatannya harus mencari sendiri tanpa mengharap banyak dari pemerintah. Dengan
segala kekurangannya, Putera dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para tokoh
pemimpin Indonesia untuk mempersiapkan mental guna menyongsong kemerdekaan
dengan cara memonitor perkembangan kondisi dunia, memanfaatkan media massa, surat
kabar dan radio untuk berkomunikasi dengan rakyat secara leluasa.
Selain itu juga ada organisasi PETA (Pembela Tanah Air) adalah organisasi militer yang
dibentuk Jepang dengan tujuan menambah kesatuan tentara guna memperkuat organisasi
sebelumnya, yaitu Heiho. Walaupun Jepang semakin terdesak karena perang melawan
Sekutu, Jepang tetap berusaha mempertahankan Indonesia dari serangan sekutu. Karena
Heiho dipandang belum memadai, maka dibentuklah suatu organisasi militer yang
dinamai PETA (Pembela Tanah Air).
PETA didirikan secara resmi pada tanggal 3 Oktober 1943 atas usulan dari Gatot
Mangkupraja kepada Letnan Jenderal Kumakici Harada (Panglima Tentara Jepang ke-
16). Pembentukan PETA ini didasarkan pada peraturan pemerintah Jepang yang disebut
dengan Osamu Seinendan nomor 44. Banyak pemuda-pemuda yang tergabung dalam
Seinendan mendaftarkan diri menjadi anggota PETA. Anggota PETA yang bergabung
berasal dari berbagai elemen masyarakat. Karena kedudukannya yang bebas (fleksibel)
dalam struktur organisasi Jepang, PETA diperbolehkan untuk melakukan perpangkatan
sehingga ada orang Indonesia yang menjadi seorang perwira.
Hal ini menyebabkan masyarakat tertarik pada organisasi ini dan kemudian bergabung
menjadi anggota PETA. Hingga akhir masa pendudukan Jepang di Indonesia, jumlah
anggota PETA berkisar 37.000 orang di Jawa dan 20.000 orang di Sumatera. Di
Sumatera, organisasi ini lebih dikenal dengan Giyugun (prajurit sukarela). Orang-orang
PETA ini menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas dari Indonesia, terutama
di bidang kemiliteran. Pada masa-masa selanjutnya, para pemimpin tersebut mampu
membawa perubahan terhadap kondisi tanah air Indonesia.
1. Perlawanan di Sukamanah
a. Bidang sosial
Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independent dan pengawasan
berada di bawah pengawasan Jepang.
d. Bidang politik
Sejak awal pemerintahannya, Jepang melarang bangsa Indonesia berserikat dan
berkumpul. Oleh karena itu, Jepang membubarkan organisasi-organisasi pergerakan
nasional yang dibentuk pada mas Hindia Belanda, kecuali MIAN. MIAI kemudian
dibubarkan dan digantikan dengan Masyumi. Para tokoh pergerakan nasional pada
masa pendudukan Jepang mengambil sikap kooperatif. Dengan sikap ini, meraka
banyak yang duduk dalam badan-badan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang,
seperti Gerakan 3 A, Putera, dan Cuo Sangi In. Selain itu, para tokoh pergerakan
nasional juga memanfaatkan kesatuan-kesatuan pertahanan yang dibentuk oleh
Jepang, seperti Jawa Hokokai, Heiho, Peta, dan sebagainya.
Kebijaksanaan pemerintah Jepang tersebut bertujuan untuk menarik simpati dan
mengerahkan rakyat Indonesia untuk membantu Jepang dalam perang melawan
sekutu, namun kenyataannya dimanfaatkan oleh para tokoh pergerakan nasional,
sehingga banyak memberikan keuntungan bagi perjuangan bangsa Indonesia. Dengan
demikian, pemerintah jepang berhasil melakukan pengekangan terhadap berbagi
kegiatan pergerakan nasional, namun tidak berhasil mengekang berkembangnya
kesadaran nasional bangsa Indonesia menuju Indonesia merdeka.
e. Bidang ekonomi
Jepang berusaha untuk mendapatkan dan menguasai sumber-sumber bahan mentah
untuk industri perang. Jepang membagi rencananya dalam dua tahap.
f. Bidang Birokrasi
Pada pertengahan tahun 1943, kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik mulai
terdesak, maka Jepang memberi kesempatan kepada bangsa Indonesia untuk turut
mengambil bagian dalam pememerintahan negara. Untuk itu pada tanggal 5 September
1943, Jepang membentuk Badan Pertimbangan Karesidenan (Syi Sangi In). Banyak orang
Indonesia yang menduduki jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan, seperti Prof. Dr.
Husein Jayadiningrat sebagai Kepada Departemen Urusan Agama (1 Oktober 1943) dan
pada tanggal 10 November 1943 Sutardjo Kartohadikusumo dan R.M.T.A Surio masing-
masing diangkat menjadi Kepala Pemerintahan (Syikocan) di Jakarta dan Banjarnegara.
g. Bidang Militer
Awal 1943, keadaan Perang Pasifik mulai berubah, Ekspansi tentara Jepang
berhasil dihentikan Sekutu dan Jepang beralih dikap bertahan. Kerana sudah
kehabisan tenaga manusia, Jepang menyadari bahwa mereka memerlukan dukungan
dari penduduk masing-masing daerah yang diduduki, Pemerintah militer Jepang mulai
memikirkan pengerahan pemuda-pemudi Indonesia guna membantu perang melawan
sekutu. Jepang lalu membentuk kesatuan-kesatuan pertahanan sebagai tempat
penggembleng pemuda-pemudi Indonesia di bidang kemiliteran. Pemuda yang
tergabung dalam berbagai kesatuan pertahanan menjadi menjadi pemuda-pemuda
yang terdidik dan terlatih dalam kemiliteran. Dalam perjuangan untuk merebut
kemerdekaan dan perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di kemudian
hari, pelatih militer ini akan sangat berguna.
e. Bidang Kebudayaan
Pada masa Jepang, bidang pendidikan dan kebudayaan diperhatikan dan bahasa
Indonesia mulai di pergunakan. Bahasa Indonesia dijadikan sebagai pelajaran utama,
sedangkan bahasa Jepang dijadikan sebagai bahasa wajib. Dengan semakin meluasnya
penggunaan bahasa Indonesia, komunikasi antarsuku di Indonesia semakin intensif yang pada
akhirnya semakin merekatkan keinginan untuk merdeka. Pada tanggal 1 April 1943 dibangun
pusat kebudayaan di Jakarta, yang bernama "Keimin Bunka Shidoso".