Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

ACNE VULGARIS

Disusun Oleh :

Ilham Khudriansyah Putra


Arif Tri Widodo
Aprillia Trisnawatik
Ecco Totok

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2017
A. PENGERTIAN
Akne vulgaris ( jerawat ) penyakit kulit akibat perdangan kronik folikel pilosebasea yang umunya
terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papula, pustul, nodus, dan kista pada
tempat predileksinya.
B. ETIOLOGI

Etiologi (penyebab) pasti dari jerawat ini belum diketahui tetapi banyak faktor yang berpengaruh
yaitu :
 Sebum
Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne, akne biasanya mulai timbul pada waktu
kelenjar sebasea membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak. Terdapat korelasi anata akne yang
dihasilkan dengan produksi sebum.
 Bakteria
Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebacterium acnes, Staphylococcus
epidermidis dan pityrosporum ovale, dari ketiga yang paling berpengaruh adalah C. Acnes.
 Herediter
Faktor herediter sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar glandula sebacea. Apabila
kedua orang tua mempunyai parut bekas acne kemungkinan besar anaknya akan menderita acne.
 Hormon
Hormon androgen memegang peranan penting karena glandula sebacea sangat sensitif terhadap
hormon ini. Hormon androgen berasal dari testes dan kelenjar anak ginjal (adrenal). Hormob ini
menyebabkan kelenjar sebacea bertambah besar dan produksi sebum meningkat, hormon lain yang
berperan yaitu progesteron, dan hormon dari kelenjar hipofisis.
 Diet
Pada penderita yang banyak makan karbohidrat dan zat lemak tak dapat dipastikan akan terjadi
perubahan pada pengeluaran sebum atau komposisinya karena kelenjar lemak bukan alat pengeluaran
untuk lemak yang dikonsumsi.
 Iklim
biasanya akne akan bertambah hebat pada musim dingin, dan membaik pada musim panas. Sinar uv
mempunyai efek membunuh bakteri pada permukaan kulit, selain itu sinar ini juga dapat menembus
epidermis bagian bawah dan bagianatas dermis sehingga berpengaruh pada bakteri yang berada di bagian
dalam kelenjar sebacea.
 Psikis
Pada beberapa penderita, stress dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi akne,
mekanisme yang pasti belumdiketahui. Kecemasan penderita menyebabkan penderita memanipulasi akne
secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi beradang yang baru.
 Kosmetika
Pemakaian bahan kosmetika tertentu secara terus-menerus dalam waktu lama dapat menyebabkan
suatu bentuk akne ringan yang terutama terdiri dari komedo tertutup dengan beberapa lesi papulopustular
pada pipi dan dagu. Bahan yang sering menyebabkan akne terdapat dalam beberapa krem muka sepert
bedak dasar, pelembab, sunscreen, krem malam yang mengandung bahan seperti lanolin, petrolatum,
minyak tumbuhan, dan bahan kimia murni.
 Bahan-bahan kimia
Beberapa macam bahan kimia dapat menyebabkan erupsi yang mirip dengan akne seperti iodida,
kortikosteroid, INH, obat antikonvulsan, tetrasiklin, dan vitamin B12Akne vulgaris adalah peradangan
kronik folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada daerah-
daerah predileksi seperti muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior dada dan punggung.

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis akne dapat berupa lesi non inflamasi (komedo terbuka dan komedo tertutup),
lesi inflamasi (papul dan pustul) dan lesi inflamasi dalam (nodul)

1. Komedo

Komedo adalah tanda awal dari akne. Sering muncul 1-2 tahun sebelum pubertas.9 Komedogenic
adalah proses deskuamasi korneosit folikel dalam duktus folikel sebasea mengakibatkan terbentuknya
mikrokomedo (mikroskopik komedo) yang merupakan inti dari patogenesis akne.

a) Komedo terbuka

Disebut juga blackhead secara klinis dijumpai lesi berwarna hitam berdiameter 0,1-3mm, biasanya
berkembang waktu beberapa minggu. Puncak komedo berwarna hitam disebabkan permukaan lemaknya
mengalami oksidasi dan akibat pengaruh melamin
b) Komedo tertutup

Disebut juga whitehead secara klinis dijumpai lesinya kecil dan jelas berdiameter 0,1-3mm, komedo
jenis inidisebabkan oleh sel-sel kulit mati dan kelenjar minyak yang berlebihan pada kulit

2. Jerawat biasa

Jerawat jenis ini mudah dikenal, tonjolan kecil berwarna pink atau kemerahan. Terjadi karena
terinfeksi dengan bakteri.

a. Papula

Penonjolan padat diatas permukaan kulit akibat reaksi radang, berbatas tegas dan berukuran diameter
<5mm.9,14Papul superfisial sembuh dalam 5-10 hari dengan sedikit jaringan parut tetapi dapat terjadi
hiperpigmentasi pasca inflamasi terutama remaja dengan kulit yang berwarna gelap.

b. Pustula

Pustul akne vulgaris merupakan papul dengan puncak berupa pus.9 Letak pustula bisa dalam ataupun
superfisial. Pustula lebih jarang dijumpai dibandingkan papula dan pustula yang dalam sering dijumpai
pada akne vulgaris yang parah.

c. Nodul

Nodul pada akne vulgaris merupakan lesi radang dengan diameter 1 cm atau lebih, disertai dengan
nyeri.

3. Cystic Acne/jerawat Kista (jerawat batu)

Acne yang besar dengan tonjolan-tonjolan yang meradang hebat, berkumpul diseluruh muka.
Penonjolan diatas permukaan kulit berupa kantong yang berisi cairan serosa atau setengah padat atau
padat. Penderita ini biasanya juga memiliki keluarga dekat yang juga menderita akne yang serupa.

4. Parut

Jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis yang sudah hilang.12 Sering disebabkan lesi
nodulokistik yang mengalami peradangan yang besar.
D. PAHTWAY

Diet, hygine dan lingkungan

Stimulasi kelenjar sebasea

Kelenjar sebasea membesar

Sekresi sebum

Sebum mencapai folikel


rambut

Masuk ke permukaan kulit

Duktus pilosebaseus
tersumbat

TERBENTUK ACNE

Inflamasi di dalam jaringan Sebum bergabung dengan Penipisan dinding folikuler


kulit keratin

Terbentuk pustul
Terbentuk papul Terbentuk whitehead comedo

Pustul pecah
Whitehead comedo
teroksidasi
Isi folikuler pecah dan
mengiritasi dermis
Terbentuk blackhead comedo

Terbentuk nodul
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Penegakan diagnosis acne vulgaris berdasarkan diagnosis klinis:
Pada pasien wanita dengan nyeri haid (dysmenorrhea) atau hirsutisme, evaluasi
hormonal sebaiknya dipertimbangkan. Pasien dengan virilization haruslah diukur kadar
testosteron totalnya.
Banyak ahli juga mengukur kadar free testosterone, DHEA-S, luteinizing hormone
(LH), dan kadar follicle-stimulating hormone (FSH).
Kultur lesi kulit untuk me-rule out gram-negative folliculitis amat diperlukan ketika tidak
ada respon terhadap terapi atau saat perbaikan tidak tercapai.
2. Pemeriksaan Histopatologis
Microcomedo dicirikan oleh adanya folikel berdilatasi dengan a plug of loosely
arranged keratin. Seiring kemajuan (progression) penyakit, pembukaan folikular menjadi
dilatasi dan menghasilkan suatu komedo terbuka (open comedo). Dinding follicular tipis
dan dapat robek (rupture). Peradangan dan bakteri terlihat jelas, dengan atau tanpa
follicular rupture. Follicular rupture disertai reaksi badan asing (a foreign body
reaction). Peradangan padat (dense inflammation) menuju dan melalui dermis dapat
berhubungan dengan fibrosis dan jaringan parut (scarring).
F. PENATALAKSANAAN
akne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah terjadinya erupsi (preventif) dan
usaha untuk menghilangkan akne yang terjadi (kuratif).
Pencegahan
NON FARMAKOLOGI
1. Menghindari peningkatan jumlah sebum dan perubahan isi sebum(Diet rendah
lemak dan karbohidrat.)
2. Menghindari faktor pemicu terjadinya akne (Penggunaan kosmetika secukupnya)
3. Menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalkan minuman keras, rokok,polusi
debu,lingkungan yang tidak sehat dan sebagainya
4. Hindari penusukan,pemencetan lesi, mencongkel dan sebagainya karena dapat
menyebabkan infeksi, menimbulkan bekas, memperparah akne dan bahkan
membuat kesembuhan lebih lama.
FARMAKOLOGI
1. Pengobatan topikal
Dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan dan
mempercepat penyembuhan lesi.
 Bahan iritan yang dapat melupas kulit (peeling), misalnya sulfur (48%), resorsinol
(1-5%), asam salisilat (2-5%), peroksida benzoil (2,5-10%).
 Antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel,
misalnya oksi tetrasiklin (1%), eritromisin (1%).
 Anti peradangan topikal, salep atau krim kortikosteroid kekuatan ringan atau
sedang (hidrokortison 1-2,5%).
 Lainnya, misalnya etil laktat 10% untuk menghambat pertumbuhan jasad renik

2. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktivitas jasad renik, dapat juga
mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum dan mempengaruhi keseimbangan
hormonal.
 Anti bakteri sistemik : tetrasiklin (250mg-1 g/hari), eritromisin (4x250 mg/ hari),
doksisiklin(50mg/hari)
 Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif
menduduki reseptor organ target dikelenjar sebasea misalnya estrogen (50mg/hari
selama 21 hari dalam sebulan) atau antiandrogen siproteron asetat (2mg/hari).
 Vitamin A dan retinoid oral.
 Obat lainnya, misalnya antiinflamasi non steroid ibuprofen (600mg/hari),dapson
(2 x100mg/hari),seng sulfat (2x200 mg/hari)

You might also like