MP Pagar

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

METODE PELAKSANAAN

PEMBANGUNAN PAGAR PRODI FAK-FAK (TAHAP I)


TAHUN ANGGARAN 2018

Kegiatan Pembangunan Pagar Prodi Fak-Fak (Tahap I) Tahun Anggaran 2018 yaitu
dengan lingkup pekerjaan sebagai berikut:

I. PEKERJAAN PENDAHULUAN

1. Dokumentasi, Pelaporan, Shop Drawing dan As Built Drawing

2. Pembuatan Papan Nama Proyek

3. Pembuatan Direksi Keet dan Gudang Kerja

4. Air Kerja dan Penerangan

5. Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank

6. Pembongkaran Pagar Lama (Existing) Tahap I

II. PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI

1. Pek. Galian Tanah

2. Pek. Urugan Tanah Kembali

3. Pek. Urugan Pasir

4. Pek. Pasangan Batu Kali/Belah

5. Pek. Dinding Pasangan Batu Bata Ringan (Hebel)

III. PEKERJAAN BETON DAN PEMBESIAN

IV. PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN

V. PEKERJAAN LAPIS LANTAI DAN DINDING KERAMIK

VI. PEKERJAAN STAINLESS STEEL DAN PENUTUP BESI BAK KONTROL

VII. PEKERJAAN PENGECATAN

VIII. PEKERJAAN LISTRIK

IX. PEKERJAAN LAIN-LAIN


I. PEKERJAAN PENDAHULUAN

1. Dokumentasi, Pelaporan, Shop Drawing dan As Built Drawing

1.1. Dokumentasi
Dokumentasi akan diambil mulai dari awal pekerjaan (Kondisi 0%) sampai
pekerjaan selesai (kondisi 100%). dimana pada setiap item pekerjaan akan
diambil Dokumentasinya sebagai bukti telah dilaksanakan item-item pekerjaan
tersebut.
1.2. Pelaporan
Pelaporan Kemajuan Progress Pekerjaan dibuat dalam bentuk Laporan Harian,
Mingguan dan Bulanan. Informasi yang terdapat pada Laporan Harian antara
lain Pekerjaan yang dilaksanakan, Jenis dan Jumlah Tenaga Kerja dan Material
Masuk/Keluar, Cuaca per jam dan lain-lain. Sedangkan Laporan Mingguan dan
Bulanan memuat Progress Pekerjaan yang telah dicapai.
1.3. Shop dan As Built Drawing
Gambar Shop dan As Built Drawing dibuat dan segala biaya pembuatannya
ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana.

2. Pembuatan Papan Nama Proyek

Penyedia Jasa berkewajiban untuk membuat papan nama proyek. Bentuk tulisan
dan redaksi serta penempatannya akan ditentukan oleh Direksi Teknik. Isi tulisan
minimal menyebutkan: Nama Pekerjaan, Kontraktor Pelaksana, Konsultan
Perencana, Konsultan Supervisi, Nilai Paket Pekerjaan dan Informasi lainnya.

3. Pembuatan Direksi Keet dan Gudang Kerja

3.1. Penyiapan Bahan dan Peralatan.


Mobilisasi Bahan dan Peralatan Ke lokasi Kerja.
3.2. Pembuatan Tiang Kayu dan Rangka serta Penutup Dinding.
Sebelum Pembuatan Tiang kayu Direksi Keet dan Gudang Bahan dilaksanakan
sebelumnya dilakukan penggalian tanah untuk tiang-tiang tersebut. Setelah itu
tiang kayu tersebut ditanam kemudian dibuat balok-balok untuk dinding atau
sekatan sesuai ukuran dari Penutup dinding tersebut serta Ukuran Jendela dan
Pintu. penutup dinding yang digunakan adalah Tripleks 3mm atau papan Kayu
kelas II/III.
3.3. Pembuatan Rangka atap, Gording dan Pemasangan Penutup Atap.
Setelah Tiang, Rangka serta Penutup Dinding selesai dikerjakan di lanjutkan
dengan Pembuatan Rangka Atap dan Gording yang menggunakan Material
Kayu, dimana Jarak Gording disesuaikan dengan Ukuran Penutup Atap yang
digunakan. Penutup atap yang digunakan adalah Seng Gelombang ukuran 6 ft.
3.4. Pembuatan Pintu dan Jendela.
Jumlah serta ukuran Pintu dan Jendela yang akan dibuat disesuaikan dengan
keperluan. Pintu dan Jendela dibuat dengan Bahan Papan Kayu ukuran 2x25.

4. Air Kerja dan Penerangan

4.1 Air Kerja


- Survey dan penentuan Sumber air Terdekat

- Pemasangan Pompa Air, Slang dan Tangki Air pada titik terdekat pada
pekerjaan yang akan dilaksanakan

4.2 Listrik
- Pemasangan Genset dan Instalasi Listrik
- Pemasangan Titik Lampu pada titik Barak Kerja dan lokasi terdekat pada
pekerjaan yang akan dilaksanakan

5. Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank

Catatan Pengukuran harus mencakup semua pengukuran lapangan. Catatan


lapangan yang terpisah harus dibuat untuk setiap katagori berikut :
a. Pemeriksaan melintang.
b. Ketinggian patok.
c. Lokasi pengukuran.
d. Konstruksi pengukuran.
e. Potongan melintang.

Seluruh patok serta titik referensi lainnya yang akan digunakan dalam
pengukuran harus sudah diketahui koordinatnya sebelum pengukuran dimulai.
Sketsa harus disiapkan untuk setiap patok pemeriksaan dan titik acuan yang
menunjukkan jarak dan azimut ke setiap titik acuan. Profil dan bidikan elevasi
topografi harus dicatat dalam buku lapangan. Setelah didapat Titik pengukuran yang
digunakan sebagai acuan maka dilanjutkan dengan Pemasangan Bowplank yang
juga meruapakan acuan dalam pembuatan pondasi dan lain-lain.

6. Pembongkaran Pagar Lama (Existing) (Tahap I)

Pembongkaran Pagar Lama (Existing) dilakukan dengan cara Mekanik dan


Manual. Cara Mekanik dilakukan dengan menggunakan Alat berat misalnya Mini
Excavator atau Alat Berat lainnya sesuai persetujuan Direksi Teknik/Pemberi Kerja.
Hasil/Bekas/Puing Pembongkaran Pagar Existing harus dibersihkan segera setelah
pembongkaran sehingga tidak menghambat kelancaran pelaksanaan Pekerjaan dan
mengganggu aktifitas disekitar lokasi. Pembersihan Lokasi dilakukan sebelum
memulai pekerjaan pemasangan Bouwplank. Hasil pembersihan lokasi harus
dibuang keluar lokasi pekerjaan sesuai instruksi direksi pekerjaan, kecuali
ditentukan lain.

II. PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI

1. Pek. Galian Tanah

a. Pekerjaan galian dianggap selesai bila dasar galian telah mencapai elevasi yang
ditentukan dalam Gambar Kerja atau telah disetujui Direksi Pekerjaan.
b. Semua bahan galian akan dikumpulkan pada tempat tertentu sehingga bila
dibutuhkan dan memenuhi ketentuan bahan galian tersebut dapat digunakan
untuk bahan urugan atau dibuang sesuai persetujuan Direksi Pekerjaan.

c. Bila terjadi kelebihan penggalian di luar garis batas dan elevasi yang ditentukan
dalam Gambar Kerja yang disebabkan karena adanya kesalahan, maka akan
diperbaiki daerah tersebut sesuai Gambar Kerja.

d. Penggalian dilakukan dengan cara sedemikian rupa agar tidak merusak patok-
patok pengukuran atau pekerjaan lain yang telah selesai.

2. Pek. Urugan Tanah Kembali

Setelah Pekerjaan Pasangan Batu Belah atau Pekerjaan pondasi lainnya telah
selesai dilaksanakan maka maka material tanah sisa galian akan di urug kembali
pada lubang-lubang bekas galian yang belum tertutup. Kelebihan sisa material galian
harus dibuang pada tempat yang ditentukan/disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

3. Pek. Urugan Pasir

a. Bahan urugan bebas dari bahan organik, gumpalan besar, kayu, bahan-bahan lain
yang mengganggu.
b. Semua bahan galian kecuali Pasir urug tidak dijinkan digunakan sebagai bahan
urugan kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
c. Jika Bahan urugan yang disimpan di dekat tempat kerja untuk waktu lebih dari 12
jam akan dilindungi dengan lembaran plastik agar tidak terjadi penyimpangan
pada bahan urugan yang telah disetujui tersebut.
d. Setiap lapisan bahan urugan, bila kering, akan dibasahi merata sampai tercapai
kadar air tertentu untuk mendapatkan kepadatan yang disyaratkan.
e. urugan akan dipadatkan sampai kepadatan yang sebanding dengan daerah
sekitarnya.

4. Pek. Pasangan Batu Kali / Belah

a. Adukan/Spesi.
1. Untuk Campuran 1 semen dan 4 pasir untuk semua pekerjaan adukan selain
tersebut di atas.
2. Bahan tambahan untuk menambah daya lekat dan meningkatkan kekedapan
terhadap air bila diperlukan akan digunakan dalam jumlah yang sesuai dengan
petunjuk penggunaan dari pabrik pembuat.
3. Semua bahan kecuali air dicampur dalam kotak pencampur atau alat
pencampur yang disetujui sampai diperoleh campuran yang merata, untuk
kemudian ditambahkan sejumlah air dan pencampuran dilanjutkan kembali.
4. Adukan harus dibuat dalam jumlah tertentu dan waktu pencampuran minimal
1 sampai 2 menit sebelum pengaplikasian. Adukan yang tidak digunakan
dalam jangka waktu 45 menit setelah pencampuran, Tidak digunakan lagi atau
dibuang.

b. Pemasangan Batu.
1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Batu Kali/Belah dibersihkan dari kotoran
dan dipasang menurut masing-masing ukuran dan ketinggian yang disyaratkan
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
2. Batu Kali/Belah yang dipasang mempunyai ukuran 20 -30 cm.
3. Komposisi campuran pasangan batu kali digunakan spesi yaitu 1 PC : 4 Pasir,
untuk mencampur dan mengaduk spesi digunakan alat cangkul atau sekop,
naat antara batu tidak kurang dari 1,00 cm dan tidak lebih dari 1,50 cm.
Bidang permukaan pasangan batu yang akan nampak dari luar harus dibuat
rata.
4. Bahan pasangan batu terdiri dari air, semen, pasir dan Batu Kali/Belah.
Adukan semen yang cukup diperlukan untuk campuran mortal sehingga batu-
batu tersebut menyatu menjadi solid dan tidak menurun secara tidak merata
ketika dibebani.

5. Pek. Dinding Pasangan Batu Bata Ringan (Hebel)

a. Pemasangan.
- Sebelum digunakan, Batu Hebel direndam dalam air menggunakan bak air/drum
hingga jenuh. Dinding harus dipasang dan didirikan menurut masing-masing
ukuran, ketebalan dan ketinggian yang disyaratkan seperti pada Gambar Kerja.
- Tidak memasang Batu Hebel yang patah dua melebihi dari 5% dan yang patah
lebih dari dua.
- Spesi/adukan semen dan pasir yang digunakan yaitu dengan komposisi 1 pc : 2
psr dan Komposisi 1 pc : 4 psr.
- Kolom bangunan yang akan berhubungan dengan pasangan Batu Hebel harus
diberi penguat/pengikat berupa stek-stek besi diameter 8mm setiap jarak
500mm, panjang 500mm dan dibengkokkan. Ujung yang satu ditanamkan ke
dalam kolom bangunan dan ujung lainnya yang panjangnya 250mm dibiarkan
menjorok untuk dimasukkan ke dalam pasangan batu bata tela.
- Pemasangan dinding Batu Hebel dilaksanakan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimal 24 lapis setiap hari, dan kemudian diikuti dengan pengecoran kolom.
- Tebal adukan pengikat tidak kurang dari 10mm dan adukan harus padat
sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan yang lurus/menerus dan rata.
- Setelah Batu Hebel terpasang dengan adukan, siar-siar dikerok rapih sedalam 10
mm dan dibersihkan dengan sapu lidi untuk kemudian disiram air.
- Sebelum diplester, pasangan Batu Tela harus dibasahi dengan air terlebih dahulu
sampai jenuh.

b. Perawatan dan Perlindungan.


- Pasangan Batu Hebel dibasahi terus menerus selama sedikitnya 7 (tujuh) hari
setelah didirikan.
- Pasangan Batu Hebel yang terkena udara terbuka, selama waktu-waktu hujan
lebat diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dari tembok.
- Siar atau celah antara dinding dengan bukaan dinding atau dinding dengan
peralatan, harus ditutup dengan bahan pengisi celah yang disetujui Direksi
Pekerjaan.
III. PEKERJAAN BETON DAN PEMBESIAN

a. Mutu Beton.
Beton yang dipergunakan harus mempunyai mutu karakteristik K 250 dan K
300, khusus untuk Mutu Beton K 300 digunakan untuk Plat Penutup Saluran dan
Beton Tumbuk Lantai Saluran/drainase.
Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus
dicampur dengan menggunakan Beton Molen, kecuali ada pertimbangan lain pada
bagian-bagian tertentu yang sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.

b. Mutu Baja Tulangan.


Mutu baja tulangan yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Mutu baja
tulangan Ø 8 mm s/d. Ø 12 mm. adalah BJTP 240 ( U-24 ) dengan kekuatan tarik
2080 Kg/Cm2.

c. Persyaratan bahan Beton.


- Semen.
a. Semua semen harus Semen Portland yang disesuaikan dengan persyaratan
dalam Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type1
atau standar Inggris BS 12. Semen tersebut harus Type Portland I.

b. Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah GRESIK, TIGA
RODA dan TONASA atau yang setara dan memenuhi persyaratan NI-8.
Pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat dan dipakai untuk seluruh
pekerjaan.

c. Pemeriksaan
Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang
pada setiap waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk
memberi bantuan yang dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk
pengambilan contoh-contoh tersebut. Semen yang tidak dapat diterima sesuai
pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas, harus tidak dipergunakan atau diafkir.
Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan tersebut telah dipergunakan
untuk beton, maka Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untuk
membongkar beton tersebut dan diganti dengan memakai semen yang telah
disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan semua semen-
semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya Kontraktor.

d. Tempat Penyimpanan
• Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk
semen, dan setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap
kelembaban udara. Tempat penyimpanan tersebut juga harus sedemikian
rupa agar memudahkan waktu pengambilan.
• Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dibuat dengan jarak minimal 30
cm. dari tanah, harus cukup besar untuk dapat memuat semen dalam jumlah
cukup besar sehingga kelambatan atau kemacetan dalam pekerjaan dapat
dicegah dan harus mempunyai ruang lantai yang cukup untuk menyimpan
tiap muatan truk semen secara terpisahpisah dan menyediakan jalan yang
mudah untuk mengambil contoh, menghitung zak-zak dan
memindahkannya. Semen dalam zak tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari
2 meter.
• Untuk mencegah semen didalam zak disimpan terlalu lama sesudah
penerimaan, Kontraktor hendaknya mempergunakan semen menurut urutan
kronologis yang diterima di tempat pekerjaan. Tiap kiriman semen harus
disimpan sedemikian rupa sehingga mudah dibedakan dari kiriman lainnya.
Semua zak kosong harus disimpan dengan rapi dan diberi tanda yang telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
• Kontraktor harus menyediakan penjaga yang cakap, untuk mengawasi
gudang-gudang semen dan mengadakan catatan-catatan yang cocok dari
penerimaan dan pemakaian semen seluruhnya.
• Tembusan dari catatan-catatan harus disediakan untuk Konsultan Pengawas
bila dikehendakinya, jumlah dari semen yang digunakan selama hari itu
ditiap bagian pekerjaan.

- Pasir dan kerikil


a. Kontraktor harus mengangkut, membongkar, mengerjakan dan menimbun
semua pasir dan kerikil. Segala cara yang dilaksanakan oleh Kontraktor untuk
pembongkaran, pemuatan, pengerjaan dan penimbunan pasir dan kerikil harus
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

b. Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapat


persetujuan dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus membersihkan bahkan
memperbaiki saluran buangan disemua tempat penimbunan dan harus
mengatur semua pekerjaan penimbunan pasir dan kerikil sedemikian rupa
sehingga timbulnya pemisahan dan pencampuran antara pasir dan kerikil akan
dapat dihindari dan bahan yang ditimbun tidak akan tercampur tanah atau
bahan lain pada waktu ada banjir atau air rembesan. Kontraktor diminta untuk
menanggung sendiri segala biaya untuk pengolahan kembali pasir dan kerikil
yang kotor karena timbunan yang tidak sempurna dan lalai dalam pencegahan
yang cukup. Pasir dan kerikil tidak boleh dipindah-pindah dari timbunan,
kecuali bila diperlukan untuk meratakan pengiriman berikutnya.

c. Pasir
• Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan ini adalah pasir alam
yaitu pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat
dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
• Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai
persetujuan dasar ( pokok ) untuk semua bahan yang diambil dari sumber
tersebut. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kualitas tiap jenis dari
semua bahan yang dipakai dalam pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan
pada Konsultan Pengawas sebagai bahan pemeriksaan pendahuluan dan
persetujuan, contoh yang cukup, seberat 15 kg. dari pasir alam yang
diusulkan untuk dipakai, sedikitnya 14 hari sebelum diperlukan.
• Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari semua tumbuh-tumbuhan dan
dari bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki. Segala macam tanah pasir
dan kerikil yang tidak dapat dipakai, harus disingkirkan. Timbunan harus
diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merugikan
kegunaan dari timbunan.
• Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan
lunak dari tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dari substansi yang
merusak, jumlah prosentase dari segala macam subsansi yang merugikan,
beratnya tidak boleh lebih dari 5% berat pasir.
• Pasir harus mempunyai “modulus kehalusan butir“ antara 2 sampai 32, atau
jika diselidiki dengan saringan standar harus sesuai dengan standar
Indonesia untuk beton atau dengan ketentuan sebagai berikut :
Saringan No. Persentase satuan timbangan tertinggal di saringan
4 0 - 15
8 6 - 15
16 10 - 25
30 10 - 30
50 15 - 35
100 12 - 20
PAN 3-7
Jika persentase satuan tertinggal dalam saringan no. 16 adalah 15% atau
kurang, maka batas maksimum untuk persentase satuan dalam saringan no.
8 dapat naik sampai 20%.

d. Agregat Kasar ( Kerikil )


• Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui. Ini dapat
berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.
• Kebersihan dan mutu
Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah
pecah, tipis atau yang berukuran panjang, bersih dari alkali, bahan-bahan
organis atau dari substansi yang merusak dalam jumlah yang merugikan.
Besarnya persentase dari semua substansi yang merusak tidak boleh
mencapai 3 (tiga) persen dari beratnya. Agregat kasar harus berbentuk baik,
keras, padat, kekal dan tidak berpori. Apabila kadar lumpur melampaui 1%,
maka agregat kasar harus dicuci.
• Gradasi
Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5
mm. sampai dengan 25 mm. dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
- Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6 % berat.
- Sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat.
- Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan,
adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat serta harus
menyesuaikan dengan semua ketentuan-ketentuan yang terdapat di NI-2
PBI-1971. Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika
diperiksa oleh Konsultan Pengawas ternyata tidak sesuai dengan
ketentuan gradasi, maka Kontraktor harus menyaring kembali atau
mengolah kembali bahannya atas bebannya sendiri, untuk menghasilkan
agregat yang dapat disetujui Konsultan Pengawas.
- Air

Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi / mortar dan spesi injeksi
harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-
kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji di
Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk
menetapkan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam PBI-
1971 untuk bahan campuran beton.

- Baja Tulangan
a. Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan standar
Indonesia untuk beton NI-2, PBI-1971, atau ASTM Designation A-15, dan
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak
meminta kepada Kontraktor, surat keterangan tentang pengujian oleh pabrik
dari semua baja tulangan beton yang disediakan, untuk persetujuan Konsultan
Pengawas sesuai dengan persyaratan mutu untuk setiap bagian konstruksi
seperti tercantum di dalam gambar rencana.

b. Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat,
minyak, gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi
daya lekat antara baja tulangan dengan beton.

- Cetakan ( bekisting )
a. Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multiplex dengan tebal
minimum 12 mm. Bekisting dari multiplex tersebut harus diperkuat dengan
rangka kayu Borneo Super ukuran 5/5, 5/10 dan sebagainya, untuk
mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna, atau dari bahan lain
yang disetujui oleh Konsultan Pengawas / KonsultanPerencana.
b. Steiger / penyangga bekisting harus terdiri dari pipa-pipa besi standar pabrik
(schafolding) atau kayu dan tidak diperkenankan memakai bambu.

d. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan

- Kelas dan Mutu Pekerjaan Beton

a. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standar Beton Indonesia NI-2
PBI-1971. Bilamana tidak ditentukan lain, kuat tekan dari beton adalah selalu
kekuatan tekan hancur dari contoh kubus yang bersisi 15 cm. (0,003375 m3)
diuji pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil
pengujian benda-benda uji harus memberikan hasil σ’bk ( kekuatan tekan
beton karakteristik ) yang lebih besar dari yang ditentukan di dalam table
4.2.1. PBI-1971.
c. Umur benda uji pada saat pengujian harus dilaksanakan pada umur 7, 14, atau
28 hari sesuai dengan kesepakatan dengan Konsultan Pengawas yang tertuang
dalam risalah rapat.
- Komposisi campuran Beton

a. Beton harus dibentuk dari campuran bahan-bahan semen portland, pasir,


kerikil dan air seperti yang ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur
dalam perbandingan yang tertentu / serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai
pada kekentalan yang baik / tepat.
b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam
spesifikasi ini, harus dipakai “campuran yang direncanakan (design mix)“.
Campuran yang direncanakan ini dihasilkan dari percobaan-percobaan
campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang disyaratkan dan
dilakukan oleh laboratorium dari instansi pemerintah atau Badan yang sudah
terbukti akreditasinya.
c. Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian dari
pekerjaan tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan
bahan beton, ukuran mana ditetapkan sepraktis mungkin sehingga tercapai
pengecoran yang tepat dan memuaskan.
d. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk
berbagai mutu, harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya
pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang
dihasilkan.
e. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas
dasar beton yang dihasilkan yang mempunyai kepadatan yang tepat,
kekedapan, keawetan dan kekuatan yang dikehendaki.
f. Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi beton
harus disesuaikan dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara
pengangkutan adukan beton dan cara pemadatannya. Kekentalan adukan beton
antara lain ditentukan oleh faktor air semen. Agar dihasilkan suatu konstruksi
beton yang sesuai dengan yang direncanakan, maka faktor air semen
ditentukan sebagai berikut :
• Faktor air semen untuk pondasi, sloof, maksimum 0,60.
• Faktor air semen untuk kolom, balok, plat lantai, tangga, dinding beton dan
listplank / parapet, maksimum 0,60.
• Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap dan tempat-tempat basah
lainnnya, maksimum 0,55.
h. Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya
Kontraktor. Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu untuk
tujuan penghematan yang dikehendaki, workability, kepadatan, kekedapan,
awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak berhak atas klaim yang
disebabkan perubahan yang demikian.

- Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Beton

a. Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan untuk
menjamin beton dengan konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan variasi
kandungan lembab atau gradasi ( perbutiran ) dari agregat waktu masuk dalam
mesin pengaduk ( mixer ). Penambahan air untuk mencairkan kembali beton
padat hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi kering sebelum
dipasang adalah sama sekali tidak diperkenankan. Keseragaman konsistensi
beton untuk setiap kali pengadukan sangat perlu. Nilai slump dari beton
(pengujian kerucut slump), tidak boleh kurang dari 8 cm. dan tidak melampaui
12 cm. untuk segala beton yang dipergunakan. Semua pengujian harus sesuai
dengan NI-2 PBI-1971. Konsultan Pengawas berhak untuk menuntut nilai
slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan
menghasilkan beton berkualitas lebih tinggi atau alasan penghematan.
b. Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Pengawas melalui
pengujian biasa dengan kubus 15 x 15 x 15 cm. dibuat dan diuji sesuai dengan
NI-2 PBI-1971. Pengujian slump akan diadakan oleh Konsultan Pengawas
sesuai dengan NI-2 PBI-1971, Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang
diperlukan untuk mengerjakan contoh-contoh pemeriksaan yang representatif.

- Pekerjaan Baja Tulangan

a. Baja tulangan beton harus dibengkokkan / dibentuk dengan teliti sesuai dengan
bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar-gambar konstruksi. Baja
tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan cara
yang dapat merusak bahannya. Batang dengan bengkokan yang tidak
ditunjukan dalam gambar tidak boleh dipakai. Semua batang harus
dibengkokkan dalam keadaan dingin, pemanasan dari besi beton hanya dapat
diperkenankan bila seluruh cara pengerjaannya disetujui oleh Konsultan
Pengawas atau Perencana.
b. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana. Untuk
menempatkan tulangan-tulangan tetap tepat ditempatnya, maka tulangan harus
diikat kuat dengan kawat beton ( bendraat ) dan memakai bantalan blok-blok
beton cetak ( beton decking ) dan atau kursi-kursi besi / cakar ayam
perenggang. Dalam segala hal untuk besi beton yang horizontal harus
digunakan penunjang yang tepat, sehingga tidak akan ada batang yang turun.
c. Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak ditentukan dalam
gambar rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan
harus memberikan kesempatan masuknya alat penggetar beton.
d. Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar dan
perhitungan. Apabila dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar,
maka yang menentukan adalah luas tulangan. Dalam hal ini Kontraktor
diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas.

- Pekerjaan Selimut Beton

Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding


atau dasar cetakan sesuai butir 1.3.4.b. tersebut di atas, serta harus mempunyai
jarak tetap dan tertentu untuk setiap bagian-bagian konstruksi sesuai dengan
gambar rencana.

- Pekerjaan Sambungan Baja Tulangan

Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari


yang ditunjukkan pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas. Overlap pada sambungan-sambunga tulangan harus
minimal 40 kali diameter batang, kecuali jika telah ditetapkan secara pasti di
dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

- Pekerjaan Mengaduk

a. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai


ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing
bahan beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya
selalu harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
b. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin
pengaduk beton ( “batch mixer/beton mollen“ ). Konsultan Pengawas
berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan
cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan
kekentalan dan warna yang merata / seragam dalam komposisi atau
konsistensi. Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.
c. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebihan (lamanya)
yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki. Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidak
memuaskan harus diperbaiki dan atau diganti. Mesin pengaduk yang
disentralisir ( beton Molen ) harus diatur sedemikian rupa, sehingga pekerjaan
mengaduk dapat diawasi dengan mudah. Mesin pengaduk tidak boleh dipakai
melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan. Setiap mesin pengaduk harus
diperlengkapi dengan alat mekanis untuk mengatur waktu dan menghitung
jumlah adukan.

- Pekerjaan Rencana Cetakan

Cetakan (bekisting) harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan
dalam gambar rencana. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi
persetujuan yang demikian tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor
terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-
kerusakan yang mungkin dapat timbul pada waktu pemakaian. Sewaktu-waktu
Konsultan Pengawas dapat mengafkir sesuatu bagian dari bentuk yang tidak dapat
diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera menanggulangi
bentuk yang diafkir tesebut dan menggantinya atas bebannya sendiri.

- Pekerjaan Konstruksi Cetakan

a. Semua cetakan harus betul-betul teliti, kuat dan aman pada kedudukannya
sehingga dapat dicegah pengembangan atau lain gerakan selama dan sesudah
pengecoran beton.
b. Semua cetakan beton harus kokoh. Sebelum beton dicor, permukaan dari
cetakan-cetakan (bekisting) harus dilaburi / diminyaki dengan minyak
bekisting yang biasa diperdagangkan untuk maksud itu yang dapat mencegah
secara efektif melekatnya beton pada cetakan, dan akan memudahkan melepas
bekisting / cetakan beton. Minyak bekisting tersebut dapat dipakai hanya
setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Penggunaan minyak bekisting ini
harus hati-hati untuk mencegah kontak dengan besi beton dan mengakibatkan
kurangnya daya lekat.
c. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-
cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai, harus tersedia.
d. Penyangga cetakan ( steiger ) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat
sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.

- Pekerjaan Pengangkutan Beton

Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus


sedemikian rupa sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang
diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan, tanpa adanya pemisahan dan
kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan nilai slump.

- Pekerjaan Pengecoran

a. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak
baja tulangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-
sparing instalasi, penyokong, pengikatan dan lainlainnya telah selesai
dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai, permukaan-permukaan yang
berhubungan dengan pengecoran harus sudah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
b. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran
beton ( cetakan / bekisting ) harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan
atau bahan lepas. Permukaan bekisting dengan bahan-bahan yang menyerap
pada tempat-tempat yang akan dicor, harus dibasahi dengan merata sehingga
kelembaban / air dari beton yang baru dicor - tidak akan diserap.
c. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu dimana akan dicor
beton baru, harus bersih dan lembab / basah ketika dicor dengan beton baru.
Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-
beton yang mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan asing yang menutupinya.
Semua genangan air harus dibuang dari permukaan beton lama tersebut
sebelum beton baru dicor. Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai
bahan perekat beton yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
d. Perlu diperhatikan letak / jarak / sudut untuk setiap penghentian pengecoran
yang masih akan berlanjut, terhadap sistem struktur / penulangan yang ada.
e. Beton boleh dicor hanya ketika Konsultan Pengawas atau wakilnya yang
ditunjuk serta Staf Kontraktor yang setaraf ada ditempat / lokasi pekerjaan,
dan persiapannya betul-betul telah memadai.
f. Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar pengangkutan
ke tempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga pada waktu pengecoran
tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya. Pemisahan yang
berlebihan dari agregat kasar dalam beton yang disebabkan jatuh bebas dari
tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar, atau bertumpuk
dengan baja-baja tulangan, tidak diijinkan. Kalau diperkirakan pemisahan
yang demikian itu mungkin akan terjadi, Kontraktor harus mempersiapkan
tremie atau alat lain yang cocok untuk mengontrol jatuhnya beton.
g. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter, semua
penuangan beton harus selalu lapis - perlapis horizontal dan tebalnya tidak
lebih dari 50 cm. Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi
tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisan 50 cm. tidak dapat
memenuhi spesifikasi ini.
h. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama terjadi hujan deras atau turun
hujan yang lama, sedemikian rupa sehingga spesi / mortar terpisah dari agregat
kasar. Selama hujan, air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada
construction joint, dan air semen atau spesi yang hanyut terhampar harus
dibuang sebelum pekerjaan dilanjutkan.
i. Ember-ember / gerobak dorong beton yang dipakai harus sanggup menuang
dengan tepat dalam slump yang rendah dan memenuhi syaratsyarat campuran.
Mekanisme penuangan harus dibuat dengan kapasitas minimal 50 liter. Juga
harus tersedia peralatan lainnya untuk mendukung lancarnya pengecoran
dimana diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang sulit / terbatas. Setiap
lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas dari
kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari
cetakan dan material yang diletakan. Dalam pemadatan setiap lapisan dari
beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat menembus dan
menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di
bawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan
beton dengan airnya. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar,
beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 3.000 putaran per menit ketika
dibenamkan ke dalam beton.

- Waktu dan Cara-Cara Pembukaan Cetakan

a. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti


petunjuk Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati
untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda / lunak
tidak diijinkan untuk dibebani. Segera sesudah cetakan-cetakan dibuka,
permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan permukaan-permukaan
yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan
Pengawas
b. Umumnya diperlukan waktu minimum sebelum cetakan beton boleh
dibuka, yaitu minimum
3 hari untuk cetakan - cetakan samping pada pondasi dan sloof.
7 hari untuk dinding-dinding pemikul dan kolom.
21 hari untuk balok-balok, plat lantai, plat atap dan tangga.

- Perawatan ( Curing )

a. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air.


b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang
langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan semacam
itu dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan deklit atau karung
bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah pengecoran
dilaksanakan.
c. Perawatan beton setelah 3 hari, adalah dengan melakukan penggenangan
dengan air pada permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus.
Perawatan semacam ini bisa dilakukan dengan penyiraman secara mekanis
atau dengan pipa yang berlubang-lubang atau dengan cara lain yang disetujui
Konsultan Pengawas sehingga selama masa tersebut permukaan beton selalu
dalam keadaan basah. Air yang digunakan dalam perawatan ( curing ) harus
memenuhi persyaratan spesifikasi air untuk campuran beton.

- Pekerjaan Perlindungan (Protection).

Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan


sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.

- Pekerjaan Perbaikan Permukaan Beton

a. Jika sesudah pembukaan cetakan, ada permukaan beton yang tidak sesuai
dengan yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar
garis permukaan, atau ternyata ada permukaan yang cacat/rusak, semua hal itu
dianggap sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini dan harus dibuang dan
diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila Konsultan
Pengawas memberikan ijinnya untuk memperbaiki/menambal tempat yang
rusak, dalam hal mana perbaikan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum
dalam pasal-pasal berikut.
b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri
dari sarang kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan-cetakan, lubang-
lubang karena keropos, ketidak-rataan dan bengkak harus dibuang dengan
pemahatan atau dengan batu gerinda. Sarang kerikil dan beton lainnya harus
dipahat, lubang-lubang pahatan harus diberi pinggiran yang tajam dan dicor
sedemikian sehingga pengisian akan terikat ( terkunci ) di tempatnya. Semua
lubang harus terus menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor, dan
seterusnya disempurnakan.
c. Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas hal-hal tidak sempurna pada
bagian bangunan yang akan terlihat jika dengan penambalan saja akan
menghasilkan sebidang dinding yang tidak memuaskan kelihatannya,
Kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding ( dengan spesi
plesteran 1pc : 4ps ) dengan ketebalan yang tidak melebihi 1 cm, demikian
juga pada dinding yang berbatasan (yang bersambungan) sesuai dengan
instruksi dari Konsultan Pengawas. Perlu diperhatikan untuk permukaan yang
datar, batas toleransi kelurusan ( pencekungan atau Pencembungan ) bidang
tidak boleh melebihi dari L / 1000 untuk semua komponen.

IV. Pekerjaan Plesteran


a. Pekerjaan Plesteran dan Acian

1. Perbandingan Campuran Adukan Plesteran dan Acian.


- Campuran 1 pc : 2 psr digunakan untuk adukan kedap air daerah basah, adukan
kedap air 150mm di bawah permukaan tanah sampai 200mm di atas lantai,
tergambar atau tidak tergambar dalam Gambar Kerja, plesteran permukaan
beton yang terlihat dan tempat-tempat lain seperti ditunjukkan dalam Gambar
Kerja.
- Campuran 1 semen dan 4 pasir untuk semua pekerjaan adukan dan plesteran
selain tersebut di atas.
- Bahan tambahan untuk menambah daya lekat dan meningkatkan kekedapan
terhadap air harus digunakan dalam jumlah yang sesuai dengan petunjuk
penggunaan dari pabrik pembuat.

2. Pencampuran.
- Semua bahan kecuali air harus dicampur dalam kotak pencampur atau alat
pencampur yang disetujui sampai diperoleh campuran yang merata, untuk
kemudian ditambahkan sejumlah air dan pencampuran dilanjutkan kembali.
- Adukan harus dibuat dalam jumlah tertentu dan waktu pencampuran minimal 1
sampai 2 menit sebelum pengaplikasian.
- Adukan yang tidak digunakan dalam jangka waktu 45 menit setelah
pencampuran tidak diijinkan digunakan.

3. Persiapan dan Pembersihan Permukaan.


- Semua permukaan yang akan menerima adukan dan/atau pelesteran harus
bersih, bebas dari serpihan karbon lepas dan bahan lainnya yang mengganggu.
- Pekerjaan plesteran hanya diperkenankan setelah selesainya pemasangan
instalasi listrik dan air dan seluruh bagian yang akan menerima pelesteran telah
terlindung.

4. Ketebalan Adukan dan Plesteran.


- Tebal adukan dan/atau pelesteran minimal 15mm, kecuali bila dinyatakan lain
dalam Gambar Kerja yang telah disetujui Direksi Pekerjaan.

V. Pekerjaan Lapis Lantai dan Dinding Keramik

a. Persiapan
- Pekerjaan pasangan ubin-ubin baru boleh dilakukan setelah pekerjaan lainnya
benar-benar selesai.
- Pemasangan ubin-ubin harus menunggu sampai semua alat penggantung,
pengunci pintu/jendela dan semua pekerjaan pemipaan air bersih/air kotor atau
pekerjaan lainnya yang terletak di belakang atau di bawah pasangan ubin ini telah
diselesaikan terlebih dahulu.

b. Pemasangan Ubin Keramik.


- Sebelum pemasangan ubin pada dinding dimulai, pelesteran harus dalam keadaan
kering, padat, rata dan bersih.
- Rendam keramik kurang lebih 2 – 4 jam di dalam air dengan posisi vertikal untuk
mengurangi kadar air.
- Adukan untuk pasangan ubin pada lantai, dinding luar dan bagian lain yang harus
kedap air harus terdiri dari campuran 1 semen, 2 pasir dan sejumlah bahan
tambahan, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
- Adukan untuk pasangan ubin pada tempat-tempat lainnya menggunakan
campuran 1 semen dan 3 pasir.
- Tebal adukan untuk semua pasangan tidak kurang dari 25mm, kecuali bila
ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
- Adukan untuk pasangan ubin pada dinding harus diberikan pada permukaan
pelesteran dan permukaan belakang ubin, kemudian dilekatkan pada tempat yang
sesuai dengan yang direncanakan atau sesuai petunjuk Gambar Kerja.
- Adukan untuk pasangan ubin pada lantai harus ditempatkan di atas lapisan pasir
dengan ketebalan sesuai Gambar Kerja. Pasangan ubin untuk lantai KM/WC,
permukaannya harus dimiringkan sedemikian rupa menuju ke arah lubang
pembuangan (saringan air kotor).
- Ubin harus kokoh menempel pada alasnya dan tidak boleh berongga. Harus
dilakukan pemeriksaan untuk menjaga agar bidang ubin yang terpasang tetap
lurus dan rata.
- Ubin yang salah letaknya, cacat atau pecah, harus dibongkar dan diganti. Ubin
mulai dipasang dari salah satu sisi agar pola simetri yang dikehendaki dapat
terbentuk dengan baik.
- Sambungan atau celah-celah antara ubin harus lurus, rata dan seragam, saling
tegak lurus. Lebar celah tidak boleh lebih dari 1,6mm, kecuali bila ditentukan
lain. Adukan harus rapi, tidak keluar dari celah sambungan.
- Pemotongan ubin harus dengan keahlian dan dilakukan hanya pada satu sisi, bila
tidak terhindarkan.
- Pada pemasangan khusus seperti pada sudut-sudut pertemuan, pengakhiran dan
bentuk-bentuk yang lainnya harus dikerjakan serapi dan sesempurna mungkin.
- Siar antara ubin dicor dengan semen pengisi/grout yang berwarna sama dengan
warna ubinnya dan disetujui Direksi Pekerjaan. Semen pengisi untuk ubin yang
dipasang di laboratorium harus tahan terhadap bahan kimia/asam.
- Pengecoran dilakukan sedemikian rupa sehingga mengisi penuh garis-garis siar.
- Setelah semen pengisi cukup mengeras, bekas-bekas pengecoran segera
dibersihkan dengan kain lunak yang baru dan bersih.

c. Pembersihan dan Perlindungan.

Setelah pemasangan selesai, permukaan ubin harus benar-benar bersih, tidak


ada yang cacat, bila dianggap perlu permukaan ubin harus diberi perlindungan
misalnya dengan sabun anti karat atau cara lain yang diperbolehkan, tanpa merusak
permukaan ubin.

VI. Pekerjaan Stainless Steel dan Penutup Besi Bak Kontrol

a. Pembuatan dan Pemasangan Teralis dan Pintu serta Huruf Stainless Steel.

Dimensi Teralis, Pintu serta Huruf Stainless Steel harus mengacu pada ukuran
pada gambar rencana atau sesuai instruksi dari pemberi kerja/direksi teknis.
Diameter Pipa Stainless steel yang digunakan harus mengacu pada gambar rencana.
Pemasangan Huruf Stainless Steel dilakukan setelah Pekerjaan dinding sebagai
bidang letak selesai dilaksanakan. Pemasangannya harus mengikuti prosedur sesuai
instruksi pabrik pembuatnya.

b. Pembuatan dan Pemasangan Penutup Bak Kontrol.

Dimensi Penutup Bak Kontrol harus mengacu pada ukuran pada gambar
rencana atau sesuai instruksi dari pemberi kerja/direksi teknis. Material yang
digunakan adalah besi siku dan besi beton, ukuran yang digunakan mengacu pada
ukuran pada gambar rencana.
VII. Pekerjaan Pengecatan

a. Pengecatan Tembok

1. Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan.


- Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dalam bidang
tersebut.
- Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum dilakukan persiapan
permukaan atau pelaksanaan pengecatan. Minyak dan lemak harus dihilangkan
dengan memakai kain bersih dan zat pelarut/pembersih yang berkadar racun
rendah dan mempunyai titik nyala di atas 38 C.
- Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur sedemikian rupa sehingga
debu dan pencemar lain yang berasal dari proses pembersihan tersebut tidak
jatuh di atas permukaan cat yang baru dan basah.

2. Permukaan bidang Pengecatan


- Permukaan pelesteran umumnya hanya boleh dicat sesudah sedikitnya selang
waktu 4 (empat) minggu untuk mengering di udara terbuka. Semua pekerjaan
pelesteran atau semen yang cacat harus dipotong dengan tepi-tepinya dan
ditambal dengan pelesteran baru hingga tepi-tepinya bersambung menjadi rata
dengan pelesteran sekelilingnya.
- Permukaan pelesteran yang akan dicat harus dipersiapkan dengan
menghilangkan bunga garam kering, bubuk besi, kapur, debu, lumpur, lemak,
minyak, aspal, adukan yang berlebihan dan tetesan-tetesan adukan.
- Sesaat sebelum pelapisan cat dasar dilakukan, permukaan pelesteran dibasahi
secara menyeluruh dan seragam dengan tidak meninggalkan genangan air. Hal
ini dapat dicapai dengan menyemprotkan air dalam bentuk kabut dengan
memberikan selang waktu dari saat penyemprotan hingga air dapat diserap.

3. Selang Waktu Antara Persiapan Permukaan dan Pengecatan.


Permukaan yang sudah dibersihkan, dirawat dan/atau disiapkan untuk dicat
harus mendapatkan lapisan pertama atau cat dasar seperti yang disyaratkan,
secepat mungkin setelah persiapan-persiapan di atas selesai.
Harus diperhatikan bahwa hal ini harus dilakukan sebelum terjadi
kerusakan pada permukaan yang sudah disiapkan di atas.

4. Pelaksanaan Pengecatan.
- Permukaan yang sudah dirapihkan harus bebas dari aliran punggung cat,
tetesan cat, penonjolan, gelombang, bekas olesan kuas, perbedaan warna dan
tekstur.
- Usaha untuk menutupi semua kekurangan tersebut harus sudah sempurna dan
semua lapisan harus diusahakan membentuk lapisan dengan ketebalan yang
sama.
- Perhatian khusus harus diberikan pada keseluruhan permukaan, termasuk
bagian tepi, sudut dan ceruk/lekukan, agar bisa memperoleh ketebalan lapisan
yang sama dengan permukaan-permukaan di sekitarnya.
- Permukaan besi/baja atau kayu yang terletak bersebelahan dengan permukaan
yang akan menerima cat dengan bahan dasar air, harus telah diberi lapisan cat
dasar terlebih dahulu.
5. Proses Pengecatan.
Harus diberi selang waktu yang cukup di antara pengecatan yang
berikutnya untuk memberikan kesempatan pengeringan yang sempurna,
disesuaikan dengan keadaan cuaca dan ketentuan dari pabrik pembuat cat
dimaksud.
Pengecatan harus dilakukan dengan ketebalan minimal ( dalam keadaan cat
kering ) sesuai ketentuan dari pabrik pembuat cat atau terdiri dari lapisan sebagai
berikut :
Cat dasar : 2 (dua) lapis Alkali Resisting Primer/ Alkali Resistant Sealer.
Cat akhir : 2 (dua) lapis Vinyl Acrylic Emulsion/ Weathershield/Acrylic Emulsion.

6. Penyimpanan, Pencampuran dan Pengenceran.


- Pada saat pengerjaan, cat tidak boleh menunjukkan tanda-tanda mengeras,
membentuk selaput yang berlebihan dan tanda-tanda kerusakan lainnya.
- Cat harus diaduk, disaring secara menyeluruh dan juga agar seragam
konsistensinya selama pengecatan.
- Bila disyaratkan oleh keadaan permukaan, suhu, cuaca dan metoda
pengecatan, maka cat boleh diencerkan sesaat sebelum dilakukan pengecatan
dengan mentaati petunjuk yang diberikan oleh pabrik pembuat cat dan tidak
melebihi jumlah 0,5liter zat pengencer yang baik untuk 4 liter cat.
- Pemakaian zat pengencer tidak berarti lepasnya tanggung jawab Kontraktor
untuk memperoleh daya tahan cat yang tinggi (mampu menutup warna lapis di
bawahnya).

7. Metoda Pengecatan.
- Cat dasar untuk permukaan pelesteran diberikan dengan kuas dan lapisan
berikutnya boleh dengan kuas atau rol.
- Cat dasar untuk permukaan barang besi/baja diberikan dengan kuas atau
disemprotkan dan lapisan berikutnya boleh menggunakan semprotan.

VIII. Pekerjaan Listrik

1. Lampu + Casing pada Tiang Pagar

Pemasangan Lampu dan Casing pada Tiang Pagar harus dilakukan dengan
memperhitungkan beberapa hal antara lain sebagai berikut: dudukan, Instalasi kabel
dalam tiang, cara perbaikan saat terjadi kerusakan pada balon lampunya serta hal
lainnya. Casing Lampu yang digunakan adalah Casing Lampu yang tahan terhadap
cuaca hujan dan Panas. Pemasangan dilakukan sesuai petunjuk pabrik pembuatnya.

2. Lampu Sorot + Casing.

Pemasangan Lampu Sorot dan Casing harus dilakukan dengan


memperhitungkan beberapa hal antara lain sebagai berikut: dudukan, cara perbaikan
saat terjadi kerusakan pada balon lampunya serta hal lainnya. Casing Lampu yang
digunakan adalah Casing Lampu yang tahan terhadap cuaca hujan dan Panas.
Pemasangan dilakukan sesuai petunjuk pabrik pembuatnya.
3. Instalasi Kabel.

Instalasi Kabel dilakukan dengan cara yang baik dan aman atau tidak
membahayakan orang di sekitar area pemasangan. pemasangannya harus dilakukan
oleh tenaga yang ahli serta mengikuti instuksi direksi teknis/pengguna jasa serta
konsultan pengawas.

4. Saklar Ganda.

Pemasangan Saklar Ganda harus dilakukan oleh tenaga yang ahli serta
mengikuti instuksi direksi teknis/pengguna jasa serta konsultan pengawas. Saklar
Ganda untuk Lampu Taman pada Tiang Pagar serta Lampu Sorot, dipasang pada
bangunan terdekat sehingga memudahkan Pihak pengguna jasa untuk
mengendalikan atau mengelolanya,

IX. Pekerjaan Lain-lain

Pekerjaan Pembersihan akhir dilaksanakan setelah semua item pekerjaan telah


selesai dikerjakan. Pekerjaan Pembersihan akhir meliputi pembersihan, pengangkutan,
Pembuangan Material sisa dari area pekerjaan ke TPA atau lokasi yang ditentukan oleh
Direksi Pekerjaan.

You might also like