Professional Documents
Culture Documents
LP Electrik Burn Injury Christy
LP Electrik Burn Injury Christy
LP Electrik Burn Injury Christy
TINJAUAN TEORI
A. DEFENISI
Luka bakar listrik adalah suatu trauma yang disebabkan oleh arus listrik, yang
mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Faktor yang membedakan
keparahan karena arus listrik:
1 |C h r i s t i T o d i n g P . S , K e p
STIKES LAKIPADADA 2013
b. Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air
mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal,
terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah
kejadian luka bakar – Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif
tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk
luka yang terlokalisasi – Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh
darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka
dan risiko hipotermia – Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di
daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih.
Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari
kulit baru disiram air yang mengalir.
c. Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa
sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan
lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
d. Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih
dalam dari superficial partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal
pemberian antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan
infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan
pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi
dengan bayi kurang dari 2 bulan
e. Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat
luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan
lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk
mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat
luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya,
menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.]
f. Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri, berupa
• Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
• Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
• Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari
ABC (airway, breathing, Circulation)
1. Airway and breathing
2 |C h r i s t i T o d i n g P . S , K e p
STIKES LAKIPADADA 2013
Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga
(black sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah.
Luka bakar pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi
(pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk
menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas
kesehatan yang lengkap.
2. Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar
untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui
infus) diberikan bilaluas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan
cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting karena pada luka
bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang
berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi
perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah
yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi
dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam
pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang
berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh.
Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl
0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya
dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan
yang diberikan berdasarkan formula dari Parkland : 3-4 cc x berat badan (kg)
x %TBSA + cairan rumatan (maintenance per 24 jam). Cairan rumatan adalah
4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan
1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x
%TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya
dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat
dilihat dari produksi urin yaitu 1cc/kgBB/jam.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
4 |C h r i s t i T o d i n g P . S , K e p
STIKES LAKIPADADA 2013
BAB II
TINJAUAN ASKEP
1. Pengkajian
a. Pengkajian Luas Luka Bakar
Metode Rule of Nine’s
Sistem ini menggunakan prosentase kelipatan sembilan terhadap luas
permukaan tubuh.
Dewasa : kepala = 9 %, tangan kanan-kiri = 18%, dada dan perut =
18%, genetalia = 1%, kaki kanan-kiri = 36%, dan punggung = 18%
Child : kepala = 18%, tangan kanan-kiri = 18% , dada dan perut =
18%, kaki kanan-kiri = 28%, dan punggung = 18%
Infant : kepala = 18%, tangan kanan-kiri =18%, dada dan perut = 18%,
kaki kanan-kiri = 28%, dan punggung = 18%
2. Pengkajian Sistem Tubuh
a. Aktifitas/istirahat
Penurunan kekuatan dan tahanan otot, keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit, gangguan massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi (dengan cedera luka bakar LPTT >20%)
Hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera,
vasokonstriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin
(syok listrik), takikardia (syok/ansietas/nyeri), disritmia (syok listrik),
pembentukan edema jaringan (semua luka bakar).
c. Integritas ego
Pengungkapan masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Adanya ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, dan
marah.
d. Eliminasi
Haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat, warna mungkin hitam,
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam,
5 |C h r i s t i T o d i n g P . S , K e p
STIKES LAKIPADADA 2013
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi),
penurunan bising usus/tak ada, khususnya pada luka bakar kutaneus lebih
besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltic gastrik.
e. Makanan/cairan
Edema jaringan umum, anoreksia, mual/muntah.
f. Neurosensori
Adanya keluhan area batas dan kesemutan. Adanya perubahan orientasi; afek,
perilaku, penurunan reflex tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas,
aktifitas kejang (syok listrik), laserasi korneal, kerusakan retinal, penurunan
ketajaman penglihatan (syok listrik), ruptur membran timpanik (syok listrik),
paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g. Nyeri/kenyamanan
Keluhan berbagai nyeri, misalnya; luka bakar derajat pertama secara ekstrem
sensitive untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan perubahan suhu, luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri, sementara respon pada
luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf, luka
bakar derajat tiga tidak nyeri.
h. Pernafasan
Adanya keluhan terkurung dalam ruang tertutup dan terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi). Adanya tanda suara serak; batuk mengi;
sianosis, indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada
adanya luka bakar lingkar dada, jalan nafas atas stridor/mengii (obstruksi
sehubungan dengan laringospasme, edema laryngeal), bunyi nafas: gemericik
(edema paru), stridor (edema laryngeal), sekret jalan nafas dalam (ronki)
i. Keamanan
Kulit umum : destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses thrombus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan
kehilangan cairan/status syok. Cedera api : terdapat area cedera campuran
dalam sehubungan dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan
terbakar. Bulu hidung gosong, mukosa hidung dan mulut kering, merah, lepuh
pada faring posterior, edema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
6 |C h r i s t i T o d i n g P . S , K e p
STIKES LAKIPADADA 2013
Cedera kimia : tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus,
lepuh, ulkus, nekrosisi, atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih
dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut
sampai 72 jam setelah cedera.Cedera listrik : cedera kutaneus eksternal
biasanya lebih sedikit dibawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat
meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran
pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan
pakaian terbakar.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d kerusakan ujung-ujung saraf karena luka bakar
Intervensi :
Mandiri :
1. tutup luka sesegera mungkin kecuali perawatan luka bakar metode
pemajanan pada udara terbuka
R/ : suhu berubah dan gerakan udara dapat menybabkan nyeri hebat pada
pemajanan ujung saraf
2. tinggikan ekstremitas luka bakar secara periodik
R/ : peninggian mungkin diperlukan pada awal untuk menurunkan
7 |C h r i s t i T o d i n g P . S , K e p
STIKES LAKIPADADA 2013
pembentukan edema; setelah perubahan posisi dan peninggian
menurunkan ketidaknyamanan serta risiko kontraktur sendi
3. berikan tempat tidur ayunan sesuai indikasi
R/ : peninggian linen dari luka membantu menurunkan nyeri
4. ubah posisi dengan sering dan rentang gerak pasif dan aktif sesuai indikasi
R/ : gerakan dan latihan menurunkan kekakuan sendi dan kelelahan otot
tetapi tipe latihan tergantung pada lokasi dan luas cedera
5. pertahankan suhu linhkungan nyaman, berikan lampu penghangat, penutup
tubuh hangat.
R/ : pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakat mayor. Sumber panas
eksternal untuk mencegah menggigil
6. kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter (skala 0-10)
R/ : nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat beratnya keterlibatan
jaringan atau kerusakan tetapi paling berat selama penggantian balutan dan
debridemen. Perubahan lokasi/ karakter/ intensitas nyeri dapat
mengindikasikan terjadinya komplikasi atau perbaikan kembalinya fungsi
saraf.
7. Dorong ekpresi perasaan tentang nyeri.
R/ : pertanyaan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat
meningkatkan mekanisme koping.
2. Kekurangan volume cairan b/d output yang berlebihan
Intervensi :
Mandiri :
1. Auskultasi bising usus, perhatikan hipoaktif/tak ada bunyi.
R/ : ileus sering berhubungan dengan periode pasca luka bakar tetapi
biasanya dalam 36-48 jam dimana makanan oral dapat dijumpai.
2. Perhatikan jumlah kalori, kaji ulang persen area permukaan tubuh
terbuka/luka tiap minggu.
R/ : pedoman tepat ntuk pemasukan kalori tepat. Sesuai penyembuhan
luka, persentase area luka bakar dievaluasi untuk menghitung bentuk diet
yang diberikan dan penilaian yang tepat dibuat.
8 |C h r i s t i T o d i n g P . S , K e p
STIKES LAKIPADADA 2013
3. Berikan makan dan makanan kecil sedikit dan sering.
R/ : membantu mencegah distensi gaster/ketidaknyamanan dan
meningkatkan pemasukan.
4. Dorong pasien untuk memandang diet sebagai pengobatan dan membuat
pilihan makanan/ minuman tinggi kalori/protein.
R/ : kalori dan protein diperlukan untuk mempertahankan berat
badan,kebutuhan memenuhi metabolik, dan meningkatkan penyembuhan.
5. Berikan bersihan oral sebelum makan.
R/ : mulut/palatum bersih meningkatkan rasa dan napsu makan yang baik.
6. Lakukan pemeriksaan glukosa strip jari, klinites/asetes sesuai indikasi.
R/ : mengawasi terjadinya hiperglikemia sehubungan dengan perubahan
hormonal/kebutuhan atau penggunaan hiperalimentasi untuk memenuhi
kebutuhan kalori.
9 |C h r i s t i T o d i n g P . S , K e p
STIKES LAKIPADADA 2013
4. Heterograft (xenogratf, porcine)
5. Autograft
R/ : kulit graft diambil dari bagian pasien yang tak cedera; mungkin
ketebalan penuh atau ketebalan parsial.
4. Hipertermi b/d peningkatan metabolisme tubuh
Intervensi :
Mandiri :
1. Pantau suhu pasien, perhatikan menggigil / diaforesis
R/ : suhu 38,8 – 41,1o C menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola
demam dapat membantu dalam diagnosis. Penggunaan antipiretik
mengubah pola demam dan dapat dibatasi sampai diagnosis dibuat atau
bila demam tetap lebih besar dari 38,9 C
2. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi
R/ : suhu ruangan atau jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal
3. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol
R/ dapat membantu mengurangi demam. Penggunaan air es atau alkohol
mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual.Selain
itu alkohol dapat mengeringkan kulit. kesadaran.
Kolaborasi
11 |C h r i s t i T o d i n g P . S , K e p
STIKES LAKIPADADA 2013
4. Konsul ke psikiatrik, contoh klinik spesialis perawat psikiatrik, psikologis
sesuai kebutuhan
R/:Membantu dalam identifikasi cara/alat untuk
meningkatkan/mempertahankan kemandirian. Pasien dapat memerlukan
bantuan lanjut untuk mengatasi masalah emosi.
12 |C h r i s t i T o d i n g P . S , K e p
STIKES LAKIPADADA 2013
PENYIMPANGAN KDM
Obstruksi
Peningkatan Oedema
Hemolisis Lisis Sel Kehilangan Jalan Nafas
Permeabilitas
Barier Kulit
Kapiler Tekanan Pembuluh
Anemia
Darah dan Saraf
Perpindahan Na+ air Evaporasi Perubahan
dan protein ke Meningkat Citra Tubuh
Respon Stres masif, Obstruksi
interstitiel
Aktivasi Sistem SS Aliran Darah
Volume darah
Viscositas Darah Menurun
Iskhemi
Pelepasan
meningkat
Katekolamin Afterload Kurang Volume
meningkat Cairan Kelemahan
Vasokontriksi
Intoleransi
Metabolisme CO menurun
Hipoxemia Aktivitas
meningkat
Perubahan
Glukoneogenesis Kebutuhan O2
Perfusi
meningkat, Glukolisis Meningkat
jaringan
Penurunan
Aliran Darah
ke GI
Metabolisme GI
Menurun
1. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
2. Carpenito-Moyet, Linda Jual. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10.
Jakarta : EGC
3. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC
4. Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
5. Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC
6. Santosa Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika
7. Smeltzer, 2002 . Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. ECG : Jakarta
14 |C h r i s t i T o d i n g P . S , K e p
STIKES LAKIPADADA 2013