Makalah Io Captopril

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal, sudah tentu
mutlak diperlukan suatu pelayanan yang bersifat terpadu komprehensiv dan
profesional dari para profesi kesehatan. Rumah sakit adalah merupakan salah satu
unit/instansi kesehatan yang sangat vital dan strategis dalam melayani kesehatan
masyarakat, dimana aspek pelayanan sangatlah dominan dan menentukan.
Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang tidak terpisahkan, salah satu aspek pelayanan kefarmasian yaitu
pelayanan informasi obat yang diberikan oleh apoteker kepada pasien dan pihak-
pihak terkait lainya. Informasi obat adalah suatu bantuan bagi dokter dalam
pengambilan keputusan tentang pilihan terapi obat yang paling tepat bagi seorang
pasien. Pelayanan informasi obat yang diberikan tersebut tentulah harus lengkap,
obyektif, berkelanjutan dan selalu baru up to date. Dengan pelaksaan pelayanan
informasi obat yang rasional dirumah sakit.
Mengingat demikian pentingnya fungsi dari pelayanan informasi obat dirumah
sakit, maka diperlukan suatu acuan atau pedoman. Maka dari itu maka
lah ini dibuat oleh penyusun dan dijelaskan berdasarkan sumber yang didapatkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Untuk menghindari adanya kesimpang siuran dalam makalah ini, maka kami
membatasi masalah-masalah yang akan dibahas diantaranya :
1. Apa definisi dari Pelayanan informasi obat?
2. Apa ruang lingkup dari pelayanan informasi obat ?
3. Apa saja sumber-sumber informasi obat ?
4. Apa definisi dari konseling?
5. Apa manfaat dan tujuan konseling?
6. Apa saja kegiatan konseling?
7. Apa definisi dari obat captopril
8. Apa saja indikasi dari obat captopril
9. Apaa saja kontrandikasi dari obat captopril
10. Berapa dosis untuk obat captopril
11. Apa efek samping dari obat captopril
12. Apa interaksi dari obat captopril
13. Bagaimana analisis kasus dengan metode PAM
14. Bagaimana skenario pelaksanaan konseling untuk obat captopril

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT


Dalam penyusunan makalah ini saya memiliki beberapa tujuan dan manfaat :
1. Agar dapat mengetahui dan memahami definisi dari Pelayanan informasi
obat.
2. Agar dapat mengetahui dan memahami ruang lingkup dari pelayanan
informasi obat.
3. Agar dapat mengetahui dan memahami sumber-sumber informasi obat.
4. Agar dapat mengetahui dan memahami definisi dari konseling
5. Agar dapat mengetahui dan memahami manfaat dan tujuan konseling
6. Agar dapat mengetahui dan memahami apa saja kegiatan konseling
7. Agar dapat mengetahui dan memahami definisi dari obat captopril
8. Agar dapat mengetahui dan memahami indikasi dari obat captopril
9. Agar dapat mengetahui dan memahami kontraindikasi dari obat captopril
10. Agar dapat mengetahui dan memahami berapa saja dosis dari obat captopril
11. Agar dapat mengetahui dan memahami efek samping dari obat
12. Agar dapat mengetahui dan memahami interaksi dari obat captopril
13. Agar dapat mengetahui dan memahami bagaimana analisis kasus dengan
metode PAM
14. Agar dapat mengetahui dan memahami bagaimana skenario pelaksanaan
konseling untuk obat captopril
15.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI PELAYANAN INFORMASI OBAT

Kemenkes no 1197 tahun 2004 BAB VI mendefinisikan PIO sebagai kegiatan


pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat,
tidak bias, dan terkini baik kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan
lainnya dan pasien1. Kegiatan yang dilakukan dalam PIO dapat berupa :
a. Pemberian informasi kepada konsumen secara aktif maupun pasif melalui surat,
telfon, atau tatap muka
b. Pembuatan leaflet, brosur, maupun poster terkait informasi kesehatan
c. Memberikan informasi pada Panitia Farmasi Terapi (PFT) dalam penyususnan
formularium Rumah Sakit
d. Penyuluhan
e. Penelitian
Informasi yang diberikan pada pasien dapat berupa waktu penggunaan, lama
penggunaan, cara penggunaan obat yang benar, efek yang timbul dari pengobatan, cara
penyimpanan obat, serta informasi penting lainnya seperti efek samping, interaksi obat,
kontra indikasi, atau kondisi tertentu seperti hamil dan menyusui2.
Keputusan Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan No HK.00.DJ.II.924
menuliskan prosedur tetap dalam PIO:
a. Menyediakan dan memasang spanduk, poster, booklet, leaflet yang berisi
informasi obat pada tempat yang mudah dilihat oleh pasien.
b. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tertulis, langsung atau tidak langsung
dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana melalui
penelusuran literatur secara sistematis untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan.
c. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat secara sistematis.

2.2 RUANG LINGKUP PELAYANAN INFORMASI OBAT


Ruang lingkup jenis pelayanan informasi rumah sakitdi suatu rumah sakit,
antara lain3:
a. Pelayanan informasi obat untuk menjawab pertanyaan
b. Pelayanan informasi obat untuk mendukung kegiatan panitia farmasi dan terapi.
c. Pelayanan informasi obat dalam bentuk publikasi.
d. Pelayanan informasi obat untuk edukasi.
e. Pelayanan informasi obat untuk evaluasi penggunaan obat.
f. Pelayanan informasi obat dalam studi obat investigasi.

2.3 SUMBER INFORMASI OBAT


Sumber informasi obat adalah Buku Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite
Obat Indonesia (ISO), Informasi Obat Nasianal Indonesia (IONI), Farmakologi dan
Terapi, serta buku-buku lainnya. Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap
kemasan atau brosur obat yang berisi :
1. Nama dagang obat jadi
2. Komposisi
3. Bobot, isi atau jumlah tiap wadah
4. Dosis pemakaian
5. Cara pemakaian
6. Khasiat atau kegunaan
7. Kontra indikasi (bila ada)
8. Tanggal kadaluarsa
9. Nomor ijin edar/nomor regristasi
10. Nomor kode produksi
11. Nama dan alamat industri
Sumber informasi obat mencakup dokumen, fasilitas, lembaga, dan manusia.
Dokumen mencakup pustaka farmasi dan kedokteran, terdiri atas majalaj ilmiah, buku
teks, laporan penelitian, dan farmakope. Fasilitas mencakup fasilitas ruangan,
peralatan, computer, internet, perpustakaan dan lain-lain. Lembaga mencakup industri
farmasi, Badan POM, pusat informasi obat, pendidikan tinggi farmasi, organisasi
profesi dokter dan apoteker. Manusia mencakup dokter, dokter gigi, perawat, apoteker,
dan profesional kesehatan lainnya di rumah sakit. Apoteker yang mengadakan
pelayanan informasi obat harus mempelajari juga cara terbaik menggunakan berbagai
sumber tersebut. Pustaka obat digolongkan dalam empat kategori, yaitu:
1. Pustaka primer
Sumber pustaka primer adalah artikel orisinil yang dipublikasikan atau yang
tidak dipublikasikan penulis atau peneliti, yang memperkenalkan pengetahuan baru
atau peningkatan pengetahuan yang telah ada tentang suatu persoalan. Sumber pustaka
primer ini termasuk hasil penelitian, laporan kasus, juga studi evaluatif, dan laporan
deskriptif. Pustaka primer memberikan dasar untuk pustaka sekunder dan tersier.
Artikel dalam majalah ilmiah adalah yang paling sering disebut sebagai contoh sumber
pustaka primer, walaupun semua artikel dalam majalah ilmiah bukan merupakan
sumber pustaka primer. Contoh pustaka primer lain termasuk prosiding seminar, buku
catatan laboratorium, korespondensi, seperti surat dan memo, tesis, disertasi, dan
laporan teknis (Siregar dan Lia, 2003)4.
Sumber pustaka primer memberikan informasi paling mutakhir tentang
pokok tertentu pada waktu tertentu karena karya itu merupakan refleksi pengamatan
penulis saja, hasilnya tidak diinterpretasikan. Keterbatasan utama dari sumber pustaka
primer adalah ketidakpraktisan. Dalam pustaka primer, seseorang tidak dapat secara
efisien mencari informasi khusus, kecuali orang itu memiliki pengetahuan yang dalam
tentang organisasi dan jenis pustaka. Dalam banyak situasi, apoteker harus menelusur
kembali pustaka primer untuk menjawab suatu pertanyaan spesifik penderita.
Kemampuan dalam hal penelusuran kembali dan interpretasi pustaka primer
memerlukan pengalaman melalui praktik yang terus-menerus. Satu cara agar apoteker
terbuka kepada pustaka primer adalah membaca sendiri. Semua apoteker harus
memenuhi suatu komitmen profesional, yaitu tetap mutakhir. Salah satu mekanisme
untuk untuk mencapai hal tersebut adalah membaca majalah ilmiah secara tetap. Ada
dua contoh pertanyaan informasi obat tertentu yang sering timbul di rumah sakit, yaitu
tentang penggunaan obat baru dari obat yang dipasarkan atau obat yang baru-baru ini
dilaporkan menimbulkan efek merugikan. Penggunaan pustaka primer sering kali
perlu untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut (Siregar dan Lia, 2003). Contoh
beberapa sumber informasi primer: Annals of Pharmacotherapy, British Medical
Journal, Journal of American Medical Association (JAMA), Journal of Pediatrics,
New England Journal of Medicine (Siregar dan Endang, 2006)5.
2. Pustaka sekunder
Pustaka sekunder memuat berbagi abstrak, yang merupakan sistem
penelusuran kembali untuk pustaka primer dan digunakan untuk menemukan artikel
pustaka primer. Informasi yang diperoleh dari pustaka sekunder tersendiri jarang
digunakan untuk keputusan klinik. Dengan pustaka sekunder, memungkinkan paoteker
memasuki multi sumber informasi secara cepat dan efisien. Informasi dalam pustaka
sekunder dikatagorikan atau diindekskan dan diabstrak dari sumber pustaka primer.
Dalam tahun-tahun akhir ini, sumber ini terutama telah dapat diperoleh melalui
penelusuran komputer. Sumber informasi sekunder adalah rumit dan sering
memerlukan pelatihan tambahan untuk penggunaannya (Siregar dan Lia, 2003).
Contoh beberapa sumber informasi sekunder: Inpharma, International
Pharmaceutical Abstract (IPA), Medline, Pharmline (Kurniawan dan Chabib, 2010)6.
3. Pustaka tersier
Pustaka tersier biasanya dikaitkan dengan buku teks atau acuan umum.
Sumber ini menyoroti data yang diterima secara luas dari pustaka primer;
mengevaluasi informasi ini dan menerbitkan hasilnya. Sumber pustaka tersier
termasuk buku teks atau “data base”, kajian artikel, kompendia, dan pedoman praktis.
Sumber pustaka tersier adalah acuan pustaka yang paling umum digunakan, mudah
dimasuki, dan biasanya dapat memenuhi kebanyakan permintaan informasi obat
spesifik penderita. Lagipula, sumber tersier memberikan informasi yang disusun dan
dievaluasi dari acuan pustaka yang banyak dan dinyatakan dalam suatu cara yang
praktis. Karena banyak ahli memberi kontribusi pada sumber ini, penggunaan dan
interpretasi informasi diperkaya (Siregar dan Lia, 2003).
Keterbatasan utama dari pustaka tersier adalah ketinggalan waktu beberapa
bulan bahkan sampai mungkin beberapa tahun. Apabila informasi atau pandangan
paling mutakhir dibutuhkan, diperlukan sumber pustaka sekunder dan primer. Seoran
penulis mempunyai hak prerogative untuk memasukkan atau mengeluarkan informasi
sehingga tidak semua bagian dari pustaka primer perlu menjadi bagian dari pustaka
tersier. Informasi dalam sumber pustaka tersier mencerminkan pandangan dari penulis
yang dapat menghasilkan salah interpretasi dari pustaka primer, dan melalui
ketidaksetujuan (Siregar dan Lia, 2003). Contoh beberapa sumber informasi tersier:
Textbook of Advers Reactions, Drug Information full text, Handbook of Clinical Drug
Data, Drug Facts and Comparison, dan AHFS DI (Siregar dan Endang, 2006).
Pada umumnya, sumber pustaka primer mengandung informasi yang paling
mutakhir, sedang pustaka sekunder dan tersier karena mengandung abstrak dan acuan
dari sumber primer, mempunyai informasi yang kurang mutakhir. Sumber pustaka
sekunder dan tersier, kemungkinan kurang akurat atau kurang dapat dipercaya karena
informasi dalam kedua sumber tersebut dibuat melalui transformasi oleh berbagai
penulis dan / atau penerbit, guna mencapai format yang diperlukan (Siregar dan Lia,
2003).
4. Sumber lain
Sumber informasi lain mencakup sumber yang tidak termasuk kategori
pustaka primer, sekunder, atau tersier; misalnya, komunikasi dengan tenaga ahli,
manufaktur, dan brosur penelitian. Komunikasi tenaga ahli terdiri atas informasi yang
tidak dipublikasikan yang diperoleh khusus dari seorang tenaga ahli. Komunikasi ini
dapat merupakan suatu pendapat didasarkan pada pengalaman tenaga ahli tersebut atau
berdasarkan data dari suatu studi evaluatif pendahuluan yang dipublikasikan (Siregar
dan Lia, 2003).
Brosur penelitili, kadang-kadang berhubungan dengan suatu monografi
penelitian, adalah informasi tentang obat investigasi. Industri farmasi tidak
diperkenankan memberikan informasi umum tentang obat investigasi, tetapi mereka
dapat memberikan monografi tentang zat aktif individu kepada peneliti yang
melakukan penelitian tentang zat itu. Brosur ini mengandung sejumlah besar informasi
tentang produk mencakup farmakologi, farmakokinetik, efek klinis yang diketahui,
kejadian merugikan yang diketahui, dosis yang direkomendasikan, prosedur
pemberian, persyaratan penyimpanan, stabilitas dan pustaka (Siregar dan Endang,
2006).

2.4 DEFINISI KONSELING


Konseling berasal dari kata counsel yang artinya saran, melakukan diskusi dan
pertukaran pendapat. Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya
seseorang yang membutuhkan (klien) dan seseorang yang memberikan (konselor)
dukungan dan dorongan sedemikian rupa sehingga klien memperoleh keyakinan akan
kemampuannya dalam pemecahan masalah. Konseling pasien merupakan bagian
tidak terpisahkan dalam elemen kunci dari pelayanan kefarmasian, karena Apoteker
sekarang ini tidak hanya melakukan kegiatan compounding dan dispensing aja, tetapi
juga harus berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dimana dijelaskan
dalam konsep Pharmaceutical Care.
Dapat disimpulkan bahwa pelayanan konseling pasien adalah suatu pelayanan
kefarmasian yang mempunyai tanggung jawab etika serta medikasi legal untuk
memberikan informasi dan edukasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan obat.
Kegiatan konseling dapat diberikan atas inisiatif langsung dari Apoteker mengingat
perlunya pemberian konseling karena pemakaian obat-obat dengan cara penanganan
khusus, obat-obat yang membutuhkan terapi jangka panjang sehingga perlu
memastikan untuk kepatuhan pasien meminum obat. Konseling yang diberikan atas
inisiatif langsung dari Apoteker disebutkonseling aktif. Selain konseling aktif dapat
juga konseling terjadi jika pasien datang untuk berkonsultasi pada apoteker untuk
mendapatkan penjelasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan obat dan
pengobatan, bentuk konseling seperti ini disebut konseling pasif.
Konseling obat adalah suatu prosesyang memberikan kesempatan kepada pasien
untuk mengeksplorasikan diri yang dapat mengarah pada peningkatan pengetahuan,
pemahaman dan kesadaran tentang penggunaan obat yang benar.

2.5 MANFAAT DAN TUJUAN KONSELING


 Manfaat dari Konseling yaitu :
- Bagi Pasien :
1) Menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan
2) Mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya
3) Membantu dalam merawat atau perawatan kesehatan sendiri
4) Membantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu
5) Menurunkan kesalahan penggunaan obat
6) Meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terpai.
7) Menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan
8) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi biaya kesehatan

- Bagi Farmasis
1) Menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayan kesehatan.
2) Mewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai tanggung
jawab
Profesi farmasis
3) Mnghindari Farmasis dari tuntutan karena kesalahan pengguanaan obat
(Medicatiaon Error)
4) Suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga menjadi
upaya dalam memasarkan jasa pelayanan.
 Tujuan dari konseling pada pelayanan farmasi adalah :
1) Membina hubungan/komunikai farmasis dengan pasien dan membangun
kepercayaan pasien kepada farmasis.
2) Memberikan informasi yang sesuai kondisi dan masalah pasien.
3) Membantu pasien menggunakan obat sesuai tujuan terapi dengan
memberikacara/metode yang memudahkan pasien menggunakan obat dengan
benar.

2.6 KEGIATAN KONSELING


Kegiatan konseling meliputi beberapa hal yaitu :
 Persiapan dalam melakukan konseling
 Tahap konseling
1) Pembukaan
2) Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan identifikasi masalah
3) Diskusi untuk mencegah atau memecahkan masalah dan mempelajarinya
4) Memastikan pasien telah memahami informasi yang diperoleh
5) Menutup diskusi
6) Follow up diskusi
Aspek Konseling yang harus disampaikan :
 Deskripsi dan kekuatan obat
 Jadwal dan cara penggunaan
 Mekanisme kerja obat
 Dampak gaya hidup
 Penyimpanan
 Efek potensial yang tidak diinginkan
 Masalah dalam konseling yaitu :
o Faktor penyakit
o Faktor terapi
o Faktor pasien
o Faktor komunikasi
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PENGERTIAN CAPTOPRIL

Captopril merupakan obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi
(hipertensi), dapat digunakan sendiri atau bersama dengan obat-obatan lain. Tekanan
darah tinggi menambah kerja jantung dan arteri.
Jika berlangsung dalam waktu lama dapat menyebabkan fungsi jantung dan arteri
menurun. Sehingga dapat menyebabkan rusaknya pembuluh darah otak, jantung, dan
ginjal yang dapat mengakibatkan terjadinya stroke, gagal jantung, atau ginjal. Hipertensi
juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Hal-hal tersebut dapat dihindari ketika
hipertensi dapat terkontrol dengan baik.
Captopril terutama bekerja pada sistem RAA (Renin-Angiotensin-Aldosteron),
sehingga efektif pada hipertensi dengan PRA (Plasma Renin Activity) yang tinggi yaitu
pada kebanyakan hipertensi maligna, hipertensi renovaskular dan pada kira-kira 1/6-1/5
hipertensi essensial.
Captopril juga efektif pada hipertensi dengan PRA yang normal, bahkan juga pada
hipertensi dengan PRA yang rendah. Obat ini juga merupakan antihipertensi yang efektif
untuk pengobatan gagal jantung dengan terapi kombinasi lain. Kombinasi dengan tiazid
memberikan efek aditif sedangkan kombinasi dengan b-blocker memberikan efek yang
kurang aditif.
3.2 INDIKASI CAPTOPRIL
 Untuk pengobatan hipertensi sedang dan berat yang tidak dapat diatasi dengan
pengobatan kombinasi lain.
 Payah jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan
diuretik dan digitalis.

3.3 KONTRAINDIKASI CAPOPRIL

 Hipersensitif terhadap kaptopril dan obat-obat ACE inhibitor lainnya.

3.4 DOSIS CAPTOPRIL

 Captopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari
kebutuhan penderita (individual).
1. Hipertensi
Dewasa
- Hipertensi awal 12,5 - 25 mg 2 sampai 3 kali sehari
- Untuk mengontrol hipertensi lanjut 25-50 mg 2 kali sehari
Max: 50 mg 3 kali sehari
Untuk penyakit Hipertensi, dosis awal: 12,5 - 25 mg dua sampai tiga kali
sehari. Bila setelah 2 minggu, penurunan tekanan darah masih belum
memuaskan maka dosis dapat ditingkatkan menjadi 25 mg tiga kali sehari. Bila
setelah 2 minggu lagi, tekanan darah masih belum terkontrol sebaiknya
ditambahkan obat diuretik golongan tiazida misal hidroklorotiazida 25 mg
setiap hari.
Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu sampai dua
minggu. Maksimum dosis captopril untuk hipertensi sehari tidak boleh lebih
dari 450 mg
Pediatri
Pada neonatus : awal 0,01 mg/kg dua kali sampai tiga kali sehari
Pada anak : awal sampai 0,3 mg/kg tiga kali sehari
2. Gagal jantung
Dewasa
Gagal jantung awal 6,25-25 mg 2-3 kali sehari
Max: 50 mg 3 kali sehari
Penggunaan obat ini diberikan bersama diuretik dan digitalis, dari awal terapi
harus dilakukan pengawasan medik secara ketat.
3. Infark miokardium (Serangan Jantung)
Dewasa
Mulai 3 hari setelah Infark miokardium
Awal: 6,25 mg/hari, dapat meningkat setelah beberapa minggu 150 mg/hari
dalam dosis terbagi jika diperlukan.
4. Diabetic nephropathy
Dewasa
25 mg 3 kali sehari

3.5 EFEK SAMPING CAPTOPRIL

 Kardiovaskular : Hipotensi, palpitasi, takikardia


 Pulmoner : Batuk, dispne, bronkospasme
 SSP : Pusing, kelelahan
 GI : Nyeri abdomen, disgeusia, tukak lambung
 Dermatologik: Ruam, pruritus
 Ginjal: Peningkatan kadar BUN dan kreatinin, proteinuria, gagal ginjal
 Hematologik: Neutropenia, trombositopenia, anemia hemolitik, eosinofilia
 Lain: angioedema, limafadenopati

3.6 INTERAKSI OBAT CAPTOPRIL


 Pemberian obat diuretik hemat kalium (spironolakton-triamteren, anulona) dan
preparat kalium harus dilakukan dengan hati-hati karena adanya bahaya
hiperkalemia.
 Penghambat enzim siklooksigenase sepeti indometasin, dapat menghambat efek
kaptopril.
 Disfungsi neurologik pernah dilaporkan terjadi pada pasien yang diberi kaptopril
dan simetidin.
 Kombinasi kaptopril dengan allopurinol tidak dianjurkan, terutama gagal ginjal
kronik.

3.7 ANALISIS KASUS DENGAN METODE PAM


Metode PAM ( Problem, Assesment/Action, Monitoring)
a. Problem, yaitu mengumpulkan dan menginterpretasikan semua
informasi yang relevan utk mengidentifikasikan masalah yang aktual
dan potensial.
b. Assesment/Action, berupa upaya untuk mengatasi problem –problem
tersebut secara efektif, menetapkan dan melaksanakan semua tindakan
yang perlu dilakukan.
c. Monitoring, merupakan pemantauan terhadap problem klinik, nutrisi
psikososial yang sesuai dengan kondisi pasien (home care).
 Contoh kasus :
R/ Captopril 25 mg 20 tab
Sehari 2x 1 tab

Pro : Ibu H
Catatan PAM (Problem, Assasment, Monitioring)
1. Problem :
Subject = Tekanan darah darah tinggi,kepala pusing pusing
Objective =
Masalah pengobatan =

2. Assasment

No Problem Medik Terapi DRP

Captopril 25

Tekanan darah mg
1 Tepat indikasi
tinggi Sehari 2 x 1
tablet

3. Monitoring

Rekomendasi Monitoring Target

Captopril 25 mg Efektif = 25 mg Tekanan darah normal


mencapai 120/80
Sehari 2 x 1 tablet 2x sehari 1 tablet
mmHg
ES =
kelelahan,takikardia

3.8 SKENARIO KONSELING UNTUK OBAT CAPTOPRIL


Sebelum memasuki ruangan dokter ibu H di cek tensi dahulu oleh perawat
yang bertugas

Perawat : ‘’ibu H’’ ! perawat berteriak memanggil nama pasien

Perawat : “silahkan duduk ibu H, saya tensi dulu ya”

Ibu h : “ iya, silahkan Sus”

Perawat sambil mulai menensi ibu H

Perawat : “wah tensinya tinggi ya bu? 155/100”

Ibu h : “iya sus’’

Perawat : “ mari ibu H , silahkan masuk”

perawat mengantarkan pasien masuk keruangan dokter dan memberikan


status pasien pada dokter

*Setting (ruang dokter )

Ibu h : “assalammu’alaikum . permisi dokter

Dokter : “iy ibu H silahkan masuk, Apa kabar ibu H?”

Ibu h : “ini dok sya pusing nih, itu td kata susternya tensi saya tinggi
dok”

Dokter : ‘’baik bu saya lihat dari pemeriksaan tadi oleh suster tensi ibu

tinggi yah” saya berikan resep buat penurun darah tingginya


yah

Ibu h : “trima kasih dok, mari.”

Dokter : “iya ibu sama-sama, semoga lekas sembuh”

*Setting (di depan ruang apotek)

Aa : “Selamat siang ibu, ada yang bisa saya bantu?”


Ibu h : “iya mbak, ini saya mau nebus resep.”

Aa : “iya ibu tunggu sebentar yah (melihat resep).”

*kemudian menuju kasir untuk menghitung harga resep,kemudian pasien

membayar resep tersebut dan obat disiapkan oleh aa. Diruang tunggu
apotek Pasien menunggu resep obatnya dipersiapkan

Aa : “Ibu h!!!”

Ibu h : “iya, saya bu” sambil menghampiri asisten apoteker

Aa : “ibu mari ikut saya ke ruangan konseling untuk bertemu


apotekernya”

*setting (di dalam ruang konseling)

Apoteker : “ selamat siang ibu, silahkan duduk”,

Ibu h : “ trimakasih bu”

Apoteker : “ibu h, apa kabar?”

Ibu h : “alhmdulillah baik bu”

Apoteker : “perkenalkan nama saya ... , sya seorang apoteker. Saya


mengajak ibu kesini ingin Menginformasikan tentang obat
yang akan ibu h terima. Sebelumnya saya mau Tanya tadi ibu h
keluhannya apa ?’’

Ibu h : ‘’pusing-pusing aja nih’’

Apoteker : “ tensinya tadi berapa bu?”

Ibu h : “tensi saya 155/100”

Apoteker : “wah cukup tinggi juga ya, tadi dokter bilang apa tentang obat
ibu?”

Ibu h : “tadi dokter bilang saya di kasih obat buat nurunin tekanan
darahnya saja”
Apoteker : “ lalu dokter menjelaskan ga cara minum obatnya seperti apa?”

Ibu h : “dokter Cuma bilang obat darah tingginya diminum buat 10

hari aj bu’’

Apoteker : “setelah minum obat ini, dokter bilang apa mengenai efek yang
akan muncul?Atau harapan setelah minum obat ini gmna bu?’’

Ibu h : “yah, dokternya ga bilang apa-apa tuh bu. Cuma bilang semoga
lekas sembuh”

Apoteker : “Oh ga bilang ya bu. Sebelumnya apakah ibu H jg sambIl

mengkonsumsi obat lain selain obat dari dokter ini?”

Ibu h : “ Tidak bu”

Apoteker : ‘’Baik bu jadi begini, dsini ibu di resepkan obat untuk penurun
tekanan darahnya ada captopril, ibu minum sehari 2 kali
berarti di selang pemberiannya setiap 12 jam, Sebaiknya ibu
minum pada saat lambung kosong karena obat akan lebih
mudah diserap dan cepat menimbulkan efek menurunkan
tekanan darah. Bisa diminum 1jam sebelum makan atau 2 jam
setelah makan. Tapi ibu, juga harus rutin control tensi darahnya
ya untuk mengetahui gmna kondisi tekanan darah ibu
selanjutnya setelah minum obat ini.’’

Apoteker : “Bagaimana ibu h, apakah sudah paham dengan penjelasan


saya? Atau ada yang masih ingin ditanyakan?”

Ibu h : ‘’Apakah kalau obatnya lupa diminum, trus harus diminum


berikutnya jadi double atau bagaimana? Efeknya apa klo
sampai lupa minum?”

Apoteker : “ Iya, jadi kalau ibu sampai lupa minum obat pada satu waktu,
ibu tidak perlu meminum obat double, cukup ibu lanjutkan saja
obatnya. Karena kalau ibu minum double dosis yang ibu
minum akan berlebih dan bisa berbahaya”. “ nah, kalau
efeknya apa bila sampai lupa minum obat, untuk obat penurun
tekanan darah, akibatnya tensi ibu akan naik turun dan kurang
stabil, jadi sebaiknya ibu rutin minum obat ini dan rutin di
control tekanan darahnya”. “apakah sudah jelas bu? Atau ada
yang ingin ditanyakan kembali?”

Ibu h : “Pantangannya apa aja bu yang ga boleh dimakan untuk kondisi


seperti ini?”

Apoteker : “Ya sebaiknya dikurangi makanan yang asin-asin, hindari


stress atau banyak pikiran, hindari beraktivitas yang terlalu
berat. Dan makanan apa saja yang sebaiknya ibu makan untuk
lebih jelasnya mungkin ibu bisa konsultasi ke bagian ahli
gizi”

Ibu h : “ Ohh, iy bu. Saya paham.”

Apoteker : “ Apakah masih ada yang ingin dsampaikan lagi mengenai


masalah obat ini bu?”

Ibu h : “Tidak bu, saya sudah cukup paham”

Apoteker : “ Baik bu, apa ada yang ingin ditanyakan kembali? Jika sudah

cukup jelas saya akhiri saja konseling ini. Trimakasih atas


waktunya, semoga lekas sembuh ya bu”
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kemenkes no 1197 tahun 2004 BAB VI mendefinisikan PIO sebagai
kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan
informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini baik kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien
Pelayanan konseling pasien adalah suatu pelayanan kefarmasian yang
mempunyai tanggung jawab etika serta medikasi legal untuk memberikan
informasi dan edukasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan obat.
Captopril merupakan obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah
tinggi (hipertensi), dapat digunakan sendiri atau bersama dengan obat-obatan
lain. Tekanan darah tinggi menambah kerja jantung dan arteri.
Indikasi captopril yaitu Untuk pengobatan hipertensi sedang dan berat
yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan kombinasi lain dan payah jantung
yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan
digitalis.

Pada kasus di atas untuk Pasien ibu H diberikan dosis captopril 25mg 2 x
sehari 1 tab agar mencapai tekanan darah normal yaitu 80/120 mmHg.

4.2 Saran
Setelah kita mempelajari apa yang telah dibahas, maka kita perlu
menerapkan dalam profesi kita. Kiranya makalah ini dapat bergunadan
memberi wawasan tentang apa itu obat captopril bagaimana
indikasi,kontraindikasi,dosis serta interaksi obat dari obat captopril.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2004.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1197/Menkes/SK/X/2004.Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.Jakarta :
Kemenkes RI.
Anonim. 2006. Keputusan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
No.Hk.00.Dj.Ii.924 Tentang Pembentukan Tim Penyusun Pedoman Pelayanan
Kefarmasian Di Puskesmas.
Anonim. 2006. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian Di Sarana
Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
Anonim. 2006, Pedoman Pelayanan Informasi Obat Di Rumah Sakit. Dirjen Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI: Jakarta.
Anonim, 2005, Informasi Spesialite Obat Indonesia, vol. 40, Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia, Jakarta
Deglin, Judith Hopfer dan April Hazard Valleran. Pedoman Obat untuk Perawat: EGC.
Jokosuryono ,Y.P.. 1978. Obat dan Masalahnya. Yogyakarta.
Omoigui, Sota. Obat-obatan Anestesia: EGC
Rahardja, Kirana dan Tan Hoan Tjay. 2007.Obat-obat Penting: Elex Media Komputindo
Widjajanti, Nuraini.1988 . Obat-obatan. Yogyakarta: Kanisius
Medscape

You might also like