Professional Documents
Culture Documents
Eksperimen Bab 1-3
Eksperimen Bab 1-3
Eksperimen Bab 1-3
JUDUL PROGRAM
PENGARUH METODE STORYTELLING DALAM MENINGKATKAN
PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK MASA PERTENGAHAN DI
KOTA BUKITTINGGI
BIDANG KEGIATAN:
PKM-PENELITIAN
Diusulkan oleh :
Arina Mujahidah 15011165/2015
BUKITTINGGI
2017
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
A. Latar Belakang …………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 3
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………… 3
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………. 3
E. Luaran Penelitian …………………………………………………….. 3
A. Latar Belakang
Berdasarkan data pokok dinas pendidikan kota Bukittinggi (2016), Bukittinggi
telah memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang cukup memadai karena saat
ini telah tersedia 101 Satuan PAUD, 68 Sekolah Dasar, 17 setingkat SLTP, 30
setingkat SLTA, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta. Jangkauan
pelayanan pendidikan tidak hanya untuk putra daerah kota Bukittinggi saja, akan
tetapi meliputi wilayah Sumatera Barat bagian utara, sebagian Riau, Sumatera
Utara dan Jambi. Demikian juga tenaga guru/dosen telah memadai sehingga
prestasi akademik pelajar kota ini sangat membanggakan.
Sejalan dengan itu, menurut Eisenberg, dkk (dalam Papalia, 2008), pada ranah
perkembangan psikososial, anak masa pertengahan yakni usia 6 sampai 11 tahun
menjadi lebih empati dan lebih condong kepada perilaku prososial. Perilaku
prososial adalah tanda-tanda penyesuaian yang positif. Anak prososial cenderung
bertindak sesuai dengan situasi sosial, relatif bebas dari emosi negatif dan
menghadapi masalah secara konstruktif. (Papalia, 2008). Selain itu, Menurut
McGrath & Brown (2008) menyatakan bahwa seiring bertambahnya usia anak-
anak, mereka menjadi semakin sadar akan manfaat materi dan sosioemosional bagi
orang yang berperilaku prososial. Perilaku prososial adalah tanda-tanda
penyesuaian yang positif. Anak prososial cenderung bertindak sesuai dengan situasi
sosial, relatif bebas dari emosi negatif dan menghadapi masalah secara konstruktif.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perilaku prososial pada anak-anak masa pertengahan di
Bukittinggi?
2. Bagaimana penerapan metode storytelling pada anak-anak masa
pertengahan di Bukittinggi?
3. Bagaimana pengaruh metode storytelling terhadap perilaku prososial pada
anak-anak masa pertengahan di Bukittinggi ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat :
1. Perilaku prososial pada anak-anak masa pertengahan di Bukittinggi.
2. Penerapan metode storytelling pada anak-anak masa pertengahan di
Bukittinggi.
3. Pengaruh metode storytelling terhadap perilaku prososial pada anak-anak
masa pertengahan di Bukittinggi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan pengetahuan tentang storytelling khususnya dalam hal
meningkatkan perilaku prososial anak-anak masa pertengahan.
2. Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pihak pendidik di sekolah dan
orang tua dapat menerapkan metode storytelling dalam pembelajaran untuk
meningkatkan perilaku prososial pada anak.
E. Luaran Penelitian
Laporan penelitian ini akan ditulis dalam bentuk artikel ilmiah yang lebih
ringkas yang kemudian akan dipublikasikan pada jurnal Riset Aktual Psikologi
(RAP) UNP. Luaran lain berupa produk buku cerita serta boneka tangan yang
nantinya akan bermanfaat bagi pihak yang bersangkutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Prososial
Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa prososial adalah suatu kegitan
menolong orang lain yang dilakukan dengan sukarela atas keinginan pelaku sendiri.
4
5
tidak akan ragu-ragu dalam melakukannya. Namun, saat ada beberapa orang
di temapt, kecenderungannya adalah menunggu perintah daripada membuat
kesalahan dan terlihat kebodohannya. Individu yang menolong orang yang
mengalami kesulitan juga mempertimbangkan hadiah dan kerugian yang
diperoleh, suasana hati individu pada waktu itu, empati dan karakteristik
individu.
b) Mengurangi suatu tindak pelanggaran deterring a wrongdoer)
Adanya keinginan untuk menciptakan keamanan dengan mengurangi
pelanggaran dan adanya rasa tanggung jawab untuk memberikan bantuan
terhadap orang yang mengalami tindak pelanggaran. Komitmen utama terhadap
tanggung jawabnya akan meningkatkan kemungkinan untuk ikut serta dalam
berperilaku prososial.
c) Menahan godaan (resist temptation)
Individu seringkali dihadapkan pada pilihan antara melakukan apa yang
diketahui dengan mempertahankan perilaku moral atau melakukan cara
penyelesaian yang mudah melalui berbohong, berbuat curang, atau mencuri.
Hal tersebut sangat menggoda individu untuk melanggar aturan yang ada agar
memperoleh keuntungan dengan segera. Individu nampaknya lebih menyukai
melakukan kejahatan sederhana jika keuntungan yang diperoleh secara
potensial tinggi dan jika kemungkinan diketahui atau diungkap dan kerugian
yang diperoleh rendah. Meskipun demikian ada sejumlah orang yang
melakukan tindakan ilegal atau tidak bermoral namun masih banyak orang yang
mampu menahan goadaan tersebut.
b. Ambiguitas
Analisis pengambilan keputusan menyatakan bahwa penolong
kadang-kadang tidak yakin apakah situasi tertentu benar-benar
merupakan situasi darurat.
c. Rasa takut dinilai
Menurut Baumeister (dalam Sears, 1985) bila kita mengetahui
bahwa orang lain memperhatikan perilaku kita, kita berusaha
melakukan apa yang menurut kita diharapkan oleh orang lain dan
memberikan kesan yang baik.
2. Kondisi lingkungan
Sejumlah penelitian membuktikan pengaruh kondisi lingkungan seperti
cuaca, ukuran kota, dan derajat kebisingan terhadap pemberian bantuan.
a. Cuaca
Dalam penelitian Cunningham (dalam Sears,1985) mengemukakan
bahwa orang lebih cenderung membantu bila hari cerah dan bila
suhu udara cukup menyenangkan (relatif hangat di musim dingin
dan relatif sejuk di musim panas). Dan dalam penelitian Ahmed
(dalam Sears,1985) mengamati bahwa orang lebih cenderung
menolong dalam cuaca cerah dari pada dalam cuaca mendung.
b. Ukuran kota
Menurut Amato (dalam Sears,1985) menemukan bahwa persentase
orang yang memberi bantuan lebih besar di kota kecil dari pada
dikota besar.
c. Kebisingan
Menurut hasil penelitian Mathews & Canon (dalam Sears,1985)
menyatakan bahwa suara bising yang keras menyebabkan orang
mengabaikan orang lain disekitarnya dan memotivasi mereka untuk
meninggalkan situasi tersebut secepatnya, sehingga menciptakan
penonton yang tidak begitu suka menolong.
3. Tekanan waktu
Berdasarkan hasil penelitian Batson, dkk. (dalam Sears,1985)
mengemukakan bahwa seseorang yang tergesa-gesa mempunyai
kecenderungan yang lebih kecil untuk menolong orang lain dibanding
mereka yang tidak mengalami tekanan waktu.
4. Model-model prososial
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa menurut teori belajar
sosial, bahwa tingkah laku prososial dapat mendorong seseorang untuk
memunculkan tindakan menolong kepada orang lain. Disamping model
prososial dalam dunia nyata, model-model yang menolong dalam media
7
B. Storytelling
1) Definisi Storytelling
Menurut Danandjaja (dalam Anggarini, 2014) storytelling atau mendongeng
adalah cerita khayali yang dianggap tidak benar – benar terjadi, baik oleh
penuturnya maupun oleh pendongarnya. Dongeng tidak terikat oleh ketentuan
normatif dan faktual tentang pelaku, waktu dan tempat. Pelakunya adalah makhluk
– makhluk khayali yang memiliki kebijaksanaan atau kekurangan untuk mengatur
masalah manusia dengan segala macam cara. Dongeng diceritakan terutama untuk
hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran atau bahkan moral.
2) Jenis-jenis Storytelling
Sumarjo dan Suratmi (dalam Anggarini, 2014) membagi dongeng menjadi
beberapa bagian yaitu, legenda, fabel, mite, dan sage.
a) Legenda
Legenda adalah jenis dongeng yang berhubungan dengan peristiwa sejarah
atau kejadian alam, misalnya tejadinya sesuatu nama tempat dan bentuk
topografi suatu daerah, yaitu bentuk permukaan suatu daerah (bukit, jurang,
dan sebagainya.
b) Fabel
Cerita binatang (fables, fabel) adalah salah satu bentuk cerita (tradisional)
yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita. Binatang – binatang
tersebut dapat berpikir dan berinteraksi layaknya komunitas manusia, juga
dengan permasalahan hidup layaknya manusia.
c) Mite
Mite atau mitos adalah dongeng yang mengandung unsur – unsur misteri,
dunia gaib, dan alam dewa yang dianggap benar – benar terjadi oleh
masyarakat pemilik mite tersebut.
d) Sage
9
dalam skripsinya mengatakan bahwa Cerita berjenis fabel yang disampaikan oleh
guru sebagai partisipan terbukti efektif digunakan untuk meningkatkan perilaku
prososial pada anak. Hal ini dapat dilihat dari perubahan yang terjadi secara
kuantitatif dan secara kualitatif.
Berdasarkan beberapa hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa pembacaan cerita
(storytelling) memiliki pengaruh terhadap perilaku prososial atau dapat dikatakan
bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan.
D. Kerangka Konsep
Dengan dibacakan sebuah cerita diharapkan dapat meningkatkan perilaku
prososial pada anak usia 9-10 tahun, maka kerangka pemikiran dapat
digambarkan sebagai berikut :
Pretest Posttest
Pembacaan cerita
1&2 1&2
Perilaku Perilaku
Prososial Prososial
Meningkat
E. Hipotesis
H0 : Tidak terdapat pengaruh metode storytelling dalam meningkatkan perilaku
prososial pada anak usia pertengahan.
Ha : Terdapat pengaruh metode storytelling dalam meningkatkan perilaku prososial
pada anak usia pertengahan.
11
BAB III
METODELOGI
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif yaitu metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono,
2013). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif eksperimen yang menurut Yusuf (2010) merupakan
suatu tipe penelitian yang digunakan untuk melihat pengaruh antara satu atau beberapa ubahan
dengan satu atau beberapa ubahan yang lain.
Penelitian ini ditujukan untuk melihat sejauh mana pengaruh suatu variabel terhadap variabel
lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen atau variabel X adalah metode
storytelling, sedangkan yang menjadi variabel dependen atau variabel Y adalah perilaku prososial.
B. Variabel Eksperimen
C. Definisi Operasional
1) Perilaku prososial
Perilaku prososial merupakan suatu bentuk perilaku yang memberikan keuntungan pada orang
lain, namun tidak memberikan keuntungan yang jelas bagi individu yang bersangkutan yang
12
mencakup perilaku menolong orang lain yang kesulitan, mengurangi suatu tindak pelanggaran,
dan dapat menahan goadaan pada anak usia pertengahan dalam lingkungan sosialnya.
2) Metode storytelling
Metode storytelling merupakan suatu metode dengan menceritakan suatu dongeng khayali atau
menyampaikan peristiwa dalam kata-kata dan suara sering diberi improvisasi dan menambah-
nambahi. Dalam penelitian ini, metode storytelling yang digunakan adalah berjenis fabel yang
mengandung pendidikan prososial bertemakan persahabatan.
2) Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2013). Sejalan dengan itu, sampel menurut Yusuf (2010) adalah sebagian dari populasi
yang terpilih dan mewakili populasi tersebut, jadi sampel merupakan perwakilan dari populasi
yang telah menggambarkan atau mewakili sesuai dengan kriterianya. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Teknik purposive sampling menurut Yusuf (2010) ialah penentuan sampel yang dilandasi
tujuan dan pertimbangan-pertimbangan tertentu terlebih dahulu atau didasarkan pada maksud yang
telah ditetapkan sebelumnya. Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah:
a) Siswa Sekolah Dasar Negeri 09 Belakang Balok yang masih aktif bersekolah.
b) Siswa Sekolah Dasar Negeri 09 Belakang Balok yang berumur 8-10 tahun
c) Siswa Sekolah Dasar Negeri 09 Belakang Balok yang memiliki perilaku prososial
bermasalah.
Dalam memilih siswa yang bermasalah dalam perilaku prososial, peneliti mengambil sampel
yang telah direkomendasikan oleh wali kelas yang bersangkutan di Sekolah Dasar Negeri 09
tersebut.
E. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen time series design. Time series
design merupakan desain penelitian eksperimen dimana dalam desain ini pengukuran
dilakukan berulang-ulang, baik sebelum manipulasi maupun sesudah diberikan manipulasi
(Seniati, dkk., 2005). Dimana dalam penelitian ini hanya terdapat satu kelompok yang
diberikan perlakuan/intervensi yang disebut kelompok eksperimen. Dalam kelompok ini, akan
diberikan pretest dan posttest. Dimana pretest dan posttest ini dilakukan dengan metode
13
observasi. Di antara pretest dan posttest akan dilakukan intervensi ke kelompok eksperimen
ini.
O1 O2 Intervensi O3 O4
Di awal, Pretest dilakukan sebanyak dua kali dengan tujuan melihat seberapa besar perilaku
prososial yang dimiliki anak. Peneliti akan melakukan observasi behavioural untuk melihat
perilaku prososial anak. Selanjutnya peneliti akan memberikan metode storytelling sebagai
bentuk intervensi kepada anak yang diharapkan dapat meningkatkan perilaku prososial pada
anak. Cerita yang dijadikan intervensi adalah storytelling berjenis fabel. Dan di akhir
penelitian, akan dilakukan posttest sebanyak dua kali pula untuk melihat hasil dari intervensi
yang telah dilakukan. Posttest dilakukan sama halnya dengan pretest dilakukan. Hasil posttest
dan prestest nantinya yang akan dianalisa untuk hasil penelitian.
Berbagi kue/makan
siang dengan teman
Meminjamkan pena
Membantu guru
membagikan buku tulis
Mengajak bermain
bersama
Bercerita tentang dirinya
(dengan teman ataupun
guru)
Mendengarkan teman
berbicara.
Menghindari Meletakkan mainan
kesalahan yang dimainkan
ketempat semula tanpa
diperintah
Bermain bergiliran
2. Mengurangi Tidak melanggar Memasuki kelas secara
suatu tindak aturan bergiliran
pelanggaran Keluar kelas secara
(Deterring a bergiliran
wrongdoer). Merapikan barisannya
Ikut bermain tanpa
membuat masalah/gaduh
Tidak menyontek
Menegur teman yang Menegur teman yang
berbuat salah mengganggu teman
yang lain
Menegur teman yang
tidak mau bergiliran,
dan
Menegur teman yang
tidak membereskan
mainan setelah bermain.
Mengantri Mengantri saat membeli
makanan,
Menghargai Tidak menghina teman,
pekerjaan teman Tidak merebut mainan
teman,
15