Laporan Hidroponik

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 26

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan hasil pertanian semakin meningkat seiring jumlah penduduk

yang semakin meningkat. Kemajuan teknologi semakin meningkat, menyebabkan

industri seperti pabrik-pabrik semakin berkembang, sehingga menggeser banyak

lahan pertanian terutama di daerah perkotaan yang mengakibatkan lahan pertanian

semakin terbatas. Hidroponik adalah alternatif yang dapat digunakan untuk

meningkatkan produktifitas tanaman terutama di lahan sempit (Siswandi dan

Sarwono, 2013).

Budidaya secara hidroponik berkembang dengan baik karena mempunyai

banyak kelebihan yaitu: pada tanah yang sempit dapat ditanami lebih banyak

tanaman dari pada yang seharusnya, keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan

berproduksi lebih terjamin, pemeliharaan untuk tanaman lebih praktis, pemakaian

air dan pupuk lebih efisien karena dapat dipakai ulang, tanaman yang mati mudah

diganti dengan tanaman yang baru, tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak,

beberapa jenis tanaman dapat dibudidayakan di luar musim, dan tidak ada resiko

kebanjiran karena tidak ditanam ditanah, kekeringan atau ketergantungan pada

kondisi alam. Sedangkan kelemahan hidroponik yaitu : biaya investasi awal lebih

mahal dan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dan komposisi pupuk, pH dan

pupuk (Siswadi, 2006).

Hidroponik merupakan salah satu sistem pertanian masa depan karena

dapat diusahakan di berbagai tempat, baik di desa, di kota, di lahan terbuka, atau

di atas apartemen sekalipun. Luas tanah yang sempit, kondisi tanah kritis, hama

dan penyakit yang tak terkendali, keterbatasan jumlah air irigasi, musim yang
2

tidak menentu, dan mutu yang tidak seragam bisa ditanggulangi dengan sistem

hidroponik. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal

musim. Oleh karena itu, harga jual panennya tidak khawatir akan jatuh.

Pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah karena tempat budidayanya

relatif bersih, media tanamnya steril, tanaman terlindung dari terpaan hujan,

serangan hama dan penyakit relatif kecil, serta tanaman lebih sehat dan

produktivitas lebih tinggi (Hartus, 2008).

Tanaman yang sering di tanam sistem hidroponik adalah tanaman sayur,

karena batang sayur-sayuran tidak terlalu besar dan berat. Hidroponik selain

memberi manfaat produktif, juga bisa diletakkan di teras untuk untuk hiasan

karena secara visual terlihat indah. Sayuran merupakan sumber makanan yang

menyediakan nutrisi lengkap untuk kepentingan tubuh. Sasaran konsumsi sayur

penduduk Indonesia perkapita tahun 2011-2015 menunjukkan pertumbuhan 7,0 %

per tahun (Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian, 2012).

Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) termasuk dalam jenis sayur sawi yang

mudah diperoleh dan cukup ekonomis. Saat ini pakcoy dimanfaatkan oleh

masyarakat dalam berbagai masakan. Hal ini cukup meningkatkan kebutuhan

masyarakat akan tanaman pakcoy. Tanaman pakcoy cukup mudah untuk

dibudidayakan. Perawatannya juga tidak terlalu sulit dibandingkan dengan

budidaya tanaman yang lainnya. Budidaya tanaman pakcoy dapat dilakukan

sendiri oleh masyarakat dengan menggunakan media tanam dalam polibag. Media

tanam dapat dibuat dari campuran tanah dan kompos dari sisa limbah (Prasasti

2014).
3

Sawi huma atau dikenal dengan Pakcoy (Brassica rapa L) merupakan

salah satu sayuran daun yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Tanaman ini juga

dapat tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah (Haryanto, et al, 1995).

Pakcoy (Brassica rapa L. sub. chinensis) merupakan salah satu sayuran

daun kerabat dari sawi yang berumur pendek dan merupakan sayur introduksi dari

Cina. Tanaman ini memiliki daun yang bertangkai, berbentuk agak oval, berwarna

hijau tua, dan mengkilap. Tangkai daunnya berwarna putih atau hijau muda,

gemuk, dan berdaging (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Salah satu cara yang cara yang dapat mendukung pertumbuhan dan

peningkatan produksi tanaman sawi huma (Pakcoy) adalah dengan menerapkan

penanaman secara hidroponik. Penanaman tanaman secara hidroponik merupakan

salah satu teknologi bercocok tanam dengan menggunakan air, nutrisi dan oksigen

tanpa menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya. Ada enam jenis sistem

penanaman secara hidroponik ,, yaitu sistem sumbu, sistem kultur air, sistem

pasang surut, sistem irigasi tetes, sistem NFT dan sistem aerponik (Krisnawati,

2014).

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian

kombinasi berbagai macam air dan berbagai jenis dosis nutrisi terhadap

pertumbuhan tanaman Sawi Pakcoy.


TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hidroponik

Hidroponik adalah sebuah istilah yang menaungi banyak macam metoda.

Prinsip-prinsip dasar hidroponik dapat diterapkan dalam macam cara, yang dapat

disesuaikan dengan persyaratan-persyaratan finansial maupun keterbatasan ruang

pada tiap orang yang ingin mengerjakannya. Metoda-metoda bercocok tanam

hidroponik yang telah dikembangkan selama 45 tahun ini, dapat dibagi menjadi

beberapa kategori. Pada metoda menggunakan air, tumbuh-tumbuhan ditanam

semata-mata dalam air yang dilengkapi dengan larutan zat makanan. Metoda yang

menggunakan pasir menuntut penanaman tumbuh-tumbuhan pada pasir yang

disteril, ke dalamnya sejumlah air dan larutan zat makanan dipompakan masuk.

Metoda agregasi menggantikan pasir dan dengan menggunakan serentetan

material, seperti kerikil (Nicholls, 1995).

Secara umum hidroponik berarti sistem budidaya pertanian tanpa

menggunakan tanah tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrient. Media

tanam lain dapat berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolit, atau tanpa media

agregat (hanya air). Media tersebut biasanya bebas dari unsur hara (steril)

sementara itu pasokan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dialirkan ke dalam

media tersebut melalui pipa atau disiramkan secara manual. Nutrien atau pupuk

hidroponik yang telah dilarutkan dalam air didistribusikan kepada media dengan

jalan jaringan mikro irigasi, yaitu meneteskan dengan jaringan ke media tanaman

dan langsung diserap, tidak bisa kembali lagi. Media tanaman hidroponik tidak

mempunyai zat hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemberian larutan nutrien

secara terus menerus ke dalam media tanaman hidroponik sangat diperlukan dan
5

diperhitungkan berdasarkan jumlah dan jenis tanaman yang ditanam. Pengairan

tanaman dengan sistim hidroponik dikenal dua sistem pengairan, yaitu sistem

genangan air dan sistem pengaliran air. Sistem genangan air adalah suatu system

dengan cara memasukkan air pada wadah (pot) dengan ukuran ketinggian air

didalam wadah jangan melampaui akar atau akar jangan terendam oleh genangan

air, hal ini untuk menghindari supaya jangan membusuknya akar tanaman. Sistem

genangan air ini dipakai apabila kita mempergunakan wadah akuarium.

Kelemahan sistem genangan air ini adalah terjadinya pengendapan nutrien

dibawah (Siswa, dkk., 2002).

B. Faktor Penentu Keberhasilan Pertumbuhan Tanaman Hidroponik

Media tanam yang digunakan dalam hidroponik tidak mengandung nutrisi

yang dibutuhkan oleh tanaman. Penambahan nutrisi mutlak dibutuhkan untuk

budidaya tanaman sistem hidroponik, baik unsur hara esensial makro maupun

mikro. Nutrisi hidroponik dapat tersedia di pasaran yang dapat langsung

digunakan dan yang biasa petani gunakan untuk pemupukan tanaman. Larutan

nutrisi yang diberikan terdiri atas garam-garam makro dan mikro yang dibuat

dalam larutan stok A dan B (Samanhudi dan Harjoko, 2010).

Penyerapan nutrisi tanaman dipengaruhi oleh media tanam. Media tanam

merupakan tempat akar tanaman menyerap unsur-unsur hara yang dibutuhkan

oleh tanaman. Media tanam yang baik merupakan media yang dapat mendukung

pertumbuhan dan kehidupan tanaman. Penunjang keberhasilan dari sistem

budidaya hiroponik adalah media yang bersifat porus dan aerasi baik serta nutrisi

yang tercukupi untuk pertumbuhan tanaman (Perwtasari et al., 2012).


6

Media tanam hidroponik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut,

yaitu dapat menyerap dari penghantar air, tidak mempengaruhi pH air, tidak

mengubah warna, tidak mudah lapuk dan membusuk. Media tanam kultur

hidroponik dapat dibagi menjadi dua, yaitu media tanam anorganik, contohnya

batu apung yang berasal dari bebatuan larva gunung berapi. Sifatnya ringan, sukar

lapuk, tidak mempengaruhi pH, porous mudah menyerap dan menyimpan air,

serta mengalirkan air dalam jumlah yang banyak. Batu apung terbaik untuk media

tanam hidroponik perlu direkayasa menjadi sebesar kerikil (Fitter dan Hay, 2000).

Sebelum mulai mencoba hidroponik, hendaknya terlebih dahulu

ditentukan tingkat suhu, kelembaban, serta jumlah sinar di tempat dimana kita

mencoba hidroponik. Tingkat suhunya selain untuk mengatur tanaman dalam

memperoleh energy, tapi juga erat kaitannya dengan kelembaban udara. Pada

temperature 23ºC, kelembaban 40 % amat sesuai denagn tanaman. Sinar atau

cahaya adalah salah satu bagian penting dalam proses fotosintesis (Lakitan, 2004).

Pemberian pupuk yang umum yaitu dengan menabur langsung ke tanah

tempat bibit yang di tanam. Akan tetapi, pada hidroponik pupuk diberikan dalam

bentuk larutan dan lebih dikenal dengan istilah nutrien. Kandungan unsur hara

yang dibutuhkan untuk tanaman hidroponik tidak berbeda dengan tanaman di

media tanah. Unsur hara yang dibutuhkan terdiri dari unsur makro (N, P, K, Ca,

Mg, dan S) dan unsur mikro (Mn, Cu, Mo, Zn, dan Fe) (Palungkun, dkk, 1999).

Banyak hal yang dapat menyebabkan hidroponik gagal dan kurang subur,

diantaranya adalah tanamannya belum mengalami adaptasi, terjadi kesalahan


7

dalam melakukan hidroponiknya. Contohnya batu apungnya kurang bersih atau

kurang steril dari garam-garam mineral dan pasir (Hasim, 1995).

Bila menggunakan metoda kultur porous atau agregat biasanya harus

disterilkan terlebih dahulu kerikil-kerikilnya. Mensterilkannya adalah dengan cara

jalan pemanasan atau bisa pula dengan menyikatnya sampai bersih dengan

menggunakan air sabun yang hangat. Menggunakan media kultur porous ini

tergolong mudah. Hanya saja bila menggunakan media ini tanaman akan mudah

kering, berarti kita harus rajin-rajin menyiramnya (Lingga, 1999).

C. Sejarah Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)

Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang

termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah

dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat

serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih

sefamili dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di

Filipina, Malaysia, Indonesia dan Thailand (Setiawan 2014).

D. Syarat Tumbuh Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)

Pakcoy atau biasa yang disebut dengan sawi sendok termasuk tanaman

sayur yang tahan panas, sehingga bisa ditanam di dataran rendah hingga dataran

tinggi (100-1.000 mdpl), akan tetapi hasil panen akan lebih baik bila ditanam di

dataran tinggi. Tanaman pakcoy tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam

sepanjang tahun. Saat musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman

secara teratur. Tanaman ini dapat dipanen pada umur 30-45 hari setelah tanam
8

(HST) dengan potensi produksi 20-25 ton ha-1 dan kebutuhan benih pakcoy 400-

500 g ha-1 (Wahyudi, 2010).

E. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)

Adapun klasifikasi tanaman sawi pakcoy adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rhoeadales

Famili : Brassicaceae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica rapa L (Setiawan 2014).

Pakcoy memiliki sistem perakaran tunggang dengan cabang akar

berbentuk bulat panjang yang menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-

50 cm (Setyaningrum dan Saparinto, 2011).

Tanaman ini memiliki batang yang sangat pendek dan beruas-ruas,

sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai pembentuk dan

penopang daun. Pakcoy memiliki daun yang halus, tidak berbulu dan tidak

membentuk krop. Tangkai daunnya lebar dan kokoh, tulang daun dan daunnya

mirip dengan sawi hijau, namun daunnya lebih tebal dibandingkan dengan sawi

hijau (Haryanto dkk., 2007).

Struktur bunga tanaman sawi tersusun dalam tangkai bunga yang panjang

dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak,

empat helai daun mahkota, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang
9

berongga dua. Penyerbukan bunga tanaman ini dapat berlangsung dengan bantuan

serangga maupun oleh manusia. Buah tanaman sawi termasuk tipe buah polong

berbentuk memanjang dan berongga dengan biji berbentuk bulat kecil berwarna

coklat kehitaman (Sunarjono, 2013).

Tanaman pakcoy mengandung 93% air, 3% karbohidrat, 1,7% protein,

0,7% serat, dan 0,8% abu. Pakcoy merupakan sumber dari vitamin dan mineral

seperti vitamin C, ß-karoten, Ca, P, dan Fe (Elzebroek dan Wind, 2008).

F. Jenis-jenis Air Yang Digunakan

1. Air Sumur

Air sumur adalah air tanah yang mengandung fosfor dan zat kapur. Air

sumur baik digunakan untuk penyiraman tanaman. Air sumur juga mengandung

zat besi yang sangat tinggi yaitu 5-7 ml/air.

2. Air Hujan

Kandungan air hujan berasal dari reaksi pelarutan mineral yang ada di

atmosfer,butiran air bereaksi dengan gas di atmosfer. Air hujan mengandung

H2CO, ion hidrogen, dan ion bikarbonat. Meski air hujan tidak banyak memiliki

kandungan unsur hara yang banyak tetapi air hujan dapat melarutkan banyak zat

hara. Air hujan membuat tanaman subur karena mengandung banyak unsur N

(Nitrogen) yang bebas di udara.

3. Air PDAM (Ledeng)

Air PDAM memiliki kandungan mineralnya sedikit karena air PDAM

sudah mengalami proses penjernihan, penyaringan (filtrasi), dan pengendapan

sehingga banyak mineral yang terbuang. Air PDAM sudah diberi klorin / kaporit
10

untuk membunuh mikroba dalam tanah yang berfungsi sebagai decomposer,

pengurai, pelarut hara, pemfiksasi (N), dan mikoriza. Sehingga tanamannya jadi

kurang subur. Air PDAM yang mengandung kaporit/klorin dalam jangka panjang

akan meracuni tanaman mulai dari pH tanah, kesadaran, KTK tanah, residu klorin,

dan kekahatan/kekurangan unsur lain yang tertekan oleh klorin. Tanah yang sering

disiram dengan air ini akan cepat keras karena akumulasi klorin yang berlebih,

sehingga akar tanaman tidak berkembang biak.


BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

Benih Sawi Pakcoy. Benih sawi pakcoy digunakan sebagai tanaman

indikator untuk pengamatan.

Air Sumur, Air PDAM, dan Air Hujan. Air Sumur, Air PDAM, dan Air

Hujan dijadikan sebagai bahan perlakuan dalam budidaya tanaman menggunakan

teknik hidroponik.

Nutrisi AB Mix. Nutrisi AB Mix dijadikan sebagai sumber unsure hara

pengganti tanah.

Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

Gelas Ukur. Gelas ukur 100 mL untuk mengukur volume zat cair.

Box Tanaman. Box tanaman yang digunakan dari sterofoam ukuran (10

liter).

Kamera. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan

eksplan dengan gambar.

Gelas Air Mineral. Gelas air mineral digunakan untuk tempat media

tanam.

Kain Flanel. Kain flannel digunakan untuk sumbu penyerapan nutrisi ke

media tanam.
12

Rockwool. Rockwool digunakan untuk tempat tumbuh tanaman (media

tanam).

Tusuk Gigi/Pinset. Tusuk gigi/Pinset digunakan untuk membantu

memasukan benih ke dalam media tanam.

Cutter. Cutter digunakan untuk memotong rockwool dan melubangi

sterofoam.

Gunting. Gunting digunakan untuk menggunting kain flannel.

Metode Penelitian

Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dua faktor berupa kombinasi berbagai macam air dan berbagai jenis dosis

nutrisi yang terdiri atas 6 taraf yaitu :

A1 + N1 : Air Sumur + Nutrisi 10 mL

A1 + N2 : Air Sumur + Nutrisi 20 mL

A2 + N1 : Air PDAM + Nutrisi 10 mL

A2 + N2 : Air PDAM + Nutrisi 20 mL

A3 + N1 : Air Hujan + Nutrisi 10 mL

A3 + N2 : Air Hujan + Nutrisi 20 mL

Setiap perlakuan diulang sebanyak 2 kali sehingga terdapat 12 satuan

percobaan. Setiap percobaan terdapat 4 tanaman sehingga terdapat 48 tanaman.

Pelaksanaan Praktikum

Tempat dan Waktu


13

Praktikum ini dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Lambung

Mangkurat Banjarbaru. Pelaksanaan praktikum ini kurang lebih 2 bulan, yaitu

bulan April sampai dengan Mei 2018.

Pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan sesuai dengan prosedur kerja sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Menyiapkan media tanam, dan memotong rockwool setebal ±2,5 cm.

3. Memberi lubang setiap kotak rockwool menggunakan tusuk gigi atau dengan

pinset.

4. Memasukan benih ke dalam lubang dengan posisi kecambah di bawah (1

lubang diisi 1 benih)

5. Setelah semua lubang terisi, basahi rockwool menggunakan air, dan

meletakkan semaian di tempat terbuka yang cukup sinar matahari.

6. Setelah berumur 1 minggu, rockwool dipindah ke sistem hidroponik (pindah

tanam)

7. Meletakkan potongan rockwool ke dalam gelas air mineral yang sudah diberi

flanel (sumbu)

8. Meletakkan gelas air mineral ke dalam sistem hidroponik yang sudah diberi

air dan nutrisi sesuai dengan perlakuan.

9. Pembesaran dan Pengamatan

10. Pemanenan
14

Pengamatan

Setelah penanaman, dilakukan pengamatan secara kualitas dan kuantitas,

yaitu :

1. Tinggi Tanaman (Setiap Minggu)

2. Jumlah Daun (Setiap Minggu)

3. Lebar Daun (Setelah Panen)

4. Berat Basah (Setelah Panen)


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam grfik berikut :

Grafik 1. Hasil pengamatan tinggi tanaman selama 4 minggu setelah tanam (MST)

Tinggi Tanaman

25

20

15

10

0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

A1N1 A1N2 A2N1 A2N2 A3N1 A3N2

Grafik 2. Hasil pengamatan jumlah daun selama 4 minggu setelah tanam (MST)

Jumlah Daun

16
14
12
10
8
6
4
2
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

A1N1 A1N2 A2N1 A2N2 A3N1 A3N2


16

Grafik 3. Hasil pengamatan Tinggi tanaman, Panjang daun, dan berat basah

tanaman 4 minggu setelah tanam (MST)

Tinggi Tanaman

180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Tinggi Tanaman Panjang Daun Berat Basah

A1N1 A1N2 A2N1 A2N2 A3N1 A3N2

Pembahasan

Pada pengamatan tinggi tanaman dilihat dari grafik 1 tinggi tanaman setiap

minggunya semakin meningkat. Pada minggu pertama rata-rata tinggi tanaman

tertinggi adalah pada perlakuan A1N2 (Air sumur + nutrisi 20 mL) yaitu sebesar 5

cm, sedangkan rata-rata tinggi tanaman terendah ada 2 perlakuan yaitu pada

perlakuan A2N1 (Air PDAM + nutrisi 10 mL) dan A3N1 (Air Hujan + nutrisi 10

mL) 0,3 cm. Pada minggu kedua rata-rata tinggi tanaman tertinggi adalah pada

perlakuan A1N2 (Air sumur + nutrisi 20 mL) yaitu sebesar 12 cm, sedangkan

rata-rata tinggi tanaman terendah adalah pada perlakuan A3N1 (Air Hujan +

nutrisi 10 mL) yaitu sebesar 0,4 cm. Pada minggu ketiga rata-rata tinggi tanaman

tertinggi adalah pada perlakuan A1N2 (Air sumur + nutrisi 20 mL) yaitu sebesar
17

21 cm, sedangkan rata-rata tinggi tanaman terendah adalah pada perlakuan A3N1

(Air Hujan + nutrisi 10 mL) yaitu sebesar 5,1 cm. Dan pada minggu keempat rata-

rata tinggi tanaman tertinggi adalah pada perlakuan A1N2 (Air sumur + nutrisi 20

mL) 25 cm, sedangkan rata-rata tinggi tanaman terendah adalah pada perlakuan

A3N1 (Air Hujan + nutrisi 10 mL) 7 cm.

Jumlah daun juga bertambah banyak setiap minggunya, dilihat pada grafik

2 pada minggu pertama rata-rata jumlah daun tertinggi adalah pada perlakuan

A1N2 (Air sumur + nutrisi 20 mL) yaitu sebanyak 6 daun, sedangkan rata-rata

jumlah daun terendah adalah pada perlakuan A3N1 (Air Hujan + nutrisi 10 mL)

yaitu sebanyak 2 daun. Pada minggu kedua ada 2 rata-rata jumlah daun tertinggi

yaitu pada perlakuan A1N2 (Air sumur + nutrisi 20 mL) dan A2N2 (Air PDAM +

nutrisi 20 mL) yaitu sebanyak 8 daun, sedangkan rata-rata jumlah daun terendah

adalah pada perlakuan A2N1 (Air PDAM + nutrisi 10 mL) yaitu sebanyak 4,5

daun. Pada minggu ketiga rata-rata jumlah daun tertinggi adalah pada perlakuan

A1N1 (Air sumur + nutrisi 10 mL) dan A3N2 (Air Hujan + nutrisi 20 mL) yaitu

sebanyak 10,5 daun, sedangkan rata-rata jumlah daun terendah adalah pada

perlakuan A2N2 (Air PDAM + nutrisi 20 mL) yaitu sebanyak 6,5 daun. Pada

minggu keempat rata-rata jumlah daun tertinggi adalah pada perlakuan A2N2 (Air

PDAM + nutrisi 20 mL) dan A3N2 (Air Hujan + nutrisi 20 mL) yaitu sebanyak 16

daun, sedangkan rata-rata jumlah daun terendah adalah pada perlakuan A3N1 (Air

Hujan + nutrisi 10 mL) yaitu sebanyak 10,5 daun.

Setelah 4 minggu setelah taman (MST) dihitung kembali tinggi tanaman,

lebar daun dan berat basah tanaman semua perlakuan yang hasilnya dapat di lihat
18

pada grafik 3. Tinggi tanaman tertinggi adalah pada perlakuan A1N1 (Air sumur

+ nutrisi 10 mL) yaitu sebesar 60 mm, sedangkan tinggi tanaman terendah adalah

pada perlakuan A3N2 (Air Hujan + nutrisi 20 mL) yaitu sebesar 21 mm, hal ini

disebabkan oleh jenis air yang digunakan, air sumur baik untuk tanaman karena

mengandung unsure hara fosfor dan zat kapur. Penambahan unsure hara fosfor

dan zat kapur yang terkandung di dalam air sumur juga mempengaruhi sehingga

tanaman menjadi lebih tinggi.

Lebar daun tertinggi adalah pada perlakuan A3N1 (Air Hujan + nutrisi 10

mL) yaitu sebesar 48 mm, sedangkan lebar daun terendah adalah pada perlakuan

A3N2 (Air Hujan + nutrisi 20 mL) yaitu sebesar 18 mm, hal ini disebabkan oleh

air hujan yang membuat tanaman subur karena mengandung banyak unsur N

(Nitrogen) yang bebas di udara.

Berat basah tertinggi adalah pada perlakuan A1N2 (Air sumur + nutrisi 20

mL) yaitu sebesar 170 g, sedangkan berat basah terendah adalah pada perlakuan

A2N2 (Air PDAM + nutrisi 20 mL) yaitu sebesar 60 g. Hal ini disebabkan oleh air

sumur lebih baik dibandingkan air PDAM karena Air PDAM mengandung

kaporit/klorin yang dalam jangka panjang akan meracuni tanaman sehingga

tanamannya menjadi kurang subur.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dan hasil yang telah diperoleh, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Perlakuan A1N2 (Air sumur + nutrisi 20 mL) memiliki berat basah tertinggi,

sedangkan perlakuan A2N2 (Air PDAM + nutrisi 20 mL) memiliki berat

basah terendah.

2. Perlakuan A1N1 (Air sumur + nutrisi 10 mL) memiliki tinggi tanaman

tertinggi, sedangkan perlakuan A3N2 (Air Hujan + nutrisi 20 mL) memiliki

tinggi tanaman terendah.

3. Perlakuan A3N1 (Air Hujan + nutrisi 10 mL) memiliki lebar daun tertinggi,

perlakuan A3N2 (Air Hujan + nutrisi 20 mL) memiliki lebar daun terendah.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah sebagai

berikut:

1. Agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan, maka

untuk praktikum selanjutnya sebaiknya praktikan harus teliti dalam

pengamatan.

2. Diharapkan juga kerjasama yang baik antara praktikan dan asisten.

3. Penggunaan waktu yang lebih efisien lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian. 2012. Roadmap Diversifikasi


Pangan 2011- 2015.Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian :
Jakarta.

Elzebroek, A.T.G., dan K. Wind. 2008. Guide to cultivated plants. CAB


International, London.

Falah, Siswa dan M. Affan Fajar. 2000. Produksi Tanaman dan Makanan dengan
Menggunakan Hidroponik Sederhana hingga Otomatis. IO PPI Jepang.

Fitter dan., Hay, 2000. Hidroponik Tanaman Buah untuk Bisnis dan Hobi.
Penebar Swadaya, Jakarta.

Hartus, T. 2008. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Haryanto, Eko, Tina Suhartini, Estu Rahayu, dan Hendro Sunarjono. 1995. Sawi
dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.

Haryanto, W., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2007. Teknik Penanaman Sawi dan
Selada Secara Hidroponik. Jakarta : Penebar Swadaya.

Hasim, M. 1995. Hidroponik Bertanam Tanpa Tanah. http://agungpurnomo.


com/tag/hidroponik. Diakses pada 20 Mei 2018.

Krisnawati, D. 2014. Pengaruh Aerasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman baby


Kailan (Brasicca oleraceae Var. Achepala) Pada Teknologi Hidroponik
Sistem Terapung di Dalam dan diuar Grenhous. Skripsi. Jurusan Teknik
Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Lampung.

Lakitan, Hakim . 1996. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: Universitas


Indonesia (UI Press ).

Lingga, P., dan Marsono, 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Nicholls, R. E., 1995. Hidroponik Tanaman Tanpa Tanah. Penabur, Jakarta.

Palungkun H; dan Yovita, H.I. 1999. Paprika, Hidroponik dan Nonhidroponik.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Perwtasari, B., Tripatmasari, Mustika dan C. Wasonowati. 2012. Pengaruh Media


Tanam dan Nutrisi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi
(Brassica juncea L.) dengan Sistem Hidroponik. J. Agrovigor. 5 (1) : 14-24.
21

Prasasti, D., Prihastanti, E., dan Izzati, M. 2014. Perbaikan kesuburan tanah liat
dan pasir dengan penambahan kompos limbah sagu untuk pertumbuhan dan
produktivitas tanaman Pakchoi (Brassica rapa var.chinensis). Buletin
Anatomi dan Fisiologi Volume XXII, Nomor 2:33-46.
Rubatzky, V.E., dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi,
dan Gizi. ITB Press. Bandung.

Samanhudi dan D. Harjoko. 2010. Pengaturan Komposisi Nutrisi dan Media


dalam Budidaya Tanaman Tomat dengan Sistem Hidroponik. J. Ilmiah
Pertania Biofarm. 13 (9) : 1-10.

Setiawan, B. H. 2014. Perkembangan Hama dan Musuh Alami Pada Tumpangsari


Tanaman Kacang Panjang dan Pakchoi. Agritech Vol. XVI (2): 107

Setyaningrum, H. D dan Saparinto, C. 2011. Panen Sayur Secara Rutin di Lahan


Sempit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Siswadi, 2006. Tanaman Hidroponik. PT. Citra Aji Prama,Yogyakarta.

Siswandi dan Sarwono. 2013. Uji Sistem Pemberian Nutrisi dan Macam Media
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada (Latuca sativa L.) Hidroponik. J.
Agronomika. 08 (01) : 144-148.

Sunarjono, H. 2013. Bertanam 36 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya.Jakarta. 204


hlm.

Wahyudi. 2010. Petunjuk praktis bertanan sayuran. Agro Media Pustaka, Jakarta.
LAMPIRAN

Pembuatan Hidroponik dan Media Tanam

Penyemaian Benih
23

Pemberian Nutrisi

Penanaman
24

Tanaman Pakcoy umur 1 MST

Tanaman Pakcoy Umur 2 MST


25

Tanaman Pakcoy Umur 4 MST

Penimbangan Berat Basah


26

Pengukuran Tinggi Tanaman

Pengukuran Lebar Daun

You might also like