Professional Documents
Culture Documents
LP Faringitis Akut (2017)
LP Faringitis Akut (2017)
MAHASISWA
APRI YADI
NIM.PO.71.20.2.15.053
2
LAPORAN PENDAHULUAN FARINGITIS AKUT
A. PENGERTIAN
Faringitis (pharyngitis) Akut, adalah suatu penyakit peradangan tenggorok (faring) yang
sifatnya akut (mendadak dan cepat memberat). Umum disebut radang tenggorok. Radang ini
menyerang lapisan mukosa (selaput lendir) dan submukosa faring.
Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring atau dapat juga
tonsilopalatina. Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu
tonsilo faringitis akut atau bagian dari influenza (rinofaringitis) (Departemen Kesehatan, 2007).
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang
ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam,pembesaran
kelenjar getah bening leher dan malaise (Vincent,2004).
Faringitis yang disebabkan oleh bakteria adalah penyakit yang lebih parah karena bahaya
komplikasi, yaitu sinusitis, otitis media, mastoiditis, adenitis servikal, dalam reumatik, dan
nefritis
1. Virus
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu:
Rhinovirus
Coronavirus
Virus influenza
Virus parainfluenza
Adenovirus
Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2
Coxsackievirus A
Cytomegalovirus
Virus Epstein-Barr
HIV
3
2. Bakteri
Beberapa jenis bakteri penyebab faringitis yaitu:
Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada faringitis akut
Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5 – 15 tahun,
namun jarang menyebabkan faringitis pada anak usia <3 tahun.
Streptokokus grup C dan G
Neisseria gonorrheae
Corynebacterium diphtheriae
Corynebacterium ulcerans
Yersinia enterocolitica
Treponema pallidum
Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobik dan dapat menyebabkan
komplikasi yang berat, seperti abses retrofaringeal dan peritonsilar.
Faringitis akut merupakan penyakit menular yang ditularkan melalui percikan saliva dari
penderita faringitis akut. Infeksi ini biasanya dapat disebabkan oleh virus dan bakteri, dan
dipermudah oleh rangsangan uap, asap, zat kimia, kuman-kuman golongan Streptococcus B
hemoliticus, Streptococcus viridans serta golongan pyogenes. Sisanya disebabkan oleh infeksi
virus yaitu adenovirus, ECHO, virus influenza, serta Herpes. Factor resiko yang menyebabkan
faringitis, udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh karena infeksi virus influenza, makanan
yang kurang bergizi, konsumsi alcohol yang berlebihan, gejala dari penyakit scarlet fever,
pneumonia, pertusis dan sebagainya
Nyeri Tenggorokan
Sulit Menelan, serak, batuk
Demam
Mual, malaise
Kelenjar Limfa Leher Membengkak
Tonsil kemerahan
Membran faring tampak merah
Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
4
Nyeri tekan nodus limfe servikal
Lesu dan lemah, nyeri pada sendi-sendi otot, dan nyeri pada telinga.
Peningkatan jumlah sel darah putih (Leukosità Al)
Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
Mungkin terdapat demam,malaise dan sakit tenggorokan
Serak,batuk,rhinitis bukan hal yang tidak lazim.
D. PATOFISIOLOGI
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung
menginvasi mukosa faring dan akan menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman akan
menginfiltrasi lapisan epitel, lalu akan mengikis epitel sehingga jaringan limfoid superfisial
bereaksi dan akan terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.
Pada stadium awal terdapat hiperemis, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Pada
awalnya eksudat bersifat serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cenderung menjadi kering
dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan keadaan hiperemis , pembuluh darah dinding
faring akan melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning , putih atau abu-abu akan
didapatkan di dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-
bercak pada dinding faring posterior atau yang terletak lebih ke lateral akan menjadi meradang
dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan18 Coronavirus dapat menyebabkan iritasi
sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal (Bailey, 2006; Adam, 2009).
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan
extracelullar toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena
fragmen Mprotein dari Streptococcus hemolyticus group A memiliki struktur yang sama dengan
sarkolema pada miokard dan dihubungkan dengan demam reumatik dan kerusakan katub
jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan glomerulonefritis akut karena fungsi glomerulus
terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi (Bailey, 2006; Adam, 2009)
5
E. PATHWAY KEPERAWATAN
Inflamasi
Batuk
FARINGITIIS
Mukosa
Nyeri kemerahan
Demam
Idema Sputum
mukosa mukosa
Penguapan Gangguan
kebutuhan
nutrisi
Droplet
Resiko
penularan
6
F. PENATALAKSANAAN
Faringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat yang cukup,
karena penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Selain itu, dibutuhkan juga
mengkonsumsi air yang cukup dan hindari konsumsi alkohol. Gejala biasanya membaik pada
keadaan udara yang lembab. Untuk menghilangkan nyeri pada tenggorokan, dapat digunakan
obat kumur yang mengandung asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin). Anak
berusia di bawah 18 tahun sebaiknya tidak diberikan aspirin sebagai analgesik karena berisiko
terkena sindrom Reye.
1) Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan mencairkan mukus,
sehingga dapat mencegah hidung tersumbat.
2) Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan mengurangi demam.
3) Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk.
7
4) Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun penggunaan dalam dosis
tinggi perlu pengawasan dokter.
5) Seng, digunakan dalam fungsi optimal sistem imun tubuh, karena itu seng dapat
digunakan untuk menghindari demam, dan penggunaan dalam spray dapat digunakan
untuk mengurangi hidung tersumbat. Namun, penggunaannya perlu dalam pengawasan
karena konsumsi dalam dosis besar dan jangka waktu yang lama dapat berbahaya.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar faring)
dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop
untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
2. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis
etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.
3. Pemeriksaan Laboratorium
A) Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau
inflamasi.
B) Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal diluar
paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.
8
H. PENGKAJIAN FOKUS
1. Look
Terkadang pasien dengan faringitis yang disertai dengan gejala flu yang lain seperti demam,
sakit kepala, pilek, dan batuk. Namun penyakit ini dengan mudah dapat dikenali dengan
pemeriksaan tenggorokan pasien. Pada pemeriksaan ini ditemukan peradangan pada daerah
faring dan tanda berupa kemerahan serta ditemukan pembesaran pada kelenjar limfe
regional / disekitarnya, pada kasus yang berat bisa ditemukan nanah / eksudat.
2. Feel
Pasien mengalami nyeri tenggorakan dan nyeri menelan. Hal ini disebutkan karena adanya
peradangan pada faring.
3. Move
Dapat menentukan apakah ada keterbatasan gerak pada leher karena adanya pembesaran
kelenjar getah bening di leher.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang kental
2. Nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, ketidakcukupan
pemasukan oral
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang sekunder dengan kesulitan menelan
9
J. PERENCANAAN KEPERAWATAN
10
2 Nyeri berhubungan dengan Nyeri berkurang Pasien melaporkan 1. Kaji lokasi,intensitas dan 1. mudah menentukan kualitas
reaksi inflamasi setelah dilakukan bahwa nyeri berkurang karakteristik nyeri. nyeri
tindakan (menunjukan ekspresi 2. Identifikasi adanya tanda- 2. untuk mengetahui adanya
keperawatan dan wajah rileks) tanda radang infeksi
kolaboratif untuk Pasien melaporkan 3. Monitor aktivitas yang 3. mengetahui ADL pasien yang
pemberian kebutuhan tidur dan dapat meningkatkan nyeri beresiko memperburuk keadaan
analgetik istirahat tercukupi 4. Kompres es di sekitar 4. untuk mengurangi rasa nyeri di
Pasien mampu leher sekitar leher
menggunakan metode 5. Kolaborasi untuk 5. Analgetik membantu
non farmakologi untuk pemberian analgetik mengurangi rasa nyeri
mengurangi nyeri.
3 Resiko tinggi kekurangan Resiko tinggi Membran mukosa 1. Monitor intake dan output 1. untuk mengetahui kebutuhan
volume cairan defisit volume lembab cairan cairan pasien
berhubungan dengan cairan dapat Turgor kulit elastis 2. Monitor timbulnya tanda- 2. mencegah terjadinya syok
demam, ketidakcukupan dihindari Berat badan stabil dan tanda dehidrasi
pemasukan oral dalam batas normal 3. Berikan intake cairan 3. untuk mengganti kehilangan
Kelopak mata tidak yang adekuat cairan serta memulihkannya
cekung
4. Kolaborasi pemberian 4. mencukupi kebutuhan cairan
cairan secara parenteral (jika yang adekuat
diperlukan)
11
4 Ketidakseimbangan nutrisi gangguan Berat badan ideal sesuai 1. Monitor keseimbangan 1. mengetahui kebutuhan nutrisi
: kurang dari kebutuhan pemenuhan dengan tinggi badan intake dengan output pasien setiap hari
tubuh berhubungan dengan nutrisi teratasi Mampu mengidentifikasi 2. Timbang berat badan tiap 2. untuk mengetahui status gizi
intake yang kurang setelah dilakukan kebutuhan nutrisi hari pasien
sekunder dengan kesulitan asuhan Tidak ada tanda-tanda 3. Berikan makanan cair / 3. memudahkan makanan masuk
menelan keperawatan yang mal nutrisi lunak ke lambung
efektif Menunjukkan 4. Beri makan sedikit tapi 4. makanan sedikit tapi sering baik
peningkatan fungsi sering untuk pasien yang mengalami
pengecapan dan menelan gangguan pencernaan
Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti.
12
K. HEALTH EDUCATION / TINDAKAN PENCEGAHAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi, (2015). NANDA NIC-NOC jilid 1. Yogyakarta :
MediAction.
T.Heather Herdman, Kamitsuru S. (2017). Diagnosis Keperawatan 2015-2017 edisi 10. Jakarta :
EGC
Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius.
14