Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

Obat –obat yang sering digunakan sebagai premedikasi adalah :

1. Golongan hipnotik sedatif : Barbiturat, Benzodiazepin, Transquilizer.


2. Analgetik narkotik : Morfin, Petidin, Fentanil.
3. Neuroleptik : Droperidol, Dehidrobenzoperidol.
4. Anti kolinergik : Atropin, Skopolamin

1. Sulfas Atropin

Sulfas atropin termasuk golongan anti kolinergik. Berguna mengurangi sekresi


lendir dan mengurangi efek bronkhial dan kardial yang berasal dari perangsangan
parasimpatis akibat obat anestesi atau tindakan operasi.

Sedian : dalam bentuk Sulfat Atropin dalam ampul 0,25 mg dan 0,50 mg.

Dosis : 0,01 mg/kgBB dan 0,1 – 0,4 mg untuk anak – anak.

Pemberian : SC, IM, IV.

2. Midazolam
Midazolam merupakan suatu golongan imidazo-benzodiazepin dengan sifat
yang sangat mirip dengan golongan benzodiazepine. Midazolam bersifat larut dalam
air serta merupakan benzodiazepin pilihan untuk pemberian parenteral.

Midazolam diindikasikan pada premedikasi sebelum induksi anestesi, basal


sedasion sebelum tindakan diagnostik atau pembedahan yang dilakukan di bawah
anestesi lokal serta induksi dan pemeliharaan selama anestesi. Obat ini
dikontraindikasikan pada keadaan sensitif terhadap golongan benzodiazepine, pasien
dengan insufisiensi pernafasan, dan acute narrow-angle glaucoma. 3

3. Fentanil
Fentanil merupakan salah satu preparat golongan analgesik opioid dan
termasuk dalam opioid potensi tinggi dengan dosis 100-150 mcg/kgBB, termasuk
sufentanil (0,25-0,5 mcg/kgBB).
3. Ondansetron
Merupakan suatu antagonis 5-HT3 yang sangat efektif yang dapat
menekan mual dan muntah karena sitostatika misalnya cisplatin dan radiasi.
Ondansetron mempercepat pengosongan lambung, bila kecepatan pengosongan
basal rendah. Dosis ondansentron yang biasanya diberikan untuk premedikasi
antara 4-8 mg/kgBB. Dalam suatu penelitian kombinasi antara Granisetron dosis
kecil yang diberikan sesaat sebelum ekstubasi trakhea ditambah Dexamethasone
yang diberikan saat induksi anestesi merupakan suatu alternatif dalam mencegah
muntah selama 0-2 jam setelah ekstubasi trakhea daripada ondansetron dan
dexamethasone.

B.3. Induksi

Induksi merupakan saat dimasukkannya zat anestesi sampai tercapainya stadium


pembedahan (III) yang selanjutnya diteruskan dengan tahap pemeliharaan anestesi
untuk mempertahankan atau memperdalam stadium anestesi setelah induksi.

Macam-macam stadium anestesi :

1. Stadium I (analgesia)
 mulai pemberian zat anestesi sampai dengan hilangnya kesadaran .
 mengikuti perintah, rasa sakit hilang.
2. Stadium II ( Delirium )
 mulai hilangnya kesadaran sampai dengan permulaan stadium bedah.
 gerakan tidak menurut kehendak, nafas tidak teratur, midriasis, takikardi.
3. Stadium III (Pembedahan) :

1. Tingkat 1 : nafas teratur spontan, miosis, bola mata tidak menurut


kehendak, nafas dada dan perut seimbang.
2. Tingkat 2 : nafas teratur spontan kurang dalam, bola mata tidak
bergerak, pupil mulai melebar, mulai relaksasi otot.
3. Tingkat 3 : nafas perut lebih dari nafas dada, relaksasi otot
sempurna.
4. Tingkat 4 : nafas perut sempurna, tekanan darah menurun, midriasis
maksimal, reflek cahaya ( - )
4. Stadium IV. (Paralisis)
nafas perut melemah, tekanan darah tidak terukur, denyut nadi berhenti dan meninggal.
Pada kasus ini digunakan Propofol.
Propofol

Propofol merupakan derivat isoprofilfenol yang digunakan untuk induksi dan


pemeliharaan anestesi umum. Propofol secara kimia tidak ada hubungannya dengan
anestesi IV lain. Pemberian IV ( 2 mg/kg BB ) menginduksi anestesi secara cepat
seperti Tiopental. Anestesi dapat dipertahankan dengan infus Propofol yang
berkesinambungan dengan Opiat, N2 dan atau anestesi inhalasi lain.

Keuntungan Propofol, bekerja lebih cepat dari Tiopental, mempunyai induksi


yang cepat, masa pulih sadar yang cepat, sehingga berguna pada pasien rawat jalan
yang memerlukan prosedur cepat dan singkat.

Propofol dapat menyebabkan turunnya tekanan darah yang cukup berarti


selama induksi anestesi karena menurunnya resitensi arteri perifer dan venodilatasi.
Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik kira-kira 80% tetapi efek ini disebabkan
karena vasodilatasi perifer daripada penurunan curah jantung. Tekanan sistemik
kembali normal dengan intubasi trakea. Propofol tidak menimbulkan aritmia, atau
iskemik otot jantung, tidak merusak fungsi hati dan ginjal.

Sediaan : ampul atau vial 20 ml ( 200 mg ) 10 mg/ml Propofol.

Dosis : 1,5 – 2 mg/kgBB iv (anak)

2 – 2,5 mg/kgBB iv (dewasa)

Propofol merupakan obat induksi anestesi cepat. Obat ini didistribusikan


cepat dan dieliminasi secara cepat. Hipotensi terjadi sebagai akibat depresi langsung
pada otot jantung dan menurunnya tahanan vaskuler sistemik. Propofol tidak
mempunyai efek analgesik. Dibandingkan dengan tiopental waktu pulih sadar lebih
cepat dan jarang terdapat mual dan muntah. Pada dosis yang rendah propofol
memiliki efek antiemetik. \
Efek samping propofol pada sistem pernafasan adanya depresi pernafasan,
apnea, bronkospasme, dan laringospasme. Pada sistem kardiovaskuler berupa
hipotensi, aritmia, takikardi, bradikardi, hipertensi. Pada susunan syaraf pusat adanya
sakit kepala, pusing, euforia, kebingungan, dll. Pada daerah penyuntikan dapat terjadi
nyeri sehingga saat pemberian dapat dicampurkan lidokain (20-50 mg).

B.4. Pemeliharaan

Maintenance atau pemeliharaan adalah pemberian obat untuk mempertahankan


atau memperdalam stadium anestesi setelah induksi. Pada kasus ini menggunakan
Halothan, N2O, dan O2.

a. Isofluran

Merupakan halogen eter yang pada dosis anestetik atau sub anestetik dapat
menurunkan laju metabolisme otak terhadap oksigen, tetapi meninggikan aliran
darah otak dan tekanan intrakranial, namun hal ini dapat dikurangi dengan teknik
anestesi hiperventilasi, sehingga banyak digunakan untuk bedah otak. Efek terhadap
depresi jantung dan curah jantung minimal, sehingga digemari untuk anesthesia
teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien dengan gangguan koroner.

Isoflurance dengan konsentrasi >1% terhadap uterus hamil menyebabkan


relaksasi dan kurang responsive jika diantisipasi dengan oksitosin, sehingga dapat
menyebabkan perdarahan pasca persalinan. Dosis pelumpuhan otot dapat dikurangi
sampai 1/3 dosis biasa jika menggunakan isofluran.

b. Dinitrogen Oksida/Gas Gelak/N2O

Merupakan gas yang tidak berwarna, berbau amis, dan tidak iritasi.
Mempunyai sifat anestesi yang kurang kuat, tetapi dapat melalui stadium induksi
dengan cepat, karena gas ini tidak larut dalam darah. Gas ini tidak mempunyai
relaksasi otot, oleh karena itu operasi abdomen dan ortopedi perlu tambahan dengan
zat relaksasi otot. Terhadap SSP menimbulkan analgesi yang berarti. Depresi nafas
terjadi pada masa pemulihan, hal ini terjadi karena Dinitrogen Oksida mendesak
oksigen dengan ruangan–ruangan tubuh. Hipoksia difus dapat dicegah dengan
pemberian oksigen konsentrasi tinggi beberapa menit sebelum anestesi selesai.
Penggunaan biasanya dipakai perbandingan atau kombinasi dengan
oksigen. Perbandingan N2O : O2 adalah sebagai berikut 60% : 40 % ; 70% : 30% atau
50% : 50%.

c. Halothan

Jenis anastesi inhalasi yang tidak berwarna, dan mudah menguap. Jenis ini tidak
mudah terbakar/meledak dan berbau harum tetapi mudah terurai cahaya. Tidak apat
merangsang traktur respiratorius tapi dapat menyebabkan depresi nafas pada stadium
analgetik. Menyebabkan nadi cepat dan eksresi air mata. Hipnotik halothan ini kuat,
namun analgesic kurang baik serta relaksasi yang cukup. Penggunaanhalothan dapat
menyebabkan depresi otot jantung sehingga menyebabkan aritmia dan depresi otot polos
pembuluh darah sehingga menyebabkan vasodilatasi dan hipotensi. Penggunaan selama
1-3 bulan dapat menyebabkan hepatotoksik. Keuntungan dari inhalasi ini adalah tidak
merangsang saluran nafas, saliva tidak banyak,dan dapat digunakan sebagai
bronkodilatator sehingga dapat digunakan pada penderita pasien asma bronkiale. Waktu
pemulihan cepat 1 jam setelah post operasi.

d. eter (Dietil eter)

merupakan cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas dan
mengiritasi pernafasan. Eter merupakan obat anastesi yang sangat kuat sehingga pasien
dapat memasuki tiap tingkat anastesi. Keuntungan penggunaan eter ini adalah mudah di
dapat dan murah, tidak perlu digunakan bersama- sama dengan obat lain karena telah
memenuhi trias anastesi cukup aman dan sederhana. Kerugiannya adalah mudah
meledak, bau tidak enak, mengiritasi jalan nafas, menimbulkan hipersekresi kelenjar
ludah, menyebabkan mual dan muntah serta masa pemulihannya sepat.

B.5 Teknik anastesi umum dengan face mask

Indikasi untuk menggunakan teknik anastesi umun dengan face mask :

1. untuk tindakan yang singkat ( 0,5-1 jam) tanpa membuka rongga perut.
2. keadaan umum pasien cukup baik ( status fisik ASA 1/11)

3. lambung harus kosong

Kontraindikasi

1. operasi di daerah kepala dan jalan nafas

2. operasi dengan posisi miring atau telungkup

Tatalaksana

a. pasien telah disiapkan sesuai dengan pedoman

b. pasang alat pantau yang diperlukan

c. siapkan alat- alat dan obat resusitasi

d. siapkan mesin anastesi dengan system sirkuitnya dan gas anastesi yang digunakan.

e. induksi dengan propofol atau dengan hipnotik lain.

f. berikan salah satu kombinasi obat inhalasi (N2O+ halothan)

g. awasi pola nafas pasien, bila tampak tanda- tanda hipoventilasi berikan nafas buatan
intermiten secara sinkron sesuai dengan irama nafas pasien.

h. pantau denyut nadi dan tekanan darah

i. apabila operasi sudah selesai, hentikan gas/obat anastesi inhalasi dan berikan onsigen
100% selama 2-5 menit sebanyak (4-8 liter/menit).

You might also like