Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 37

BAB II

TURBIN FRANCIS

2.1 PENDAHULUAN
Salah satu mesin fluida yang digunakan untuk menghasilkan energi adalah turbin
air [1]. Turbin merupakan mesin berputar yang mengambil energi dari aliran fluida.
Turbin sederhana memiliki satu bagian yang bergerak (Assembly Motor Blade), fluida
bergerak menjadikan baling-baling berputar dan menghasilkan energi untuk memutar
rotor [2].
Penelitian-penelitian yang dilakukan saat ini membawa dampak yang besar dalam
peningkatan performa turbin, pemilihan material yang cocok, dan desaindari turbin itu
sendiri ditinjau dari sisi kontruksi, tingkat kesukaran yangditimbulkan oleh proses
manufaktur, dan faktor perawatan pada sisi desain. Pengembangan turbin Francis dalam
dekade terakhir ini telah memberikan dampak yang besar dalam pengembangan
aplikasi-aplikasi baru untuk jenis tipe ini.
Pada pengujian turbin kali ini digunakan turbin Francis, karena turbin Francis
adalah jenis turbin yang sering digunakan, umumnya digunakan untuk pembangkit
listrik tenaga air. Pada turbin Francis perubahan energi potensial air menjadi energi
mekanis melalui tahapan dengan mengubah energi potensial air menjadi energi kinetik
[1].

2.2 TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mengetahui cara kerja turbin Francis.
2. Mengetahui besarnya efisiensi tertinggi turbin.
3. Mengetahui daya efektif maksimum turbin.

2.3 DASAR TEORI


Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian turbin air, contoh-contoh turbin
air, aplikasi turbin air, klasifikasi turbin air.

2.3.1 TURBIN AIR


Turbin air adalah alat untuk mengubah energi potensial air menjadi menjadi energi
mekanik. Energi mekanik ini kemudian diubah menjadi energi listrik oleh generator.
Turbin air dikembangkan pada abad 19 dan digunakan secara luas untuk pembangkit
tenaga listrik. Dalam pembangkit listrik tenaga air (PLTA) turbin air merupakan
peralatan utama selain generator. Berdasarkan prinsip kerja turbin dalam mengubah
energi potensial air menjadi energi kinetik, turbin air dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu turbin impuls dan turbin reaksi [3].
2.3.2 KLASIFIKASI TURBIN AIR
Berdasarkan prinsip kerja dari turbin air, maka turbin dapat dibedakan
berdasarkan dua kriteria yaitu:
1. Berdasarkan Model Aliran Air Masuk Runner
Berdasarkan model aliran air masuk runner, turbin dapat dibagi menjadi tiga tipe,
yaitu:
a. Turbin Aliran Tangensial
Pada kelompok turbin ini, posisi air masuk runner dengan arah tangensial atau
tegak lurus dengan poros runner mengakibatkan runner berputar, contohnya turbin
Pelton dan turbin cross-flow.

Gambar 2.1 Model turbin aliran tangensial [4].

b. Turbin Aliran Aksial


Pada turbin ini air masuk runner dan keluar runner sejajar dengan poros runner,
turbin Kaplan atau propeller adalah salah satu contoh dari tipe turbin ini.

Gambar 2.2 Model turbin aliran aksial [5].

c. Turbin` Aliran Aksial–Radial


Pada turbin ini air masuk ke dalam runner secara radial dan keluar runner secara
aksial sejajar dengan poros. Turbin Francis adalah termasuk dari jenis turbin ini.

Gambar 2.3 Model turbin aliran aksial-radial [6].

2. Berdasarkan Perubahan Momentum Fluida Kerjanya


Berdasarkan perubahan momentum fluida kerjanya, turbin air dibagi menjadi dua
tipe yaitu:
a. Turbin reaksi
Turbin yang perubahan tekanan fluida yang bekerja di sudu pengarah dan sudu
geraknya [1]. Turbin ini menggunakan sudu pengarah. Sudu pada turbin reaksi
mempunyai profil khusus yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan air
selama melalui sudu. Perbedaan tekanan ini memberikan gaya pada sudu sehingga
runner (bagian turbin yang berputar) dapat berputar. Kebanyakan turbin air
menggunakan turbin reaksi dengan head medium dan rendah.

b. Turbin Impuls
Turbin Impuls adalah turbin yang memanfaatkan energi potensial air diubah
menjadi energi kinetik dengan nosel. Air keluar nosel yang mempunyai kecepatan tinggi
membentur sudu turbin. Setelah membentur sudu arah kecepatan aliran berubah
sehingga terjadi perubahan momentum (impulse). Akibatnya roda turbin akan berputar.
Energi potensial yang masuk ke nosel akan dirubah menjadi energi kecepatan (kinetik).

2.3.3 CONTOH-CONTOH TURBIN AIR


Berikut ini adalah beberapa contoh dari turbin air, baik turbin impuls maupun
turbin reaksi yang dapat kita temui,
1. Turbin Impuls
a) Turbin Pelton
Turbin pelton merupakan bagian dari turbin impuls, dimana turbin ini dapat
memutar rotor turbin dari hasil gaya impact air yang disemburkan melalui nozzle, turbin
ini bekerja pada ketinggian air jatuh yang sangat tinggi yaitu antara 2000-6000 ft.

Gambar 2.4 Turbin Pelton [7].

b) Turbin Cross-Flow
Turbin Cross-Flow merupakan turbin arus lintang (cross flow), karena fluida yaitu
air menggerakkan sudu runner melewati pengarah sehingga seolah-olah terdapat fluida
yang datang dari aliran yang berbeda.

Gambar 2.5 Turbin Cross-Flow [8].

c) Turbin Turgo
Turbin Turgo dapat beroperasi pada head 30 s/d 300 m. Seperti turbin pelton
turbin turgo merupakan turbin impuls, tetapi sudunya berbeda. Pancaran air dari nozzle
membentur sudu pada sudut 20 derajat. Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari
turbin pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke generator
sehingga menaikan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya perawatan.

Gambar 2.6 Turbin Turgo [9].

2. Turbin Reaksi
a) Turbin Kaplan
Turbin kaplan merupakan jenis dari turbin reaksi, Turbin bekerja pada head yang
kecil dengan bentuk sudu yang mirip baling – baling yaitu membawa aliran dengan
belokan hanya sedikit.

Gambar 2.7 Turbin Kaplan [10].


b) Turbin Francis
Turbini Francis juga merupakan bagian dari turbin reaksi, Turbin ini bekerja pada
head yang sedang yaitu antara 10 – 100 ft.

Gambar 2.8 Turbin Francis [11].

2.3.4 TURBIN FRANCIS


Turbin Francis termasuk salah satu turbin reaksi, artinya fluida yang bekerja
mengubah tekanan bersamaan dengan gerak dari turbin tersebut, yang menghasilkan
energi. Inlet-nya berbentuk spiral. Guide Vane membawa air secara tangensial menuju
runner. Aliran radial ini bekerja pada runner vanes, menyebabkan runner berputar.
Guide vane dapat disesuaikan untuk memberikan operasi turbin yang efisien untuk
berbagai kondisi aliran air.
Air pertama kali memasuki volute, dimana sebuah celah yang berbentuk gelang
mengelilingi runner, dan aliran diantara guide vanes, yang memberikan air pada arah
aliran yang optimum. Kemudian memasuki runner, yang secara total bergabung,
merubah momentum dari air, yang menghasilkan reaksi pada turbin. Air mengalir secara
radial menuju pusat. Runner dilengkapi dengan vane berbentuk kurva yang akan
ditabrak oleh air. Guide vane dibuat sedemikian rupa sehingga sebagian energi dari air
diubah menjadi gerakan berputar yang tidak akan timbul fenomena aliran eddies dan
aliran-aliran lain yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan energi yang hilang.
Guide vane dapat disesuaikan untuk memberikan derajat adaptabilitas untuk bermacam-
macam variasi pada kecepatan aliran air dan beban dari turbin [1].

2.3.5 PRINSIP KERJA TURBIN FRANCIS


Turbin francis termasuk salah satu turbin reaksi, artinya fluida yang bekerja
mengubah tekanan bersamaan dengan gerak dari turbin tersebut, yang menghasilkan
energi. Inlet-nya berbentuk spiral. Guide Vane membawa air secara tangensia menuju
runner. Aliran radial ini bekerja pada runner vanes, menyebabkan runner berputar.
Guide vane dapat disesuaikan untuk memberikan operasi turbin yang efisien untuk
berbagai kondisi aliran air.
Air pertama kali memasuki volute, dimana sebuah celah yang berbentuk gelang
mengelilingi runner, dan aliran diantara guide vanes, yang memberikan air pada arah
aliran yang optimum. Kemudian memasuki runner, yang secara total bergabung,
merubah momentum dari air, yang menghasilkan reaksi pada turbin. Air mengalir secara
radial menuju pusat. Runner dilengkapi dengan vane berbentuk kurva yang akan
ditabrak oleh air. Guide vane dibuat sedemikian rupa sehingga sebagian energi dari air
diubah menjadi gerakan berputar yang tidak akan timbul fenomena aliran eddies dan
aliran-aliran lain yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan energi yang hilang.
Guide vane dapat disesuaikan untuk memberikan derajat adaptabilitas untuk bermacam-
macam variasi pada kecepatan aliran air dan beban dari turbin [1].

2.3.6 BAGIAN-BAGIAN TURBIN FRANCIS

e
f

d
b
a
c
Gambar 2.9 Bagian-bagian turbin Francis [1].

Pada setiap bagian dari turbin francis mempunyai fungsi masing-masing,


diantaranya sebagai berikut :
a. Runner blade : berfungsi untuk mengarahkan air yang masuk sehingga aliran air
berubah menjadi searah (uniform).
b. Volute : Cairan masuk dari fluid inlet ke guide vane yang mengelilingi runner,
melewati volute terlebih dahulu. Luas penampang casing ini menurun merata sepanjang
keliling untuk menjaga kecepatan fluida konstan dalam besar di sepanjang jalan yang
menuju guide vane.
c. Guide vanes : fungsi guide vanes atau baling-baling tetap adalah untuk mengkonversi
bagian dari energi tekanan fluida di pintu masuk ke energi kinetik dan kemudian untuk
mengarahkan cairan pada blade runner.
d. Poros turbin : berfungsi untuk meneruskan torsi dan putaran ke poros generator.
e. Fluid inlet : berfungsi untuk masuknya fluida menuju turbin.
f. Fluid outlet : barfungsi sebagai tempat keluar fluida

2.3.7 APLIKASI TURBIN FRANCIS


Contoh pemakaian turbin Francis dalam kehidupan sehari-hari adalah turbin
Francis untuk pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTM) sungai putih 2 x 815 kW,
Head 41 m dan kapasitas aliran 4,5 m 3/s. Berdasarkan hasil perancangan maka turbin
yang digunakan adalah turbin Francis berukuran kecil dengan diameter terbesar rumah
turbin 1,0023 m, putaran tinggi yaitu 1000rpm dan daya yang dihasilkan 803,814 kW.
Sehingga turbin Francis hasilrancangan sesuai untuk digunakan pada pembangkit mini
hidro. [8]

Gambar 2.10 Turbin Francis di PLTM Sungai Putih [12].

2.3.8 KARAKTERISTIK DAN PERFORMANSI TURBIN FRANCIS


a) Daya Air
Daya yang masuk kedalam turbin francis adalah daya potensial air
WHP = ρ.g.Q.H
Dimana WHP adalah daya hidrolis air (watt) ρ adalah massa jenis air (kg/m3) g
adalah percepatan gravitasi (m/dt2) Q adalah laju aliran masa (m3/dt) dan H adalah head
dari tinggi jatuh air (mH2O).

b) Daya keluar turbin


Daya yang dikeluarkan oleh turbin adalah daya poros karena tujuan turbin adalah
mengubah energi hidrolis menjadi energi mekanis.
2. .n.T
BHP =
60
Dimana BHP adalah daya mekanis (watt), n adalah kecepatan putar (rpm) dan T
adalah Torsi (Nm).

c) Daya Listrik
Daya poros yang dihasilkan turbin diubah oleh generator DC menjadi daya listrik
Pel = Vj.Ij
Dimana Pel adalah daya listrik efektif, Vj adalah tegangan jangkar (Volt), dan Ij
adalah Arus Jangkar (Ampere).
d) Efisiensi Turbin
ηT = daya mekanik / daya air .100%
BHP
ηT = x 100 %
WHP

e) Efisiensi total
Pel
ηe = x 100 %
WHP

f) Efisiensi Generator
Pel
ηG = X 100 %
BHP

2.3.9 SEGITIGA KECEPATAN TURBIN FRANCIS


Segitiga kecepatan adalah dasar kinematika dari aliran fluida yang menumbuk
sudu turbin. Dengan pemahaman segitiga kecepatan akan membantu dalam pemahaman
proses konversi energi pada turbin air.

Gambar 2.11 Segitiga kecepatan turbin Francis [13].

Pada turbin Francis, guide vane mengarahkan aliran air masuk ke sudu dengan
sudut α2, dengan kecepatan absolut V2. Setelah menjumlahkan vektor dengan kecepatan
tangensial di ujung sudu u2, u2=rω, maka sudut luar sudu harus diatur sebesar β2 untuk
mengakomodasi kecepatan relatif air menyinggung permukaan sudu w2. Profil sudu
tersebut menyebabkan arah dan kecepatan air menyinggung sudu pada sisi outlet
berubah w1, dan karena kecepatan tangensial sudu pada sisi outlet lebih kecil dari sisi
inlet u2> u1 akibat r2> r1. Maka jika dijumlahkan vektor w1 dan u1 maka akan didapatkan
nilai kecepatan absolut air di sisi outlet v1 yang lebih kecil dari sisi inlet. Artinya
sebagian energi kinetik dari air dirubah menjadi energi kinetik sudu saat air
menyinggung permukaan sudu [13].

2.4 PERALATAN DAN BAHAN PENGUJIAN


Bagian-bagian alat beserta fungsinya

8
1

5
2

3
6

Gambar 2.12 Mesin uji turbin Francis secara keseluruhan


9
10

Gambar 2.13 Turbin dan tuas pengatur bukaan

12
11

13

Gambar 2.14 Bagian – bagian alat uji Turbin Francis

14

Gambar 2.15 Pocket scale


15

Gambar 2.16 Tachometer

16

Gambar 2.17 V-Notch

Nama bagian-bagian mesin percobaan :


1. Saklar pembebanan
Berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan lampu pembebanan untuk mengatur
besarnya pembebanan yang diberikan.
2. Voltmeter
Berfungsi untuk mengukur besarnya tegangan yang dihasilkan oleh generator
dengan adanya variasi hambatan berupa lampu listrik.
3. Amperemeter
Berfungsi untuk mengukur besarnya arus yang dihasilkan oleh generator dengan
adanya variasi hambatan berupa lampu listrik.
4. Lampu (beban)
Berfungsi sebagai hambatan listrik.
5. Sight Glass
Berfungsi untuk mengukur ketinggian air terhadap weir.
6. Katup Discharge Pompa.
Berfungsi untuk mengatur laju aliran yang akan masuk ke turbin.
7. Pompa
Berfungsi untuk merubah tekanan pada air menjadi kecepatan sehingga
menghasilkan aliran air untuk dipindahkan ke atas sehingga menimbulkan energi
potensial sebagai pengganti air terjun pada PLTA.
8. Generator
Berfungsi untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.
9. Turbin
Berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi mekanis.
10. Pengatur bukaan
Berfungsi untuk mengatur besar sudut bukaan pada sudu pengarah.
11. Saklar Motor
Berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan arus dan tegangan.
12. Pengatur Kecepatan Motor
Berfungsi untuk mengatur Head masukan turbin.
13. Manometer Inlet Turbin
Berfungsi untuk menunjukkan besarnya Head masukan turbin
14. Pocket Scale
Berfungsi untuk mengetahui besarnya gaya yang dihasilkan turbin
15. Tachometer
Sensor yang digunakan untuk mengukur kecepatan yang dipasang pada kabel
keluaran pada poros turbin
16. V-Notch
V-Notch atau weir digunakan untuk mengontrol laju aliran air, sehingga debit air
yang melaluinya dapat diatur.
2.5 PARAMETER PENGUKURAN
Parameter yang diukur untuk menganalisa Turbin Francis ini adalah Head, Debit
dan Kecepatan Poros.

2.5.1 Pengukuran Torsi


Untuk memberi beban sekaligus mengukur besarnya beban tersebut pada poros
turbin digunakan Torsimeter (dynamometer).

Gambar 2.18 Instalasi Pocket scale


a. Menyalakan turbin tanpa beban, lalu melakukan setting nol pada pocket scale,
dengan meletakkan pocket scale dibawah lengan beban.

b. Menghidupkan saklar beban pertama, kemudian menyeimbangkan pocket


scale di lengan beban, mencatat besarnya masa di lengan beban.

c. Nilai yang ditunjukan pocket scale dalam satuan gram, nilai itu diubah ke kg
dengan dibagi 1000. Kemudian mengalikan masa (kg) dengan gravitasi (9,81)
didapat gaya pada lengan beban.
d. Dengan mengalikan gaya dengan jarak L maka akan didapatkan torsi.

2.5.2 Pengukuran Tinggi Tekanan (Head)


Pengukuran tinggi tekan untuk peralatan ini terdapat tiga manometer, yaitu untuk
mengukur suction head pompa, discharges head pompa dan turbin inlet head.
Manometer ini menggunakan tabung bourdon sebagai peralatan utama. Untuk penelitian
kali ini hanya pengukuran head Turbin Inlet yang digunakan.
Gambar 2.19 Pengukuran tinggi tekan menggunakan manometer inlet turbin

2.5.3 Pengukuran Debit


Pembacaan untuk mengukur besarnya debit yang mengalir pada sistem ini
menggunakan “V” notch atau gerbang V. Dengan membaca ketinggian air yang
mengalir melalui gerbang dapat dibaca melalui sight glass. Kemudian dengan
menggunakan gambar dapat kita ketahui besarnya debit dalam m3/menit.

Gambar 2.20 Pengukuran debit menggunakan sight glass

2.5.4 Pengukuran Kecepatan


Untuk mengukur besarnya kecepatan tinggal menghubungkan tachometer, dengan
memasang sensor tachometer dikabel keluaran pada poros turbin.

Gambar 2.21 Pengukuran Kecepatan menggunakan tachometer


2.6 PROSEDUR PENGUJIAN
Prosedur pengujian dalam praktikum Turbin Francis adalah sebagai berikut :
1. Menghidupkan saklar utama.
2. Menghidupkan saklar motor, lalu mengatur sudu pengarah di bukaan 100%.
3. Melakukan setting nol pocket scale dan meletakkannya dibawah lengan beban.
4. Mengatur head masukan turbin sebesar 5 m H20, lalu memberikan variasi
pembebanan untuk variasi jumlah lampu (0, 1, 2, 3, 4, dan 5).
5. Menyetabilkan head masukan turbin, lalu mencatat besarnya tegangan listrik,
gaya/pembebanan, tinggi arus reservoir, kuat arus dan putaran mesin.
6. Menurunkan beban dengan mematikan lampu dari 5, 4, 3, 2, 1 dan 0
7. Mengulangi prosedur 4, dengan variasi head masukan 6 m H2O dan 7 m H2O pada
bukaan sudu 100 % tersebut.
8. Mematikan saklar pembebanan dan kurangi kecepatan putaran pompa, kemudian
atur bukaan sudu pengarah. Ulangi prosedur 1 s/d 7 di atas untuk variasi bukaan
sudu pengarah 100%, 75% dan 50%.
9. Mematikan peralatan setelah selesai
10. Membuat laporan sementara.

2.7 PERHITUNGAN DAN ANALISA


2.7.1 Data Hasil Praktikum
Tabel 2.1 Data bukaan sudu pengarah 100%

No Bukaan H Jumlah H V I F n
mH2O lampu mm volt Amp N rpm
1 100% 5 5 71 2,24 4,33 0.652365 1929
2 4 71 2,98 3,09 0.66708 1933
3 3 71 3,73 3,30 0.602334 1960
4 2 71 4,68 2,56 0.613125 1931
5 1 71 6,00 1,48 0.515025 1890
6 0 71 0,35 0 0.073575 2055
7 5 72 3,12 4,12 0.672966 2128
8 4 72 3,9 4,10 0.807265 2132
9 3 72 4,08 3,51 0.769595 2152
6
10 2 71 5,2 2,7 0.718583 2145
11 1 71 6,95 1,6 0.632745 2176
12 0 70 0,4 0 0.346293 2239
13 5 73 3,4 4,27 0.678362 2378
14 4 73 4,2 3,76 0.665707 2359
15 3 72 4,3 3,66 0.662469 2351
7
16 2 71 5,55 2,88 0.638729 2368
17 1 71 7,5 1,8 0.49619 2404
18 0 70 0,48 0 0.251136 2443

Tabel 2.2 Data bukaan sudu pengarah 75%


Jumla
No Bukaan H h H V I F n
mH2O lampu mm volt Amp N rpm
1 5 69 2,73 3,61 0.527288 1698
2 4 69 3,20 3,18 0.531212 1785
3 3 69 3,10 2,40 0.509335 1748
4 5 2 69 4,03 2,41 0.502566 1749
5 1 69 5,40 1,40 0.448906 1754
0.281057
6 0 68 0,35 0 1894
7 5 70 2,63 3,85 0.491873 1890
8 4 69 2,74 3,84 0.535724 1895
9 3 69 3,45 3,28 0.525031 1901
10 6 2 69 4,5 2,55 0.478336 1931
11 1 69 6,0 1,51 0.417514 1974

0.21425
12 0 68 0,39 0 2061
13 5 70 2,99 4,04 0.653346 2116
14 4 70 2,65 3,98 0.641966 2101
15 3 70 5,0 2,70 0.605571 2125
16 75% 2 69 5,12 2,75 0.636179 2135
17 7 1 69 6,84 1,62 0.475098 2192

0.267813
18 0 68 0,45 0 2253

Tabel 2.3 Data bukaan sudu pengarah 50%


No Bukaan H Jumlah H V I F n
mH2O lampu mm volt Amp N rpm
1 5 66 1,11 2,79 0.551322 1139
2 4 66 1,45 2,74 0.530721 1218
3 3 66 2,68 1,99 0.502272 1294
4 5 2 66 2,70 1,96 0.472057 1309
5 1 66 4,02 1,23 0.406821 1382

6 0 66 0,22 0 0.179131 1519


7 5 67 1,77 3,19 0.584774 1419
8 4 67 2,19 2,69 0.564566 1406
9 3 67 2,28 2,68 0.561524 1426
6
10 2 67 3,08 2,09 0.507569 1463
11 1 67 4,24 1,26 0.376998 1528

0.215133
12 0 67 0,28 0 1723
13 5 69 1,64 3,50 0.44714 1685
14 4 67 2,04 3,24 0.512573 1563
15 3 67 2,71 2,85 0.472155 1586
16 2 67 3,54 2,28 0.475687 1637
17 50% 1 66 5,10 1,38 0.378764 1737

7
0.275857

18 0 66 0,33 0 1864

2.7.2 Analisa Perhitungan


Data diambil dari datum no 9, dimana datum no. 9, percobaan pada bukaan
100%, H = 6 mH2O, jumlah lampu = 3.
a. Putaran rpm (n)
n  2152 rpm

b. Debit Aliran (Q)


Gambar 2.22. Grafik Kalibrasi Weirs
Dari grafik kalibrasi weirs didapat ; y  7.10 6  x  2 , 2702
Dimana y = Q (m3/menit) dan x = h (mm)
Maka untuk h = 72 mm
1
Q  7.10 6. 72
2 , 2702
.
60
3
Q = 0,00192 m /s
c. Daya Air (WHP)
WHP = ρ.g.Q.H
Dimana ρ = 1000 kg/m3 g = 9,81 m/s2 Q = 0,00192 m3/s H = 6 mH2O
kg m m3
Sehingga WHP  1000 .9,81 .0, 001843 .6m
m3 s2 s

WHP = 113,05 watt


d. Torsi (T)
T  F .r
Dimana F = 0,769 N dan r = 32 cm = 0,32 m
maka T = 0,769 x 0,32 = 0,2463 Nm

e. Daya keluar turbin (BHP)


2. .n.T
BHP =
60
2  3,14  2152  0,2463
=
60
BHP = 55,471 watt
f. Daya Listrik (PEL)
Pel = Vj.Ij
= 2,02 volt . 3,51 A
= 7,09 watt
g. Efisiensi Turbin
ηT = daya mekanik / daya air .100%
BHP
= x 100 %
WHP
55,471
= 113,05 x 100%

= 49,066 %
h. Efisiensi total
Pel
ηe = x 100 %
WHP
7.09
= 113,05 x 100 %

= 6,272 %
i. Efisiensi Generator
Pel
ηG = X 100 %
BHP
7,09
= 55,71 x 100 %

= 12,782 %
2.7.3 Tabel Analisa perhitungan
Tabel 2.4 Tabel analisa perhitungan 100%
No Bukaan H h V Arus Jumlah F Rpm Torsi Q PEL BHP WHP ήT ήe ήG
mH2O mm volt A lampu N Nm
1 71 2,24 4,33 5 0.652365 1929 0.20876 0.001861 8.75 42.1484 91.27 46.182 9.584 20.752
2 71 2,98 3,09 4 0.66708 1933 0.21347 0.001861 6.24 43.1885 91.27 47.321 6.839 14.452
3 71 3,73 3,30 3 0.602334 1960 0.19275 0.001861 6.67 39.5414 91.27 43.325 7.304 16.858
5
4 71 4,68 2,56 2 0.613125 1931 0.1962 0.001861 5.17 39.6542 91.27 43.449 5.666 13.041
5 71 6,00 1,48 1 0.515025 1890 0.16481 0.001861 2.99 32.6023 91.27 35.722 3.276 9.170
6 71 0,35 0 0 0.073575 2055 0.02354 0.001861 0.00 5.06408 91.27 5.549 0.000 0.000
7 72 3,12 4,12 5 0.672966 2128 0.21535 0.001921 8.32 47.9649 113.05 42.427 7.361 17.351
8 72 3,9 4,10 4 0.807265 2132 0.25832 0.001921 8.28 57.645 113.05 50.989 7.326 14.367
9 72 4,08 3,51 3 0.769595 2152 0.24627 0.001921 7.09 55.4706 113.05 49.066 6.272 12.782
100% 6
10 71 5,2 2,7 2 0.718583 2145 0.22995 0.001861 5.45 51.6253 109.52 47.138 4.980 10.565
11 71 6,95 1,6 1 0.632745 2176 0.20248 0.001861 3.23 46.1154 109.52 42.107 2.951 7.009
12 70 0,4 0 5 0.346293 2239 0.11081 0.001802 0.00 25.9691 106.05 24.488 0.000 0.000
13 73 3,4 4,27 5 0.678362 2378 0.21708 0.001982 8.63 54.0296 136.09 39.701 6.338 15.964
14 73 4,2 3,76 4 0.665707 2359 0.21303 0.001982 7.60 52.598 136.09 38.649 5.581 14.440
15 72 4,3 3,66 3 0.662469 2351 0.21199 0.001921 7.39 52.1647 131.90 39.550 5.605 14.173
7
16 71 5,55 2,88 2 0.638729 2368 0.20439 0.001861 5.82 50.659 127.77 39.648 4.553 11.484
17 71 7,5 1,8 1 0.49619 2404 0.15878 0.001861 3.64 39.9522 127.77 31.268 2.846 9.101
18 70 0,48 0 0 0.251136 2443 0.08036 0.001802 0.00 20.549 123.72 16.609 0.000 0.000

Tabel 2.5 Tabel analisa perhitungan 75 %


No Bukaan H h V Arus Jumlah F Rpm Torsi Q PEL BHP WHP ήT ήe ήG
mH2O mm volt A lampu N Nm
1 69 2,73 3,61 5 0.527288 1698 0.16873 0.001744 7.29 29.9877 85.53 35.059 8.525 24.317
2 69 3,20 3,18 4 0.531212 1785 0.16999 0.001744 6.42 31.7588 85.53 37.130 7.510 20.226
3 69 3,10 2,40 3 0.509335 1748 0.16299 0.001744 4.85 29.8197 85.53 34.863 5.668 16.258
5
4 69 4,03 2,41 2 0.502566 1749 0.16082 0.001744 4.87 29.4403 85.53 34.419 5.692 16.536
5 69 5,40 1,40 1 0.448906 1754 0.14365 0.001744 2.83 26.372 85.53 30.832 3.306 10.723
6 68 0,35 0 0 0.281057 1894 0.08994 0.001687 0.00 17.8292 82.75 21.547 0.000 0.000
7 70 2,63 3,85 5 0.491873 1890 0.1574 0.001802 7.78 31.1368 106.05 29.361 7.333 24.977
8 69 2,74 3,84 4 0.535724 1895 0.17143 0.001744 7.76 34.0023 102.64 33.127 7.557 22.813
9 69 3,45 3,28 3 0.525031 1901 0.16801 0.001744 6.63 33.4292 102.64 32.569 6.455 19.820
75% 6
10 69 4,5 2,55 2 0.478336 1931 0.15307 0.001744 5.15 30.9367 102.64 30.141 5.018 16.650
11 69 6,0 1,51 1 0.417514 1974 0.1336 0.001744 3.05 27.6043 102.64 26.894 2.972 11.050
12 68 0,39 0 5 0.21425 2061 0.06856 0.001687 0.00 14.7897 99.30 14.895 0.000 0.000
13 70 2,99 4,04 5 0.653346 2116 0.20907 0.001802 8.16 46.3039 123.72 37.425 6.596 17.624
14 70 2,65 3,98 4 0.641966 2101 0.20543 0.001802 8.04 45.1749 123.72 36.512 6.498 17.797
15 70 5,0 2,70 3 0.605571 2125 0.19378 0.001802 5.45 43.1005 123.72 34.836 4.408 12.654
7
16 69 5,12 2,75 2 0.636179 2135 0.20358 0.001744 5.56 45.492 119.75 37.990 4.639 12.211
17 69 6,84 1,62 1 0.475098 2192 0.15203 0.001744 3.27 34.8805 119.75 29.128 2.733 9.382
18 68 0,45 0 0 0.267813 2253 0.0857 0.001687 0.00 20.2093 115.84 17.445 0.000 0.000

Tabel 2.6 Tabel analisa perhitungan 50 %


No Bukaan H h V Arus Jumlah F Rpm Torsi Q PEL BHP WHP ήT ήe ήG
mH2O mm volt A lampu N Nm
1 66 1,11 2,79 5 0.551322 1139 0.17642 0.001576 5.64 21.0323 77.32 27.200 7.289 26.796
2 66 1,45 2,74 4 0.530721 1218 0.16983 0.001576 5.53 21.6507 77.32 28.000 7.158 25.564
3 66 2,68 1,99 3 0.502272 1294 0.16073 0.001576 4.02 21.7687 77.32 28.153 5.199 18.466
5
4 66 2,70 1,96 2 0.472057 1309 0.15106 0.001576 3.96 20.6963 77.32 26.766 5.120 19.130
5 66 4,02 1,23 1 0.406821 1382 0.13018 0.001576 2.48 18.8308 77.32 24.353 3.213 13.194
6 66 0,22 0 0 0.179131 1519 0.05732 0.001576 0.00 9.11352 77.32 11.786 0.000 0.000
7 67 1,77 3,19 5 0.584774 1419 0.18713 0.001631 6.44 27.7926 96.01 28.947 6.712 23.185
8 67 2,19 2,69 4 0.564566 1406 0.18066 0.001631 5.43 26.5863 96.01 27.691 5.660 20.438
9 67 2,28 2,68 3 0.561524 1426 0.17969 0.001631 5.41 26.8192 96.01 27.933 5.639 20.186
50% 6
10 67 3,08 2,09 2 0.507569 1463 0.16242 0.001631 4.22 24.8713 96.01 25.905 4.397 16.975
11 67 4,24 1,26 1 0.376998 1528 0.12064 0.001631 2.55 19.2939 96.01 20.096 2.651 13.192
12 67 0,28 0 5 0.215133 1723 0.06884 0.001631 0.00 12.4151 96.01 12.931 0.000 0.000
13 69 1,64 3,50 5 0.44714 1685 0.14308 0.001744 7.07 25.2349 119.75 21.073 5.904 28.017
14 67 2,04 3,24 4 0.512573 1563 0.16402 0.001631 6.54 26.8332 112.01 23.955 5.843 24.391
15 67 2,71 2,85 3 0.472155 1586 0.15109 0.001631 5.76 25.0811 112.01 22.391 5.140 22.954
7
16 67 3,54 2,28 2 0.475687 1637 0.15222 0.001631 4.61 26.0812 112.01 23.284 4.112 17.659
17 66 5,10 1,38 1 0.378764 1737 0.1212 0.001576 2.79 22.0357 108.25 20.356 2.575 12.650
18 66 0,33 0 0 0.275857 1864 0.08827 0.001576 0.00 17.2222 108.25 15.909 0.000 0.000
2.7.4 Perhitungan Ralat
Contoh perhitungan ralat :
Datum no. 7 (bukaan 100%, H = 6 mH2O, jumlah lampu = 3)
1. Ralat putaran
n = 2152 rpm
n = 0,5
Ralat Nisbi = n/n . 100 % = 0,5/2152 . 100% = 0.0232 %
Keseksamaan = 100% - Ralat Nisbi = 100% - 0,0232 % = 99,977 %

2. Ralat Gaya
F = 0,769 N
F = 0,0005 N
Ralat Nisbi = F/F . 100 % = 0,0005/0.784 .100% = 0.065 %
Keseksamaan = 100% - Ralat Nisbi = 100% - 0.06% = 99,935 %

3. Head
h = 72
1
h  .1  0,5
2
h 0,5
RalatNisbi  .100%  .100%  0,694%
h 72
Keseksamaan = 100% - Ralat Nisbi = 100% - 0,694% = 99.306 %
2.7.5 Tabel Perhitungan Ralat
Tabel 2.7 Tabel perhitungan ralat 100%
H Jumlah n F h Ralat Nisbi Keseksamaan
No. Δn ΔF Δh
mH2O Lampu rpm N mm n F h n F h
1 5 1929 0.65237 71 0.0259 0.0766 0.704 99.974 99.923 99.296
2 4 1933 0.66708 71 0.0259 0.0750 0.704 99.974 99.925 99.296
3 3 1960 0.60233 71 0.0255 0.0830 0.704 99.974 99.917 99.296
5 0,5 0,0005 0,5
4 2 1931 0.61313 71 0.0259 0.0815 0.704 99.974 99.918 99.296
5 1 1890 0.51503 71 0.0265 0.0971 0.704 99.974 99.903 99.296
6 0 2055 0.07358 71 0.0243 0.6796 0.704 99.976 99.320 99.296
7 5 2128 0.67297 72 0.0235 0.0743 0.694 99.977 99.926 99.306
8 4 2132 0.80726 72 0.0235 0.0619 0.694 99.977 99.938 99.306
9 3 2152 0.76959 72 0.0232 0.0650 0.694 99.977 99.935 99.306
6 0,5 0,0005 0,5
10 2 2145 0.71858 71 0.0233 0.0696 0.704 99.977 99.930 99.296
11 1 2176 0.63275 71 0.0230 0.0790 0.704 99.977 99.921 99.296
12 0 2239 0.34629 70 0.0223 0.1444 0.714 99.978 99.856 99.286
13 5 2378 0.67836 73 0.0210 0.0737 0.685 99.979 99.926 99.315
14 4 2359 0.66571 73 0.0212 0.0751 0.685 99.979 99.925 99.315
15 3 2351 0.66247 72 0.0213 0.0755 0.694 99.979 99.925 99.306
7 0,5 0,0005 0,5
16 2 2368 0.63873 71 0.0211 0.0783 0.704 99.979 99.922 99.296
17 1 2404 0.49619 71 0.0208 0.1008 0.704 99.979 99.899 99.296
18 0 2443 0.25114 70 0.0205 0.1991 0.714 99.980 99.801 99.286

Tabel 2.8 Tabel perhitungan ralat bukaan 75 %


No. H Jumlah n F h Δn ΔF Δh Ralat Nisbi Keseksamaan
mH2O Lampu rpm N mm n F h n F h
1 5 1698 0.52729 69 0.0294 0.095 0.725 99.971 99.905 99.275
2 4 1785 0.53121 69 0.0280 0.094 0.725 99.972 99.906 99.275
3 3 1748 0.50934 69 0.0286 0.098 0.725 99.971 99.902 99.275
5 0,5 0,0005 0,5
4 2 1749 0.50257 69 0.0286 0.099 0.725 99.971 99.901 99.275
5 1 1754 0.44891 69 0.0285 0.111 0.725 99.971 99.889 99.275
6 0 1894 0.28106 68 0.0264 0.178 0.735 99.974 99.822 99.265
7 5 1890 0.49187 70 0.0265 0.102 0.714 99.974 99.898 99.286
8 4 1895 0.53572 69 0.0264 0.093 0.725 99.974 99.907 99.275
9 3 1901 0.52503 69 0.0263 0.095 0.725 99.974 99.905 99.275
6 0,5 0,0005 0,5
10 2 1931 0.47834 69 0.0259 0.105 0.725 99.974 99.895 99.275
11 1 1974 0.41751 69 0.0253 0.120 0.725 99.975 99.880 99.275
12 0 2061 0.21425 68 0.0243 0.233 0.735 99.976 99.767 99.265
13 5 2116 0.65335 70 0.0236 0.077 0.714 99.976 99.923 99.286
14 4 2101 0.64197 70 0.0238 0.078 0.714 99.976 99.922 99.286
15 3 2125 0.60557 70 0.0235 0.083 0.714 99.976 99.917 99.286
7 0,5 0,0005 0,5
16 2 2135 0.63618 69 0.0234 0.079 0.725 99.977 99.921 99.275
17 1 2192 0.4751 69 0.0228 0.105 0.725 99.977 99.895 99.275
18 0 2253 0.26781 68 0.0222 0.187 0.735 99.978 99.813 99.265

Tabel 2.9 Tabel perhitungan ralat 50 %


H Jumlah n F h Ralat Nisbi Keseksamaan
No. Δn ΔF Δh
mH2O Lampu rpm N mm n F h n F h
139
1 5 0.0439 0.091 0.758 99.956 99.909 99.242
0.55132 66
2 4 1218 0.53072 0.0411 0.094 0.758 99.959 99.906 99.242
3 5 3 1294 0.50227 66 0,5 0,0005 0,5 0.0386 0.100 0.758 99.961 99.900 99.242
4 2 1309 0.47206 66 0.0382 0.106 0.758 99.962 99.894 99.242
5 1 1382 0.40682 66 0.0362 0.123 0.758 99.964 99.877 99.242
6 0 1519 0.17913 66 0.0329 0.279 0.758 99.967 99.721 99.242
7 5 1419 0.58477 67 0.0352 0.086 0.746 99.965 99.914 99.254
8 4 1406 0.56457 67 0.0356 0.089 0.746 99.964 99.911 99.254
9 3 1426 0.56152 67 0.0351 0.089 0.746 99.965 99.911 99.254
6 0,5 0,0005 0,5
10 2 1463 0.50757 67 0.0342 0.099 0.746 99.966 99.901 99.254
11 1 1528 0.377 67 0.0327 0.133 0.746 99.967 99.867 99.254
12 0 1723 0.21513 67 0.0290 0.232 0.746 99.971 99.768 99.254
13 5 1685 0.44714 69 0.0297 0.112 0.725 99.970 99.888 99.275
14 4 1563 0.51257 67 0.0320 0.098 0.746 99.968 99.902 99.254
15 3 1586 0.47216 67 0.0315 0.106 0.746 99.968 99.894 99.254
7 0,5 0,0005 0,5
16 2 1637 0.47569 67 0.0305 0.105 0.746 99.969 99.895 99.254
17 1 1737 0.37876 66 0.0288 0.132 0.758 99.971 99.868 99.242
18 0 1864 0.27586 66 0.0268 0.181 0.758 99.973 99.819 99.242
2.7.6 Grafik dan Analisa Grafik
a. Grafik Hubungan n-Q

0,00194
0,00192 Bukaan 100 %
0,00190 Bukaan 75%
0,00188 Bukaan 50%
0,00186
0,00184
0,00182
0,00180
D EBIT (Q )

0,00178
0,00176
0,00174
0,00172
0,00170
0,00168
0,00166
0,00164
0,00162
0,000
0,01 300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200

PU T AR AN (n)

Gambar 2.23 Grafik hubungan n-Q pada H= 6 untuk variasi bukaan sudu.

Gambar 2.23 menunjukkan grafik hubungan n-Q pada H=6 untuk variasi bukaan
sudu. Bukaan sudu 100% ditunjukan dengan warna hitam, bukaan sudu 75% ditunjukan
dengan warna merah, dan bukaan sudu 50% ditunjukan dengan warna biru. Adapun
urutan lampu, lampu 0 yang paling kanan dan lampu 5 yang paling kiri.
Dari Gambar 2.23 dapat dilihat hubungan putaran poros (n) dengan debit (Q).
Putaran poros (n) berbanding terbalik dengan debit (Q) yang dihasilkan. Semakin besar
putaran porosnya (n) maka semakin kecil debit (Q) yang dihasilkan. Grafik yang
ditunjukkan sesuai dengan korelasi antara putaran poros (n) dengan debit (Q).
Adapun dari Gambar 2.23 didapatkan bahwa nilai teringgi pada lampu 5, 4 dan
3 yang berimpit dengan bukaan sudu 100%, putaran poros 2128, 2132 dan 2152 rpm
dan Q adalah 0.0019207 m3 /s dan nilai terendah pada lampu 5,4,3,2,1 dan 0 yang
berimpit pada bukaan sudu 50% putaran poros 1419, 1406, 1426, 1463, 1528, dan 1723
rpm, Q adalah 0.0016312 m3 /s.

b. Grafik Hubungan n-T


0,28 B ukaan 100%
0,26 B ukaan 75%
B ukaan 50%
0,24

0,22

0,20

0,18

Torsi (T)
0,16

0,14

0,12

0,10

0,08

0,06

0,00
0,01 300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200 2300 2400

P utaran (n)

Gambar 2.24 Grafik hubungan n-T pada H= 6 untuk variasi bukaan sudu.

Gambar 2.24 menunjukkan grafik hubungan n-T pada H=6 untuk variasi bukaan
sudu. Bukaan sudu 100% ditunjukan dengan warna hitam, bukaan sudu 75% ditunjukan
dengan warna merah, dan bukaan sudu 50% ditunjukan dengan warna biru. Adapun
urutan lampu, lampu 0 pada ujung paling kanan dan lampu 5 pada ujung paling kiri.
Dari Gambar 2.24 dapat dilihat hubungan putaran poros (n) dengan torsi (T).
Putaran poros (n) berbanding terbalik dengan torsi (T) yang dihasilkan karena nilai
pembebanan yang meningkat menyebabkan putaran poros turun dan torsi meningkat.
Grafik yang ditunjukkan tidak sesuai dengan korelasi antara putaran poros (n)
dengan torsi (T)..

c. Grafik Hubungan n-WHP


Bukaan 100%
Bukaan 75%
110
Bukaan 50%

105

WHP 100

95

90
0
0,01 300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200 2300

Putaran (n)

Gambar 2.25 Grafik hubungan n-WHP pada H=6 untuk variasi bukaan sudu.

Gambar 2.25 menunjukkan grafik hubungan n-WHP pada H=6 untuk variasi
bukaan sudu. Bukaan sudu 100% ditunjukan dengan warna hitam, bukaan sudu 75%
ditunjukan dengan warna merah, dan bukaan sudu 50% ditunjukan dengan warna biru.
Adapun urutan lampu, lampu 0 pada ujung paling kanan dan lampu 5 pada ujung paling
kiri.
Dari grafik diatas akan menjelaskan hubungan putaran poros (n) dengan torsi (T).
Putaran poros (n) berbanding terbalik dengan daya air (WHP) yang dihasilkan karena
nilai pembebanan yang meningkat menyebabkan putaran poros turun dan WHP
meningkat. Semakin besar putaran porosnya (n) maka semakin kecil daya air (WHP)
yang dihasilkan.
Adapun Gambar 2.23 dapat dilihat bahwa nilai teringgi bukaan 100% pada lampu
5, 4, 3 yang dengan nilai WHP adalah 113,05 pada putaran poros 2128, 2132, dan 2152
rpm dan nilai terendah bukaan 50 % pada lampu 5,4,3,2 1 dan 0 dengan nilai WHP
adalah 96,01 pada putaran poros 1419, 1406, 1426, 1463, 1528 dan 1723.

d. Grafik Hubungan H-ηT


Bukaan 100%
Bukaan 75%
50
Bukaan 50%

Efisiensi Turbin 40

30

5,0 5,5 6,0 6,5 7,0

H ead m H 2O

Gambar 2.26 Grafik hubungan H-ηt pada lampu 3 untuk variasi bukaan sudu.

Gambar 2.26 menunjukkan grafik hubungan H- ηt pada lampu 3 untuk variasi


bukaan sudu. Bukaan sudu 100% ditunjukan dengan warna hitam, bukaan sudu 75%
ditunjukan dengan warna merah, dan bukaan sudu 50% ditunjukan dengan warna biru.
Dari grafik diatas akan menjelaskan hubungan head (H) dengan efisiensi turbin (ƞt).
Head (H) berbanding terbalik dengan efisiensi turbin (ƞt) yang dihasilkan. Semakin
besar putaran head (H) semakin kecil efisiensi turbin (ƞt) yang dihasilkan.
Gambar 2.26 dapat dilihat didapatkan bahwa nilai teringgi pada head 6 bukaan
sudu 100% dengan nilai efisiensi 49,066 % dan nilai terendah pada head 7 bukaan sudu
50% dengan efisiensi 22,391%

e. Grafik Isoefisiensi
0,00194
Bukaan 100%
0,00192
Bukaan 75%
0,00190
Bukaan 50%
0,00188
0,00186
Isoefisiensi
0,00184
0,00182
0,00180
D ebit (Q )

0,00178
0,00176
0,00174
0,00172
0,00170
0,00168
0,00166
0,00164
0,00162
0,00160
1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200 2300
Putaran (n)

Gambar 2.27 Grafik isoefisiensi untuk H=6 mH2O

Gambar 2.27 menunjukkan grafik isoefisiensi untuk H=6 mH2O. Bukaan sudu
100% ditunjukan dengan warna hitam, bukaan sudu 75% ditunjukan dengan warna
merah, bukaan sudu 50% ditunjukan dengan warna biru, dan garis isoefiensi dengan
warna ungu. Dari Gambar 2.27 dapat dilihat dapat terlihat bahwa garis isoefisiensi
berada pada lampu ke-5 dan head masukan turbin (H) 5 mH2O, dengan nilai efisiensi
total untuk bukaan sudu 100% adalah 16,858 %, bukaan sudu 75% adalah 8,525 %, dan
bukaan sudu 50% adalah 7,289 %.

2.8 Kesimpulan dan Saran


2.8.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa
1. Prinsip kerja turbin adalah merubah energi potensial dari fluida menjadi
energi mekanik yang dihasilkan dari dorongan air yang bekerja pada runner.
Runner dikopel dengan poros sehingga energy mekanis dapat dikonversikan
menjadi energi listrik oleh generator.
2. Effisiensi turbin tertinggi pada bukaan sudu 100% pada lampu ke 5 dengan
efisiensi turbin (ηt)
sebesar 49,066%, dengan nilai :
H = 6 mH2O
Q = 0,00192 m3/s
T = 0.24632 N.m
BHP = 55.471 watt
WHP = 113.05 watt
3. Sedangkan daya listrik (PEL) tertinggi terdapat pada bukaan sudu 100%
Pada lampu ke 5 sebesar 8,75 Watt, dengan nilai :
H = 5 mH2O
V = 2,24 volt
I = 4,33 A

2.8.2 Saran
1. Kopling pada poros yang menghubungkan turbin dengan generator
sebaiknya diganti agar alat uji dapat bekerja optimum.
2. Sebaiknya diberikan stabilizer pada lengan beban agar pembacaan beban yang
ditunjukkan oleh neraca beban bisa lebih teliti dan presisi.
3. Setiap pembebanan oleh lampu sebaiknya dilakukan minimalnya dua kali
pengukuran untuk menghindari kesalahan pengamatan

You might also like