Professional Documents
Culture Documents
Acc Pull Turbin Francis
Acc Pull Turbin Francis
TURBIN FRANCIS
2.1 PENDAHULUAN
Salah satu mesin fluida yang digunakan untuk menghasilkan energi adalah turbin
air [1]. Turbin merupakan mesin berputar yang mengambil energi dari aliran fluida.
Turbin sederhana memiliki satu bagian yang bergerak (Assembly Motor Blade), fluida
bergerak menjadikan baling-baling berputar dan menghasilkan energi untuk memutar
rotor [2].
Penelitian-penelitian yang dilakukan saat ini membawa dampak yang besar dalam
peningkatan performa turbin, pemilihan material yang cocok, dan desaindari turbin itu
sendiri ditinjau dari sisi kontruksi, tingkat kesukaran yangditimbulkan oleh proses
manufaktur, dan faktor perawatan pada sisi desain. Pengembangan turbin Francis dalam
dekade terakhir ini telah memberikan dampak yang besar dalam pengembangan
aplikasi-aplikasi baru untuk jenis tipe ini.
Pada pengujian turbin kali ini digunakan turbin Francis, karena turbin Francis
adalah jenis turbin yang sering digunakan, umumnya digunakan untuk pembangkit
listrik tenaga air. Pada turbin Francis perubahan energi potensial air menjadi energi
mekanis melalui tahapan dengan mengubah energi potensial air menjadi energi kinetik
[1].
b. Turbin Impuls
Turbin Impuls adalah turbin yang memanfaatkan energi potensial air diubah
menjadi energi kinetik dengan nosel. Air keluar nosel yang mempunyai kecepatan tinggi
membentur sudu turbin. Setelah membentur sudu arah kecepatan aliran berubah
sehingga terjadi perubahan momentum (impulse). Akibatnya roda turbin akan berputar.
Energi potensial yang masuk ke nosel akan dirubah menjadi energi kecepatan (kinetik).
b) Turbin Cross-Flow
Turbin Cross-Flow merupakan turbin arus lintang (cross flow), karena fluida yaitu
air menggerakkan sudu runner melewati pengarah sehingga seolah-olah terdapat fluida
yang datang dari aliran yang berbeda.
c) Turbin Turgo
Turbin Turgo dapat beroperasi pada head 30 s/d 300 m. Seperti turbin pelton
turbin turgo merupakan turbin impuls, tetapi sudunya berbeda. Pancaran air dari nozzle
membentur sudu pada sudut 20 derajat. Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari
turbin pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke generator
sehingga menaikan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya perawatan.
2. Turbin Reaksi
a) Turbin Kaplan
Turbin kaplan merupakan jenis dari turbin reaksi, Turbin bekerja pada head yang
kecil dengan bentuk sudu yang mirip baling – baling yaitu membawa aliran dengan
belokan hanya sedikit.
e
f
d
b
a
c
Gambar 2.9 Bagian-bagian turbin Francis [1].
c) Daya Listrik
Daya poros yang dihasilkan turbin diubah oleh generator DC menjadi daya listrik
Pel = Vj.Ij
Dimana Pel adalah daya listrik efektif, Vj adalah tegangan jangkar (Volt), dan Ij
adalah Arus Jangkar (Ampere).
d) Efisiensi Turbin
ηT = daya mekanik / daya air .100%
BHP
ηT = x 100 %
WHP
e) Efisiensi total
Pel
ηe = x 100 %
WHP
f) Efisiensi Generator
Pel
ηG = X 100 %
BHP
Pada turbin Francis, guide vane mengarahkan aliran air masuk ke sudu dengan
sudut α2, dengan kecepatan absolut V2. Setelah menjumlahkan vektor dengan kecepatan
tangensial di ujung sudu u2, u2=rω, maka sudut luar sudu harus diatur sebesar β2 untuk
mengakomodasi kecepatan relatif air menyinggung permukaan sudu w2. Profil sudu
tersebut menyebabkan arah dan kecepatan air menyinggung sudu pada sisi outlet
berubah w1, dan karena kecepatan tangensial sudu pada sisi outlet lebih kecil dari sisi
inlet u2> u1 akibat r2> r1. Maka jika dijumlahkan vektor w1 dan u1 maka akan didapatkan
nilai kecepatan absolut air di sisi outlet v1 yang lebih kecil dari sisi inlet. Artinya
sebagian energi kinetik dari air dirubah menjadi energi kinetik sudu saat air
menyinggung permukaan sudu [13].
8
1
5
2
3
6
12
11
13
14
16
c. Nilai yang ditunjukan pocket scale dalam satuan gram, nilai itu diubah ke kg
dengan dibagi 1000. Kemudian mengalikan masa (kg) dengan gravitasi (9,81)
didapat gaya pada lengan beban.
d. Dengan mengalikan gaya dengan jarak L maka akan didapatkan torsi.
No Bukaan H Jumlah H V I F n
mH2O lampu mm volt Amp N rpm
1 100% 5 5 71 2,24 4,33 0.652365 1929
2 4 71 2,98 3,09 0.66708 1933
3 3 71 3,73 3,30 0.602334 1960
4 2 71 4,68 2,56 0.613125 1931
5 1 71 6,00 1,48 0.515025 1890
6 0 71 0,35 0 0.073575 2055
7 5 72 3,12 4,12 0.672966 2128
8 4 72 3,9 4,10 0.807265 2132
9 3 72 4,08 3,51 0.769595 2152
6
10 2 71 5,2 2,7 0.718583 2145
11 1 71 6,95 1,6 0.632745 2176
12 0 70 0,4 0 0.346293 2239
13 5 73 3,4 4,27 0.678362 2378
14 4 73 4,2 3,76 0.665707 2359
15 3 72 4,3 3,66 0.662469 2351
7
16 2 71 5,55 2,88 0.638729 2368
17 1 71 7,5 1,8 0.49619 2404
18 0 70 0,48 0 0.251136 2443
0.21425
12 0 68 0,39 0 2061
13 5 70 2,99 4,04 0.653346 2116
14 4 70 2,65 3,98 0.641966 2101
15 3 70 5,0 2,70 0.605571 2125
16 75% 2 69 5,12 2,75 0.636179 2135
17 7 1 69 6,84 1,62 0.475098 2192
0.267813
18 0 68 0,45 0 2253
0.215133
12 0 67 0,28 0 1723
13 5 69 1,64 3,50 0.44714 1685
14 4 67 2,04 3,24 0.512573 1563
15 3 67 2,71 2,85 0.472155 1586
16 2 67 3,54 2,28 0.475687 1637
17 50% 1 66 5,10 1,38 0.378764 1737
7
0.275857
18 0 66 0,33 0 1864
= 49,066 %
h. Efisiensi total
Pel
ηe = x 100 %
WHP
7.09
= 113,05 x 100 %
= 6,272 %
i. Efisiensi Generator
Pel
ηG = X 100 %
BHP
7,09
= 55,71 x 100 %
= 12,782 %
2.7.3 Tabel Analisa perhitungan
Tabel 2.4 Tabel analisa perhitungan 100%
No Bukaan H h V Arus Jumlah F Rpm Torsi Q PEL BHP WHP ήT ήe ήG
mH2O mm volt A lampu N Nm
1 71 2,24 4,33 5 0.652365 1929 0.20876 0.001861 8.75 42.1484 91.27 46.182 9.584 20.752
2 71 2,98 3,09 4 0.66708 1933 0.21347 0.001861 6.24 43.1885 91.27 47.321 6.839 14.452
3 71 3,73 3,30 3 0.602334 1960 0.19275 0.001861 6.67 39.5414 91.27 43.325 7.304 16.858
5
4 71 4,68 2,56 2 0.613125 1931 0.1962 0.001861 5.17 39.6542 91.27 43.449 5.666 13.041
5 71 6,00 1,48 1 0.515025 1890 0.16481 0.001861 2.99 32.6023 91.27 35.722 3.276 9.170
6 71 0,35 0 0 0.073575 2055 0.02354 0.001861 0.00 5.06408 91.27 5.549 0.000 0.000
7 72 3,12 4,12 5 0.672966 2128 0.21535 0.001921 8.32 47.9649 113.05 42.427 7.361 17.351
8 72 3,9 4,10 4 0.807265 2132 0.25832 0.001921 8.28 57.645 113.05 50.989 7.326 14.367
9 72 4,08 3,51 3 0.769595 2152 0.24627 0.001921 7.09 55.4706 113.05 49.066 6.272 12.782
100% 6
10 71 5,2 2,7 2 0.718583 2145 0.22995 0.001861 5.45 51.6253 109.52 47.138 4.980 10.565
11 71 6,95 1,6 1 0.632745 2176 0.20248 0.001861 3.23 46.1154 109.52 42.107 2.951 7.009
12 70 0,4 0 5 0.346293 2239 0.11081 0.001802 0.00 25.9691 106.05 24.488 0.000 0.000
13 73 3,4 4,27 5 0.678362 2378 0.21708 0.001982 8.63 54.0296 136.09 39.701 6.338 15.964
14 73 4,2 3,76 4 0.665707 2359 0.21303 0.001982 7.60 52.598 136.09 38.649 5.581 14.440
15 72 4,3 3,66 3 0.662469 2351 0.21199 0.001921 7.39 52.1647 131.90 39.550 5.605 14.173
7
16 71 5,55 2,88 2 0.638729 2368 0.20439 0.001861 5.82 50.659 127.77 39.648 4.553 11.484
17 71 7,5 1,8 1 0.49619 2404 0.15878 0.001861 3.64 39.9522 127.77 31.268 2.846 9.101
18 70 0,48 0 0 0.251136 2443 0.08036 0.001802 0.00 20.549 123.72 16.609 0.000 0.000
2. Ralat Gaya
F = 0,769 N
F = 0,0005 N
Ralat Nisbi = F/F . 100 % = 0,0005/0.784 .100% = 0.065 %
Keseksamaan = 100% - Ralat Nisbi = 100% - 0.06% = 99,935 %
3. Head
h = 72
1
h .1 0,5
2
h 0,5
RalatNisbi .100% .100% 0,694%
h 72
Keseksamaan = 100% - Ralat Nisbi = 100% - 0,694% = 99.306 %
2.7.5 Tabel Perhitungan Ralat
Tabel 2.7 Tabel perhitungan ralat 100%
H Jumlah n F h Ralat Nisbi Keseksamaan
No. Δn ΔF Δh
mH2O Lampu rpm N mm n F h n F h
1 5 1929 0.65237 71 0.0259 0.0766 0.704 99.974 99.923 99.296
2 4 1933 0.66708 71 0.0259 0.0750 0.704 99.974 99.925 99.296
3 3 1960 0.60233 71 0.0255 0.0830 0.704 99.974 99.917 99.296
5 0,5 0,0005 0,5
4 2 1931 0.61313 71 0.0259 0.0815 0.704 99.974 99.918 99.296
5 1 1890 0.51503 71 0.0265 0.0971 0.704 99.974 99.903 99.296
6 0 2055 0.07358 71 0.0243 0.6796 0.704 99.976 99.320 99.296
7 5 2128 0.67297 72 0.0235 0.0743 0.694 99.977 99.926 99.306
8 4 2132 0.80726 72 0.0235 0.0619 0.694 99.977 99.938 99.306
9 3 2152 0.76959 72 0.0232 0.0650 0.694 99.977 99.935 99.306
6 0,5 0,0005 0,5
10 2 2145 0.71858 71 0.0233 0.0696 0.704 99.977 99.930 99.296
11 1 2176 0.63275 71 0.0230 0.0790 0.704 99.977 99.921 99.296
12 0 2239 0.34629 70 0.0223 0.1444 0.714 99.978 99.856 99.286
13 5 2378 0.67836 73 0.0210 0.0737 0.685 99.979 99.926 99.315
14 4 2359 0.66571 73 0.0212 0.0751 0.685 99.979 99.925 99.315
15 3 2351 0.66247 72 0.0213 0.0755 0.694 99.979 99.925 99.306
7 0,5 0,0005 0,5
16 2 2368 0.63873 71 0.0211 0.0783 0.704 99.979 99.922 99.296
17 1 2404 0.49619 71 0.0208 0.1008 0.704 99.979 99.899 99.296
18 0 2443 0.25114 70 0.0205 0.1991 0.714 99.980 99.801 99.286
0,00194
0,00192 Bukaan 100 %
0,00190 Bukaan 75%
0,00188 Bukaan 50%
0,00186
0,00184
0,00182
0,00180
D EBIT (Q )
0,00178
0,00176
0,00174
0,00172
0,00170
0,00168
0,00166
0,00164
0,00162
0,000
0,01 300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200
PU T AR AN (n)
Gambar 2.23 Grafik hubungan n-Q pada H= 6 untuk variasi bukaan sudu.
Gambar 2.23 menunjukkan grafik hubungan n-Q pada H=6 untuk variasi bukaan
sudu. Bukaan sudu 100% ditunjukan dengan warna hitam, bukaan sudu 75% ditunjukan
dengan warna merah, dan bukaan sudu 50% ditunjukan dengan warna biru. Adapun
urutan lampu, lampu 0 yang paling kanan dan lampu 5 yang paling kiri.
Dari Gambar 2.23 dapat dilihat hubungan putaran poros (n) dengan debit (Q).
Putaran poros (n) berbanding terbalik dengan debit (Q) yang dihasilkan. Semakin besar
putaran porosnya (n) maka semakin kecil debit (Q) yang dihasilkan. Grafik yang
ditunjukkan sesuai dengan korelasi antara putaran poros (n) dengan debit (Q).
Adapun dari Gambar 2.23 didapatkan bahwa nilai teringgi pada lampu 5, 4 dan
3 yang berimpit dengan bukaan sudu 100%, putaran poros 2128, 2132 dan 2152 rpm
dan Q adalah 0.0019207 m3 /s dan nilai terendah pada lampu 5,4,3,2,1 dan 0 yang
berimpit pada bukaan sudu 50% putaran poros 1419, 1406, 1426, 1463, 1528, dan 1723
rpm, Q adalah 0.0016312 m3 /s.
0,22
0,20
0,18
Torsi (T)
0,16
0,14
0,12
0,10
0,08
0,06
0,00
0,01 300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200 2300 2400
P utaran (n)
Gambar 2.24 Grafik hubungan n-T pada H= 6 untuk variasi bukaan sudu.
Gambar 2.24 menunjukkan grafik hubungan n-T pada H=6 untuk variasi bukaan
sudu. Bukaan sudu 100% ditunjukan dengan warna hitam, bukaan sudu 75% ditunjukan
dengan warna merah, dan bukaan sudu 50% ditunjukan dengan warna biru. Adapun
urutan lampu, lampu 0 pada ujung paling kanan dan lampu 5 pada ujung paling kiri.
Dari Gambar 2.24 dapat dilihat hubungan putaran poros (n) dengan torsi (T).
Putaran poros (n) berbanding terbalik dengan torsi (T) yang dihasilkan karena nilai
pembebanan yang meningkat menyebabkan putaran poros turun dan torsi meningkat.
Grafik yang ditunjukkan tidak sesuai dengan korelasi antara putaran poros (n)
dengan torsi (T)..
105
WHP 100
95
90
0
0,01 300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200 2300
Putaran (n)
Gambar 2.25 Grafik hubungan n-WHP pada H=6 untuk variasi bukaan sudu.
Gambar 2.25 menunjukkan grafik hubungan n-WHP pada H=6 untuk variasi
bukaan sudu. Bukaan sudu 100% ditunjukan dengan warna hitam, bukaan sudu 75%
ditunjukan dengan warna merah, dan bukaan sudu 50% ditunjukan dengan warna biru.
Adapun urutan lampu, lampu 0 pada ujung paling kanan dan lampu 5 pada ujung paling
kiri.
Dari grafik diatas akan menjelaskan hubungan putaran poros (n) dengan torsi (T).
Putaran poros (n) berbanding terbalik dengan daya air (WHP) yang dihasilkan karena
nilai pembebanan yang meningkat menyebabkan putaran poros turun dan WHP
meningkat. Semakin besar putaran porosnya (n) maka semakin kecil daya air (WHP)
yang dihasilkan.
Adapun Gambar 2.23 dapat dilihat bahwa nilai teringgi bukaan 100% pada lampu
5, 4, 3 yang dengan nilai WHP adalah 113,05 pada putaran poros 2128, 2132, dan 2152
rpm dan nilai terendah bukaan 50 % pada lampu 5,4,3,2 1 dan 0 dengan nilai WHP
adalah 96,01 pada putaran poros 1419, 1406, 1426, 1463, 1528 dan 1723.
Efisiensi Turbin 40
30
H ead m H 2O
Gambar 2.26 Grafik hubungan H-ηt pada lampu 3 untuk variasi bukaan sudu.
e. Grafik Isoefisiensi
0,00194
Bukaan 100%
0,00192
Bukaan 75%
0,00190
Bukaan 50%
0,00188
0,00186
Isoefisiensi
0,00184
0,00182
0,00180
D ebit (Q )
0,00178
0,00176
0,00174
0,00172
0,00170
0,00168
0,00166
0,00164
0,00162
0,00160
1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200 2300
Putaran (n)
Gambar 2.27 menunjukkan grafik isoefisiensi untuk H=6 mH2O. Bukaan sudu
100% ditunjukan dengan warna hitam, bukaan sudu 75% ditunjukan dengan warna
merah, bukaan sudu 50% ditunjukan dengan warna biru, dan garis isoefiensi dengan
warna ungu. Dari Gambar 2.27 dapat dilihat dapat terlihat bahwa garis isoefisiensi
berada pada lampu ke-5 dan head masukan turbin (H) 5 mH2O, dengan nilai efisiensi
total untuk bukaan sudu 100% adalah 16,858 %, bukaan sudu 75% adalah 8,525 %, dan
bukaan sudu 50% adalah 7,289 %.
2.8.2 Saran
1. Kopling pada poros yang menghubungkan turbin dengan generator
sebaiknya diganti agar alat uji dapat bekerja optimum.
2. Sebaiknya diberikan stabilizer pada lengan beban agar pembacaan beban yang
ditunjukkan oleh neraca beban bisa lebih teliti dan presisi.
3. Setiap pembebanan oleh lampu sebaiknya dilakukan minimalnya dua kali
pengukuran untuk menghindari kesalahan pengamatan