Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 30

1.

Planet Bumi

Selama ratusan ribu tahun manusia bertahan hidup dengan beradaptasi terhadap ritme dan
siklus alami planet yang kita diami ini. Pemahaman akan lingkungan kita sangatlah penting.
Namun, sejak awal sejarah manusia, kita hanya dapat memandang bentang alam terdekat saja
yang biasanya hanya beberapa kilometer persegi. Perspektif kita dahulu dalam mengamati
dan memahami bumi beserta perubahannya sangatlah terbatas, maksimal berupa titik
pengamatan terbaik (vantage point) di atas bukit atau puncak pegunungan yang tinggi.
Namun, sejak era 1960-an kita dapat melihat planet ini sebagaimana adanya: bola biru
kecil yang tertahan pada hitamnya ruang angkasa hampa seperti yang ditunjukkan dengan
dramatis oleh foto dari Stasiun Antariksa Internasional yang melayang di atas samudra yang
tertutup awan ini. Foto-foto astronot dan citra satelit telah menyingkapkan keindahan bumi
yang menawan, suatu planet yang basah akan air dan diselimuti oleh lapisan udara tipis
dengan pusaran awan putih. Jika diamati dari ruang angkasa, planet kita – rumah kita – ini
adalah suatu sistem yang terdiri atas gas, cairan, dan padatan dengan beragam komponen
yang saling berhubungan dan saling tergantung.
Kebutuhan kita untuk memahami bumi sebagai suatu sistem adalah alasan mengapa
berbagai tampilan dari ruang angkasa itu menjadi begitu berharga dan mengasyikkan. Tetapi
eksplorasi ruang angkasa tidak hanya memperdalam pemahaman akan bumi. Kita pernah
mendarat di bulan; memetakan permukaan Merkurius, Venus, dan Mars; dan mensurvei
keragaman bentang alam pada bulan-bulan planet Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Setiap objek pada sistem tata surya memuat rekaman asal-usul serta evolusi planet-planet
yang membantu kita untuk memahami planet kita sendiri.
Kembali ke bumi, kita juga telah memperluas eksplorasi pada keluasan dasar samudra
yang belum diketahui. Kita telah memetakan bentukan permukaan dan struktur lantai
samudra sehingga lebih memahami asal mula dan sejarahnya. Sekarang kita pun mengetahui
bahwa batuan di bawah dasar samudra ternyata sangat berbeda dari batuan di bawah
permukaan daratan. Kita juga telah mengintip kedalaman bumi dengan metode tidak
langsung. Kita telah menelusuri jalur gelombang seismik yang ditimbulkan oleh gempa,
mengukur jumlah kalor yang lolos dari dalam bumi, serta merekam denyut medan magnet.
Akibatnya kita pun mengetahui bagaimana bagian dalam bumi bergejolak perlahan dan
bagaimana gerakan-gerakan itu mempengaruhi proses di permukaan planet ini.
Dengan perspektif-perspektif baru tentang planet ini, kita harus menyusun suatu
konsep menyeluruh tentang bagaimana bumi berfungsi sebagai suatu sistem dinamis yang
terus-menerus berubah. Pada bab ini kita akan mengawali hal ini dengan membandingkan
planet-planet lain dengan bumi. Kita juga akan menjabarkan ciri-ciri utama daratan dan
cekungan samudra, juga mengamati struktur internal bumi – semua aspek yang menjadikan
planet bumi unik di sistem tata surya.

KONSEP UTAMA
1. Perbandingan bumi dengan planet-planet dalam (inner planets) yang lain menunjukkan
ciri-ciri khas planet kita dan apa yang menjadikannya unik.
2. Atmosfer bumi adalah perisai gas tipis yang menyelubungi planet ini. Atmosfer sifatnya
cair dan terus-menerus bergerak. Planet-planet lain memiliki atmosfer tetapi atmosfer Bumi
bersifat khas karena terdiri atas 78% nitrogen dan 21% oksigen.
3. Hidrosfer adalah fitur lain yang menjadikan bumi unik. Air bergerak dalam siklus besar
tanpa akhir dari samudra ke atmosfer, ke atas permukaan daratan, kemudian kembali lagi ke
laut.
4. Keberadaan biosfer disebabkan oleh air. Meskipun lebih kecil jika dibandingkan dengan
lapisan bumi yang lain, biosfer merupakan suatu daya geologis besar yang bekerja di
permukaan.
5. Daratan dan cekungan samudra adalah fitur permukaan bumi terbesar.
6. Daratan memiliki tiga komponen utama: (a) perisai purba, (b) dataran stabil, (c) sabuk
pegunungan lipatan. Masing-masing menunjukkan mobilitas kerak bumi.
7. Fitur struktural utama dasar samudra adalah: (a) pematang samudra, (b) lantai abisal yang
luas, (c) palung samudra yang panjang, sempit dan sangat dalam, (d) gunung api bawah laut,
dan (e) tepi benua.
8. Bumi adalah planet yang terdiferensiasi: materinya berkumpul menjadi lapisan-lapisan
sesuai dengan kerapatannya. Klasifikasi lapisan internal berdasarkan komposisi adalah: (a)
kerak, (b) selimut, dan (c) inti. Klasifikasi lapisan internal utama sesuai sifat fisiknya adalah:
(a) litosfer, (b) astenosfer, (c) mesosfer, (d) inti luar, dan (e) inti dalam. Materi pada masing-
masing unit ini terus bergerak sehingga Bumi adalah planet dinamis yang terus berubah.

PENGANTAR GEOLOGI
Geologi adalah ilmu tentang bumi. Geologi berkaitan dengan semua hal tentang bumi: asal-
usul, sejarah, materi, proses, dan dinamika perubahannya.
Geologi adalah bahasan yang sangat menarik. Bidang ini membahas beragam fenomena
seperti gunung api dan glasier, sungai dan pantai, gempa bumi dan tanah longsor, bahkan
sejarah kehidupan. Geologi adalah ilmu tentang apa yang terjadi di masa lalu dan apa yang
sedang terjadi saat ini – ilmu yang dapat meningkatkan pemahaman kita tentang alam dan
posisi kita di dalamnya.
Namun demikian, geologi tidak hanya sekedar memuaskan keingintahuan manusia
secara intelektual. Kita sedang berada pada satu titik sejarah manusia ketika ilmuwan-
ilmuwan bumi memiliki tanggung jawab untuk membantu menyelesaikan beberapa dari
masalah masyarakat yang mendesak. Termasuk di dalamnya adalah menemukan tempat
untuk membuang limbah radioaktif dan bahan kimia beracun secara aman, menentukan
penggunaan lahan secara bertanggung jawab untuk populasi yang semakin bertambah, serta
menyediakan pasokan air yang banyak dan aman. Geologi diharapkan untuk memandu
insinyur sipil dalam merencanakan bangunan, jalan raya, bendungan, pelabuhan dan terusan.
Geologi membantu kita untuk mengetahui bahwa kerusakan akibat bencana alam seperti
tanah longsor, gempa bumi, banjir, dan erosi pantai dapat dihindari atau dimitigasi. Daya
dorong lain dalam upaya kita untuk memahami bumi adalah penemuan sumber daya alam.
Semua materi bumi, termasuk air, tanah, mineral, bahan bakar fosil, dan bahan bangunan
bersifat “geologis” serta ditemukan, dieksploitasi, dan dikelola dengan bantuan ilmu geologi.
Ilmuwan geologi juga menawarkan informasi kunci tentang keseluruhan sistem
global, terutama perubahan iklim di masa lalu serta penyebab dan pengaruh yang mungkin
bagi perubahan iklim di masa depan. Barangkali pada akhirnya pemahaman akan alam yang
lebih lengkap sama pentingnya dengan penemuan ladang minyak dan deposit mineral.
Mari kita mulai dengan mengeksplorasi mengapa bumi ini unik di antara badan-badan
planet pada sistem tata surya. Setelah itu, kita akan mempelajari beberapa sifat bumi yang
penting: ukuran, komposisi, atmosfer, hidrosfer, dan struktur dalam bumi.

BUMI JIKA DIBANDINGKAN DENGAN PLANET-PLANET LAIN


Di antara planet-planet dalam (Merkurius, Venus, bumi, bulan, dan Mars), bumi bersifat khas
karena ukuran dan jaraknya dari matahari. Ukurannya cukup besar untuk menciptakan dan
menahan atmosfer dan hidrosfer. Kisaran suhunya sedang, sedemikian sehingga air dapat
dijumpai di permukaannya sebagai cairan, padatan, dan gas.

Sistem Tata Surya


Peta sistem tata surya (Gambar 1.1) menampilkan matahari dan badan-badan planet utama.
Di sinilah rumah kosmik bumi, tempat asal mula dan perkembangannya. Semua planet pada
sistem tata surya diciptakan pada waktu yang sama dan berasal dari bahan umum yang sama.
Matahari, bintang yang menciptakan panas melalui fusi nuklir, yang sangat besar itu menjadi
pusat sistem. Karena pengaruh gravitasi matahari yang sangat besar, semua planet pun
berputar mengelilinginya. Jika dilihat dari atas kutub utara planet, planet-planet itu bergerak
berlawanan arah jarum jam mengelilingi matahari dalam orbit yang agak elips. Selain itu,
semua planet berorbit pada bidang datar yang sama dengan ekuator matahari, kecuali Pluto
(perhatikan perbedaan kemiringan pada orbitnya).
Diagram sistem tata surya pada Gambar 1.1 tentu tidak proporsional. Gambar orbit
terdistorsi, ukuran planet tampak dilebih-lebihkan dan ditunjukkan dalam gambar perspektif.
Pada kenyatannya, ukuran orbit itu sangatlah besar jika dibandingkan dengan ukuran planet.
Analogi sederhana akan membantu menunjukkan ukuran dan struktur tata surya. Jika
matahari berukuran sebesar sebutir jeruk, ukuran bumi kira-kira sebesar sebutir pasir yang
mengorbit sejauh 9 meter (30 kaki). Jupiter berukuran sebesar kacang polong yang berevolusi
sejauh 60 m (200 kaki). Pluto adalah butiran lempung sejauh 10 blok perkotaan. Bintang
terdekat ukurannya adalah sebutir jeruk yang lain, sejauh lebih dari 1600 km (1000 mil).
Sekian lama planet dan bulan adalah badan-badan astronomi yang bisu, hanya bintik-
bintik kecil yang diamati melalui teleskop. Tetapi saat ini keduanya adalah dunia baru yang
sama nyatanya dengan dunia kita sendiri karena kita telah mendarat di permukaannya dan
mempelajarinya dengan pesawat antariksa yang dikendalikan jarak jauh. Salah satu fakta
mendasar yang tersingkap dari eksplorasi tata surya adalah ukuran dan komposisi planet yang
beragam secara sistematis seiring jaraknya dari matahari (Gambar 1.2). Planet-planet dalam
meliputi (Gambar 1.3): Merkurius dan Bulan yang seperti planet dengan permukaan mereka
yang berkawah; Venus dengan atmosfer karbon dioksida yang tebal dan sangat panas serta
beberapa gunung api; Bumi dengan lautan biru yang sejuk, awan yang berputar-putar dan
daratan berwarna-warni; dan Mars dengan ngarai yang besar, gunung api purba raksasa,
selubung es kutub yang dingin, serta badan sungai yang kering dan panjang. Planet-planet
luar yang besar-besar (Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus) merupakan bola gas raksasa
dengan cincin besar dan lusinan satelit kecil yang tersusun sebagian besar oleh es. Planet
yang letaknya paling jauh, Pluto, ukurannya kecil dan mirip dengan bulan-bulan ber-es ini. Es
memang “batuan” paling banyak di tata surya luar. Kerapatan suatu planet atau bulan
menunjukkan perbedaan nyata dalam hal komposisi ini. (Kerapatan adalah ukuran massa per
unit volume: g/cm3). Misalnya, kerapatan pada planet-planet dalam yang berbatu-batu sangat
tinggi (lebih dari 3 g/cm3) jika dibandingkan dengan planet-planet luar yang kaya akan gas
dan es dengan kerapatan kurang dari 1,6 g/cm3.
Bukti terbaik kami memberitahukan bahwa bumi terbentuk bersamaan dengan bagian
tata surya yang lain sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu. Namun begitu, hanya planet-planet
dalam yang agak mirip dengan bumi. Komposisi (didominasi oleh padatan yang rapat dengan
titik lebur yang tinggi) planet-planet dalam menjadikan planet-planet itu sangat berbeda
dengan planet luar yang tersusun atas es bersuhu rendah dan gas. Walaupun planet-planet
dalam memiliki ukuran, massa, dan komposisi yang kurang lebih sama, keadaannya sangat
beragam dalam cara yang menarik dan penting bagi kita sebagai makhluk hidup. Mengapa
bumi begitu berbeda dari tetangga-tetangganya? Mengapa hanya bumi sendiri yang memiliki
air fase cair yang berlimpah, kerak yang dinamis, atmosfer yang kaya oksigen, dan barangkali
yang paling khas jaring-jaring kehidupan yang rumit, yaitu biosfer?

Gambar 1.1 Sistem tata surya kita terdiri atas satu bintang, sembilan planet yang
berkerabat (hampir 70 bulan yang telah ditemukan sejauh ini), ribuan asteroid, serta milyaran
meteroid dan komet (tidak ditunjukkan di sini). Planet-planet dalam (Merkurius, Venus, bumi
dengan bulannya, dan Mars) sebagian besar tersusun atas materi yang berbatu-batu. Pluto,
Charon, dan satelit-satelit pada tata surya luar sebagian besar tersusun atas es air. Beberapa
ada yang sangat dingin (-230oC) sehingga ada es metana atau es nitrogen pada
permukaannya.
Semua badan planet pada tata surya bersifat penting ketika mempelajari bumi karena
komposisi kimia, ciri permukaan, serta sifat lainnya menunjukkan bagaimana planet-planet
berevolusi. Kesemuanya memberi wawasan penting mengenai daya-daya yang membentuk
sejarah planet kita.

Gambar 1.2 Planet-planet dalam tata surya beragam dalam hal ukuran dan komposisi
seiring jaraknya dari matahari. Planet-planet dalam berukuran kecil dan berbatu-batu
sedangkan planet-planet luar berukuran lebih besar dan tersusun sebagian besar oleh hidrogen
dan helium.

Bumi
Sebagai planet, bumi adalah planet biru kecil yang terselubungi lapisan awan putih dan air
fase cair (Gambar 1.3). Dalam tampilan yang menakjubkan ini, kita lihat bumi tanpa gerak,
beku pada satu momen, tetapi ada lebih banyak kejadian yang tampil di sini daripada yang
dapat anda bayangkan. Air yang biru dan awan putih yang berarak mendominasi tampilan
serta menegaskan pentingnya pergerakan air pada sistem bumi. Air yang jumlahnya sangat
besar terus-menerus bergerak: di laut, di udara (sebagai uap air yang tak tampak dan
mengembun sebagai awan), dan di daratan. Anda dapat melihat beberapa badai siklon
lengkap yang berputar-putar seluas ribuan kilometer persegi, memompa jumlah air yang
besar ke atmosfer. Ketika menjadi presipitasi di daratan, air itu pun mengalir kembali ke
lautan melalui sistem sungai besar yang mengikis dan memahat bentuk permukaan.
Sebagian besar Afrika dan Antartika tampak dalam tampilan ini. Zona iklim utama
pada planet kita tampak jelas tergambar. Misalnya, Gurun Sahara yang luas tampak pada
bagian atas tampilan, membentang sepanjang Afrika Utara hingga Arab Saudi di sebelahnya.
Sebagian besar hutan hujan tropis di Afrika tengah tampak di bawah selimut awan yang
terputus. Selain itu, sebagian besar selubung es kutub selatan pun tampak dengan jelas.
Bumi berada pada jarak yang tepat dari matahari sehingga suhu bumi memungkinkan
air dapat berwujud cair, padat, dan gas. Air dalam setiap bentuk itu merupakan bagian dari
hidrosfer. Jika bumi berjarak lebih dekat dengan matahari, samudra kita akan menguap; jika
jaraknya lebih jauh, samudra akan membeku. Namun, ada cukup banyak air berfase cair di
bumi dan air berfase cair inilah, sebagaimana hal-hal lainnya, yang menjadikan bumi khas di
antara planet-planet dalam tata surya. Dengan dipanaskan oleh matahari, air bergerak di bumi
dalam siklus-siklus besar. Air menguap dari samudra luas menuju atmosfer, menjadi tetes-
tetes air di permukaan bumi, berkumpul pada sistem sungai, dan akhirnya mengalir kembali
ke samudra. Akibatnya permukaan bumi tetaplah “muda” karena terus-menerus diubah oleh
air dan terkikis menjadi sistem-sistem lembah sungai yang rumit. Dinamisme ini sangat jauh
berbeda dari badan-badan planet lain yang permukaannya didominasi oleh kawah-kawah
bentukan meteorit purba (Gambar 1.3).
Keberadaan air sebagai zat cair di permukaan bumi sepanjang sejarah bumi yang
panjang juga memungkinkan makhluk hidup berevolusi. Meskipun tampaknya aneh, makhluk
hidup secara nyata telah mengubah komposisi atmosfer bumi. Beginilah mekanismenya:
fotosintesis oleh tumbuhan yang tak terhitung jumlahnya mengambil karbon dioksida dalam
jumlah besar dari atmosfer. Sebagai bagian dari proses ini, tanaman pun “menghembuskan”
oksigen. Selain itu, banyak makhluk laut yang mengambil karbon dioksida dari air laut untuk
membentuk cangkang yang kemudian jatuh ke dasar samudra dan membentuk batu kapur.

Gambar 1.3 Permukaan planet-planet dalam ini, ditunjukkan dengan skala yang
proporsional, memberi pengetahuan tentang dinamika planet.
Bumi
Bumi adalah bola biru yang indah yang terbungkus awan putih transparan. Air dan pusaran
awan yang mendominasi permukaan bumi menegaskan pentingnya air dalam sistem bumi.
Wilayah kutub yang dingin terkubur oleh es sedangkan wilayah tropis yang hangat tampak
belang-belang dengan awan dan tumbuhan hijau. Batuan pada daratan yang letaknya tinggi
telah banyak berubah dan usianya lebih tua daripada batuan pada cekungan samudra. Bumi
memiliki gunung-gunung api aktif, lapisan dalam yang dinamis, dan tak ada kawah tumbukan
yang tampak berukuran besar pada permukaannya.
Diameter 12.800 km, kerapatan 5,55 g/cm3

Venus
Venus sering dianggap sebagai saudara kembar bumi karena ukuran dan kerapatannya yang
mirip tetapi kedua planet itu tidaklah identik. Gambar Venus ini menunjukkan atmosfernya
yang berawan tersingkap sebagian sehingga menampakkan peta radar permukaan padat yang
dibuat oleh suatu satelit yang mengorbit. Venus memiliki dataran tinggi, sabuk pegunungan
lipatan, banyak gunung api, dan dataran vulkanik yang relatif rata tetapi Venus tidak
memiliki air dan hanya memiliki sedikit kawah meteor.
Diameter 12.000 km. Kerapatan 5,25 g/cm3

Mars
Mars berukuran lebih kecil daripada bumi dan Venus tetapi memiliki banyak fitur geologi
yang menarik, suatu bukti dinamisnya permukaan Mars di masa lalu. Tiga gunung api purba
berukuran raksasa, satu di antaranya setinggi lebih dari 28 km, dapat dilihat pada bagian kiri
gambar ini. Ngarai yang sangat besar membentang pada satu belahan planet ini, jaraknya
kira-kira sama dengan jarak New York ke San Fransisco. Fitur-fitur ini menunjukkan bahwa
permukaan Mars saat ini yang bergurun dan berangin adalah permukaan yang dinamis di
masa lalu tetapi kawah-kawah benturan meteorit purba (tampak di bagian kanan atas gambar
ini) belum sepenuhnya terhapus oleh peristiwa-peristiwa terkini.
Diameter 6800 km. Kerapatan 3,9 g/cm3

Merkurius
Merkurius mirip dengan bulan dengan permukaan yang didominasi oleh kawah tumbukan
purba dan dataran rata yang muda yang mungkin terjadi dari banjir lahar. Seperti bulan,
Merkurius tidak memiliki atmosfer dan hidrosfer.
Diameter 4900 km. Kerapatan 5,44 g/cm3

Bulan
Bulan memiliki dua wilayah yang sangat berbeda: dataran tinggi berkawah-kawah yang
terang dan dataran lava yang rata dan gelap. Dari sampel batu yang dibawa astronot Apollo
kita mengetahui bahwa dataran yang rata dan gelap itu merupakan banjir lava purba yang
mengisi kawah-kawah tumbukan meteorit yang besar-besar kemudian menutupi wilayah di
sekitarnya. Jadi, aktivitas vulkanis itu terjadi setelah terbentuknya terain yang lubang-lubang
tumbukannya parah tetapi aktivitas vulkanis itu tidak cukup untuk menghapus semua kawah
tumbukan. Saat ini bulan menjadi badan yang tenang secara geologis tanpa ada atmosfer
maupun air berfase cair. Diameter 3500 km. Kerapatan 3,3 g/cm3

Ciri khas bumi yang lain adalah dinamikanya. Bagian dalam dan permukaan bumi
terus-menerus berubah sebagai akibat panas internal. Sangat berbeda dengan itu, banyak
planet lain yang sedikit saja berubah sejak masa pembentukannya karena bagian dalam
planet-planet itu tak lagi panas. Sebagian besar kalor bumi muncul dari radioaktifitas alami.
Pemecahan tiga unsur, yaitu kalium, uranium, dan thorium, merupakan sumber utama kalor
ini. Begitu ditimbulkan, kalor tersebut mengalir ke permukaan dan hilang di angkasa. Sumber
panas yang lain diwarisi dari proses pembentukan planet. Panas ditimbulkan pada masing-
masing planet dengan jatuhnya meteorit dengan jumlah tak terhitung sehingga membentuk
planet yang semakin besar. Kalor akresi (accretionary heat) ini mungkin telah melelehkan
planet-planet awal, termasuk bumi. Planet yang berukuran lebih besar memiliki lebih banyak
kalor internal dan menahannya lebih lama dibanding planet yang lebih kecil.
Kalor internal bumi menciptakan pergerakan yang lambat di dalam planet. Lapisan
luar planet yang kaku (litosfer) terpecah menjadi fragmen atau lempeng besar-besar yang
bergerak. Selama milyaran tahun lempeng-lempeng yang bergerak itu pun membentuk
cekungan samudra dan benua. Gerakan internal yang dipicu oleh panas itu juga telah
mendeformasi lapisan luar bumi yang padat sehingga menyebabkan adanya gempa bumi,
sabuk pegunungan, dan aktivitas gunung api. Dengan demikian, bumi adalah planet yang
selalu dinamis, terus-menerus berubah sebagai akibat dari panas internal dan sirkulasi air
permukaannya.
Lihat lagi tampilan bumi dari angkasa itu (Gambar 1.3). Yang cukup menarik dari
gambar ini adalah sistem retakan di Afrika timur. Daratan tersebut perlahan-lahan terkoyak
sepanjang sistem fraktur yang luas ini. Bagian di mana retakan besar memisahkan
Semenanjung Arab dan Afrika itu terisi dengan air sehingga menjadi Laut Merah. Retakan itu
membentang dari situ ke arah selatan melintasi sebagian besar bagian benua (tampak samar-
samar saja di wilayah khatulistiwa karena adanya awan). Beberapa binatang yang berevolusi
di lembah retakan Afrika Timur itu tersebar dari sana kemudian belajar untuk bertahan hidup
pada berbagai bentang alam di planet ini. Di sinilah rumah pertama binatang itu tetapi
ternyata kemudian mereka pun telah dapat berjalan di bulan.

Planet Dalam yang Lain


Sangat berlainan dengan bumi yang dinamis, beberapa planet dalam yang lain keadannya
sangat tidak aktif dan tak berubah. Misalnya, Bulan dan Merkurius (Gambar 1.3) tampak
bopeng dengan ribuan kawah yang merekam kelahiran planet-planet itu sekitar 4,55 milyar
tahun yang lalu. Periode ini adalah masa ketika badan-badan planet menarik sisa-sisa puing
kosmis yang membentuk matahari dan planet-planet. Ketika puing itu menabrak badan
planet, terbentuklah kawah tumbukan.
Bulan dan Merkurius ukurannya begitu kecil sehingga keduanya tidak dapat
menimbulkan dan menahan panas internal yang cukup banyak untuk mempertahankan
aktivitas geologi yang lebih lama. Keduanya pun mendingin dengan cepat dan kehilangan
kemampuan untuk membentuk gunung api. Dataran lava yang rata pada keduanya berusia
lebih purba dibandingkan dataran serupa di bumi. Akibatnya, permukaannya pun tak banyak
berubah selama milyaran tahun. Keduanya masih memiliki banyak kawah tumbukan meteorit
yang terbentuk pada masa kelahiran tata surya. Di antara keduanya tidak ada yang memiliki
hidrosfer maupun atmosfer untuk mengubah keadaan planet. Dengan demikian, planet-planet
kecil ini pun tertinggal sebagai “fosil” dari fase-fase awal pembentukan planet. Jejak kaki
yang tertinggal di bulan oleh astronot-astronot Apollo akan tetap baru dan tak berubah selama
jutaan tahun. Mars berukuran lebih besar dan memiliki lebih banyak panas internal serta
atmosfer yang tipis (Gambar 1.3). Permukaan Mars yang aslinya berkawah-kawah kini telah
berubah karena erupsi gunung api, retakan raksasa, erosi angin, dan, jauh-jauh sebelumnya,
air yang mengalir. Saat ini Mars terlalu dingin dan tekanan udaranya terlalu rendah bagi
keberadaan air sebagai zat cair. Selubung es kutub yang lebar menandai kedua kutubnya.
Dalam banyak hal, Mars adalah tanah kosong yang beku dengan kerak yang nyaris tanpa
gerak. Akibatnya, kawah benturan purba di Mars pun tak sepenuhnya terhapus.
Venus berukuran lebih besar dan memiliki lebih banyak energi internal yang
menggerakkan kerak planet dan terus-menerus mengubah bentuk permukaannya (Gambar
1.3). Ukuran Venus hanya sedikit lebih kecil daripada bumi dan jaraknya lebih dekat dengan
matahari. Atmosfer yang kaya karbon dioksida menahan energi surya yang mencapai
permukaan dan membuat suhu cukup tinggi untuk dapat melelehkan timah hitam (sekitar
500oC). Tekanan udaranya 90 kali tekanan udara bumi. Lain dari planet-planet kecil, Venus
tidak memiliki area dengan banyak kawah tumbukan. Kawah tumbukan purba di Venus pasti
telah dihancurkan oleh deformasi atau terkubur aliran lahar. Permukaan Venus ternyata masih
muda. Karena ukurannya yang besar, pendinginannya cukup lambat sehingga gunung-gunung
api mungkin saja ada yang aktif saat ini. Di sisi lain, tak ada bukti ditemukannya air di
Venus: tak ada lautan, sungai, selubung es, dan hanya ada sedikit uap air. Hanya bumi yang
memiliki jumlah air berfase cair dalam jumlah banyak yang telah mempengaruhi
perkembangannya sepanjang sejarah.
Maka, beginilah planet bumi dalam latar kosmis: hanya satu noktah biru pucat di
angkasa raya, kerabat sekelompok planet dan bulan yang berevolusi mengelilingi matahari.
Bumi adalah planet minor yang tertambat pada satu bintang biasa di pinggiran satu dari
milyaran galaksi. Meskipun demikian, dari perspektif manusia, bumi adalah sistem yang luas
dan kompleks yang telah berevolusi selama milyaran tahun, suatu rumah yang baru saja
mulai kita pahami. Mempelajari bumi dan kekuatan-kekuatan yang mengubahnya (perjalanan
intelektual yang akan segera anda mulai) adalah perjalanan yang kami harap tidak akan
kalian lupakan. Penyelidikan kita akan beragam komposisi dan keadaan planet-planet itu
tentu mengingatkan kita akan keseimbangan rapuh yang memungkinkan kita hidup. Apakah
kita cukup cerdas untuk memahami bagaimana dunia kita berfungsi sebagai suatu planet
kemudian hidup dengan arif dalam batasan-batasan itu?

LAPISAN TERLUAR BUMI


Lapisan terluar bumi adalah atmosfer, hidrosfer, dan biosfer. Dinamika lapisan tersebut
sangat menakjubkan ketika diamati dari luar angkasa.

Tampilan bumi dari angkasa luar seperti pada Gambar 1.3 memperlihatkan banyak fitur yang
menjadikan bumi khas. Gambar tersebut memberi pengetahuan tentang sejarah perubahan
planet kita. Atmosfer adalah selimut gas tipis yang menyelubungi bumi. Hidrosfer, lapisan air
yang terputus-putus, terlihat pada samudra yang luas. Bahkan sebagian biosfer, dunia organis
yang meliputi seluruh makhluk hidup di bumi, terlihat dari angkasa luar, misalnya hutan
tropis ekuator Afrika yang berwarna hijau tua. Litosfer, bagian luar yang padat dari bumi,
tampak pada benua dan pulau-pulau.
Salah satu ciri khas bumi adalah bahwa setiap alam (realm) utama bumi berada pada
pergerakan dan perubahan yang terus-menerus. Atmosfer dan hidrosfer bergerak secara
dramatis dan nyata. Pergerakan, pertumbuhan, dan perubahan pada biosfer dapat segera
dipahami – manusia menjadi bagian di dalamnya. Tetapi litosfer bumi yang tampaknya tak
bergerak sebenarnya juga bergerak dan demikianlah yang terjadi selama hampir sepanjang
sejarah planet ini.

Atmosfer
Barangkali fitur bumi yang paling mencolok, seperti yang terlihat dari angkasa luar, adalah
atmosfer dengan pusaran-pusaran awan berwarna putih terang (Gambar 1.3). Walaupun
selimut gas ini merupakan satu bagian yang sangat kecil dari massa planet (kurang dari
0,01%), atmosfer sangat penting karena bergerak dengan mudah dan terus-menerus
berinteraksi dengan laut dan daratan. Atmosfer berperan dalam evolusi sebagian besar fitur
bentang alam dan penting bagi kehidupan. Dengan skala ilustrasi pada Gambar 1.3, sebagian
besar atmosfer terkonsentrasi pada suatu lapisan yang sama tipis dengan tinta pada cetakan
foto tersebut.
Pola sirkulasi atmosfer jelas terlihat pada Gambar 1.3 melalui bentuk dan orientasi
awan. Sepintas, pola-pola tersebut mungkin tampak membingungkan tetapi setelah diamati
lebih cermat, kita temukan bahwa pola-pola tersebut tertata sangat rapi. Jika kita
mengabaikan detail-detail sistem cuaca lokal, sirkulasi atmosfer secara global pun tampak
nyata. Panas matahari, yang merupakan kekuatan pendorong sirkulasi atmosfer, paling besar
terdapat pada wilayah khatulistiwa. Panas menyebabkan air di lautan menguap dan membuat
udara yang lembab menjadi kurang rapat sehingga udara pun naik. Udara yang lembab dan
hangat membentuk sabuk di khatulistiwa berupa bercak-bercak awan, dibatasi di utara dan
selatan oleh zona tanpa awan di mana udara turun. Ke arah utara dan selatan, sistem badai
siklon berkembang pada wilayah bertemunya air hangat dari garis lintang rendah dengan
udara dingin di sekitar kutub.
Atmosfer kita unik di tata surya. Atmosfer tersusun atas 78% nitrogen, 21% oksigen,
dan sedikit gas lain seperti karbon dioksida (hanya 0,035%) dan uap air. Atmosfer purba
sangatlah berbeda: pada dasarnya atmosfer purba bebas oksigen dan sebagian besar tersusun
atas karbon dioksida dan uap udara. Atmosfer masa kini yang miskin karbon dioksida
berkembang setelah batu kapur mulai terbentuk di samudra kemudian mengikat karbon
dioksida. Oksigen ditambahkan ke atmosfer belakangan ketika tumbuhan berevolusi. Sebagai
akibat fotosintesis, tumbuhan menyerap karbon dioksida dari atmosfer purba dan membuang
oksigen ke dalamnya. Jadi, oksigen di atmosfer saat ini dan dulu memang diproduksi oleh
makhluk hidup.

Hidrosfer
Hidrosfer adalah total massa air pada permukaan planet kita. Air menutupi sekitar 71%
permukaan bumi. Sekitar 98% dari air ini berada di lautan. Hanya 2% yang berada di sungai,
danau, air tanah, dan glasier. Dengan demikian, memang ada alasannya mengapa bumi
disebut “planet air.” Diperkirakan jika ketidakteraturan pada permukaan bumi diratakan
sehingga membentuk bola sempurna, seluruh samudra akan menutupi bumi dengan
kedalaman 2,25 km.
Sekali lagi, massa air yang besar inilah yang menjadikan bumi unik. Air
memungkinkan makhluk hidup berevolusi dan berkembang: setiap penghuni bumi secara
langsung maupun tidak langsung diatur olehnya. Seluruh pola cuaca, iklim, curah hujan dan
bahkan jumlah karbon dioksida di atmosfer bumi dipengaruhi oleh air di lautan. Keadaan
hidrosfer terus-menerus bergerak: air menguap dari samudra dan bergerak menuju atmosfer,
tercurah sebagai hujan dan salju, kemudian kembali ke laut melalui sungai, glasier, dan air
tanah. Ketika air bergerak pada permukaan bumi, air mengikis dan mengangkut materi batuan
yang melapuk kemudian menimbunnya. Peristiwa ini terus-menerus mengubah bentang alam
bumi. Fitur permukaan bumi yang khas banyak yang terbentuk oleh gerak hidrosfer.

Biosfer
Biosfer adalah bagian bumi di mana kehidupan hadir. Biosfer meliputi hutan, padang rumput,
dan binatang yang lazim pada area itu, bersama dengan berbagai makhluk hidup yang
menghuni laut dan atmosfer. Mikroorganisme seperti bakteri ukurannya terlalu kecil untuk
diamati tetapi mungkin merupakan bentuk kehidupan yang paling banyak dijumpai di biosfer.
Sebagai penutup daratan, biosfer bersifat terputus-putus dan tidak teratur: biosfer adalah
jaringan kehidupan yang saling berkaitan, berada di dalam atmosfer, hidrosfer, dan litosfer
serta bereaksi dengannya. Biosfer terdiri atas lebih dari 1,6 juta spesies yang diketahui dan
mungkin sebanyak tiga juta lain yang belum diketahui. Setiap spesies hidup di dalam batas
lingkungannya sendiri (Gambar 1.4).
Hampir keseluruhan biosfer berada pada zona sempit yang membentang dari
kedalaman samudra yang dapat ditembus sinar matahari (sekitar 200 m) hingga garis salju
pada wilayah pegunungan tropis dan subtropis (sekitar 6000 m di atas permukaan air laut).
Dengan skala pada foto dalam Gambar 1.3, biosfer (keseluruhan makhluk hidup yang
diketahui pada sistem tata surya) adalah lapisan tipis yang tidak lebih tebal dari kertas yang
digunakan untuk mencetak gambar itu.
Tentu saja salah satu pertanyaan paling menarik tentang biosfer adalah berkaitan
dengan jumlah dan keragaman organisme yang menyusunnya. Herannya, sesungguhnya tak
ada yang tahu jawabannya. Meskipun dengan penelitian sistematis selama lebih dari 250
tahun, perkiraan total jumlah spesies tumbuhan dan binatang bermacam-macam mulai dari 3
juta hingga lebih dari 30 juta. Dari jumlah ini, hanya 1,6 juta spesies yang telah tercatat.
Keragaman ini lebih aneh dari yang dapat anda bayangkan. Serangga menyumbang lebih dari
separuh spesies yang diketahui padahal hanya ada 4000 spesies mamalia atau sekitar 0,025%
dari keseluruhan spesies. Pengamatan menunjukkan bahwa ada lebih banyak spesies hewan
kecil daripada hewan berukuran besar. Makhluk hidup terkecil yang tidak tampak oleh mata
telanjang, seperti protozoa, bakteri, dan virus, menyumbang keragaman spesies yang sangat
besar. Biosfer benar-benar merupakan bagian sistem bumi yang menakjubkan.
Faktor-faktor utama yang mengendalikan persebaran makhluk hidup di planet kita
adalah suhu, tekanan, dan kimia lingkungan sekitar. Namun, cakupan kondisi lingkungan
yang memungkinkan adanya kehidupan sungguh menakjubkan, terutama cakupan lingkungan
yang dapat ditinggali mikroorganisme (Gambar 1.4B).
Walaupun berukuran kecil jika dibandingkan dengan lapisan utama bumi yang lain
(atmosfer, hidrosfer, dan litosfer), biosfer adalah kekuatan geologi yang utama. Pada
dasarnya seluruh atmosfer yang ada saat ini diciptakan oleh aktivitas kimiawi biosfer.
Komposisi lautan juga sama-sama dipengaruhi oleh makhluk hidup: banyak organisme laut
yang menyerap kalsium karbonat dari air laut untuk membuat cangkang dan bagian-bagian
keras. Ketika organisme tersebut mati, cangkangnya tertinggal di dasar laut dan terkumpul
sebagai lapisan batu kapur. Selain itu, biosfer membentuk seluruh batu bara, minyak, dan gas
bumi. Dengan demikian, banyak dari batuan pada kerak bumi yang dengan cara tertentu
berasal dari aktivitas biologi.

Gambar 1.4 Tampilan biosfer bumi ini menekankan bahwa kehidupan tersebar luas dan
menjadi kekuatan geologi yang besar.
(A) Peta biosfer ini dihasilkan dengan data yang diperoleh dari sensor satelit. Vegetasi tanah
meningkat dari warna coklat ke kuning ke hijau ke hitam. Konsentrasi fitoplankton laut yang
terus meningkat ditunjukkan oleh warna yang terentang dari ungu ke merah. Fitoplankton
adalah tumbuhan mikroskopis yang hidup pada lapisan permukaan lautan dan menjadi dasar
rantai makanan di laut. Perhatikan konsentrasi fitoplankton yang cukup tinggi di perairan
kutub (merah dan kuning) dan yang sangat rendah (ungu dan biru) di wilayah garis lintang
pertengahan.

(B) Sebagian besar biosfer berada di dalam zona yang sangat tipis dari 100 m di bawah
permukaan air laut hingga sekitar 200 m di atas permukaan air laut.

Catatan sejarah biosfer tersimpan, kadang dalam detail-detail yang mengagumkan,


oleh fosil yang dijumpai pada bebatuan. Jumlah makhluk hidup saat ini memang mewakili
kurang dari 10% jumlah spesies yang hadir sejak kehidupan pertama kali tumbuh di muka
bumi.

Mengapa penting untuk membedakan antara lapisan fisik dan lapisan kimiawi pada bagian
dalam bumi?

STRUKTUR INTERNAL BUMI


Materi padatan bumi terbagi menjadi lapisan-lapisan sesuai komposisi dan sifat mekanisnya.
Dari luar ke dalam, lapisan bumi berdasarkan komposisi adalah: (1) kerak, (2) selimut, dan
(3) inti. Lapisan bumi berdasarkan sifat fisiknya adalah: (1) litosfer, (2) astenosfer, (3)
mesosfer, (4) inti luar, dan (5) inti dalam.

Penelitian mengenai gelombang gempa bumi, meteorit yang jatuh ke bumi, medan magnet,
dan sifat fisik yang lain menunjukkan bahwa bagian dalam bumi terdiri atas serangkaian
tempurung dengan beragam komposisi dan sifat mekanis. Bumi disebut planet yang
terdiferensiasi karena pemisahan lapisan-lapisan ini. Bagaimana bumi terdiferensiasi?
Pertama, ingat bahwa kerapatan air berfase cair adalah 1 g/cm3. Kerapatan sebagian besar
batuan pada permukaan sekitar tiga kalinya, yaitu mendekati 3 g/cm3. Tetapi keseluruhan
kerapatan bumi adalah sekitar 5,5 g/cm3. Jelas bahwa bumi terdiri atas lapisan-lapisan dalam
dengan kerapatan yang terus meningkat ke arah pusatnya. Lapisan-lapisan dalam tersebut
dihasilkan seiring dengan timbul atau tenggelamnya berbagai materi sehingga materi yang
kerapatannya terkecil berada di permukaan dan materi yang paling padat berada di pusat
planet. Jadi, gravitasi adalah gaya gerak di balik struktur bumi yang terdiferensiasi.
Pada pembahasan di bawah ini kami membawa anda pada tur singkat menuju pusat
terdalam bumi yang berada pada kedalaman sekitar 6400 km. Sifat kimiawi
mengelompokkan sekumpulan lapisan sementara perilaku mekanis mencirikan kumpulan
lapisan yang lain. Gambar 1.5 menampilkan lapisan-lapisan berdasarkan sifat-sifat kimiawi
pada bagian kiri dan lapisan berdasar sifat mekanis pada bagian kanan. Pemahaman akan
kedua jenis lapisan tersebut sangat penting.

Struktur Internal Berdasarkan Komposisi Kimiawi


Ilmuwan geologi menggunakan istilah kerak untuk menyebut lapisan terluar bumi
berdasarkan komposisinya (Gambar 1.5, kiri). Bagian dasar kerak menunjukkan transisi yang
jelas dalam hal proporsi berbagai unsur yang menyusun batuan tetapi tidak menunjukkan
transisi yang kuat dalam hal perilaku mekanis atau sifat fisik.
Selain itu, kerak pada benua sangat berbeda dengan kerak di bawah cekungan
samudra (Gambar 1.6). Kerak benua jauh lebih tebal (sedalam 75 km), tersusun atas batuan
granitik yang kurang padat (sekitar 2,7 g/cm3), sangat terdeformasi, dan terdiri atas batuan
planet yang tertua (berusia milyaran tahun). Berbeda dari itu, kerak samudra hanya setebal
sekitar 8 km, tersusun atas batuan vulkanik yang lebih padat yaitu batuan basalt (sekitar 3,0
g/cm3), relatif tidak mengalami perubahan bentuk akibat lipatan, dan muda secara umur
geologi (200 juta tahun atau kurang). Perbedaan antara kerak benua dan kerak samudra
sebagaimana yang akan anda pelajari ini bersifat mendasar bagi pemahaman akan bumi.
Lapisan utama bumi selanjutnya berdasarkan komposisi, yaitu selimut bumi,
mengelilingi atau menyelubungi bagian inti (Gambar 1.5, kiri). Zona ini ketebalannya sekitar
2900 km dan merupakan bagian terbesar dari bumi (82% volume dan 68% massa bumi).
Selimut bumi tersusun atas batuan silikat (senyawa silikon dan oksigen) yang juga
mengandung banyak besi dan magnesium. Fragmen-fragmen selimut bumi terbawa ke
permukaan melalui erupsi gunung api. Karena adanya tekanan dari batuan di atasnya,
kerapatan selimut bumi meningkat seiring kedalamannya, dari sekitar 3,2 g/cm3 pada bagian
atas hingga hampir 5 g/cm3 mendekati intinya.
Inti bumi merupakan suatu massa pusat dengan diameter sekitar 7000 km.
Kerapatannya meningkat seiring dengan kedalaman tetapi rata-rata sebesar 10,8 g/cm3.
Bagian inti hanyalah 16% dari volume bumi tetapi, karena kerapatannya yang tinggi, bagian
ini menyumbang 32% massa bumi.
Gambar 1.5 Struktur dalam bumi terdiri atas lapisan-lapisan dengan beragam komposisi
dan sifat fisik. Bagian kiri menunjukkan lapisan-lapisan berdasar susunan kimiawi. Bagian
ini terdiri atas kerak, selimut, dan inti.
Bagian kanan menunjukkan lapisan-lapisan berdasarkan sifat fisik, seperti ketegaran,
kelentukan, dan apakah sifatnya padat atau cair. (Perhatikan bahwa kedua pembagian ini,
kimiawi dan fisik, tidak beririsan kecuali pada bagian perbatasan selimut-inti.)

Bukti tidak langsung menunjukkan bahwa bagian inti sebagian besar berupa logam besi
sehingga bagian ini sangat berbeda dari materi silikat pada bagian selimut bumi.

Struktur Dalam Berdasarkan Sifat Fisik


Sifat mekanik (atau fisik) suatu materi memberitahu kita tentang bagaimana materi tersebut
merespon gaya, seberapa lemah atau kuat materi itu, dan apakah materi itu cair atau padat.
Lapisan terluar yang padat, kuat, dan kaku dari suatu planet disebut dengan litosfer (“lapisan
batuan”). Litosfer meliputi kerak dan bagian teratas selimut bumi (Gambar 1.5, kanan).
Litosfer bumi sangat beragam ketebalannya, mulai dari 10 km pada beberapa wilayah
samudra hingga 300 km pada wilayah benua tertentu. Gambar 1.6 menunjukkan bagaimana
lapisan-lapisan internal utama bumi berkaitan.
Pada selimut bumi bagian atas terdapat suatu zona utama di mana suhu dan
tekanannya tepat sehingga sebagian materi meleleh atau hampir meleleh. Dengan keadaan
tersebut batuan kehilangan sebagian besar kekuatan dan menjadi lembut, lentur dan mengalir
perlahan. Zona selimut bumi yang mudah lapuk ini disebut astenosfer (“lapisan lemah”).
Batas antara astenosfer dengan litosfer di atasnya berbeda secara mekanis tetapi tidak
merupakan transisi mendasar pada susunan kimiawi. Batas tersebut hanya menunjukkan
transisi pada sifat mekanik batuan.
Batuan di bawah astenosfer lebih kuat dan lebih kaku daripada astenosfer. Hal ini
disebabkan karena tekanan yang tinggi pada kedalaman ini mengimbangi pengaruh
temperatur yang tinggi, memaksa batuan agar menjadi lebih kuat daripada astenosfer di
atasnya. Wilayah antara astenosfer dan inti disebut mesosfer (“lapisan tengah”).
Inti bumi menandai transisi dalam hal susunan kimiawi dan sifat fisik. Berdasarkan
perilaku mekanik sendiri, inti bumi memiliki dua bagian berbeda: inti dalam yang padat dan
inti luar yang cair. Inti luar memiliki ketebalan sekitar 2270 km jika dibandingkan dengan inti
dalam yang ukurannya lebih kecil dengan jari-jari hanya sekitar 1200 km. Inti bumi sangatlah
panas. Pelepasan panas dari inti serta rotasi bumi mungkin yang menyebabkan mengalirnya
inti luar yang cair. Sirkulasi ini membangkitkan medan magnet bumi.

Gambar 1.6 Lapisan terluar dari bumi yang padat, berdasarkan ciri fisiknya, terdiri atas
astenosfer dan litosfer. Astenosfer keadaannya panas mendekati titik lebur dan dapat
mengalir dengan plastis. Litosfer di atasnya lebih dingin dan kaku. Lapisan ini meliputi
bagian teratas selimut bumi dan memiliki dua jenis kerak: kerak samudra yang tipis dan padat
serta kerak benua yang tebal dan mengapung.

Fitur-Fitur Utama Benua


Benua terdiri atas tiga komponen struktur utama: (1) perisai benua, (2) dataran stabil, dan (3)
sabuk pegunungan lipatan. Kerak benua bersifat kurang padat, lebih tebal, lebih tua, dan lebih
terdeformasi daripada kerak samudra.

Jika bumi tidak memiliki atmosfer maupun hidrosfer, dua wilayah utama akan tampil sebagai
fitur yang dominan, yaitu: cekungan samudra dan benua. Cekungan samudra yang menutupi
sekitar 2/3 permukaan bumi memiliki topografi yang menakjubkan; sebagian besar di
antaranya berasal dari aktivitas vulkanis yang luas dan pergerakan bumi yang masih terus
terjadi saat ini. Benua timbul di atas cekungan samudra sebagai dataran besar. Perairan laut
tidak hanya mengisi cekungan samudra tetapi naik cukup tinggi sehingga membanjiri
sebagian besar benua. Garis pantai saat ini, yang sangat penting bagi kita secara geografis dan
telah dipetakan dengan cermat, tidak memiliki hubungan yang sederhana dalam hal batas
struktural antara benua dan cekungan samudra.
Dalam kehidupan sehari-hari kita posisi garis pantai sangatlah penting. Tetapi dari
sudut pandang geologi, elevasi benua berkaitan dengan dasar samudra jauh lebih signifikan
daripada posisi pantai. Selisih elevasi antara benua dan cekungan samudra menunjukkan
perbedaan mendasar dalam komposisi dan kerapatan. Batuan benua yang “granitik” bersifat
kurang padat (sekitar 2,7 g/cm3) dibanding batuan basalt pada cekungan samudra (sekitar 3,0
g/cm3). Artinya batuan benua dengan volume tertentu beratnya lebih ringan daripada batuan
samudra dengan volume yang sama. Perbedaan ini menyebabkan kerak benua menjadi lebih
mengapung atau naik lebih tinggi daripada kerak samudra yang lebih padat dengan cara yang
sama es batu mengapung pada segelas air karena es kurang padat daripada air. Selain itu,
batuan pada kerak benua usianya lebih tua (batuan tertentu berusia 4,0 milyar tahun) daripada
batuan pada kerak samudra.
Elevasi dan area benua dan cekungan samudra saat ini telah dipetakan dengan
ketelitian tinggi. Data tersebut dapat diringkas dalam beragam bentuk. Gambar 1.7
menunjukkan bahwa rata-rata elevasi benua adalah 0,8 km di atas permukaan air laut
sedangkan rata-rata elevasi dasar samudra (kedalaman lautan) adalah sekitar 3,7 km di bawah
permukaan air laut. Relatif sedikit saja bagian permukaan bumi yang timbul secara signifikan
di atas rata-rata elevasi benua atau turun di bawah rata-rata kedalaman laut. Jika benua tidak
naik cukup tinggi di atas dasar samudra, seluruh permukaan bumi pasti tertutup air.

Gambar 1.7 Grafik elevasi benua dan cekungan samudra menunjukkan bahwa rata-rata
ketinggian benua hanyalah 0,8 km di atas permukaan air laut. Hanya sedikit saja bagian
permukaan bumi yang naik di atas rata-rata elevasi benua atau turun di bawah rata-rata
elevasi lantai samudra.

Perisai. Wilayah benua yang datar dan luas yang menampakkan batuan hablur purba yang
melapuk dengan kompleks disebut perisai (Gambar 1.8). Seluruh batuan pada perisai bumi
terbentuk pada zaman dahulu kala, sebagian besar lebih dari 1 milyar tahun. Selain itu,
wilayah-wilayah ini relatif tak terganggu selama lebih dari setengah milyar tahun kecuali
adanya lengkungan halus yang besar. Batuan pada perisai itu adalah batuan beku dan
metamorf yang sudah sangat terdeformasi: batuan itu disebut juga kompleks batuan dasar.
Tanpa adanya pengetahuan langsung tentang suatu perisai, membayangkan sifat dan
nilai penting dari bagian kerak benua yang penting ini menjadi sulit. Gambar 1.9
menunjukkan sebagian dari perisai Kanada di benua Amerika Utara sebagaimana terlihat dari
angkasa luar. Gambar ini akan membantu anda memahami cakupan, kompleksitas, dan
beberapa fitur-fitur khas perisai bumi. Pertama, perisai adalah permukaan regional relief
rendah yang umumnya memiliki elevasi hingga beberapa ratus meter dari permukaan air laut.
(Relief adalah selisih elevasi antara titik rendah dan tinggi). Batuan yang resisten dapat naik
50-100 m di atas ketinggian sekelilingnya.
Ciri perisai yang kedua adalah struktur internal dan susunan tipe batuan yang
kompleks. Banyak badan batuan pada perisai yang tadinya cair dan ada juga yang mengalami
tekanan dan pelapukan saat masih padat. Banyak batuan pada perisai yang terbentuk
beberapa kilometer di bawah permukaan. Batuan tersebut saat ini terekspos karena perisai itu
mengalami banyak pengangkatan dan erosi.
Dataran Stabil. Ketika kompleks batuan dasar tertutupi selapis batuan sedimen, terbentuklah
dataran stabil. Lapisan batuan sedimen itu posisinya hampir horizontal dan biasanya terpahat
oleh sungai-sungai dengan pola dendritik (seperti pohon) (Gambar 1.10). Wilayah yang
sangat luas ini relatif stabil selama 500 atau 600 juta tahun; artinya, wilayah tersebut belum
pernah terangkat sangat tinggi di atas permukaan air laut atau tenggelam jauh di bawahnya –
maka disebut dataran stabil. Di Amerika utara, dataran stabil terletak di antara pegunungan
Appalachia dan pegunungan Rocky yang terbentang ke arah utara menuju wilayah danau
Superior dan Kanada bagian barat. Pada hampir keseluruhan wilayah ini batuan sedimen
posisinya hampir horizontal, tetapi pada area lokal batuan itu membengkok menjadi kubah
dan cekungan (Gambar 1.8). Kadang-kadang cukup berguna untuk menggabungkan perisai
dan dataran stabil menjadi apa yang disebut craton.

Pegunungan Lipatan. Beberapa dari fitur benua yang sangat mengesankan adalah sabuk
pegunungan lipatan muda yang biasanya terdapat di sepanjang tepian benua. Kebanyakan
orang membayangkan pegunungan hanya berupa bentukan lahan yang tinggi dan kasar,
tampil menonjol dibanding tanah datar dan dataran rendah. Namun, pegunungan lebih dari
sekedar pedesaan di tempat. Bagi seorang ilmuwan geologi, istilah sabuk pegunungan berarti
zona linier panjang pada kerak bumi di mana batuan terus-menerus terdeformasi oleh tekanan
horizontal ketika terjadi tubrukan lambat antara dua lempeng litosfer. Selain itu, batuan itu
pada umumnya pernah mengalami intrusi batuan cair. Topografinya bisa tinggi dan kasar,
bisa juga terkikis menjadi permukaan relief rendah. Bagi seorang pelancong, topografi suatu
sabuk pegunungan adalah segalanya tetapi bagi seorang ilmuwan geologi, topografi tidaklah
sepenting cakupan dan jenis deformasi internal pada pegunungan itu. Lipatan dan retakan
besar pada sabuk pegunungan memberikan bukti bahwa litosfer bumi sedang dan pernah
bergerak.

Gambar 1.8 Fitur utama permukaan bumi memperlihatkan struktur litosfer. Kerak benua
timbul di atas cekungan samudra dan membentuk benua. Fitur-fitur struktur utamanya adalah
perisai, dataran stabil, dan sabuk pegunungan lipatan. Benua terbentuk sebagian besar oleh
batuan granit. Kerak samudra membentuk dasar samudra. Fitur utamanya adalah pematang
laut, lantai abisal, gunung bawah laut dan palung. Kerak samudra tersusun utamanya atas
batuan basalt.
Gambar 1.9 Perisai Kanada adalah suatu komponen struktural yang mendasar di Amerika
Utara. Perisai ini tersusun atas badan-badan batuan hablur yang terdeformasi secara
kompleks, yang terkikis hingga hampir menjadi dataran setinggi permukaan air laut seperti
yang ditampilkan oleh citra satelit warna-semu ini. Pada hampir seluruh perisai Kanada ini,
lapisan atas tanah telah terkikis oleh glasier dan beragam badan-badan batuan telah terkikis
menjadi relief oleh erosi. Lekukan yang timbul biasanya terisi air sehingga membentuk danau
dan rawa yang menonjolkan struktur badan-badan batuan itu. Warna tua menunjukkan
wilayah-wilayah batuan metamorf. Warna pink muda menunjukkan wilayah batuan granit.

Gambar 1.10 menggambarkan beberapa ciri pegunungan lipatan dan cakupan


deformasi tepi benua. Pada peta pegunungan Appalachia ini, lapisan batuan yang tadinya
horizontal terdeformasi oleh tekanan kemudian terlipat seperti kerutan karpet. Erosi telah
mengikis bagian atas lipatan tersebut sehingga lapisan yang resisten membentuk pola-pola
zig-zag yang mirip dengan pola-pola yang dihasilkan jika puncak kerutan karpet itu dipotong.
Kerak pada bulan, Mars, dan Merkurius tidak memiliki tipe deformasi ini. Seluruh
kawah tumbukan pada ketiganya, tanpa memandang usia, tampak melingkar – bukti bahwa
kerak planet-planet ini belum banyak terdeformasi oleh gaya-gaya penekan. Tidak seperti
kerak bumi, kerak-kerak itu tampak berbentuk tetap dan tak tergeser sepanjang sejarah.
Namun, Venus adalah seperti bumi dalam hal ini: memiliki sabuk-sabuk pegunungan lipatan
yang panjang.

Ikhtisar Benua. Massa benua yang datar dan sangat luas yang timbul di atas cekungan
samudra memiliki bukit, lembah, dataran rendah, dataran tinggi, dan pegunungan yang
hampir tak terhitung keragamannya. Namun, dari perspektif kewilayahan, perbedaan secara
geologis antara benua-benua adalah dalam hal ukuran, bentuk, serta proporsi perisai, dataran
stabil, dan sabuk pegunungan lipatan.

Gambar 1.10 Dataran stabil dan sabuk pegunungan lipatan pada bagian timur
Amerika Serikat dengan jelas ditampilkan pada peta topografi ini. Lapisan batuan pada
dataran stabil keadaannya hampir horizontal tetapi dalam skala regional, batuan tersebut
membengkok menjadi cekungan struktural besar yang terpotong-potong oleh jaringan
lembah-lembah sungai yang rumit (kiri atas). Berbeda dengan itu, batuan pada pegunungan
Appalachia telah mengalami tekanan dan lipatan (tengah dan kanan bawah). Lapisan-lapisan
yang terlipat itu ditunjukkan oleh punggung bukit sempit panjang dari batu kapur yang
resisten yang timbul sekitar 300 m di atas wilayah sekitarnya (kanan bawah). Erosi telah
mengikis bagian atas dari banyak lipatan itu sehingga cabangnya yang resisten (yang
membentuk punggung bukit) terlihat dalam pola formasi batuan yang elips atau zigzag.

Mari kita mengulas secara ringkas komponen struktur utama pada benua dengan
mempelajari Amerika utara dan selatan (Gambar 1.8). Amerika Utara memiliki perisai yang
sangat besar yang sebagian besar berada di Kanada. Sebagian besar perisai Kanada berada
kurang dari 300 m di atas permukaan air laut. Batuan pada perisai Kanada terbentuk antara 1-
4 milyar tahun yang lalu. Dataran stabil membentang di Amerika Serikat bagian tengah dan
Kanada bagian barat, didasari oleh batuan sedimen, agak membengkok menjadi kubah dan
cekungan. Pegunungan Appalachia merupakan sabuk pegunungan lipatan yang terbentuk
sekitar 250 juta tahun yang lalu. Pegunungan Rocky membentuk sabuk pegunungan lipatan
yang lain (Cordillera) yang mendominasi Amerika Utara bagian barat dan membentang
hingga Amerika Selatan. Pegunungan Rocky mulai terbentuk sekitar 60 milyar tahun yang
lalu; ada bagian dari sabuk ini yang masih aktif.
Dengan banyak cara, struktur Amerika Selatan (Gambar 1.8) serupa dengan struktur
Amerika Utara. Benua ini memiliki perisai lebar di Brazil dan Venezuela serta dataran stabil
di cekungan Amazon dan sepanjang lereng timur pegunungan Andes. Pegunungan Andes
adalah bagian dari sabuk pegunungan lipatan Cordillera yang membentang dari Alaska
hingga ujung selatan Amerika Selatan. Benua ini tidak memiliki sabuk pegunungan di
sepanjang pinggir timur seperti pegunungan Appalachia di Amerika Utara. Lebih dari 90%
air di Amerika Selatan mengalir ke Samudra Atlantik melalui sistem sungai Amazon.
Sebelum melanjutkan, sebaiknya anda mengulas secara ringkas fitur-fitur struktural
utama pada benua-benua yang lain, kemudian mempelajari persamaan dan perbedaan fitur-
fitur tersebut (lihat peta relief berbayang-bayang di balik sampul belakang).

Kemajuan Mutakhir
Memetakan Daratan dari Angkasa Luar

Peta topografi yang dapat menunjukkan elevasi bersifat penting bagi ilmuwan geologi yang
mempelajari daratan. Hingga pertengahan 1900-an, peta-peta itu disusun dengan susah-payah
melalui penelitian lapangan dengan menggunakan instrumen-instrumen survei. Perlu
berminggu-minggu untuk menyelesaikan wilayah seluas 100 km2 dengan asumsi ada akses
yang bagus. Kemudian pada era 1930-an dan 1940-an, fotografi udara menggantikan atau
melengkapi teknik-teknik lapangan ini meskipun kerja lapangan tertentu masih diperlukan.
Namun, banyak wilayah terpencil dan negara kurang berkembang yang masih belum banyak
terpetakan.
Pada bulan Februari 2000, astronot di pesawat ulang-alik dengan menggunakan radar
pencitraan telah merevolusi teknik pemetaan. Hanya dalam sembilan hari mereka telah
mengumpulkan data bagi peta topografi paling akurat yang pernah dibuat untuk sebagian
besar bagian planet ini. Sinyal-sinyal radar dipantulkan pada permukaan bumi kemudian
diterima oleh dua antena yang berbeda: satu antena berada di dalam pesawat ulang-alik
sedangkan antena lain berada pada joran sepanjang 60 meter yang dijulurkan dari pesawat.
Komputer kemudian menggabungkan citra-citra terpisah ini untuk menyusun peta topografi
tiga dimensi, sama seperti otak anda menggabungkan dua citra yang terpisah, satu citra dari
setiap mata, untuk menyusun citra 3-D lingkungan anda.
Keuntungan kunci dari radar adalah radar dapat “melihat” suatu permukaan melewati
awan dan kegelapan. Keuntungan lain yang penting adalah kecepatan. Radar pesawat ulang-
alik dapat menangkap data topografi suatu area seluas Rhode Island hanya dalam waktu dua
detik dan area seluas 100.000 km2 selama semenit. Dalam sembilan hari pesawat ulang-alik
telah memetakan hampir 80% permukaan darat bumi. Pada banyak wilayah peta itu
merupakan peta dengan resolusi tertinggi yang tersedia. Sebelum ada misi ulang-alik itu,
kurang dari 5% permukaan bumi telah dipetakan pada skala yang sebanding.
NASA, Departemen Pertahanan AS, serta badan angkasa luar Jerman dan Italia
mendukung proyek ini. Peta paling terperinci, yang menampilkan objek selebar 3 m mungkin
hanya tersedia bagi militer AS. Data semacam itu akan digunakan, misalnya, untuk memandu
rudal jelajah melalui medan yang kompleks dan membantu penyebaran tentara. Peta dengan
resolusi lebih rendah (10-30 m) dapat digunakan untuk mempelajari bumi dalam skala global
dalam cara yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan, termasuk topik-topik seperti
tektonika, banjir, laju erosi, bencana vulkanis dan tanah longsor, gempa bumi dan perubahan
iklim.
Peta topografi radar ulang-alik berikut ini menunjukkan perbedaan dramatis antara
data lama (resolusi 30 m pada bagian kiri) dan data terkini paling baik (di kanan) pada hutan
hujan tropis di Brazil tengah. Wilayah ini terpusat di sekitar kota Manaus di sungai Amazon
yang sangat besar. Dengan peta baru anda dapat melihat pola-pola percabangan rumit dari
berbagai lembah sungai. Area halus dan gelap adalah reservoir di belakang bendungan
raksasa. Sebagian besar lembah yang kecil tidak tampak pada peta topografi sebelumnya.
FITUR-FITUR UTAMA CEKUNGAN SAMUDRA
Kerak samudra sangat berbeda dari kerak benua dalam hal tipe batuan, struktur, bentukan
lahan, usia, dan asal-mulanya. Fitur utama dasar samudra adalah (1) pematang samudra, (2)
lantai abisal, (3) gunung api bawah laut, (4) palung, dan (5) tepian benua

Bukan benua, melainkan dasar samudralah yang merupakan permukaan khas dari bumi yang
padat ini. Jika kita dapat mengeringkan seluruh samudra, fakta ini akan tampak sangat jelas.
Dasar samudra memegang kunci bagi evolusi kerak bumi tetapi baru pada era 1960-an kita
mengakui fakta itu dan memperoleh data dasar samudra yang cukup untuk memahami dengan
jelas ciri khas regionalnya. Pengetahuan baru ini menimbulkan revolusi dalam pemikiran para
ilmuwan geologi mengenai alam dan evolusi kerak, revolusi yang sama mendasarnya dengan
teori evolusi Darwin.
Hingga sekitar tahun 1940-an, kebanyakan ilmuwan geologi masih meyakini bahwa
dasar samudra hanyalah daratan yang tenggelam, dengan area dataran abisal yang sangat luas
tertutupi endapan yang terkikis dari massa tanah. Sejak era itu, kemajuan pesat dalam hal
teknologi dan eksplorasi telah dimanfaatkan untuk memetakan cekungan samudra dengan
detail yang luar biasa, sama jelas dengan jika airnya dikeluarkan (lihat sampul bagian dalam
buku ini). Peta-peta ini menunjukkan bahwa topografi bawah laut sama beragamnya dengan
topografi benua dan dalam beberapa hal lebih spektakuler.
Bersama dengan pemetaan semacam ini, kita pun telah mengumpulkan sampel kerak
samudra melalui rig pengeboran, kapal keruk, dan kapal selam. Kita telah mempelajari bahwa
kerak samudra ternyata dominan basalt, suatu batuan vulkanis yang padat, dan bahwa fitur
topografinya yang utama ternyata berkaitan dengan aktivitas vulkanis. Fitur-fitur ini
menjadikan kerak samudra sangat berbeda dari kerak benua. Selain itu, batuan pada dasar
samudra berusia muda secara geologis. Umumnya berusia lebih muda dari 150 juta tahun
sedangkan batuan purba pada perisai benua berusia lebih dari 600 juta tahun. Kita telah
menemukan bahwa batuan pada dasar samudra belum terdeformasi menjadi sabuk
pegunungan lipatan; berbeda jauh dengan batuan yang terdeformasi secara kompleks di
pegunungan dan kompleks batuan dasar benua.

Pematang Samudra. Punggung samudra mungkin adalah fitur paling penting dan
menonjol di lantai samudra. Fitur ini membentang dari Cekungan Arktik, ke tengah samudra
Atlantis, samudra Hindia, hingga Pasifik Selatan. Anda dapat melihat dengan jelas pada
Gambar 1.8 serta pada peta di balik sampul belakang. Pematang samudra pada dasarnya
merupakan suatu tonjolan luas yang retak, umumnya selebar lebih dari 1400 km. Puncak-
puncaknya yang tinggi menjulang setinggi 3000 m di atas area sekitarnya. Suatu lembah
retakan yang besar dan seperti rekahan membujur hampir di sepanjang poros pematang
samudra itu dengan panjang total sekitar 70.000 km. Selain itu, sistem retakan besar yang
mencapai hingga 4000 km berdiri tegak lurus terhadap pematang samudra.

Lantai Abisal. Pematang samudra membagi samudra Atlantis dan Hindia kira-kira sama
besar dan melalui bagian selatan dan timur Pasifik. Pada kedua sisi pematang samudra
terdapat wilayah luas berupa cekungan samudra yang relatif rata yang disebut lantai abisal.
Permukaan ini membentang dari lereng pematang samudra hingga tepian benua dan
umumnya terletak pada kedalaman sekitar 4000 meter.
Lantai abisal dapat dipisahkan lagi menjadi dua bagian: bukit abisal dan dataran
abisal. Bukit abisal merupakan punggung-punggung bukit yang relatif kecil, timbul setinggi
900 meter di atas lantai samudra di sekelilingnya. Bukit-bukit itu mencakup 80-85% lantai
lautan dan dengan demikian menjadi bentukan medan yang tersebar paling luas di bumi. Di
dekat tepian benua, endapan dari daratan menutupi bukit-bukit abisal sepenuhnya sehingga
membentuk dataran abisal yang rata.

Palung. Palung laut dalam adalah bagian paling rendah pada permukaan bumi. Palung
Mariana di samudra Pasifik adalah bagian terdalam dari seluruh samudra, sedalam 11.000
meter di bawah permukaan air laut, sementara banyak palung lain kedalamannya lebih dari
8000 meter. Palung samudra telah menarik perhatian ilmuwan geologi selama bertahun-
tahun, bukan hanya karena kedalamannya tetapi juga karena palung samudra mewakili fitur
struktural mendasar dari kerak bumi. Sebagaimana digambarkan pada Gambar 1.11, palung
samudra selalu bersisihan dengan rantai gunung api yang disebut deretan pulau-pulau
maupun dengan deretan pegunungan pesisir benua. Mengapa? Akan kita lihat pada bab-bab
berikutnya bagaimana palung terlibat dalam aktivitas vulkanik dan seismik (gempa bumi)
yang paling intens di planet ini, serta bagaimana pergerakan lempeng litosfer bumi
menyebabkan hal itu.

Gambar 1.11 Fitur utama dasar samudra meliputi pematang samudra, palung laut dalam,
dan lantai abisal. Gunung bawah laut timbul di atas dasar laut dalam dan terbentuk oleh
erupsi vulkanis.
Gunung bawah laut. Puncak-puncak gunung api bawah laut yang terisolasi disebut gunung
bawah laut. Gunung bawah laut tertentu muncul di atas permukaan air laut kemudian
membentuk pulau tetapi sebagian besar terbenam dan hanya diketahui dari sounding
oseanografi. Meskipun banyak yang tampaknya terjadi secara acak, kebanyakan, seperti
misalnya Kepulauan Hawaii, membentuk rantai di sepanjang garis yang tegas. Pulau dan
gunung bawah laut menyaksikan aktivitas vulkanis yang luas yang terjadi pada seluruh
cekungan samudra. Keberadaannya juga memberi pengetahuan penting mengenai dinamika
lapisan dalam bumi.

Tepian Benua. Zona transisi antara benua dan cekungan samudra disebut tepian benua.
Bagian benua yang tenggelam disebut landasan benua yang pada dasarnya merupakan laut
sempit yang terbentang beberapa kilometer di sekeliling benua. Anda dapat melihat landasan
benua di sekeliling benua dengan jelas pada Gambar 1.8 serta pada peta di balik sampul
belakang. Secara geologis, landasan benua merupakan bagian dari benua, bukan bagian dari
cekungan samudra. Saat ini landasan benua membentuk 11% dari permukaan benua tetapi
kadang-kadang di masa lalu geologis, laut-laut sempit ini ukurannya jauh-jauh lebih luas.
Dasar samudra menurun sebagai lereng yang panjang dan tak terputus dari tepian luar
landasan benua hingga cekungan laut dalam. Lereng benua ini menandai tepi dari massa
batuan benua. Lereng benua dapat ditemukan di sekeliling tepian setiap benua dan di sekitar
fragmen kerak benua yang ukurannya lebih kecil, seperti Madagaskar dan Selandia Baru.
Perhatikan Gambar 1.8 kemudian pelajari lereng benua, terutama yang mengelilingi Amerika
Utara, Amerika Selatan, dan Afrika. Dapat anda lihat bahwa lereng itu membentuk salah satu
fitur topografi utama di bumi. Dalam skala regional, sejauh ini lereng-lereng itu merupakan
lereng terpanjang dan tertinggi di bumi. Di dalam zona ini, dengan lebar 20-40 km, rata-rata
relief di atas dasar samudra adalah setinggi 4000 m. Pada palung yang membentang di
sepanjang tepian benua tertentu, relief pada lereng benua setinggi 10.000 meter. Berlainan
dengan garis pantai benua, lereng benua sangat lurus dalam jarak ribuan kilometer.
Untuk memastikan bahwa anda memahami fitur-fitur samudra yang mendasar, lihat
kembali Gambar 1.11 serta peta di balik sampul belakang kemudian pelajari hubungan
regional antara pematang samudra, dataran abisal, palung, dan gunung api bawah laut pada
masing-masing samudra utama. Misalnya, topografi dasar Samudra Atlantik menunjukkan
simetri yang luar biasa dalam hal persebaran fitur-fitur utama (Gambar 1.11). Topografi ini
didominasi oleh Pematang Tengah Atlantis, suatu tonjolan lebar di tengah-tengah cekungan
samudra. Islandia adalah bagian dari Pematang Tengah Atlantis yang menyembul di atas
permukaan air laut. Di selatan Islandia, pematang itu membagi dasar samudra menjadi dua
sub-cekungan sejajar dan panjang yang terpotong oleh zona retakan di seluruh cekungan itu.
Bukit-bukit abisal terletak pada salah satu sisi pematang sementara dataran abisal terdapat di
sepanjang tepian platform benua. Di Atlantis Selatan, dua rantai gunung api bawah laut yang
simetris memanjang dari tepian benua hingga pematang samudra kemudian berkumpul untuk
membentuk V terbuka. Palung-palung yang dalam mengapit deretan pulau-pulau bergunung
api pada tepian utara dan selatan Amerika Selatan. Simetri Cekungan Atlantis bahkan
melebar hingga ke tepian benua: garis tepian Afrika dan Eropa cocok dengan garis tepian
Amerika Selatan dan Amerika Utara.

Kemajuan Terkini
Pemetaan Lantai Samudra dari Angkasa Luar

Batas-batas bumi yang belum terpetakan terletak di dasar laut: sepanjang hampir seluruh
sejarah umat manusia, batas-batas itu tidak dapat diakses, sama seperti bintang-bintang.
Berkat adanya teknik-teknik baru, sekarang ilmuwan geologi dapat melihat topografi dasar
samudra.
Teknik yang paling mudah dipahami adalah echo-sounding yang merupakan suatu
sonar khusus: gelombang suara dihitung waktunya untuk berjalan menuju dasar samudra
kemudian memantul kembali. Kapal penelitian menyeret jejak-jejak hidrofon yang panjang di
belakangnya untuk mendeteksi sinyal. Hasilnya adalah suatu peta lajur sempit yang
menunjukkan elevasi lantai samudra secara langsung di bawah kapal. Beberapa kali
perjalanan diperlukan untuk mengumpulkan data yang cukup sehingga menjadi peta topografi
yang bagus. Perlu sekitar 125 tahun untuk memetakan seluruh cekungan samudra dengan
menggunakan metode ini.
Satu metode yang sangat baru untuk menyusun peta global dasar samudra dilakukan
dengan pesawat ulang-alik yang mengorbit bumi, dan bukan dengan kapal. Satelit
menggunakan radar untuk dengan cermat memetakan elevasi permukaan laut. Peta-peta ini
menunjukkan bahwa permukaan laut menonjol ke atas dan ke bawah meniru topografi lantai
samudra di bawahnya. Walaupun ukuran tonjolan ini terlalu kecil untuk dilihat dengan mata
anda, tonjolan tersebut dapat diukur dengan altimeter radar di satelit. Satelit memancarkan
satu denyut radar ke permukaan laut kemudian waktu pantulnya menuju satelit dihitung.
Lebar denyut radar itu sepanjang beberapa kilometer dengan merata-ratakan ketidakteraturan
lokal yang disebabkan oleh gelombang laut. Agar pengukuran elevasi itu akurat, satelit itu
sendiri diikuti dari stasiun pusat dengan menggunakan laser.
Data kemudian diolah dengan komputer untuk menghitung topografi dari lantai
samudra di bawahnya. Peta tersebut merupakan tampilan pertama kali atas struktur dasar
samudra pada banyak wilayah bumi yang terpencil. Peta yang ditampilkan di sini, yaitu peta
suatu lajur melintasi Samudra Pasifik dengan Selandia Baru di bagian barat, dan peta di balik
sampul belakang tersusun dengan cara seperti ini.
Mengapakah permukaan laut tampak menonjol? Ini terjadi karena medan gravitasi
bumi tidak konstan pada setiap tempat. Percepatan gravitasi pada titik mana pun di
permukaan bumi proporsional dengan massa yang terletak tepat di bawahnya. Dengan
demikian, jika suatu gunung api bawah laut atau pematang samudra yang tinggi berada di
lantai samudra, ada cukup banyak massa untuk menarik air ke arah gunung atau pematang itu
sehingga menimbun air tepat di atasnya. Tonjolan semacam itu bisa beberapa meter
ketinggiannya. Di sisi lain, karena kerapatan air lebih rendah daripada batuan, suatu titik di
atas palung yang dalam pada lantai samudra memiliki massa tepat di bawahnya yang lebih
rendah sehingga tampak sebagai parit yang dangkal di permukaan laut.

EKOSFER – MODEL PLANET BUMI


Satu cara untuk menyederhanakan serangkaian detail yang sangat luas ini adalah dengan
memperhitungkan suatu model bumi dalam bentuk paling sederhana di mana komponen-
komponen dasar saja, yaitu energi, batuan, udara, air, makhluk hidup, yang menjadi
unsurnya.

Setelah mensurvei komponen-komponen penting planet bumi, sebaiknya anda menoleh ke


belakang dan merenungkan apa makna dari fakta-fakta ini bagi kehidupan secara umum dan
manusia pada khususnya. Untuk membantu anda memahami, mari kita renungkan model
sederhana planet bumi, yaitu ekosfer.
Ekosfer adalah suatu globe kaca kecil yang berukuran kira-kira sebesar blewah besar,
yang mengandung semua unsur utama: energi, udara, air, pasir, dan makhluk hidup (alga,
rumput laut, udang, siput, dan beragam organisme). Globe tersebut disegel sehingga menjadi
suatu sistem tertutup di mana tumbuhan dan binatang dapat menopang diri sendiri (self-
sustaining) (Gambar 1.12). Seperti suatu planet, tak ada yang masuk atau keluar dari sistem
kecuali sinar matahari dan panas. Anda tidak dapat menambahkan oksigen. Anda tidak dapat
membersihkan air, mengganti rumput laut atau membuang organisme yang mati. Anda tidak
dapat menambahkan makanan atau membuang limbah. Tumbuhan dan binatang berada pada
planet mereka sendiri yang kecil: miniatur dunia yang terisolasi.
Percobaan telah menunjukkan bahwa bahkan jika satu saja dari kelima bagian itu
lenyap, udang itu tidak dapat bertahan hidup dan keseluruhan sistem akan macet. Siklus
biologi ini diperlihatkan dalam diagram pada Gambar 1.12. Kunci bagi sistem itu adalah
energi dalam bentuk cahaya. Energi cahaya menggerakkan fotosintesis, mekanisme kimiawi
di mana alga membuat makanan sendiri dari karbon dioksida dan air kemudian melepaskan
oksigen ke dalam air. Udang menghirup oksigen di dalam air dan makan alga dan bakteri.
Bakteri memecah kotoran hewan menjadi nutrisi yang digunakan alga dalam
pertumbuhannya. Udang, siput, dan bakteri juga melepaskan karbon dioksida yang digunakan
alga untuk menghasilkan oksigen. Dengan demikian, siklus tersebut pun berulang dan terus-
menerus memperbarui diri sendiri. Udang dan siput menjadi tuan di dalam dunia kecil ini –
asalkan keduanya tidak meledak secara populasi atau mengkontaminasi lingkungan. Dalam
sistem tertutup ini, tumbuhan dan binatang tumbuh, berkembang biak, kemudian mati tetapi
siklus pembaruan diri itu terus berlanjut. Ekosfer pada Gambar 1.12 berjalan dengan baik
selama lebih dari tiga tahun sampai ekosfer itu dipindahkan ke dekat jendela. Di sana ekosfer
menerima lebih banyak sinar matahari. Alga tumbuh lebih cepat dan merusak keseimbangan
kritis sehingga semua hal lain pun mati. Ada ekosfer yang dapat menopang dirinya sendiri
selama lebih dari 10 tahun.
Seperti dugaan anda, ekosfer sama dengan planet bumi, yaitu suatu sistem tertutup
yang dapat menopang dirinya sendiri dengan unsur-unsur dasar tertentu. Satu-satunya input
eksternal hanyalah energi sinar matahari. Ekosfer kita, yaitu litosfer, atmosfer, hidrosfer, dan
biosfer, adalah bagian lainnya. Ketika para astronot memandang planet kita dari angkasa luar,
mereka melihat suatu ekosfer yang tersusun atas daratan, samudra, hutan, dan badan es kutub
yang semuanya tertutup di dalam suatu kubah gas yang berwarna biru dan tipis, bermandikan
sinar matahari.
Kelima lapisan ini berinteraksi untuk membentuk suatu sistem tunggal yang dinamis
di mana komponen-komponen saling terhubung dalam cara yang luar biasa dengan kekuatan
yang sangat mengagumkan sehingga perubahan pada satu lapisan dapat mempengaruhi
lapisan lain tanpa terlihat. Pada bab berikutnya, kita akan belajar secara lebih mendetail
tentang konsep sistem-sistem alamiah dan memperkenalkan anda pada dua sistem geologi
yang mendasar pada ekosfer planet kita.
Gambar 1.12 Ekosfer adalah model bumi berukuran kecil. Ekosfer merupakan suatu sistem
tertutup berupa udara, air, pasir, dan makhluk hidup. Sinar matahari masuk, menyediakan
energi yang dibutuhkan oleh alga untuk membuat oksigen dari karbon dioksida dan air.
Udang dan siput menghirup oksigen dan mengkonsumsi alga dan bakteri. Bakteri memecah
kotoran hewan menjadi nutrisi yang digunakan oleh alga. Udang, siput, dan bakteri juga
melepaskan karbon dioksida yang digunakan alga untuk menghasilkan oksigen lagi. Siklus
yang saling berkaitan ini berupa penguraian dan pembaharuan terus-menerus. Jika ada
komponen yang lenyap atau proporsinya berlebihan, sistem itu pun runtuh sehingga
keseluruhan biosfer pada planet mini itu menjadi punah.

GeoLogika
Meteorit dan Interior Bumi

Dapatkah anda bayangkan bagian dari bumi yang lebih sulit terjangkau daripada bagian inti?
Perkiraan terbaik kita meletakkan inti pada kedalaman hampir 3000 km. Tambang atau gua
terdalam terentang hanya sedalam beberapa kilometer saja – apa pun yang telah anda baca
dalam buku Jules Verne “Journey to the Center of the Earth.” Penggalian kita yang paling
dalam hanya memasuki kedalaman 15 atau 20 km. Meski begitu, ilmuwan-ilmuwan geologi
meyakini bahwa mereka tahu cukup banyak tentang interior bumi. Misalnya mereka
meyakini bahwa inti bumi tersusun sebagian besar oleh besi, bahwa inti besi itu menyokong
medan magnet yang sangat besar, dan bahwa suhunya sebesar 5000oC. Meskipun kita tidak
dapat mensahihkan seluruh anggapan ini, kita dapat memberikan beberapa fakta yang
mendukung kesimpulan bahwa inti bumi tersusun dari logam cair.

Pengamatan
1. Terdapat tiga tipe meteorit (batuan yang jatuh dari luar angkasa) yang berbeda secara
mendasar. Meteorit yang paling umum mirip dengan batuan yang ditemukan pada permukaan
bumi dan disebut meteorit berbatu. Meteorit lain berupa campuran antara materi batuan dan
logam yang mengkilat sedangkan tipe ketiga tersusun hanya dari logam saja.
2. Ketika terpotong hingga terbuka, digosok dan diukir dengan zat asam, meteorit yang
berlogam memiliki struktur kristal menakjubkan yang menunjukkan bahwa meteorit itu
terbentuk pada suhu tinggi dari logam cair kemudian mengkristal perlahan-lahan saat
membeku.
3. Penelitian kimiawi secara mendetail memperlihatkan bahwa meteorit yang berlogam ini
tersusun atas hanya dua unsur utama, yaitu besi dan nikel.
4. Meteorit besi juga sangat padat: 1 meter kubik beratnya hampir sebesar 8 g/cm3,
dibandingkan dengan batuan permukaan biasa yang beratnya kurang dari 3 g/cm3.

Penafsiran
Masing-masing bukti ini merujuk pada suatu penafsiran logis yang memiliki implikasi pada
sifat interior bumi. Ternyata meteorit besi terbentuk dari: (1) lelehan sebagian dari suatu
planet (tersirat dari tingginya suhu pembentukan); (2) jatuhnya logam cair akibat gravitasi
menuju ke dekat inti bumi (kerapatan tinggi dan laju pendinginan lambat yang disebabkan
oleh lapisan pelapis tebal sehingga panas terlepas perlahan-lahan), dan akhirnya (3)
pendinginan dan kristalisasi (struktur hablur). Dengan demikian, kita pun bersimpulan bahwa
ketika anda memegang sebuah meteorit besi di tangan anda, sebenarnya anda sedang
memegang bongkahan inti planet lain yang tadinya meleleh. Tipe-tipe meteorit yang lain
tampaknya disebabkan oleh selimut dan kerak dari planet-planet kecil yang memiliki interior
yang terdiferensiasi seperti bumi.
Kerapatan rata-rata bumi adalah 5,5 g/cm3. Kerapatan rata-rata batuan permukaan
adalah 2,8 g/cm3. Bagaimana data ini mendukung penafsiran di atas?

You might also like