Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

BAB I Formatted: Centered

PENDAHULUAN

A. Maksud & Tujuan

Laporan buku ini diambil dari buku karya Drs. Facthur Rahman yang berjudul “Ikhtisar Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Mushthalahul Hadits” dengan maksud untuk memenuhi tugas ujian akhir semester Mata Kuliah
Ilmu Hadits. Adapun tujuan penulisan penulisan laporan buku ini adalah untuk mengetahui dan
memahami ilmu ushthalahul hadits yang memiliki banyak cabang.

B. Identitas Buku

Laporan ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran yang bersumber dari buku “Ikhtisar
Mushthalahul Hadits” yang dikarang oleh Drs. Facthur Rahman. Diterbitkan oleh PT. ALMA
‘ARIF pada tahun 1970 di Yogyakarta cetakan pertama, dengan tebal buku 396 halaman dan 5 Formatted: Font: (Default) Times New Roman

bagian besar bab.

C. Identitas Bab
Pada Bab besar Bagian I membahas tentang tentang “Al-Hadits dan Periode
Pertumbuhannya”. Yang terdiri dari 5 sub bab yang dimuat dari halaman 20 sampai dengan 70.
Bab besar Bagian II membahas tentang “ Ilmu Mushthalahu’l-Hadits”. Yang terdiri dari 4 sub bab
yang dimuat dari halaman 72 sampai dengan 237. Bab besar Bagian III membahas tentang
“Periwayatan Hadits”. Yang terdiri dari 5 sub bab yang dimuat dari halaman 241 sampai dengan
278. Bab besar Bagian IV membahas tentang ‘Ilmu-ilmu Hadits”. Yang terdiri dari 10 sub bab
yang dimuat dari halaman 295 sampai dengan 340. Dan yang terakhir Bab besar Bagian V
membahas tentang “Sejarah Singkat Pentakhrijan Hadits”. Yang dimuat dari halaman 367 sampai
dengan 389.

Formatted: Normal, Indent: First line: 0"

Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Formatted: Centered

1
BAB II

PEMBAHASAN

BAB I

A. PENGERTIAN ALHADIST
A. alhadist

Ialah sesuatu yang disandarkan kepada NaAbi Muhammad SAW baik berupa
perkataan, perbuatan, peryataan, (taqrir) dan yang sebagainya.

B. Istilah-istilah untuk Al-Hadits

Kebnayakan para muhadditsin, baik yang ternmasuk aliran modern maupun aliran
kuno (salaf), berpendapat bahwa istilah al-Hadits, al-Khabar, al-Atsar, dan Aas-Sunnah
muradif (sinonim). Kebanyakan para muhadditisin memperkuat alasannya tentang
persamaan kesamaan istilah tersebut dengan mengemukakan keseesuaian maksud
dalampemakaiannya. Misalnya istilah khabar-mutawatir untuk sunnatu’n-nabawy dan
hadits-mutawatir maupun ahli Khabarjuga disebut dengan Ahli Atsar.

BAB II
Unsur-Unsur Yang Harus
C. Ada Dalam Menerima Al-Hadist

A.a. Rawi

Rawi ialah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa
yang pernah didengar da diterimanya dari seseorang (gurunya).

Sistem para penyusun kitab hadist dalam menyebutkann nama rawi (akhirnya)
1)
Para muhadditsin daam usahanya menghimpun dan menyusun kitab-kitab hadist
menggunakan bentuk-bentuk seperti: takhrij, tashnif dan ikhtishar.
a) Takhrij Ialah suatu usaha mencari sanad hadist yang terdapat dalam sebuah kitab
hadist karya orang lain menyimpang daripada sanad hadist yang terdapat dalam kitab
hadist karya orang lain tersebut.

2
b) Tasnif Ialah usaha menghimpun atau menyusun beberapa hadist (kitab hadist) dengan
membubuhi keterangan mengenai arti kalimat yang sulit-sulit dan memberikan
interpretasi.
c) Ikhtisarialah suatu usaha untuk meringkaskan kitab-kitab hadist.
B.b.Matnul hadist

Ialah pembicaraan (kalam) atau materi berita yang diover oleh sanad yang akhir.

C.c. Sanad
a. Arti sanad

Sanad atau taqrir, ialah jaln yang dapat meghubungkan matnu’l-hadist kepada
junjungna kita nabi Muhammad SAW.

BAB III
D. Sejarah Pertumbuhan Al-Hadist

a. Periode Periwayatan Dengan Lisan


1) Larangan menulis al-hadist

Larangan menulis hadist ialah untuk menghindarkan adanya kemungkinan


sebagian sahabat penulis wahyu memasukan al-hadist kedalam lembaran-lembaran
tulisan al-qur’an, karena dianggapnya segala yang dikatakan rasulullah SAW adalah
wahyu semuanya. Lebih-lebih dari generasiyang tidak menyaksikan zaman tanzil
(turunya wahyu), tidak mustahil adanya dugaan bahwa seluruh yang tertulis adalaah
wahyu semuanya, hingga bercampur aduk antara Al-Qur’an dengan Al-Hadist.

2) Perintah menulis Al-Hadist

“tulislah! Demi zat yang nyawaku ada ditanganya, tidaklah keluar daripadanya selain
hak”. (riwayat Abu Dawud sanad yang shahih).

Rasulullah SAW. Mengijinkan kepada ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash untuk
menulis apa-apa yang didengarnya dari beliau, dikarenakan ia adalah salah seorang
penulis yang baik.

3
b. Menulis Dan Membukukan Al-Hadist Secara Resmi
a. Perintis dan sejarah (motif) membukakan Al-Hadits

“tulislah untukku, hadist Rasulullah SAW. Yang ada padamu dan hadits ‘Amrah (binti
‘Abdu’r-Rahman). Sebab aku takut akan hilang dan punahnya ilmu.” (Riwayat Ad-
Darimy).

Untuk menghilangkan kekhawatiran akan hilagnya Al-Hadits dan memelihara


Al-Hadits dari bercampurnya dengan hadits-hadits khalifah Umar bin Abdul Aziz
menginstruksikan kepada seluruh pejabat dan ulama yang memegang kekuasaan di
wilayah kekuasaannya untuk megumpulkan Al-Hadits.

c.E. Periode Penyaringan Al-Hadits Dari Fatwa-Fatwa (abad ke III)


a. muhammad bin ismail al-bukhari (194-256 H) dengan kitab haditsnya yang terkenal
shahitul-bukhary atau al-jami’u’sh-shahih.
b. imam muslim bin hajjaj bin muslim alqusyairy (204-261 H) dengan kitabnya bernama
“shahihu’l-muslim” atau al-jami’u’sh-shahih.
BAB IV
F. Al-Hadits Sebagai Sumber Hukum
a. Dalil-Dalil Yang Menetapkanya
1) Menurut petunjuk akal
Nabi Muhammad SAW. Adalah rosul Allah yang telah diakui dan dibenarkan
umat Islam. Kepercayaan yang telah kita berikan kepada beliau seagai uusan Allah
mengharuskan kepada kita untuk menaati segala peraturan yang dibawanya.
2) Menurut petunjuk nash Al-Qur’an
Al-Qur’an telah mewajibkan ittiba dan menaati hokum-hukumdan peraturan-
peraturan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw.
3) Ijma’u’sahabat
Di waktu hayat rosulullah, para sahabat konsekuen melaksanakan hukum-
hukum rosulullah mematuhi peraturan-peraturan dan meninggalkan laranganya-
laranganya.

4
BAB V
B. HADITS-QUDSY
1. Ta’rif

2. Hadits-qudsy Ialah sesuatu yang dikabarkan Allah Ta’ala kepada Nabi-nya


dengan melalui ilham dengan melalui hokum ata impian, myang kemudian Nabi
menyampaikan makna dari ilham atau impian tersebut dengan ungkapan kata beliau
sendiri.

3.2. Perbedaan Hadits Qudsy Dengan Hadits Nabawy

Hadist-qudsy biasanya diberi ciri-ciri dengan dibubuhi kalimat-kalimat:

 Qala (yaqali) Allahu


 Firma yarwihi anillahi tabaraka wata’ala dan
 Lafadh-lafadh lain yang semakna dengan apa yang tersebut diatas,setelah selesai
penyebutan rawi yang menjadi sumber (pertama)-nya, yakni sahabat.

Sedangkan untuk hadist-nabawy (biasa), tidak ada tanda-tanda yang demikian itu.

4.3.Perbedaan Hadits-Qudsy Dengan Al-Qur’an


 Semua lafad (ayat-ayat) Al-Qur’an adalah mukjizat dan mutawatir, sedang hadits
qudsy tidak demikian halnya.
 Ketentuan hokum yang berlau bagi Al-Qur’an, tidak berlaku bagi Al-Hadist, seperti
pantangan menyentuhnya bagi orang yang sedan berhadast kecil, dan pantangan
membacanya bagi oang yang berhadats besar. Sedang untuk hadits qudsy tidak ada
pantanganya.
 Setiap huruf dibaaca dari al-qur’an memberikan hak pahaala kepada pembacanya
sepuluh kebaikan.
 Meriwayatkan al-qur,an tidak boleh dengan maknanya saja atau mengganti lafadh
sinonimnya. Berlainan dengan al-hadist.

5

BAGIAN KEDUA
ILMU MUSTHALAHUL-HADITS
BAB I
PENGERTIAN ILMU MUSTHALAHUL-HADITS
G. DAN OBYEKNYA

1. Ilmu Hadits

Ialah ilmu pengetahuan tentang sabda, perbuatan, pengakuan, gerak-gerik, dengan


betuk jasmanilah Rasulullah Saw. Beserta sanad-sanad (dasar penyadaranya) dan ilmu
pengetahuan membedakan keshahianya, kekhasananya dan kedla’ifannya daripada lainya,
baik matan maupu sanadnya.

2. Ilmu Ushuli’i-Hadist

Ialah suatu ilmu penegtahuan yang menjadi sarana untuk mengenal keshahihan,
kekhasanan dan kedhaifan hadist matan maupun sanad dan untuk membedakan dengan
yang lainya.

Secara garis besar ilmu hadist dibagi menjadi dua bagian yaitu

1. Ilmu hadis riwayah dan


2. Ilmu hadist dirayah
3. Cabang-Cabang Ilmu Musthalahu’l-Hadist

Cabang-cabang yang berpangkal pada sanad,antara lain:

1. Ilmu rijali’l-hadist
2. Ilmu thabaqati’r-ruwah
3. Ilmu tarikh rijali’l-hadits
4. Ilmu jarh wa tadil

Cabang-cabang berpangkal pada matan, antara lain:

1. Ilmu gharibil-hadits
6
2. Ilmu asbabi-wurudi’l-hadits
3. Ilmu tawarikhi’l-mutun
4. Ilmu nasikh wa Mansukh
5. Ilmu talfiqil-hadits

Cabang-cabang yang berpangkul pada sanad dan matan, ialah:

a.1. Ilmu ilahil-hadits

BAB II
KLASIFIKASI AL-HADITS DARI SEGI
H. SEEDIKIT ATAU BANYAKNYA RAWI

1. Hadits Mutawatir
a. Ta’arif
ialah suatu hadist hasil tanggapan dari pancaidra, yang diriwayatkan oleh sejumlah
besar rawi, yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakaat
dusta.
b. Syarat-syarat hadits mutawatir
a. Pewartaan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan tanggapan
pancaindra.
b. Jumlah rawi-rawinya harus mencapai suatu ketentuan yang tidak memungkinkan
mereka bersepakat bohong.
c. Klasifikasi hadits mutawatir
Hadits mutawatir dibagi menjadi dua bagian yakni mutawatir lafdhy dan mutawatir
ma’nawy.
Hadist mutawatir ialah hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak yang susunan
redaksi dan maknanya sesuai benar antara riwayatkan yang satu dengan yang lainya.

7
Hadits mutawatir-ma’nawy, ialah hadits mutawatir yang rawi-rawi lainya berlainan-
lainan dalam menyususn redaksi pemberitaan, tetai berita yang berlainan-berlaian
susunan redaksinya itu terdapat persesuian pada prinssipnya.
d. Faedah hadits mutawatir
e. Hadits mutawatir itu memberi faedah ilmu-dlarury yakni keharusan untuk
menerimanya bulat-bulat sesuatu yang diberitakan oleh hadits mutawatir, hingga
membawa kepada keyakinan yang qath’y (pasti).
2. Hadits Ahad
Ialah hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir. Hadist ahad mengigat banyak
sedikitnya rawi0rawi yang berada pada tiap-tiap thabaqat dengaan hadits masyur, hadits
aziz dan hadist gharib.
1. Hadist masyhur ialah hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, serta belum
mencapai derajat mutawatir.
2. Hadits aziz ialah hadits yang diriwayaatkan oleh dua orang, walaupun dua orang rawi
tersebut terdapat pada satu thabaqah saja, kemudian setelah itu, orang-orang pada
meriwayatkanya.
3. Hadist gharib ilah hadist yang dalam sannadnya terdaapat seseorang yang meyediri
dalam meriwayatkanya, dimana saja pendirian dalam sanad itu terjadi.

BAB III

KLASIFIKASI HADITS AHAD KEPADA


SHAHIH, HASAN DAN DLA’IF
I.

1. Hadits Shahih
Ialah hadist yang di nukil oleh rawi yang adil, sempurna ingatan, sanadnya
bersambung-sambung, tidak berilt dan tidak janggal.
a. Syarat-syarat hadist shahih

8
a. Rawinya bersifat adil
b. Semurna ingatan
c. Sanadnay tiada putus
d. Hadist itu tidak berilat dan
e. Tiada janggal
b. Klasifikasih hadist shahih
Hadist shahih terbagi menjadi dua bagian yaitu shahih li-dzatih dan shahih li-
ghairihi. Hadis shahih li-dzatih ialah hadis shahih yang memenuhi syarat-syarat
diatas. Sedangkan, hadits shahih li-ghairihi ialah hadis kedlabitan seorang rawi
yang kurag sempurna menjadikan hadist shahih li-dzatih turun ilainya
2. Hadits Hasan
Ialah hadits yang pada sanandnya tiada terdapat orang yang tertuduh dusta,
tiada trdapat kejanggalan pada matanya dan hadits itu diriwayatkantidak dari satu
jurusan (mempunyai banyak jalan) yang sepadan maknanya.
a. Martabat hadis hasan
Tinggi dan rendahnya martabat hadits hasan, terletak pada tinggi rendanya
kedlabithan dan keadilan para perawinya.
b. Kedudukan hadist shahih dan hadits hasan dalam berhujjah
Kedudukan hadist shahih lebih tinggi dibandingkan dengan hadits hasan . hal ini
dikarenakan hadits shahih mempunyai sifat yang dapat diterima yang tingi dan
menengah. Sedangkan, hadist hasan mempunyai sifat dapaat diterima yang rendah.
3. Hadits Dlaif
Ialah hadis yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadist
shahih ata hadis hasan.
a. Macam-macam hadist dlif berdasarkan rawi-rawinya tercacat keadilan dan
kedlabithanya
1) Hadist maudlu
Ialah hadits yang dicipta atau dibuat oleh seseorang (pendusta), yang ciptaan
itu dibangsakan kepada Rosullullah Saw. Secara palsudan dusta, baik hhal tu
disengaja, maupu tidak. Ciri-ciri hadist maudlu:

9
 Ciri-ciri yang terdapat pada sanadnya, ialah:Pengakuan dari si pembuat
sendiri
 Ciri-ciri yang terdapat pada matannya ditinjau dari segi makna fan segi
lafadhnya.
2) Hadits matruk
Ialah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang
yang tertuduh dusta dalam perhaditsan.
3) Hadist mukar dan ma’aruf
Hadist munkar alah hadist yang meeyendiri dalam periwayatan, yang
diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahanya, banyak kelengahannya atau
jelas kegasikanya yang bukan kaena dusta. Sedangkan hadist ma’ruf ialah hadis
riwayat orang yang shiqah yang melawani riwayat orang yang lemah.
4) Hadist mu’allal
ialah hadist yang setelah diadakan penelitian dan penyelidikan, tampak adanya
salah sangka dari rawinya, dengan mewashalkan (menganggap bersambung
atau sanad) hadits yang munqathi (terputus) atau memasukan sebuah hadits
pada suau hadits yang lain atau yang semiasal dengan itu.
5) Haist mudraj
Ialah hadist yang disadur dengan sesuatu yang bukan hadits atas perkiraan,
bahwa saduran itu termasuk hadits.
6) Hadits maqlub
Ialah hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahi hadits lain), disebabkan
mendahulukan dan mengakhirkan.
7) Hadits mudltharib
Ialah hadist yang mukhalafahnya menyalahi hadist lain terjadi dengan
pergantian pada satu segi, yang saling dapat bertahan, ddengan tidak ada yang
dapat ditakjirkan.
8) Hadits muharraf
Ialah hadits yang mukhalafahnya (menyalahi hadist riwayat orang lain), terjafi
kareana perubahan syakal kata, dengan masih tetapnya terbentuk tulisan.
9) Hadits mushahaf

10
Ialah hasdist yang mukhalafanya karena perubahan titik kata, sedang bentuk
tulisanya tidak berubah.
10) hadist mubham, majhul, dan mastur
hadits mubham ialah hadist yang didaalam matan atau sanadnya terdapat
seseorang rawi yang tidak dijelaskan apakah ia laki-laki atau oerempuan. Jika
nama seorang rawi disebutkan dengan jelas sekali, aan tetapiia bukan tergolong
orang yang sudah dikenal kehadiranya dan tidak ada rawi yang shiqah yang
meriwayatkan hadist daripadanyaa selain seorang raja, maka rawi yang
demikian disebut hadits majhul. Sedangkan hadist mastur jika seorang rawi
dikenal keadilanya dan kedlafanya atas dasar peeriwayatan orang-orang yang
tsiqah akan tetapi penialaian orang tersebut belum semuanya bulat. Sehingga
hadisnya disebut hadist mastur.
b. Macam-macam hadist dlaif berdasaarkan gugurnya rawi
1) Hadist mu’alaq
Ialah hadist yang gugur rawinya seorag atau lebih dari awal sanad,
2) Hadist mursal
Ialah hadist yang gugur dari akhir sanadnya, seseorang setelah tabi’iy.
c. Maca,-macam hadits berrdasarkan sifat dan matanya.
1) Hadits mauquf
Ialah hadist yang beitanya hanya disanadkan sampai kepada sahabat saja baik
yang disanadkan perkataanya, atau perbuatan baik sanadnya berampung atua
putus.
2) Hadist maqthu
Ialah hadist perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang thabiin serta
dimauqufkan kepadanya baik sanad nya bersambung atau tidak

BAGIAN: KEEMPAT
J. ILMU-ILMU-HADITS

BAB I
Ilmu Rijai’l-Hadits
1.
11
Ilmu riji’il-hadist ialah ilmu yang dalam pengetahuan yang dalam pembahasanya
membicarakan hal ihkwal sejarah kehidupan pra rowi dari golongan sahabat, thabiin, dan
tabi’it-thabiin.

a. Pembagian ilmu rijail-hadis


A. t
Ilmu rijail-hadist itu terbagi dua macam ilmu yaitu : ilmu tarikhu’r-ruwah dan
ilmu jarhu wat-ta’dil. Dari pokok ilmu rijail-hadits yang utama itu terbagi dalam cabang-
cabang ilmu yaitu:
a.1. Ilmu thabaqati’r-ruwah
b.2.Ilmu al-muthalif wa’l-mukhathalif
c.3. Ilmu al-muthafiq wal’l-muftariq
d.4.Ilmu al-mubhamat

BAB II

2. Ilmu Tawarihi’r-Ruwah

Ialah ilmu yang untuk mengetahui para rawi dalam hal-hal yang bersangkutan
dengan meriwayatkan hadist karena itu ia mencangkup keterangan tentang hal ihkwal para
rawi tanggal lahir, tanggal wafat, guru-rgurunya, tanggal kapan mendngar dari guru-
gurunya orang-orang yang berguru kepdanya dan kota dan kampung halamanya.

3. Ilmu Thabaqah

Ialah suatu ilmu pengetahuan yang pokok pembahasanya diarahkan kepada kelompok
orang-orang yang berseriikat dalam satu alat pengikat yang sama.

4. Ilmu Jarhi Wa’t-Ta’dil

Ialah suatu ilmu yang membahas ikhwal para rrawi dari segi diterima atau ditolak
periwayatanya

5. Ilmu Gharibi’l-Hadits

Ialah ilmu pengetahuan untuk mengetahui lafadh-lafadh dalam matan hadits yag sulit laggi
sukar dipahami, karena jarang sekali digunakan

12
BAB III

KESIMPULAN

Pada buku ini membahas secara keseluruhaan tentang hadist, unsur-unsur


yang ada dalam hadits, ilmu-ilmu hadis, dan klasifikasi al-hadits dari segi seedikit atau
banyaknya rawi

13

You might also like