Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pemindah Bahan

Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan


yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari satu tempat ke
tempat lain dalam jarak yang tidak jauh, misalnya pada bagian atau departemen
pabrik, pada tempat-tempat penumpukan bahan, lokasi konstruksi, tempat
penyimpanan dan pembongkaran muatan, dsb (Zainuri, Ach. Muhib, 2010 :1).

Mesin pemindah bahan (material handling equipment) dibagi menjadi tiga


kelompok, yaitu :

1) Peralatan pengangkat (lifting device), yaitu peralatan yang ditujukan


untuk memindahkan barang secara berkala, misal :
a. Mesin pengangkat, misal kerek dan dongkrak
b. Crane, misal ship unloader, mobile crane dan tower crane
c. Elevator
2) Peralatan pengangkut (conveyor), yaitu peralatan yang ditujukan untuk
memindahkan muatan curah maupun satuan secara kontinu, seperti
screw conveyor, belt conveyor, roller conveyor, dan sebagainya.
3) Peralatan permukaan dan overhead, yaitu peralatan yang ditujukan
untuk memindahkan muatan curah dan satuan, baik secara berkala
maupun kontinu, seperti scrapper, eskavator, bulldozer dan lain-lain
(Zainuri, Ach. Muhib, 2010 :2).
2.2 Bucket pada Ship Unloader Type ZQX1250
Bucket adalah komponen utama dari ship unloader yang digunakan
untuk mengambil batu bara dari tongkang dan diarahkan menuju hopper. Pada
bucket dilengkapi dengan trolly system yang berfungsi sebagai penggerak bucket
ke arah kanan dan kiri dan close home position system yang berfungsi sebagai
pengatur buka dan tutup bucket. Bucket yang terdapat di ship unloader type
ZQX1250 termasuk dalam jenis clamshell.
Bucket Clamshell biasanya digunakan untuk memindahkan muatan
curah yaitu batubara. Bucket bekerja dengan cara membuka dan mengisi bucket,
mangangkatnya secara vertikal ke atas, kemudian gerakan swing dan
mengangkutnya ke tempat yang dikehendaki di sekililingnya untuk kemudian
ditumpahkan ke dalam hopper. Bucket terdiri dari beberapa komponen antara
lain:
1. Keranjang
2. Sheave pulley
3. Beam
4. Bearing

5. Shaft

Gambar 2.1 Bucket


(Sumber: https://processeq.net/attachments/buckets)
2.3 Pengertian Perawatan
Perawatan adalah konsepsi dari semua aktivitas yang diperlukan untuk
menjaga atau mempertahankan kualitas mesin dan peralatan agar tetap dapat
berfungsi/beroperasi dengan baik. Dibentuknya departemen perawatan dalam
suatu perusahaan dengan tujuan agar mesin-mesin produksi bangunan maupun
mesin dan peralatan pendukung industri lainnya selalu dalam keadaan siap pakai
secara optimal (Purwono, Bambang SA,2013 : 17).
Perawatan didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang diperlukan untuk
menjaga atau mempertahankan kualitas perawatan suatu fasilitas dan mesin-mesin
produksi agar suatu fasilitas dan mesin-mesin produksi tersebut tetap dapat
berfungsi dengan baik dalam kondisi siap pakai (Sudradjat, Ating, 2011 : 2).

2.3.1 Tujuan Perawatan


Proses perawatan secara umum bertujuan untuk :

1) Menjamin ketersediaan, keandalan fasilitas (mesin dan


peralatan) secara ekonomis maupun teknis, sehingga dalam
penggunaannya dapat dilaksanakan seoptimal mungkin.
2) Memperpanjang usia kegunaan fasilitas.
3) Menjamin kesiapan operasional seluruh fasilitas yang
diperlukan dalam keadaan darurat.
4) Menjamin keselamatan kerja, keamanan dalam kegunaannya.

2.3.2 Klasifikasi Pekerjaan Perawatan

Secara garis besar perawatan dapat diklasifikasikan dalam planned


maintenance (perawatan terencana) dan unplanned maintenance (perawatan tidak
terencana). Dalam planned maintenance terbagi lagi menjadi preventive dan
corrective maintennace. Yang termasuk unplanned maintenance adalah
emergency maintenance yang sifatnya sangat darurat (Suparlan, S, 2012: 8).

1) Perawatan yang direncanakan (Planned Maintenance)


Pengertian dari Planned Maintenance adalah pengorganisasian
pekerjaan perawatan yang dilakukan dengan pertimbangan ke masa depan
secara terkontrol dan tercatat. Perawatan yang direncanakan ini meliputi :

a) Preventive Maintenance
Preventive Maintenance adalah pekerjaan perawatan yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan, atau cara
perawatan yang direncanakan untuk pencegahan. Perawatan
Preventif dimaksudkan juga untuk mengefektifkan pekerjaan
inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan sehingga
peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi dapat terhindar
dari kerusakan. Perawatan preventif dilaksanakan sejak awal
sebelum terjadi kerusakan.
b) Corrective Maintenance
Corective Maintenance adalah kegiatan pemulihan mesin
dan peralatan dari kondisi yang rusak menjadi dapat beroperasi
kembali. Untuk mencegah terulangnya kerusakan yang serupa
perlu dilakukan beberapa tindakan yang benar dan tepat, seperti
mengganti komponen yang rusak dengan komponen sejenis
yang konstruksi dan kualitas yang lebih baik, melakukan
pemeriksaan pelumas, mengganti pelumas dengan pelumas yang
lebih baik, memperbaiki prosedur operasi misalnya dengan
memberi informasi atau training kepada operator bagaimana
mengoperasikan alat atau mesin dengan benar serta bagaimana
cara merawat yang paling sederhana.
c) Running Maintenance
Pekerjaan yang dilakukan pada saat fasilitas atau peralatan
dalam keadaan bekerja (running). Peralatan dalam kondisi
berjalan diterapkan pada mesin-mesin yang harus beroperasi
terus menerus dalam proses produksi.
d) Predictive Maintenance
Perawatan prediktif dilakukan untuk mengetahui
terjadinya perubahan atau kelainan dalam kondisi fisik maupun
fungsi dari sistem perawatan. Biasanya perawatan prediktif
dilakukan dengan bantuan panca indera atau dengan alat-alat
monitor yang canggih.
e) Breakdown Maintenance
Breakdown Maintenance hanya dilakukan apabila mesin
atau peralatan tersebut benar-benar berhenti karena terjadi
kerusakan, namun kerusakan ini sudah diperhitungkan
sebelumnya.
2) Perawatan yang tidak direncanakan (Unplanned Maintenance)
Pekerjaan perbaikan yang segera dilakukan karena terjadi kemacetan
atau kerusakan yang terjadi.

Perawatan

Perawatan Perawatan tidak


direncanakan terencana

Perawatan Emergency
Perawatan
Korektif Maintenance
Preventif

Cleaning
Shut Breakdown
Down

Inspeksi

Reparasi
Kecil
Rawat Bongkar Rawat Bongkar
Running Minor/kecil Major/berat
Maintenance

2.4 Pengertian Perencanaan

Perencanaan merupakan proses pemilihan informasi dan pembuatan


asumsi-asumsi mengenai keadaan dimasa akan datang untuk merumuskan
kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan bersama (Purwono, Bambang SA,2013 : 17)

Harold Koontz (Koontz, H, 1988: 16) menyatakan bahwa perencanaan


meliputi pemilihan misi dan tujuan serta tindakan-tindakan organisasi yang
dilakukan untuk mengaktifkan sumber daya yang ada, dalam perencanaan
membutuhkan proses pengambilan keputusan, dan pemilihan alternative/pilihan
yang memungkinkan, serta untuk melakukan tindakan di masa yang akan datang.

Ating Sudradjat (2011:30) menjelaskan bahwa perencanaan adalah proses


pemilihan informasi dan pembuatan asumsi mengenai kondisi di masa datang,
guna mengembangkan seluruh lintasan kegiatan. Pengertian perencanaan
perawatan adalah suatu kombinasi dari suatu tindakan yang dilakukan untuk
menjaga sistem/equipment dalam proses perawatannya sampai kondisi dapat
diterima. Perencanaan perawatan mengikutsertakan pengembangan dari seluruh
lintasan kegiatan perawatan, reparasi dan pekerjaan overhaul.

Suwandi Suparlan (1997:7) menjelaskan bahwa perencanaan jadwal


perawatan mesin disusun sesuai dengan perencanaan operasi perusahaan secara
keseluruhan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mempertimbangkan
untuk menetapkan jadwal perawatan adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan pengalaman yang lalu dalam suatu jenis pekerjaan yang


sama diperoleh informasi mengenai selang waktu atau frekuensi untuk
melakukan pemeriksaan seminimal mungkin dan seekonomis mugkin
tanpa menimbulkan risiko yang berupa kerusakan pada unit instalasi
yang bersangkutan.
2. Berdasarkkan sifat operasinya yang dapat menimbulkan kerusakan
setelah unit instalasi beroperasi dalam selang waktu tertentu.
3. Berdasarkan rekomendasi dari pabrik pembuaut unit instalasi yang
bersangkutan.
2.4.1 Indeks Kerumitan
Dalam perencanaan, penjadwalan dan pengendalian kegiatan
perawatan sering dijumpai kesulitan-kesulitan terutama tidak
diperolehnya informasi data yang pasti dan benar. Oleh karena itu
perlu adanya usaha-usaha untuk mengatasi hal ini mengingat demikian
banyak peralatan atau mesin-mesin yang harus ditangani dalam
kegiatan perawatan ini dengan tingkat kerumitan berbeda.
Tingkat kerumitan ini perlu dinyatakan secara kuantitatif
dalam bentuk indeks untuk memudahkan dalam perencanaan

penjadwalan. Tiap perlatan/mesin akan memiliki suatu indeks yang


dapat memberikan gambaran tingkat kerumitannya terhadap alat yang
lain. Jadi dapat diambil kesimpulan Repair Complexity (derajat
kerumitan) adalah suatu indeks relatif yang memberikan gambaran
kerumitan dari suatu mesin atau peralatan (Suwandi Suparlan.
Perawatan Mesin: 40)

2.4.2 Siklus Perawatan (Repair Cycle)


Metode perawatan terencana merupakan suatu bentuk pelaksana
perawatan yang terjadwal. Oleh karena itu perawatan menjadi penting
keberadaannya. Klasifikasi perawatan mesin dalam Preventive
Maintenance, yang dibagi menjadi 4 kategori (keadaan), yaitu :
1) Inspection (I)
a) Memeriksa fungsi dari mekanisme kecepatan putar dan
kecepatan potong.
b) Memeriksa dan menyetel kopling gesek, kopling roda
gigi, poros utama dan bantalan, peluncur, rem dan mur
pembawa.
c) Membersihkan filter oli pelumas dan oli pendinginan,
sistem pengolian dan penyalur oli, serta serbuk kotoran
dan debu dari pengarah.
d) Mengencangkan mur-mur dan baut-baut pengikat, ganti
bila perlu.
2) Small Repair (S)
a) Kerjakan semua kegiatan yang dilakukan pada
inspection.
b) Membongkar 2-3 unit bagian peralatan yang
kemungkinkan besar akan aus atau kotor dan
membersihkannya, jika diperlukan lamak lagi kantong-
kantong oli, ganti bagian yang sudah rusak lalu rakit dan
setel.
c) Mengadakan perbaikan bila diperlukan atau yang yang
telah dicatat pada inspeksi.
3) Medium Repair (M)
a) Kerjakan semua kegiatan perawatan yang dilakukan di
Small Repair, ditambah dengan membongkar semua
bagian yang kemungkinan akan aus dan harus diganti
atau diperbaiki.
b) Mengecat permukaan mesin yang sudah rusak.
c) Kalibrasi ulang dengan melakukan levelling pada mesin.
4) Overhaul (O)
a) Ulangi semua tindakan perawatan yang dilakukan pada
medium repair, tetapi pembongkaran yang menyangkut
setiap unit, semua komponen yang sudah rusak dan aus
diganti dengan komponen baru.
b) Pemeriksaan pondasi mesin (pemasangan kedalam
pondasi) dan perbaikan jika diperlukan.
c) Gerinda / lamak semua permukaan pengarah (guide
surface).
d) Mengecat semua permukaan yang harus dicat dengan cat
yang baru.
2.5 Pelumasan
Pelumasan adalah suatu cara untuk mengurangi gesekan antara dua
permukaan benda yang saling bergesekan dengan menambahkan suatu zat
pelumas diantara permukaan tersebut. Pelumasan merupakan salah satu untuk
merawat mesin-mesin perkakas agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Tujuan dilakukan pelumasan adalah sebagai berikut :


1) Mengurangi gesekan yang terjadi diantara bagian-bagian yang
bergerak.
2) Mengusahakan agar keausan terjadi seminimal mungkin.
3) Mendinginkan bagian-bagian mesin yang panas akibat gesekan.
4) Menghalangi masuknya debu.
5) Mencegah terjadinya korosi.
2.5.1 Fungsi Pelumasan
Fungsi pelumasan antara lain :
1) Sebagai pelindung, pendingin, perapat dan pembersih.
2) Membentuk lapisan film diantara benda yang saling bergerak satu
sama lain sehingga dapat mencegah kontak langsung pada
permukaan logam agar keausan bisa dikurangi.
3) Meredam hentakan atau getaran terutama pada gear box.
4) Media transfer panas dan tenaga.
2.5.2 Klasifikasi Pelumas
Pada umumnya pelumas dibagi menjadi empat macam jenis
yang berdasarkan dari material pelumas tersebut.
1) Pelumas Cair (Lubricant Liquid)
Pelumas yang mencair pada suatu suhu ruangan dengan
kandungan-kandungan yang dimiliki didalamnya berupa zat cair,
pelumas tersebut bisa dituangkan dari satu wadah ke wadah lain.
Pelumas ini tidak mempunyai bentuk melainkan akan mengisi
bentuk wadahnya, contoh: semua jenis oli dalam bentuk cair.
2) Pelumas yang semi padat (Semi Solid Lubricant)
Pelumas semi padat ciri khasnya adalah pelumas cair yang
telah diberi pengental dengan kandungan oli 70% sampai 90%.
Keuntungan dari penggunaan pelumas setengah padat ini adalah
penutup yang baik, tahan terhadap suhu yang tinggi, tidak tercecer
dan penggantian tidak terlalu sering. Contoh : Gemuk (Grease).
3) Pelumas Padat (Solid Lubricant)
Pelumas padat seringkali berbentuk bubuk atau butiran-
butiran. Umunya pelumas ini digunakan pada daerah yang sangat
dingin dimana oli akan membeku dan pada tempat yang panas
dimana oli akan terbakar.
4) Pelumas Gas (Gases)
Jenis pelumas gas digunakan untuk melumasi tempat-
tempat yang tidak mungkin dilumasi. Pelumas ini biasanya
diaplikasikan pada peralatan yang mempunyai putaran kurang
lebih 100.000 rpm seperti pada peralatan pembangkit energi
nuklir dan beberapa turbin gas.
2.5.3 Cara Pemberian Pelumas
Metode dalam pemberian pelumas pada komponen ada beberapa cara
antara lain:
1) Manual dengan kuas merupakan pelumasan secara sederhana
dengan tangan menggunakan lap atau kuas.
2) Menggunakan tabung pelumas yang bertekanan (tabung semprot)
3) Menggunakan psitol atau nipel gemuk atau oli.
4) Pelumasan dengan komponen yang dilumasi terendam sebagian
dan membawa oli keatas sekaligus melumasi komponen lain yang
bersinggungan dengannya (Celup (bak oli))
5) Menggunakan jenis tutup berulir dan jenis pegas tekan yang
diputar secara periodik untuk mendorong gemuk melalui lubang.
6) Melalui pipa yang dapat disetel tekanannya terjadi karena gravitasi
atau pengaruh getaran mesin sehingga pelumas akan menetes
secara teratur.
7) Pelumasan dengan menggunkan prinsip kapilaritas seperti pada
lampu tempel minyak tanah.
8) Pelumasan sendiri adalah pelumasan yang diberikan pada saat alat
tersebut dibuat /. Dirakit. Umur pelumas sama dengan umur alat,
seperti pelumasan pada bantalan.
2.6 Estimasi Biaya
Estimasi biaya adalah memperkirakan atau memprediksikan suatu
biaya dan mengungkapkannya secara jelas sesuai fungsi dari perencanaan
yang telah ditetapkan. Biaya yang akan dikeluarkan untuk membuat suatu
produk jadi barang atau jasa merupakan salah satu unsur yang paling penting
dalam pengolahan suatu usaha, sebab biaya akan menentukan keuntungan
yang akan diperoleh. (Lukman, Syamsudin, 2002 : 50)
2.6.1 Perhitungan Estimasi Biaya Perawatan
Perhitungan estimasi biaya perawatan yang dilakukan pada
Bucket meliputi biaya perawatan preventive dan predictive. Berdasarkan
asumsi tersebut di atas, perhitungan estimasi biaya dapat di asumsikan
dengan menggunakan perhitungan bunga majemuk digunakan rumus
berikut ini :

F = P(1 + i)n

Keterangan :

F : nilai masa depan

P : nilai sekarang
i : tingkat suku bunga bank

n : Periode ke (1,2,3, dan seterusnya)

Ada beberapa hal yang mempengaruhi estimasi biaya perawatan,


antara lain :

1) Suku bunga bank


2) Biaya tenaga perawatan
3) Waktu yang diperlukan untuk melakukan perawatan
Perhitungan estimasi biaya perawatan meliputi dua aspek
penting, yaitu :
1) Biaya Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance)
2) Biaya Perawatan Prediktif (Predictive Maintenance)
Perhitungan yang digunakan untuk merancang pengeluaran
biaya untuk beberapa tahun kedepan guna ketepatan anggaran kegiatan
perawatan Bucket pada ship unloader type ZQX1250periode 2017-2018
juga bergantung pada banyaknya komponen dan bahan yang harus
diganti.

You might also like