Bab I

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak yang memiliki kekurangan fisik termasuk dalam kategori anak
berkebutuhan khusus (special needs child). Hal ini karena kekurangan fisik
yang dimiliki seseorang menghambat interaksinya dengan lingkungan. ABK
memiliki apa yang disebut dengan hambatan belajar dan hambatan
perkembangan (barrier to learning and development) (Mulyani dkk., 2013).
Salah satu contoh dari anak berkebutuhan khusus adalah retardasi mental,
menurut American Assosiation on Mental Deficiency (AAMD) retardasi
mental adalah ketidakmampuan fungsi intelektual, secara umumnya lamban,
yang memiliki IQ kurang dari 84 yang menyebabkan atau berhubungan
dengan gangguan pada perilaku adaptif dan bermanifestasi selama periode
perkembangan yaitu sebelum usia 16 tahun (Pratiwi, 2013). Gambaran penting
dari retardasi mental adalah fungsi kecerdasan dibawah normal (IQ dibawah
70) yang disertai dengan keterbatasan dalam area fungsi adaptif, seperti
keterampilan komunikasi, perawatan diri, tinggal di rumah, keterampilan
interpersonal atau sosial, penggunaan sumber masyarakat, penunjukan diri,
keterampilan akademik, pekerjaan, waktu senggang, dan kesehatan serta
keamanan (King et al., 2000 dalam Videbeck, 2008).
Keterbatasan anak retardasi mental dalam melakukan aktivitas sehari- hari
merupakan suatu beban bagi keluarga untuk mengasuh anak, terjadinya
perubahan peran dalam keluarga, perubahan hubungan sosial, isolasi sosial,
masalah penyesuain dengan anak- anak lain , kecemasan terhadap masa depan
anak retardasi mental serta beban keuangan stressor tersebut dapat
mempengaruhi fungsi keluarga yang turut berkontribusi dalam munculnya
masalah psikososial pada keluarga. Salah satu masalah psikososial keluarga
dengan anak retardasi mental adalah depresi (Mc Cubin, 1989; Hamid, 1997).
Menurut data dari WHO (World Health Organization) memperkirakan
jumlah anak dengan disabilitas adalah sekitar 7-10%. Sebagian besar

1
2

peyandang cacat atau sekitar 295. 250 anak berada di masyarakat dalam
pembinaan dan pegawasan orang tua dan keluarga. Dari data tersebut 3%
diantaranya mengalami retardasi mental. Data dari Riskesdes tahun 2013
sebanyak 14% anak dengan retardasi mental dari 130.572 anak penyandang
disabilitas. Anak retardasi mental di Provinsi Jawa Timur yang tertampung di
SLB-C tahun 2014 berjumlah 6.633 orang atau 61.21% dari seluruh anak
berkebutuhan khusus di Jawa Timur yang jumlahnya 10.836 orang anak
tunagrahita (Idris. 2014). Di Kabupaten Jombang jumlah anak disabilitas
yang tertampung di SLB pada tahun 2015 adalah 642 siswa, dengan
perbandingan siswa laki-laki 63% dan siswa perempuan 37%. Dengan jumlah
siswa retardasi mental terbanyak pertama di SDLBN Balongsari Megaluh
sebanyak 36 siswa dan yang kedua di SLBN Jombang sebanyak 28 siswa
(Dinas Pendidikan Kab Jombang, 2015).
Saat ini diperkirakan terdapat 5-10% populasi didunia yang mengalami
depresi dan membutuhkan penanganan, depresi lebih sering terjadi pada
wanita dibanding pria (WHO, 2011). Berdasarkan hasil RISKESDAS 2007,
prevelensi gangguan mental seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar
11,6% dari populasi orang dewasa di indonesia (Pusat Komunikasi Publik
Sekertariat Jenderal Departemen Kesehatan 2011). Setelah dilakukan hasil
studi pendahuluan dengan teknik wawancara pada 10 responden di SDLBN
Jombang pada tanggal 31 Maret 2016, didapatkan hasil dukungan keluarga
yang mendukung dengan tingkat depresi minimal sebanyak 3 orang dan
dukungan keluarga yang tidak mendukung sebanyak 7 orang dengan tingkat
depresi ringan sebanyak 2 orang dan 5 orang dengan tingkat depresi sedang
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami
depresi. Awitan gangguan depresi terjadi pada rerata usia 40 tahun dengan
30% orang memiliki awitan antara usia 20- 50 tahun. Data epidemiologis
terkini mengesankan bahwa insiden gangguan deresi mungkin meningkat
diantara orang berusi dibawah 20 tahun. Hal ini mungkin berkaitan dengan
meningkatnya penggunaan alkohol serta penyalahgunaan obat pada kelompok
ini. Gangguan depresif juga paling sering terjadi pada orang tanpa hubungan
3

atar personal yang dekat atau orang yang mengalami perceraian atau
perpisahan. (Sadock, 2012)
Faktor lain penyebab depresi adalah terjadi krisis kehidupan yaitu
keadaan yang biasanya terjadi begitu mendadak sehingga menyebabkan orang
tegang, beberapa keadaan dalam hidup yang dinamakan krisis kehidupan
diantaranya: dipecat dari pekerjaan, pensiun, mendapat luka berat atau
penyakit, salah satu anggota keluarga menderita sakit, gangguan dalam
finansial dan kesulitan hubungan social (Ibrahim, 2011). Dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Anki Tias Yolanda pada tahun 2012 dengan judul “
Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat depresi orang tua yang memiliki
anak retardasi mental SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta” diperoleh
hasil yaitu responden tidak mengalami depresi/depresi minimal, yakni
sebanyak 61,3%. Sebanyak 19,4% responden mengalami depresi ringan-
sedang. Responden yang mengalami depresi sedang-berat sebanyak 12,9%,
depresi berat sebanyak 6,4% responden.
Oleh sebab itu berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa tertarik
untuk melakukan penelitian denga judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Depresi Keluarga Dalam Perawatan Anak Retardasi Mental”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang maka rumusan masalahnya
adalah : “Bagaimanakah Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Depresi
Keluarga Dalam Perawatan Anak Retardasi Mental?”

1.3 Batasan Masalah


Pada penelitian dibatasi pada Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Depresi Keluarga Dalam Perawatan Anak Retardasi Mental.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Menganalisis faktor yang yang mempengaruhi tingkat depresi
keluarga dalam perawatan anak retardasi mental.
4

1.4.2 Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi pengaruh usia terhadap Tingkat Depresi Keluarga
Dalam Perawatan Anak Retardasi Mental.
b. Mengidentifikasi pengaruh jenis kelamin terhadap Tingkat Depresi
Keluarga Dalam Perawatan Anak Retardasi Mental.
c. Mengidentifikasi pengaruh pekerjaan terhadap Tingkat Depresi
Keluarga Dalam Perawatan Anak Retardasi Mental.
d. Mengidentifikasi pengaruh penghasilan terhadap Tingkat Depresi
Keluarga Dalam Perawatan Anak Retardasi Mental.
e. Mengidentifikasi pengaruh tingkat retardasi mental anak terhadap
Tingkat Depresi Keluarga Dalam Perawatan Anak Retardasi Mental
f. Mengidentifikasi pengaruh dukungan keluarga terhadap Tingkat
Depresi Keluarga Dalam Perawatan Anak Retardasi Mental

1.5 Manfaat Penelitian


1.1.1 Teoritis
Hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan, pengalaman dan
wawasan serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya
menganai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi depresi.
1.1.2 Praktis
a. Bagi Peneliti
Peneliti bisa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta
ketrampilan lapangan dalam penelitian khususnya yang berhubungan
dengan analisis faktor yang mempengaruhi tingkat depresi keluarga
dalam perawatan anak retardasi mental.
b. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai referensi dalam pengembangan pendidikan yang
berkaitan tentang analisis faktor yang mempengaruhi tingkat depresi
keluarga dalam perawatan anak retardasi mental.

You might also like