Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

PROPOSAL PENELITIAN EKSPERIMEN

PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL-QURAN TERHADAP


PENURUNAN KECEMASAN MAHASISWA YANG AKAN MENGHADAPI
SIDANG SKRIPSI

DI SUSUN OLEH :
Amalia Roellisa
(1507101130041)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2018
A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sidang skripsi merupakan ujian terakhir dalam mencapai gelar sarjana. ujian skripsi ini
atau yang sering disebut sidang skripsi menjadi penentu lulus tidaknya seorang mahasiswa dari
pendidikan sarjananya. Oleh sebab itu, tidak mengherankan lagi kalau sidang skripsi
menimbulkan kecemasan pada mahasiswa yang akan menghadapinya. Santrock (2007)
mengatakan bahwa adalah hal yang wajar jika seseorang mengalami kecemasan saat dihadapkan
oleh kesulitan akademik seperti saat akan menempuh ujian. Nevid, dkk (2007) juga
mengungkapkan bahwa ujian dapat menjadi salah satu sumber kecemasan bagi seseorang.

Wisudaningtyas (2012) dalam penelitiannya di Jurusan Psikologi Universitas


Soegijapranata Semarang didapatkan dari 62 orang mahasiswa akhir yang menjadi responden ,
sebanyak 48,4% (30 orang) mahasiswa mengalami kecemasan ringan, 43,5% (27 orang)
mengalami kecemasan sedang, dan 8,1% (5 orang) mengalami kecemasan berat. Penelitian lain
pada mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta menunjukkan
bahwa dari 81 responden didapatkan sebanyak 22,2% (18 orang) berada pada taraf tidak cemas,
9,9% (8 orang) berada pada taraf kecemasan ringan, 51,9% (42 orang) pada taraf kecemasan
sedang, dan 16% (13 orang) berada pada taraf kecemasan berat.

Elliot,dkk (1996) mengungkapkan bahwa kecemasan yang rendah dan sedang dapat
berpengaruh positif terhadap performa belajar seseorang, namun sebaliknya kecemasan ydalam
taraf tinggi akan memberian dampak yang buruk. Dengan kata lain, untuk menghadapi sidang
skripsi, tidak hanya kesiapan materi yang harus dipersiapkan dengan baik namun juga kesiapan
diri dan mental harus diperhatikan untuk menunjang performa yang baik saat mengikuti sidang
skripsi. Oleh karena itu, kecemasan saat akan menghadapi sidang skripsi ini perlu diturunkan
agar dapat meningkatkan performansi mahasiswa calon sarjana.

Penurunan tingkat kecemasan ini dapat dilakukan salah satunya dengan terapi murottal
Al-Quran. Terapi saat ini yang mulai berkembang didunia adalah terapi psikoreligius, salah satu
contoh terapi ini adalah terapi Al-Qur’an (Erita, 2014). Hasil penelitian yang telah dilakukan Dr.
Al Qadhi, direktur utama Dr. Al Qadhi, direktur utama Islamic Medicine Institute for Education
and Research di Florida, Amerika Serikat, tentang pengaruh mendengarkan ayat suci Al-Qur’an
pada manusia terhadap perspektif fisiologis dan psikologis. Berhasil membuktikan hanya dengan
mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dapat merasakan perubahan fisiologis dan psikologis
yang sangat besar. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan 97%, bahwa mendengarkan ayat
suci Al- Qur’an memiliki pengaruh mendatangkan ketenangan dan menurunkan ketegangan urat
syaraf reflektif (Remolda, 2009).

Bacaan Al qur’an terdiri dari dua hal yaitu suara orang yang membaca dan makna yang
dikandungnya. Penelitian yang dilakukan Al Kaheel (2012) menemukan bahwa semua sel-sel
tubuh dipengaruhi oleh frekuensi akustik (suara) yang kemudian mempengaruhi medan
elektromagnetik sel itu. Penelitian ini membuktikan bahwa yang terbaik dan dapat memprogram
ulang sel-sel melalui bacaan ayat-ayat Al qur’an yang shahih, agar sel-sel dapat bergetar dengan
frekuensi getaran yang tepat sesuai dengan fitrah Allah SWT.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh DR. Ahmad al-Qadhi yang ingin mengetahui
pengaruh ayat-ayat al-Qur’an terhadap kondisi fisiologis manusia juga membuktikan bahwa al-
Qur’an mampu mereduksi ketegangan-ketegangan saraf (fisiologis). Penelitian ini dilakukan
terhadap lima sukarelawan non-muslim, berusia antara 17-40 tahun, menggunakan alat ukur stres
jenis MEDAQ 2002 (Medical Data Quetient), yang dilengkapi software dan sistem detektor
elektronik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil positif bahwa mendengarkan ayat suci al-
Qur’an memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan ketegangan urat saraf reflektif
(Badri, 1995). Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Abdurrochman (2008) bahwa stimulan
al-Qur’an dapat dijadikan sebagai terapi relaksasi bahkan lebih baik dibandingkan dengan
stimulan terapi musik, karena stimulan al-Qur’an dapat memunculkan gelombang delta sebesar
63,11% dari terapi musik. Kenaikan gelombang delta juga mencapai persentasi tertinggi sebesar
1.057%. Stimulan al-Qur’an ini sering memunculkan gelombang delta di daerah frontal dan
sentral baik di sebelah kanan maupun di sebelah kiri otak. Hal ini terjadi dikarenakan frekuensi
gelombang bacaan al-Qur’an memiliki kemampuan untuk memprogram ulang sel-sel otak,
meningkatkan kemampuan serta menyeimbangkannya.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh terapi
murottal Al-Quran terhadap penurunan kecemasan pada mahasiswa yang akan menghadapi
sidang skripsi.
B. LANDASAN TEORI

1. Terapi murottal Al-Quran

1.1 Definisi terapi murottal Al-Quran

Murottal merupakan rekaman suara Al- Qur’an yang dilagukan oleh seorang Qori’
(pembaca Al- Qur’an) (Siswatinah, 2011). Murotal adalah cara membaca Al-Qur’an dengan
irama sedang, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat (tartil)(Salim, 2000). Murottal dapat
juga diartikan sebagai lantunan ayat-ayat suci Al-Quran yang dilantunkan oleh seorang Qori’
(pembaca Al-Quran), direkam dan diperdengarkan dengan tempo yang lambat serta harmonis
(Purna,2006). Hadi, Wahyuni dan Purwaningsih dalam Zahrofi (2013) menjelaskan terapi
murotal Al Quran adalah terapi bacaan Al Quran yang merupakan terapi religi dimana seseorang
dibacakan ayat-ayat Al Quran selama beberapa menit atau jam sehingga memberikan dampak
positif bagi tubuh seseorang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Handayani dkk (2014)
mengenai terapi murotal Al Quran, diperoleh rentang waktu pemberian terapi murotal Al Quran
dilakukan selama 11-15 menit.
Lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia, suara manusia
merupakan instrumen penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau.
Suara dapat menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin alami,
meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang,
memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat
pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang
lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi,
pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik (Heru, 2008).
Mendengarkan Al qur’an memiliki dampak yang luar biasa pada berbagai penyakit
karena dampak dari keselarasan yang sempurna dalam pengulangan kata dan huruf, dampak
irama yang seimbang terhadap ayat-ayat Al quran, dampak dari informasi pada masing-masing
ayat, dan harmonisasi yang indah (Hakim, 2012). Terapi suara mendengarkan bacaan Al-Quran
mempunyai pengaruh yaitu berupa perubahan-perubahan arus listrik di otot, perubahan sirkulasi
darah, perubahan detak jantung, dan kadar darah pada kulit. Perubahan tersebut menunjukkan
adanya relaksasi atau penurunan ketegangan otot syaraf. Terapi ini bekerja pada otak, yang
merangsang otak memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide, yang memberikan umpan
balik berupa kenikmatan atau kenyamanan (Al Kaheel,2012).

1.2 Manfaat Terapi Murotal Al Quran

Manfaat terapi murotal Al Quran dibuktikan dalam berbagai penelitian. Manfaat tersebut
di antaranya adalah sebagai berikut :

1) Menurunkan kecemasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zahrofi (2013) menunjukkan bahwa


pemberian pengaruh terapi murotal Al Quran memiliki pengaruh terhadap tingkat kecemasan
responden. Pada penelitian tersebut responden yang diberikan terapi murotal Al Quran memiliki
tingkat kecemasan yang lebih rendah daripada pasien yang tidak diberikan terapi.

2) Menurunkan perilaku kekerasan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Widhowati SS (2010) ini menunjukkan bahwa
penambahan terapi audio dengan murottal surah Ar Rahman pada kelompok perlakuan lebih
efektif dalam menurunkan perilaku kekerasan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak
mendapatkan terapi audio tersebut.

3) Mengurangi tingkat nyeri

Terapi murotal Al Quran terbukti dapat menurunkan tingkat nyeri. Hal ini berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2013) dan Handayani dkk (2014) menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh pemberian terapi murotal Al Quran terhadap tingkat nyeri. Pada kedua
penelitian tersebut kelompok yang diberikan terapi murotal Al Quran memiliki tingkat nyeri
yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak diberikan terapi murotal Al Quran.

4) Meningkatkan kualitas hidup

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi dkk (2012) menunjukkan perbedaan yang
bermakna antara kualitas hidup responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi
bacaan Al Quran secara murotal pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Pada
kelompok intervensi, kualitas hidup responden meningkat setelah diberikan terapi murotal Al
Quran.

5) Efektif dalam perkembangan kognitif anak autis

Penelitian yang dilakukan oleh Hady dkk (2012) menyebutkan bahwa terapi musik
murottal mempunyai pengaruh yang jauh lebih baik dariapada terapi musik klasik terhadap
perkembangan kognitif anak autis.

2. Kecemasan

2.1 Definisi kecemasan

Cemas merupakan emosi yang tidak menyenangkan dan ditandai dengan adanya
kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut (Atkinson, dkk, 1996). Senada dengan hal tersebut,
Hurlock (1997) mengatakan bahwa kecemasan (anxiety) sebagai keadaan mental yang tidak
enak, berkaitan dengan sakit yang mengancam, atau yang dibayangkan ditandai dengan
kekhawatiran, ketidakenakan, dan perasaan tidak nyaman dan tidak dapat dihindari seseorang.

Kecemasan merupakan manifestasi dari berbagai perasaan emosi yang bercampur saat
individu mengalami tekanan. Manifestasi tersebut berupa ketakutan, kekhawatiran, rasa bersalah,
tidak berdaya dan merasa terancam yang dapat berupa sesuatu yang disadari maupun tidak
disadari (Daradjat,1990). Menurut Sukmadinata (2003) kecemasan merupakan salah satu macam
dari emosi yang berkaitan dengan adanya rasa ancaman oleh sesuatu. Dalam konteks penelitian
ini, sidang skripsilah yang dipersepsikan dan dirasakan oleh mahasiswa sebagai suatu ancaman.
Senada dengan hal tersebut, Nevid dkk (2005) mengatakan bahwa kecemasan merupakan suatu
keadaan aprehensi atau kekhawatiran akan sesuatu hal buruk yang bisa terjadi mimpa dirinya.
Lebih lanjut dikatakan Nevid dkk, ujian merupakan salah satu sumber kecemasan bagi
seseorang, dan oleh Lewis (1970) dideskripsikan bahwa kecemasan menghadapi ujian tidak
hanya dalam situasi ujian namun juga tahap persiapan ujian.

2.2 Gejala-gejala kecemasan


Kecemasan akan tampak dari adanya gejala seperti murung, mudah tersinggung, tidak
dapat tidur nyenyak, cepat marah, sensitif/mudah tersinggung dengan perkataan atau perbuatan
orang lain (Hurlock, 1997). Supratiknya (1995) mengungkapkan beberapa gejala kecemasan,
yakni selalu diliputi rasa tegang, was-was, resah, perasaan tidak menentu, peka/mudah
tersinggung, minder, merasa tidak mampu, depresi, serba salah, sulit konsentrasi, bereaksi
berlebihan, otot-otot terasa tegang, mimpi buruk, sering buang air kecil, insomnia, banyak
berkeringat, gangguan pernafasan tanpa sebab, dan mengalami anxiety attack tanpa sebab yang
jelas.

Gejala-gejala tersebut oleh Daradjat (1990) dikategorikan dalam dua bentuk gejala yakni:
(1) gejala fisiologis yang berupa peningkatan kecepatan detak jantung, keringat berlebihan, tidur
tidak nyenyak, nafsu makan menghilang, sesak nafas, sakit lambung tiba-tiba dan gelaja fisik
lainnya; (2) gejala psikologis meliputi perasaan takut, was-was akan mengalami kecelakaan atau
peristiwa yang mengancam, sulit meuusatkan perhatian, tidak berdaya, rendah diri, menurunkan
kepercayaan diri dan khawatir akan gagal.

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi sidang skripsi

Fisher (1988) yang mengatakan bahwa kecemasan seseorang bukan disebabkan oleh
faktor kegagalan, tetapi oleh perasaan takut dirinya akan mengalami kegagalan. Nevid, dkk
(2005) berpendapat bahwa faktor internal yang menyebabkan seseorang merasa cemas bisa
merupakan faktor biologis/metabolisme tubuh, faktor kognitif dan emosional, seperti self-
efficacy yang rendah dan keyakinan-keyakinan yang kadangkala irrasional; sedangkan faktor
eksternal meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial, rendahnya dukungan sosial, dan faktor
behavioral.

Santrock (2007) mengemukakan bahwa tuntutan orangtua yang berlebihan dan tidak
realistis menjadi pemicu kecemasan bagi anak. Freud (Atkinson, dkk, 1991) menyebutkan
beberapa faktor yang menimbulkan kecemasan biasanya berupa tekanan atau frustasi, adanya
konflik, ancaman, harga diri yang rendah dan pengaruh lingkungan.

C. HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh terapi murottal Al-
Quran terhadap penurunan kecemasan pada mahasiswa yang akan menghadapi sidang skripsi.

D. METODE PENELITIAN

1. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel independen : terapi murottal Al-Quran

Variable dependen : kecemasan menghadapi sidang skripsi

2. Definisi Operasional Variable yang Digunakan

Terapi murottal Al-Quran merupakan terapi yang menggunakan bacaan Al-quran sebagai
sumber intervensinya. Terapi murottal Al-Quran ini berisi bacaan-bacaan Al-Quran yang di
bacakan oleh Qori’ (pembaca Al-Quran) dengan lantunan indah dan direkam serta dijadikan
dalam bentuk MP3. murottal Al-Quran ini akan diperdengarkan kepada responden selama 15
menit dengan posisi berbaring. Murottal Al-Quran yang akan diperdengarkan adalah bacaan
surat Al-Fatihah selama 1 menit, surat Ar-Rahman selama 12 menit, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq,
dan An-Naas selama 2 menit.

Kecemasan menghadapi sidang skripsi adalah ketakutan, kekhawatiran, kegelisahan, dan


perasaan tidak nyaman serta emosi negatif yang muncul saat akan menghadapi sidang skripsi
bahwa akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam prosesnya. Untuk mengetahui tingkat
kecemasan menghadapi sidang skripsi akan menggunakan skala Depression Anxiety Stress
Scale (DASS) dengan rentang skor sebagai berikut:

Tingkat
Skor
kecemasan
Normal 0-7
Ringan 8-9
Sedang 10-14
Berat 15-19
Sangat berat > 20
3. Karakteristik Sampel

Responden dalam penelitian ini adalah 20 mahasiswa Universitas Syiah Kuala yang telah
menyelesaikan skripsi dan akan menghadapi sidang skripsi serta beragama islam.

4. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain quasi - eksperimen dengan pendekatan one group
pretest-posttest design. Dalam penelitian ini diberikan terapi murotal Al-Quran sebanyak tiga
kali, dimana sebelum diberikan terapi akan diukur tingkat kecemasan menghadapi sidang
skripsi, kemudian setelah diberikan terapi diukur kembali tingkat kecemasan menghadapi
sidang skripsi (posttest). Hasil posttest akan dijadikan acuan untuk menarik kesimpulan
dengan cara melihat dan membandingkan skor kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan
perlakuan.

5. Prosedur Eksperimen

Terapi murottal Al-Quran akan diberikan sebanyak 3 kali dalam seminggu dan dilakukan
selama 2 minggu berturut-turut. Subjek yang berjumlah 20 orang akan dibagi menjadi 2
kelompok yang masing-masing terdiri dari 10 orang. Dalam satu hari, eksperimen akan
dilakukan pada 10 orang sedangkan 10 orang lainnya akan dilakukan eksperimen keesokan
harinya. Sebelum memulai terapi, responden diminta untuk mengisi skala Depression Anxiety
Stress Scale (DASS) untuk mengukur kecemasan responden sebelum diberi perlakuan.

Prosedurnya adalah sebagai berikut:

1. Persiapan ruangan ; pilih ruangan yang tidak ada gangguan orang lain, yang nyaman, sejuk,
sunyi dan tidak bising.

2. Responden diinstruksikan untuk berbaring diatas tempat yang sudah disediakan.

3. Setelah sudah memilih posisi yang nyaman, lalu lakukan relaksasi pernafasan dengan cara :

a. Meletakkan kedua tangan di perut atau disamping badan

b. Kemudian menarik nafas yang panjang selama 3 detik perlahan-lahan lewat hidung, lalu
tahan sebentar kemudian keluarkan perlahan-lahan lewat mulut.
c. Ulangi relaksasi nafas tersebut minimal sampai 3 kali. Bila responden masih belum rileks
ulangi lagi sampai responden merasa rileks atau nyaman.

5. Lalu responden diminta untuk mengonsentrasikan pikirannya hanya ke lantunan lafadz


murottal yang akan dinyalakan oleh ekperimenter.

6. Eksperimenter memutarkan murottal Al-Quran dari laptop dan menggunakan bantuan


speaker.

7. Eksperimenter memperdengarkan murottal tersebut sampai selesai kira-kira 15 menit yang


terdiri dari bacaan surat Al-Fatihah selama 1 menit, surat Ar-Rahman selama 12 menit, surat
Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas selama 2 menit.

8. Setelah selesai 15 menit, eksperimenter mematikan murottal Al-Quran.

Setelah responden mendapatkan terapi terakhir yaitu pada terapi ke 3, sebelum


meninggalkan ruangan, responden diminta untuk kembali mengisi skala Depression Anxiety
Stress Scale (DASS) untuk mengukur kecemasan responden setelah diberi perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrochman, A. (2007). Murotal Al qur’an alternatif terapi suara baru. Diakses 24 Mei
2018 dari http://repository.unpad.ac.
Alkaheel, A.D. (2012). Pengobatan qur’ani. Jakarta : Amzah.
Atkinson, R.L., dkk. 1996. Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga.

Badri, M. S. (1995). A study of measuring the critical factors of quality management, 12(2),

36–53. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1108/02656719510080604

Daradjat, Z. (1990). Kesehatan Mental. Jakarta : CV Haji Masagung.Elliot, S.N., Kratochwill,


T.R., Litlefield, J., and Travers, J.F. 1996. Educational Psychology (2nd). Madition:
Brown and Bencmark Company.

Fajar s. Taufiq, (2016). Pengaruh terapi murottal al-qur’an terhadap Penurunan tekanan darah
pada pasien gagal Ginjal kronik yang mengalami hipertensi Di rsud dr. Soedirman
kebumen. Gombong: skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Fisher, R. (1988). Learning Difficulties : Strategies for Helping Student. Iowa : Kendall Hunt
Publishing Company.

Hakim, L. (2012). Terapi qurani untuk kesembuhan dan rezki tak terduga. Jakarta : Link
Consultan.

Handayani, R., Fajarsari, D., Asih, D. R. T., & Rohmah, D. N. (2013). Pengaruh terapi murotal
Al-Qur’an untuk penurunan nyeri dan kecemasan pada ibu bersalin kala I fase aktif.
Diperoleh tanggal 25 Mei 2018 dari journal.akbidylpp.ac.id/index.php/Prada…/8

Heru. (2008). Ruqyah syari’I berlandaskan kearifan lokal. Diperoleh tanggal 25 Mei 2018 dari
http://trainermuslim.com/feed/rss

Hidayah, T.N., Maliya, A., Nugroho, A.B. (2013). Pengaruh pemberian murottal al-qur’an
terhadap tingkat nyeri pasien post operasi fraktur ekstremitas. Diperoleh pada tanggal 25
Mei 2018 dari eprints.ums.ac.id/27166/
Hurlock, E. (1997). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan
(Alih Bahasa : Istididayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Erlangga.

Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Camera, I. M. (2011) Medical-
Surgical Nursing : Assesment And Management Of Clinical Problems. USA: Elsevier-
Mosby.

Mulyadi, D., Hidayah, R., & Mahfur, M. (2012). Kecemasan dan psikoterapi Islam (Model
psikoterapi al-Qur’an dalam menanggulangi kecemasan santri lembaga tinggi Pesantren
Luhur dan Pondok Pesantren Baiturrahmah di Kota Malang). E/: QUDWAH, 0(0).
Retrieved from http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/lemlit/article/view/2034

Nevid, J.S., Rathus, S.A. and Greene, B. (2005) . Psikologi Abnormal (Alih Bahasa: Jeanette
Murad, dkk). Jakarta : Erlangga.

Nur F. Virgianti. (2015). Terapi Murottal (Al-Qur’an) Mampu Menurunkan Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Pre Operasi Laparatomi. Jurnal Keperawatan. Vol. 6, No. 1.

Purna. (2006). Murottal. Diperoleh tanggal 10 Maret 2015 dari http://purna.wordpress.com

Remolda. P. (2009). Pengaruh Al-Qur’an pada manusia dalam perspektif fisiologi dan psikologi.
http://www.theedc.comtanggal akses 14-7-2009.

Retna,Rusfita. (2017). Pengaruh Terapi Murotal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Nyeri


Persalinan Di Puskesmas Wilayah Banjarnegara. Yogyakarta: tesis, Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta
Salim. (2000). Ilmu nagham Al quran. Jakarta : Kebayoran Widya Cipta.
Santrock, J.W. (2007). Psikologi Pendidikan (Alih Bahasa: tri Wibowo B.S). Jakarta : Kencana.
Sukmadinata, N.S. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Renaja
Rosdakarya.
Siswantinah, (2011). Pengaruh terapi murottal terhadap kecemasan pasien gagal ginjal kronik
yang dilakukan tindakan hemodialisa di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.
Semarang: Skripsi, Universitas Muhamadiyah Semarang.
Supratiknya. (1995). Komunikasi Antar Pribadi: Tinjauan Psikologis. Yogyakarta :
Kanisius.
Zahrofi. (2013). Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al Quran Terhadap Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Surakarta: Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

LAMPIRAN
TES DASS
Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan pengalaman
Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat empat pilihan
jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.

1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.

2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan sering.

3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

Selanjutnya, Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda


silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu/Saudara
selama satu minggu belakangan ini. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu
isilah sesuai dengan keadaan diri Bapak/Ibu/Saudara yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan
jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu/ Saudara.

No PERNYATAAN 0 1 2 3

Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal


1
sepele.
2 Saya merasa bibir saya sering kering.
3 Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif.
Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali
4 terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak
melakukan aktivitas fisik sebelumnya).
Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu
5
kegiatan.
6 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.
7 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ’copot’).
8 Saya merasa sulit untuk bersantai.
Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang
9 membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa
sangat lega jika semua ini berakhir.
Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa
10
depan.
11 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.
Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk
12
merasa cemas.
13 Saya merasa sedih dan tertekan.
Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika
14 mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas,
menunggu sesuatu).
15 Saya merasa lemas seperti mau pingsan.

No PERNYATAAN 0 1 2 3

16 Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal.


Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang
17
manusia.
18 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.
Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan
19 berkeringat), padahal temperatur tidak panas atau tidak
melakukan aktivitas fisik sebelumnya.
20 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas.
21 Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.
22 Saya merasa sulit untuk beristirahat.
23 Saya mengalami kesulitan dalam menelan.
Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal
24
yang saya lakukan.
Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak
25 sehabis melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa detak
jantung meningkat atau melemah).
26 Saya merasa putus asa dan sedih.
27 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.
28 Saya merasa saya hampir panik.
Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat
29
saya kesal.
Saya takut bahwa saya akan ‘terhambat’ oleh tugas-tugas
30
sepele yang tidak biasa saya lakukan.
31 Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun.
Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan
32
terhadap hal yang sedang saya lakukan.
33 Saya sedang merasa gelisah.
34 Saya merasa bahwa saya tidak berharga.
Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi
35
saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.
36 Saya merasa sangat ketakutan.
37 Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan.
38 Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.
39 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.
Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin
40
menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri.
41 Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan).
Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam
42
melakukan sesuatu.

Harap diperiksa kembali, jangan sampai ada yang terlewatkan. Terima kasih.
RUNDOWN EKSPERIMEN

TERAPI 1

No Waktu Kegiatan
1. 08.00 – 08.15 Subjek 1-10 masuk ruang tunggu dan mengisi Informed
consent
2. 08.15 – 08.18 Memanggil subjek 1 untuk memasuki ruangan
3. 08.18 – 08.28 Subjek1 berbaring di instruksikan untuk berbaring dan
melakukan relaksasi pernapasan
4. 08.28 – 08.48 Terapi murottal
5. 08.48 – 08.53 Subjek 1 melakukan relaksasi kembali
6. 08.53 – 09.00 Memberikan instruksi untuk terapi selanjutnya
7. 09.00 – 09.03 Memanggil subjek 2 untuk memasuki ruangan
8. 09.03 – 09.13 Subjek 2 berbaring di instruksikan untuk berbaring dan
melakukan relaksasi pernapasan
9. 09.13 – 09.33 Terapi murottal
10. 09.33 – 09.38 Subjek 2 melakukan relaksasi kembali
11. 09.38 – 09.45 Memberikan instruksi untuk terapi selanjutnya
Meja
Ranjang

Alat dan bahan yang dibutuhkan:

1. Laptop
2. Speaker
3. Stopwatch
4. MP3 surah Al-Fatihah, Ar-Rahman, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas
5. Ranjang

You might also like