Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

KEUNGGULAN DAN RELEVANSI

PENDEKATAN KELEMBAGAAN DALAM ILMU POLITIK

Makalah Mata Kuliah Metodologi Ilmu Politik

Disusun oleh:

Raymond Gilbert (1606828362)

Sriniti Anggita Puri (1606879451)

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2018
PENDAHULUAN

Dewasa ini Ilmu Politik telah mengalami perkembangan sebagai suatu


ilmu dikarenakan oleh adanya cara dan metode. Dalam pandangan umum ilmu
pengetahuan merupakan sesuatu yang dapat diuji kebenarannya melalui suatu
eksperimen terkontrol. Oleh karena itu, peneliti menggunakan suatu pendekatan
(approaches) yang digunakan menjadi tolak ukur yang dipakai untuk memilih
suatu data untuk diteliti atau harus dikesampingkan. Dalam meneliti dan
mengobservasi suatu masalah politik dibutuhkan berbagi macam pendekatan.
Pendekatan-pendekatan ini digunakan untuk mengklasifikasi masalah tersebut,
apakah bisa dilakukan penelitian lebih lanjut atau tidak.

Terdapat berbagai macam pendekatan yang dapat digunakan untuk


mempelajari ilmu politik. Pendekatan tersebut antara lain, pendekatan
kelembagaan, pendekatan perilaku, pendekatan neo-Marxis, pendekatan pilihan
rasional, dan pendekatan institusionalisme baru. Dan seiring itu, dengan interaksi-
interaksi yang yang terjadi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya menyebabkan
perkembangan ilmu politik semakin maju yang mana ilmu politik menjadi
semakin bersifat dinamis dan berdasarkan pada realitas. Pada makalah ini tim
penulis hanya akan berfokus pada satu pendekatan, dan pendekatan yang akan
dibahas lebih lanjut adalah pendekatan kelembagaan. Pendekatan kelembagaan,
juga dikenal sebagai pendekatan tradisional, merupakan pendekatan paling awal
dalam ilmu politik. Di antara pendekatan-pendekatan dalam ilmu politik, maka
pendekatan Legal/Institusional adalah yang tertua. Sesuai dengan namanya maka
pokok bahasan dalam pendekatan ini mencakup unsur-unsur legal dan
institusional, misalnya: soal sifat undang-undang dasar, masalah kedaulatan,
kedudukan dan kekuasaan formal dan yuridis lembaga-lembaga kenegaraan
seperti badan eksekutif, eksekutif dan yudikatif. Berdasarkan penjelasan diatas,
makalah ini akan membahas mengenai pendekatan kelembagaan dan
keunggulannya serta relevansi pendekatan kelembagaan dalam ilmu politik.
PEMBAHASAN

Pendekatan Kelembagaan

Konsep pendekatan merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam


sebuah analisa politik. Pendekatan adalah sebuah kerangka berpikir yang
digunakan untuk menjadi acuan dalam menganalisa, yang di dalamnya terdapat
unsur filosofis.1 Pendekatan juga merupakan suatu kriteria untuk menyeleksi
masalah atau data yang relevan.2 Sebuah pendekatan berfungsi sebagai indikator
dalam pemilihan masalah.3 Berdasarkan beberapa pengertian mengenai
pendekatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan merupakan dasar untuk
menjadi acuan dalam melakukan suatu analisa. Oleh karena itu, pendekatan
menjadi hal yang sangat penting dalam suatu analisa, terutama analisa politik.

Pendekatan kelembagaan ini sudah ada sejak abad ke-19, sebelum Perang
Dunia II dimana peran negara pada satat itu masih sangat dominan dalam
kehidupan masyarakat. Pendekatan kelembagaan ini erat kaitannya dengan
negara, terutama dari segi konstitusional dan yudirisnya. Bahasan ini mencakup
antara lain sifat dari undang-undang dasar, masalah kedaulatan, kedudukan dan
kekuasaan formal serta yudiris dari lembaga-lembaga kenegaraan seperti
parlemen, badan eksekutif, dan badan yudikatif.4 Pendekatan ini tidak mengkaji
apakah lembaga-lembaga tersebut bekerja sesuai dengan fungsinya, namun
pendekatan ini mendasarkan pada bentuk tertentu (ideal). Pendekatan ini juga
mengabaikan proses-proses dalam politik tersebut. Sebab bahasan mengenai hal
ini dinilai statis dan sifatnya deskriptif, yang mana banyak mengulas mengenai
sejarah. Oleh karena itu para peneliti-peneliti tradisional tidak memfokuskan
perhatian mereka pada apakah lembaga yang ada itu memanglah terbentuk dan
memiliki fungsi seperti yang tercantum dalam naskah-naskah resmi. Oleh karena
itu, pendekatan ini lebih cenderung membahasas mengenai yang legal-formal.

1
Apter, David. Introduction to Political Analysis. 1977. Hlm 163
2
Dyke, V. Vernon. Political Science A philosophical analysis. 1960.
3
Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi. 2008.
4
Ibid. Hlm 72.
Pembahasan yang banyak mengacu pada konstitusi dan hukum-hukum
yang terdapat dalam sebuah negara dan selalu dikaitkan dengan persoalan hukum
yang ada, menjadikan pendekatan ini menjadi pendekatan yang legal. Seperti
contoh, UUD 1945 yang menjadi dasar negara Indonesia. Segala yang tercantum
UUD 1945 tersebut seperti bentuk pemerintahan, bentuk negara dll. dianggap
menjadi sesuatu hal yang ideal dan harus dilakukan, padahal belum tentu apa yang
tertuang dalam UUD tersebut relevan dalam realitanya. Sehingga tidak
memerhatikan implementasi dari UUD tersebut. Karena itu, yang terjadi
pendekatan ini lebih sering bersifat normatif (sesuai dengan ideal atau standar
tertentu). Menurut penglihatan ini, negara ditafsirkan sebagai suatu badan dari
norma-norma yang konstitusional yang formal. Pendekatan Kelembagaan juga
disebut formal, karena hal-hal yang dibahas hanya mengenai lembaga-lembaga
yang terdapat dalam suatu negara. Lembaga yang dimaksud adalah lembaga
eksekutif, yudikatif, legislatif.

Dalam Pendekatan Kelembagaan, terdapat lima karakteristik atau kajian


utama dari pendekatan ini, yaitu: (1) Legalisme (legalism), yang mengkaji aspek
hukum, yaitu peranan pemerintah pusat dalam mengatur hukum; (2)
Strukturalisme, yakni berfokus pada perangkat kelembagaan utama atau
menekankan pentingnya keberadaan struktur dan struktur itu pun dapat
menentukan perilaku seseorang; (3) Holistik (holism) yang menekankan pada
kajian sistem yang menyeluruh atau holistik alih-alih dalam memeriksa lembaga
yang “bersifat” individu seperti legislatif; (4) Sejarah atau historicism yang
menekankan pada analisisnya dalam aspek sejarah seperti kehidupan sosial-
ekonomi dan kebudayaan; (5) Analisis normative yang menekankan analisisnya
dalam aspek yang normatif sehingga akan terfokus pada penciptaan good
government.5

Keunggulan Pendekatan Kelembagaan adalah

- Negara menjadi fokus utama dengan menonjolkan konstitusional dan


yudiris

5
Subakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. 1992. Hlm 131
- Bahasan pendekatan menyangkut kedaulatan, kedudukan, dan kekuasaan
lembaga-lembaga formal
- Aktor dan kelompok melaksanakan proyeknyadalam suatu konteks yang
dibatasi secara kolektif
- Merupakan suatu visi yang terkombinasi dari berbagai pendekatan dan
bidang ilmu pengetahuan lainnya
- Pendekatan kelembagaan dapat mengarahkan negara kedalam tujuan
tertentu
Relevansi Pendekatan Kelembagaan dalam Ilmu Politik

Dalam buku David E. Apter yang berjudul Introduction to Political


Analysis, ia menjelaskan bagaimana pendekatan kelembagaan memberikan
gambaran mengenai tujuan filosofis dari adanya pemerintah. Pendekatan yang
banyak menjelaskan secara normatif dan sosiohistoris tentang lembaga ini banyak
memberikan sumbangsih dalam ilmu politik berupa dihasilkannya filsafat politik
atau acuan hukum atau etika politik6. Karena tak bisa dipungkiri pendekatan ini
adalah yang pertama kali muncul dalam analisa-analisa politik. Menurut Apter,
masing-masing pendekatan baik itu kelembagaan, perilaku, pluralis, strukturalis,
atau marxis memiliki penekanan dan areanya masing-masing. Dan untuk
pendekatan kelembagaan, area pengaplikasiannya banyak terdapat di kajian soal
perbandingan politik, partai-partai politik, dan konstitusi.7

Meskipun begitu, pendekatan kelembagaan ini sering dikritik karena sejumlah


sifat-sifat kajiannya, diantara kritik-kritik tersebut adalah:8

 Pendekatan ini terlalu normatif (sesuai dengan ideal atau standar tertentu),
dengan norma-norma demokrasi Barat sebagai standar dan yang dianggap
ideal. Negara, misalnya dilihat sebagai ‟sebuah badan norma-norma
konstitusional yang formal‟.
 Analisis dalam pendekatan ini tidak membedakan antara ‟fakta‟ (sesuatu
yang dapat dibuktikan melalui pengalaman atau pengamatan) dan ‟norma‟
(standar atau ideal yang menjadi pedoman berperilaku).
 Label parokhialisme atau etnosentrisme yang ditujukan pada pendekatan
ini disebabkan karena bahasan-bahasan pendekatan ini terbatas pada
struktur-struktur politik formal di negara-negara demokrasi di Eropa Barat.
 Pendekatan ini juga mendapat kecaman karena sifatnya yang statis, sebab
hanya menggambarkan struktur formal, baik pemerintah maupun yang
dirumuskan di dalam dokumen-dokumen (UUD atau konstitusi).

6
Cecep Hidayat. Pendekatan-pendekatan dalam Ilmu Politik. Diakses dari
http://ocw.ui.ac.id/pluginfile.php/118/mod_resource/content/0/OCW%202013%20-
%20PIP%2003%20Pendekatan-Pendekatan%20dalam%20Ilmu%20Politik.pdf pada
7
David. Op. Cit.,
8
Miriam Budiardjo, Nuri Soeseno, Rosa Evaquarta. Ilmu Politik: Ruang Lingkup dan Konsep.
Diakses dari http://repository.ut.ac.id/4304/1/ISIP4212-M1.pdf pada
Gerakan-gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh ilmuwan yang tergabung
dalam kelompok Chicago membuka wacana politik yang lebih dinamis. Pada
pertengahan tahun 1930-an di Amerika muncul kelompok ilmuwan politik yang
membawakan pandangan baru tentang politik. Mereka melihat politik sebagai
kegiatan atau proses, dan negara sebagai sarana perebutan kekuasaan antara
berbagai kelompok di dalam masyarakat. Para pembaharu ini tergabung dalam
Mazhab Chicago dengan tokoh-tokohnya Charles Merriam dan Harold D.
Laswell. Merekalah ilmuwan-ilmuwan politik yang memelopori pandangan
bahwa esensi politik adalah kekuasaan, terutama kekuasaan untuk menentukan
kebijakan publik. Dengan munculnya pandangan baru ini kajian politik menjadi
lebih terbuka. Para ilmuwan politik kini tidak hanya menaruh perhatian pada
lembaga-lembaga formal saja, berbagai kegiatan atau proses-proses yang
berpengaruh pada pembuatan kebijakan publik menjadi perhatian para ilmuwan
politik. Akan tetapi pada masa itu penelitian empirik mengenai praktik kekuasaan
masih belum banyak dilakukan. Pandangan tentang politik yang baru ini,
meskipun demikian, telah membukakan jalan untuk kemunculan pendekatan lain
yang bersifat fungsional yang dikenal dengan nama pendekatan Perilaku
(Behavioral Approach). Pendekatan Perilaku membawakan pandangan yang
melihat kekuasaan yang bersumber dari kedudukan sebagai hanya salah satu –
bukan satu-satunya- dari sekian banyak faktor dalam proses pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan.9

Setelah menurunnya pamor pendekatan kelembagaan pasca munculnya


pendekatan perilaku, pendekatan kelembagaan lahir dengan format baru sebagai
pendekatan institusionalisme baru. Perbedaan pendekatan institusionalisme baru
yang paling mencolok dari pendekatan kelembagaan klasik adalah sifatnya yang
dinamis. Pendekatan ini dipicu oleh pendekatan perikalu yang memandang
institusi hasil perilaku aktor. Pendekatan institusionalisme baru melihat relasi
perilaku aktor dan individu saling mempengaruhi; perilaku aktor membentuk
institusi, namun institusi juga mempengaruhi aktor.10

9
Ibid.,
10
Yanuardi. Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Politik. Diakses dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132326887/pendidikan/pendekatan+ILMU+POLITIK.pdf pada
Pendekatan institusionalisme baru melihat institusi politik sebagai sebagai
sekumpulan tata tertib untuk mengatur perilaku sekelompok manusia dan suatu
proses pembuatan keputusan, yang dilaksanakan oleh aktor-aktor yang
mempunyai kekuasaan untuk melakukan hal itu. Pendekatan institusionalisme
baru melihat kegunaan institusi politik secara sederhana sebagai dengan adanya
institusi-institusi maka dapat dipastikan adanya aturan-aturan atau pola
pengaturan yang mengatur kehidupan bersama atau kepentingan kolektif yang ada
dalam sebuah masyarakat. Hal ini tentu memberikan jaminan kepastian dan rasa
aman bagi warga. Oleh karena institusi mempunyai kekuasaan yang secara relatif
otonom maka ia tidak dapat diubah dengan semuanya sendiri; keberadaan institusi
dengan demikian memungkinkan adanya stabilitas di dalam masyarakat. Institusi-
institusi dengan demikian dapat dilihat sebagai bentuk pembatasan kolektif, yang
berupa peraturan atau norma perilaku dan peran, yang memberi keuntungan,
peluang dan kekuatan pada serta memelihara individu atau kelompok. Mengingat
kegunaannya ini maka menjadi sangat penting untuk membentuk institusi yang
dapat menghimpun kepentingan sebanyak mungkin pilihan warga untuk
menentukan kepentingan kolektif.11

Kesimpulan

11
Miriam. Opcit.,
Daftar Pustaka

Apter, David.E. 1977. Introduction to Political Analysis. Massachusetts: Winstrop


Publisher, Inc.
Dyke, V. Vernon. 1960. Political Science A philosophical analysis. Stanford:
University Press.

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Subakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo. 131.

You might also like