Professional Documents
Culture Documents
Pendekatan Kelembagaan Dalam Ilmu Politik
Pendekatan Kelembagaan Dalam Ilmu Politik
Disusun oleh:
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2018
PENDAHULUAN
Pendekatan Kelembagaan
Pendekatan kelembagaan ini sudah ada sejak abad ke-19, sebelum Perang
Dunia II dimana peran negara pada satat itu masih sangat dominan dalam
kehidupan masyarakat. Pendekatan kelembagaan ini erat kaitannya dengan
negara, terutama dari segi konstitusional dan yudirisnya. Bahasan ini mencakup
antara lain sifat dari undang-undang dasar, masalah kedaulatan, kedudukan dan
kekuasaan formal serta yudiris dari lembaga-lembaga kenegaraan seperti
parlemen, badan eksekutif, dan badan yudikatif.4 Pendekatan ini tidak mengkaji
apakah lembaga-lembaga tersebut bekerja sesuai dengan fungsinya, namun
pendekatan ini mendasarkan pada bentuk tertentu (ideal). Pendekatan ini juga
mengabaikan proses-proses dalam politik tersebut. Sebab bahasan mengenai hal
ini dinilai statis dan sifatnya deskriptif, yang mana banyak mengulas mengenai
sejarah. Oleh karena itu para peneliti-peneliti tradisional tidak memfokuskan
perhatian mereka pada apakah lembaga yang ada itu memanglah terbentuk dan
memiliki fungsi seperti yang tercantum dalam naskah-naskah resmi. Oleh karena
itu, pendekatan ini lebih cenderung membahasas mengenai yang legal-formal.
1
Apter, David. Introduction to Political Analysis. 1977. Hlm 163
2
Dyke, V. Vernon. Political Science A philosophical analysis. 1960.
3
Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi. 2008.
4
Ibid. Hlm 72.
Pembahasan yang banyak mengacu pada konstitusi dan hukum-hukum
yang terdapat dalam sebuah negara dan selalu dikaitkan dengan persoalan hukum
yang ada, menjadikan pendekatan ini menjadi pendekatan yang legal. Seperti
contoh, UUD 1945 yang menjadi dasar negara Indonesia. Segala yang tercantum
UUD 1945 tersebut seperti bentuk pemerintahan, bentuk negara dll. dianggap
menjadi sesuatu hal yang ideal dan harus dilakukan, padahal belum tentu apa yang
tertuang dalam UUD tersebut relevan dalam realitanya. Sehingga tidak
memerhatikan implementasi dari UUD tersebut. Karena itu, yang terjadi
pendekatan ini lebih sering bersifat normatif (sesuai dengan ideal atau standar
tertentu). Menurut penglihatan ini, negara ditafsirkan sebagai suatu badan dari
norma-norma yang konstitusional yang formal. Pendekatan Kelembagaan juga
disebut formal, karena hal-hal yang dibahas hanya mengenai lembaga-lembaga
yang terdapat dalam suatu negara. Lembaga yang dimaksud adalah lembaga
eksekutif, yudikatif, legislatif.
5
Subakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. 1992. Hlm 131
- Bahasan pendekatan menyangkut kedaulatan, kedudukan, dan kekuasaan
lembaga-lembaga formal
- Aktor dan kelompok melaksanakan proyeknyadalam suatu konteks yang
dibatasi secara kolektif
- Merupakan suatu visi yang terkombinasi dari berbagai pendekatan dan
bidang ilmu pengetahuan lainnya
- Pendekatan kelembagaan dapat mengarahkan negara kedalam tujuan
tertentu
Relevansi Pendekatan Kelembagaan dalam Ilmu Politik
Pendekatan ini terlalu normatif (sesuai dengan ideal atau standar tertentu),
dengan norma-norma demokrasi Barat sebagai standar dan yang dianggap
ideal. Negara, misalnya dilihat sebagai ‟sebuah badan norma-norma
konstitusional yang formal‟.
Analisis dalam pendekatan ini tidak membedakan antara ‟fakta‟ (sesuatu
yang dapat dibuktikan melalui pengalaman atau pengamatan) dan ‟norma‟
(standar atau ideal yang menjadi pedoman berperilaku).
Label parokhialisme atau etnosentrisme yang ditujukan pada pendekatan
ini disebabkan karena bahasan-bahasan pendekatan ini terbatas pada
struktur-struktur politik formal di negara-negara demokrasi di Eropa Barat.
Pendekatan ini juga mendapat kecaman karena sifatnya yang statis, sebab
hanya menggambarkan struktur formal, baik pemerintah maupun yang
dirumuskan di dalam dokumen-dokumen (UUD atau konstitusi).
6
Cecep Hidayat. Pendekatan-pendekatan dalam Ilmu Politik. Diakses dari
http://ocw.ui.ac.id/pluginfile.php/118/mod_resource/content/0/OCW%202013%20-
%20PIP%2003%20Pendekatan-Pendekatan%20dalam%20Ilmu%20Politik.pdf pada
7
David. Op. Cit.,
8
Miriam Budiardjo, Nuri Soeseno, Rosa Evaquarta. Ilmu Politik: Ruang Lingkup dan Konsep.
Diakses dari http://repository.ut.ac.id/4304/1/ISIP4212-M1.pdf pada
Gerakan-gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh ilmuwan yang tergabung
dalam kelompok Chicago membuka wacana politik yang lebih dinamis. Pada
pertengahan tahun 1930-an di Amerika muncul kelompok ilmuwan politik yang
membawakan pandangan baru tentang politik. Mereka melihat politik sebagai
kegiatan atau proses, dan negara sebagai sarana perebutan kekuasaan antara
berbagai kelompok di dalam masyarakat. Para pembaharu ini tergabung dalam
Mazhab Chicago dengan tokoh-tokohnya Charles Merriam dan Harold D.
Laswell. Merekalah ilmuwan-ilmuwan politik yang memelopori pandangan
bahwa esensi politik adalah kekuasaan, terutama kekuasaan untuk menentukan
kebijakan publik. Dengan munculnya pandangan baru ini kajian politik menjadi
lebih terbuka. Para ilmuwan politik kini tidak hanya menaruh perhatian pada
lembaga-lembaga formal saja, berbagai kegiatan atau proses-proses yang
berpengaruh pada pembuatan kebijakan publik menjadi perhatian para ilmuwan
politik. Akan tetapi pada masa itu penelitian empirik mengenai praktik kekuasaan
masih belum banyak dilakukan. Pandangan tentang politik yang baru ini,
meskipun demikian, telah membukakan jalan untuk kemunculan pendekatan lain
yang bersifat fungsional yang dikenal dengan nama pendekatan Perilaku
(Behavioral Approach). Pendekatan Perilaku membawakan pandangan yang
melihat kekuasaan yang bersumber dari kedudukan sebagai hanya salah satu –
bukan satu-satunya- dari sekian banyak faktor dalam proses pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan.9
9
Ibid.,
10
Yanuardi. Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Politik. Diakses dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132326887/pendidikan/pendekatan+ILMU+POLITIK.pdf pada
Pendekatan institusionalisme baru melihat institusi politik sebagai sebagai
sekumpulan tata tertib untuk mengatur perilaku sekelompok manusia dan suatu
proses pembuatan keputusan, yang dilaksanakan oleh aktor-aktor yang
mempunyai kekuasaan untuk melakukan hal itu. Pendekatan institusionalisme
baru melihat kegunaan institusi politik secara sederhana sebagai dengan adanya
institusi-institusi maka dapat dipastikan adanya aturan-aturan atau pola
pengaturan yang mengatur kehidupan bersama atau kepentingan kolektif yang ada
dalam sebuah masyarakat. Hal ini tentu memberikan jaminan kepastian dan rasa
aman bagi warga. Oleh karena institusi mempunyai kekuasaan yang secara relatif
otonom maka ia tidak dapat diubah dengan semuanya sendiri; keberadaan institusi
dengan demikian memungkinkan adanya stabilitas di dalam masyarakat. Institusi-
institusi dengan demikian dapat dilihat sebagai bentuk pembatasan kolektif, yang
berupa peraturan atau norma perilaku dan peran, yang memberi keuntungan,
peluang dan kekuatan pada serta memelihara individu atau kelompok. Mengingat
kegunaannya ini maka menjadi sangat penting untuk membentuk institusi yang
dapat menghimpun kepentingan sebanyak mungkin pilihan warga untuk
menentukan kepentingan kolektif.11
Kesimpulan
11
Miriam. Opcit.,
Daftar Pustaka
Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.