Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

Repeated Measures

Desain eksperimen lain yang memiliki keunggulan dengan hanya menerapkan


satu kelompok tunggal adalah repeated measures design. Dalam desain repeated
measures (pengukuran berulang), seluruh partisipan dalam suatu kelompok
tunggal berpartisipasi disemua perlakuan eksperimental, dimana setiap kelompok
menjadi kontrolnya sendiri.

Peneliti membandingkan kinerka suatu kelompok dalam suatu perlakuan


eksperimental dengan kinerjanya setelah perlakuan eksperimental lainnya.
Ekperimenter memutuskan tentang banyak perlakuan(seperti dalam rancangan
faktorial) mengadministrasikan masing-masing perlakuan secara terpisah pada
satu kelompok saja. Setelah masing-masing pengadministrasian, peneliti
mendapatkan suatu ukuran atau observasi. Langkah-langkah dalam desain ini
ditunjukkan dalam Gambar 2.2

Setelah mnyeleksi partisipan, peneliti memutuskan tentang perlakuan-parlakuan


eksperimental yang berbeda untuk menentukan efek masing-masing perlakuan
pada satu hasil atau lebih. Suatu pengukuran atau observasi hasil mengikuti
perlakuan eksperimental yang pertama, dan setelah itu ukuran atau observasi hasil
kedua diambil setelah perlakuan eksperimental yang kedua. Variasi dalam ukuran-
ukuran hasil kemudian diases perbedaannya dari satu perlakuan keperlakuan
berikutnya.

Dalam kaitannya dengan ancaman terhadap validitas internal, rancangan ini tidak
dipengaruhi oleh berbagai ancaman yang berkaitan dengan pembandingan
kelompok (yaitu, seleksi, perlakuan, regresi, mortalitas, kematangan, atau
beberapa interaksi dengan seleksi). Tanpa penggunaan pra tes, pengetesan dan
instrumentasi bukan ancaman dalam rancangan ini. Sejarah adalah masalah
potensial dalam arti bahwa berbagai kejadian dapat terjadi selama eksperimen
yang memunculkan potensi pengaruh luar untuk mempengaruhi ukuran hasilnya.
Suatu perlakuan eksperimental dapat mempengaruhi perlakuan berikutnya, dan
peneliti perlu membuat perlakuan itu seberbeda mungkin.

Gambar 2.2 Desain Repeated Measures (Creswell, 2012)


Menerapkan rancangan ini pada eksperimen pelajaran kewarganegaraan dan
perilaku merokok kita, anggap saja bahwa peneliti hanya memiliki akses ke satu
kelas kewarganegaraan dan dapat menerapkan berbagai intervensi: ceramah
tentang bahaya kesehatan, kartun yang menggambarkan ‘napas tidak sedap’
diantara pasangan jika individu merokok, dan handout tentang semakin mahalnya
harga satu pak rokok. Perlu dicatat dalam contoh ini bahwa ketiga perlakuan itu
menyasar masalah merokok remaja, tetapi concerns mereka berbeda (yaitu,
kesesehatan, hubungan dan biaya). Selama semester itu, peneliti meminta guru
untuk mengintroduksikan masing-masing intervensi secara terpisah dan peneliti
mengukur tingkat merokok setelah masing-masing intervensi.

Single Subjek Design

Dalam penelitian anda, anggap saja bahwa anda berusaha mempelajari tentang
perilaku individu secara terpisah atau secara berkelompok. Anda juga
berkesempatan untuk mengobservasi perilaku mereka dari waktu ke waktu. Dalam
situasi ini single subjek eksperimental design ( rancangan eksperimental subjek
tunggal) ideal. Rancangan subjek tunggal cocok untuk intervensi terapeutik
diberbagai bidang seperti konseling sekolah, konseling karier, dan konseling
klinis (Foster, 2010). Mereka terutama sesuai untuk populasi luar biasa (misalnya,
siswa berbakat) karena memungkinkan untuk ukuran sampel kecil tetapi bisa
mendapatkan reliabilitas internal yang tinggi bahwa intervensi tersebut
mempengaruhi hasil, contohnya dalam penelitian subjek tungal, peneliti menguji
apakah para siswa penyandang disabilitas belajar berprestasi lebih baik jika
mereka memantau perilaku tugasnya sendiri (Kellog, 1997)

Bentuk ini merupakan suatu bentuk penelitian eksperimental dalam arti bahwa ia
menerapkan suatu intervensi dan tidak memiliki kelompok kontrol formal
(Cooper, Heron, & Heward, 1987; Gast, 2010; Neuman & McCormick, 1995).
Individu-individu dalam rancangan ini menjadi kontrol eksperimentalnya sendiri.
Dengan mengontrol berbagai ancaman terhadap validitas internal, seperti
kematangan, sejarah, pengetesan, dan atrisi/aus; dengan menggunakan jangka
waktu yang tepat guna untuk mengumpulkan data; dan banyak poin data,
rancangan ini mendorong dibangunnya hubungan yang kuat antara intervensi dan
perilaku hasil (Foster, 2010). Dengan mereplikasi rancangan subjek tunggal pada
banyak partisipan dan penelitian, peneliti dapat mendemonstrasikan validitas
eksternal (Gast, 2010).
Fitur-fitur kunci rancangan ini adalah sebagai berikut, (Gast, 2010; Simonsen &
Little, 2010):

 Penelitian intervensi. Penggunaan rancangan eksperimen kuantitatif dengan


intervensi terencana.
 Penelitian intrapartisipan. Masing-masing partisipan penelitian bertindak
sebagai kontrolnya sendiri, sehingga seluruh partsisipan terpapar intervensi
(misalnya, para siswa diminta untuk duduk di kursi mereka). Partisipannya
bisa individu tunggal, individu jamak, atau kelompok.
 Notasi. Sistem notasi digunakan “A” menunjukkan perilaku basal yang
dilakukan oleh partisipan tanpa intervensi. “B” (atau “C” dan seterusnya)
merepresentasikan perilaku partisipan dalam kondisi prosedur intervensi
 Perilaku target. Identifikasi perilaku target-hasil atau variabel dependen
dalam penelitian adalah variabel dependennya, dan variabel tersebut diukur
dan diobservasi berulang-ulang. Perilaku itu diobservasi oleh penliti untuk
beberapa faktor, seperti frekuensi kejadian, persentase perilaku itu terlihat
dilakukan dengan benar, durasi perilaku, dan lain-lain
 Fase basal. Partisipan diobservasi dalam sebuah kondisi basal tanpa stimulus
intervensi. Peneliti mengumpulkan paling tidak tiga observasi terhadap
perilaku ini, dan perilaku tersebut stabil jika (a) variabilitas dari waktu ke
waktu minimal dan (b) tidak ada kecenderungan naik-turun dalam kinerja
dari waktu ke waktu (Poling & Grosset, 1986).
 Fase intervensi. Peneliti kemudian mengintroduksikan suatu kondisi
intervensi dan sekali lagi memantau perilaku partisipan. Intervensi dianggap
variabel independen dalam penelitian. Dalam penelitian subjek tunggal,
peneliti memanipulasi intervensi dengan mengadministrasikannya dan dengan
menghentikan pengadministrasiannya.
 Rancangan subjek-tunggal. Bagaimana basal dan intervensi diintroduksikan
didasarkan pada penggunaan Rancangan subjek-tunggal spesifiknya. Penwliti
dapat mengintroduksikan basal (A) setelah itu intervensi (B), dan kemudian
intervensi itu (A), yang disebut withdrawal design idan menotainya sebagai
rancangan A-B-A. Variasi lain pada rancangan ini adalah
mengintroduksikan intervensi (B) kepada partisipan secara time-legged
sedemikian rupa sehingga intervensi diberikan kepada partisipan di waktu
waktu yang berbeda, yang disebut multiple-baseline design (rancangan
multibasal). Tipe rancangan subyek-tinggal yang banyak itu bervariasi dalam
hal kontrol mereka atau ancaman terhadap validitas internal dan eksternal.
 Analisis data. Peneliti mengompilasi berbagai hasil untuk melihat apakah
perilaku berubah dari fase basal ke fase intervensi. Berbagai hasil itu biasanya
dibuat grafik barisnya dan diperiksa secara visual dengan menggunakan
beberapa teknik, misalnya persentase data yang tidak saling tumpang tindih
antara fase basal dan fase intervensi. Pada grafik ini, sumbu vertiaklnya
mungkin mencatat persentase atau bilangan perilaku yang diteliti, sementara
itu sumbu horizontalnya mungkin menunjukkan hari atau sesi di mana
observasi terjadi. Hal ini termasuk menghitung perbedaan mean (rata-rata),
besaran efek, besaran efek berbasis-regersi, dan persentase data yang
tumpang tindih (Wolery, Basick, Reichew & Barton, 2010). Pendekatan
pendekatan ini tersu didiskusikan dan diperdebatkan di mana beberapa
penulis (misalnya, Gast, 2010, Haarorfer, &Gagne, 2010) mengatakan bahwa
pemeriksaan visual, bukan uji statistik, merupakan metode analisis data yang
digunakan untuk mendeteksi perbedaan.
 Lembar pengumpulan data. Peneliti mencatat hasil dengan menggunakan
lembar pengumpulan data yang menunjukkan informasi situasional
(misalnya, jumlah sesi), kinerja (misalnya, perilaku yang pantas dan tidak
pantas), dan rangkuman perilaku keseluruhan selama eksperimen (Gast,
2010).
 Hasil penelitian. Penliti tertarik dengan apakah intervensinya bekerja dan
apakah ada besaran efek intervensi pada perilaku target cukup untuk
menyimpulkan bahwa ada hubungan fungsional antara basal dan intervensi.

Penelitian subjek-tunggal memiliki beberapa keterbatsan potensial. Dalam


sintesis penelitian dari 68 penelitian subjek-tunggal, teknik dan metodenya
sangat bervariasi (Maggin, Brieschgal &Chafouleas, 2013). Masalah lain
timbul tentang berapa banyak replikasi diperlukan atas partisipan untuk
menyebut praktik itu berbasis-bukti dan apakah akan menggunakan teknik
visual atau statistik utnuk mengevaluasi efek perlauan secara keseluruhan.
Masalha kekuatan statistik yang mencukupidan ukuran sampel yang seiring
kali terbatas juga merupakan kelemahan rancangan subjek-tunggal (Gage &
Lewis, 2012). Mengingat masalah-masalah ini, berbagai standar evaluasi telah
berkembang, sperti berikut (lihat Gast & Spriggs, 2010):

1. Pengukuran berulang variabel dependen di berbagai titik waktu dan


kondisi
2. Menggunakan kontrol yang adekuat untuk mengurangi ancaman terhadap
validitas internal
3. Memanipulasi kondisi satu per satu
4. Mempertahakan tingkat dan tren yang stabil
5. Kembali ke tingkat basil dengan rancangan Anda (misalnya, A-B-A-B).
6. Gunakan replikasi intervensi untuk berbagai kondisi, perilaku, dan
partisipan yang berbeda.
7. Periksa data grafiknya dengan teliti sebelum menarik kesimpulan tentang
efek variabel independen pada variabel dependen.
Ada banyak variasi rancangan A-B dan semuanya mendasarkan diri pada ide
baseline logic (logika basal) (Sidman, 1960), dimana partisipan bertindak
sebagai kontrolnya sendiri untuk menentukan partisipan bertindak sebagai
kontrolnya sendiri untuk emnentukan apakah intervensi memengaruhi
perilaku. Oleh karena banyak rancangan adalah perluasan dari pendekatan A-
B, maka diskusi ini akan dimulai dengan prosedur dasar ini dan variasinya dan
setelah itu melihat dua pendekatan lain-multiple-baseline design dan
alternating treatment design.

A-B Design . Oleh karena penelitian subjek-tunggal menetapkan rancangan


penelitian yang berbeda, cara terbaik untuk memahaminya adalah dengan
memeriksa grafik-grafik yang memperlihatkan pemantauan perilaku dan
pengadministrasian intervensi. Rancangan yang paling sederhana adalah
rancangan A/B (juga disebut simple-series design (rancangan deret-waktu
sederhana). Rancangan A/B mengobservasi dan mengukur perilaku selama
periode uji coba (A), mengadiministrasikan intervensi, dan mengobservasi
serta mengukur perilaku selama intervensi (B). Rancangan ini jarang
digunakan dalam bentuk tunggalnya karena penelitia tidak dapat menarik
kesimpulan sebab-akibat yang adekuat tanpa replikasi intervensi B, dan efek
sejarah, kematangan dan pengetsan tidak dikontrol. Akan tetapi, rancangan ini
dikemukakan di sini karena merupakan building block esensial untuk banyak
Rancangan subjek tunggal yang taat-asas. Dalam rancangan A-B, seorang
peneliti paling jauh dapat menggunakan korelasi untuk memeriksa bagaimana
hubungan A dan B, tetapi tidak dapat mengemukakan suatu hubungan
fungsional sebab akibat untuk hasilnya. Alih-laih peneliti mendasarkan pada
konfigurasi sebab akibat untuk mengintroduksikan Rancangan subjek-tunggal
dengan kontrol yang lebih baik. Banyak replikasi intervensi dapat diberikan
dalam rancangan A-B-A-B, yang disebut withdrawal design. Reversal design
adalah opsi lain, yang membuat dua asesmen dasar yang tidak kompatibel-A1-
B-A2-B. Sebagai rancangan yang sering digunakan , rancangan ini
menyediakan replikasi perlakuan intervensi tetapi meminimalkan ancaman
terhadap validitas internal. Variasi-variasi rancangan A-B ini memiliki
kelemahan berupa efek-efek yang secara potensial serius , yaitu
menarik.menghentikan intervsni pada partisipan dlam penelitian dan
mengintroduksikan efek-efek yang secara potensial serius, yaitu
menarik/menghentikan efek-efek negatif yang tidaka dapat dibalikkan
kembali.

Rancangan A-B sederhana diilustrasikan dalam Gambar 2.3 suatu penelitian


tentang anak-anak sekolah dasar dan prestasi dalam menyelesaikan soal-soal
matematika. Dalam penelitian ini, peneliti mengobservasi perilaku basal dan
setelah itu menerapkan intrevnsi berupa umpan-balik yang diberikan kepada
siswa tentang kinerja mereka di bidang matematika.

Gambar 2.3 Desain A/B (Creswell, 2012)

Multiple-Baseline Design Rancangan subjek tunggal yang sering digunakan


adalah Multiple-Baseline Design seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.4.
rancangan ini terdiri atas rancangan A-B yang ‘ditumpuk’ dimana panjangnya
basal berubah berubah (dan dengan demikian juga mengubah waktu untuk
intervensi bisa berbeda (a) diberbagai perilaku yang berbeda (multiple-baseline
across behaviors), (b) diberbagai ranah dan kondisi stimulus yang berbeda
(multiple-baseline across settings), dan (c) berbagai partisipan yang
memperlihatkan perilaku yang sama dalam kondisi yang sama (multiple-baseline
across participants). Peneliti memilih rancangan ini ketika intervensi tidak dapat
dibalik tanpa konsekuensi yang merugikan bagi partisipan. Rancangan ini juga
dipilih untuk mengontrol baerbagai macam terhadap validitas internal, seperti efek
sejarah, kematangan dan pengetesan. Tantangan dalam menggunakan rancangan
ini terdapat dalam masalah etikpotensial seperti menunda intervensi untuk
sebagian partisipan, waktu ekstensif yang dibutuhkan untuk melaksanakan seluruh
rancangan, dan usaha yang dibutuhkan untu memantau berbagai perilaku, ranah,
atau individu yang berbeda, dengan basal an intervensi yang berbeda.

Seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.4 grafik ini mengilustrasikan multiple-
baseline design- multiple-baseline across participants. Dalam rancangan ini,
masing-masing partisipan menerima perlakuan eksperimental diwaktu yang
berbeda sehingga difusi perlakuan tidak akan terjadi diantara para partisipan.

Gambar 2.4 Desain Multiple Baseline (Creswell, 2012)

Seperti ditunjukkan dalam gambar 2.4, lima individu berpartisipasi dalam


penelitian, dan perilaku masing-masing individu diplotkan. Variasi pada
pendekatan ini dapat melibatkan tipe-tipe perilaku yang berbeda untuk berbagai
partisipan atau berbagai perilaku untuk berbagai partisipan dalam berbagai ranah
yang berbeda.
Alternating Treatments. Sebagai tipe terakhir Rancangan subjek tunggal adalah
alternating treatment (atau multitreatment), salah satu diantara beberapa tipe
rancangan komparatif (Wolery, Gast, & Hammond, 2010). Alternating treatment
design adalah suatu Rancangan subjek-tunggal di mana intervensinya adalah
perlakuan yang lebih efektif pada hasil (misalnya, A-B-C-B-C atau A-BC-B-BC-
B, dengan B sebagai suatu perlakuan dan C adalah perlakuan lainnya). Seluruh
kondisi perlakuan diimplementasikan secara terpisah atau secara gabungan
(misalnya, BC) dan diintroduksikan secara singkat (misalnya, masing-masing
selama 5 menit sampai 30 menit) di berbagai rangkaian sesi di hari yang sama
atau di hari-hari yang terpisah. Dalam tipe rancangan ini, masalah potensial
dengan ancaman terhadap validitas internal dari difyusi perlakuan keculai jika
perlakuan-perlakuan sangat6 berbeda satu sama lain) dapat terjadi, tetapi
rancangan ini memungkinkan pengujian banyak perlakuan secara simultan untuk
menentukan efek mereka pada hasil.
Gambar 2.5 Desain Alternating Treatments (Creswell, 2012)

Seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.5, empat siswa sekolah dasar berpartisipasi
dalam eksperimen tentang menyelesaikan soal-soal matematika. Penel;itian ini
memiliki dua kondisi perlakuan latihan dengan umpan-balik dari guru dan latihan
dengan siswa yang bertindak sebagai “coach” di kelas. Setelah menetapkan basal
perilaku, peneliti mengimplementasikan dua perlakuan eksperimental yang
berbeda dan memplotkan perilaku setelah perlakuan.

You might also like