Laporan Aris

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 30

DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………..…………….…………………i

Kata Pengantar…………………………………..…………………………………ii

Daftar isi…………………………………………...………….……………………iii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang…………………………..…………..………………………1


1.2 Tujuan……………………………………..………..….……………………1
1.3 Manfaat………………………………..…………….………………………1

BAB II : DASAR TEORI

2.1 Mesin Diesel…………………………….…………………………………..3

2.2 Mekanisme Kerja Motor


Diesel………………………………………….……………………………………3

2.3 Engine Performance…………………………..……….…………………….5

BAB III : PEL;AKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Spesifikasi Mesin Diesel Praktikum…………..…….………………………9

3.2 Langkah Percobaan………………………………..………………………...9

3.3 Alat yang digunakan………………………………….…………………….10

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum………………………………………….………………….13

4.2 Hasil Perhitungan…………………………………………………………...14

4.3 Grafik Hasil Perhitungan……………………………………………………21

BAB V : PENUTUP

5.1 Kesimpulan………………………………………………………………….29

5.2 Saran…………………………………………………………………………29

Daftar Pustaka……………………………………………...……………………….31
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Mesin diesel merupakan salah satu jenis motor pembakaran dalam yang
banyak di gunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti pada kendaraan, pada kapal,
maupun di dunia industry yang lain. Secara umum, mesin diesel adalah mesin yang
menggunakan bahan bakar solar (KBBI, 2016). Mesin diesel merupakan motor
pembakaran dalam yang menggunakan tekanan sebagai pemicu pembakaran bahan
bakar. Mesin diesel yang menjadi bagian dari system propulsi pada kapal memiliki
daya yang sesuaikan dengan besarnya tahanan yang dimiliki oleh suatu kapal dan
juga kecepatan berlayar dari kapal tersebut.

Pada praktikum mesin diesel yang telah dilakukan, digunakan bahan bakar
Yang berjenis Pertamina DEX. Dari bahan bakar tersebut akan dilakukan variasi
putaran dan pembebanan dengan generator guna mengetahui konsumsi bahn bakar
mesin diesel dengan pembebanan . Hasil dari dari data yang didapat akan di gunakan
untuk mengetahui efisiensi dan besar konsumsi bahan bakar pada mesin diesel yang di
gunakan.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui hubungan Specific Fuel Consumtion terhadap daya.
2. Mengetahui hubungan effesiensi thermal terhadap daya.
3. Mengetahui hubungan daya dengan pembebanan tertentu dengan putaran.
4. Mengetahui hubungan torsi pada pembebanan tertentu dengan putaran.
5. Mengetahui hubungan nilai BMEP pada pembebanan terhadap putaran .
6. Mengetahui Engine Envelope yang dimiliki oleh mesin yang digunakan .

1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami pengaruh daya pada mesin diesel terhadap besar
konsumsi bahan bakar.
2. Mahasiswa memahami pengaruh variasi daya terhadap efisiensi thermal.
3. Mahasiswa mampu memahami penagaruh daya akibat variasi pembebanan dengan
nilai putaran mesin
4. Mahasiswa mampu memahami hubungan torsi pada variasi pembebanan tertentu
dengan nilai putaran mesin
5. Mahasiswa mampu memahami hubungan BMEP terhadap putaran mesin.
6. Mahasiswa mampu menggambarkan grafik engine envelope yang dimiliki oleh
mesin.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Mesin Diesel

Mesin diesel merupakan jenis mesin penghasil tenagadengan mesin yang


menggunakan system pembakaran oleh kompresi (internal combustion engine).
Tidak seperti mesin lainnya yang pembakaran-nya diambil dari pengapian atau
ignition yang menggunakan percikan api.

Diesel menggunakan suhu panas dari kompresi. Udara ditarik ke silinder dan
dikompres sehingga menciptakan suhu yang sedimikian panas yang menyalakan
bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam mesin. Konsep udara pada tekanan tinggi.
Pembakaran ini dapat terjadi karena udara dikompresikan pada ruangan dengan
perbandingan kompresi jauh lebih besar dari pada motor bensin ( 7 - 12 ), yaitu
antara ( 14 -22 ). Akibatnya udara akan mempunyai tekanan dan temperature
melebihi suhu dan tekanan penyalaan bahan bakar.

2.2 Mekanisme Kerja Motor Diesel

Mesin diesel berdasarkan langkah kerja dibagi menjadi 2 yaitu mesin diesel 2
tak dan mesin diesel 4 tak. Pada mesin 4 tak, mesin memiliki proses kerja yang
memerlukan 4 langkah torak yang bergerak dari TMA ( titik mati atas ) ke TMB (
titik mati bawah ), 2 kali putaran poros engkol menghasilkan 1 kali tenaga /usaha.
Langkah pertama yaitu Langkah hisap ( suction stroke ) dimana piston bergerak
turun dari TMA ( titik mati atas ) ke TMB ( titik mati bawah ), Intake Valve terbuka
menghisab udara masuk ke dalam ruang pembakaran ( cylinder ). Langkah kedua
yaitu langkah kompresi ( compression stroke ) dimana piston bergerak naik dari
TMB ( titik mati bawah ) ke TMA ( titik mati atas ), Intake Valve dan Ekhaust
Valve tertutup, udara dalam ruang pembakaran dimanpatkan sehingga mencapai
tekanan tertentu.
Langkah ketiga yaitu Lngkah Usaha ( expansion stroke ) dimana terjadi
pembakaran atau ledakan dari proses proses kompresi udara dan pengabutan bahan
bakar pada ruang pembakaran sehingga piston bergerak turun dari TMA ( titik mati
atas ) ke TMB ( titik mati bawah ), Intake Valve dan Ekhaust Valve masih tertutup.
Langkah keempat yaitu lanmgkah buang ( exhaust stroke ) dimana piston bergerak
Naik dari TMB ( titik mati bawah ) ke TMA ( titik mati atas ), ekhaust Valve
terbuka dan intake valve tertutup.

2.3 Engine performance

Engnie performance atau performa mesin dalam bekerja atau


melakukan pembakaran, yaitu mengkonversi energy kimia yang terkandung
dalam bahan bakar ke dalam kerja mekanik. Dalam buku Internal Combustion
Engine Fundamentals karya jonh B. Heywood, di jelaskan bahwa parameter
utama dari performa mesin adalah power,torque, dan specific fuel consumtion
(SFC). Untuk evaluasi performa mesin, dipilih beberapa parameter yang lebih
berpengaruh pada berbagai kondisi operasi, konsep desain dan modifikasi.
Parameter-Parameter tersebut adalah sbagai berikut:

2.3.1 Daya Motor

Daya motor adalah salah satu beberapa parameter untuk menentukan


Engnie performance, dari pengertian daya sendiri adalah kemampuan untuk
melakukan suatu kerja atau usaha dalam satuan Nm/s,Watt, atau pun HP, pada
engine. Sedangkan Load Factor merupakan rata-rata beban atau outputdaya
dari mesin, diyatakan sebagai persentase dari kapasitas maksimun beban
engine/mesin.
𝑣 𝑥 𝐼 𝑥 𝐿𝑜𝑎𝑑 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
P=
𝑛𝑏𝑒𝑙𝑡

Dimana :

V = Tegangan (Volt)

I = Kuat Arus (Ampere)

nbelt = effisiensi belt

2.3.2 Brake Power (BP)


Tujuan utama dari menjalankan mesin adalah untuk memperoleh daya
mekanik. Daya di definisikan sebagai laju/kecepatan dalam melakukan
pekerjaan dan sebanding dengan hasil dari gaya dan kecepatan linear atau hasil
dari torsi dan kecepatan sudut. Pengukuran daya melibatkan pengukuran gaya
(atau torsi) serta kecepatan . Gaya atau torsi diukur dengan bantuan dynamo
meter dan kecepatan dengan tachometer. Daya yang merupakan output mesin
yang terukur disebut break power(bp),
BP = 2π x N x T

Ket:
N = rotational speed in revolutions per minute (rps)
T = torsi (Nm)

2.3.3 Indcated Power (IP)

Total daya yang didapatdari pembakaran bahan bakar di ruang bakar


atau merupakan laju actual dari kerja yang di lakukan fluyida pada piston
disebut indicated power (ip). IP terbagi atas, beberapa daya untuk mengatasi
gesekan antara bagian yang bergerak, beberapa dalam proses inductingair dan
menghilangkan hasil pembakaran dari ruang bakar mesin,

P = i x BMEP x L x A x z x N

Ket:

i = 0.5 untuk mesin 4 langkah; 1 untuk mesin 2 langkah

L = panjang stroke (mm)

A = area piston ( 𝑚2 )

z = banyaknya slinder

N = rotational speed in revolutions per minute (rps)


2.3.4 Brake Mean effective pressure (BMEP)

Brake mean affective pressure (BMEP), yaitu tekanan rata – rata yang terjadi
pada setiap langkah kerja dari mesin untuk menghasilkan output daya yang sama
dengan brake power.
𝑝
BMEP =
𝑖𝑋𝐿𝑋𝐴𝑋𝑧𝑋𝑁

Ket :

i= 0.5 untuk mesin 4 langkah ; 1 untuk mesin 2 langkah

L= panjang stroke (m)

A= area piston ( 𝑚2 )

z= banyaknya slinder

N= rotational speedx in revolutions per minute (rps)

2.2.4 Torsi

Torsi dan tekanan efektif rata – rata berhubungan dengan ukuran mesin.
Mesin yang besar menghasilkan lebih banyak torsi untuk tekanan efektif rata – rata
yang sama dibanding mesin yang lebih kecil. Untuk alasan ini, torsi bukan ukuran
bagi kemampuan mesin dalam memanfaatkan volume displasmen untuk
menghasilkan power dari bahan bakar. Tekanan efektif rata – rata memberiakan
indikasi dari pemanfaatan volume displasmen mesin dalam konfersi bahan bakar
menjadi daya. Semakin tinggi tekanan efektif rata – rata, maka semakin tinggi pula
daya mesin untuk setiap volume displasmen yang diberikan. Terlihat bahwa daya
mesin bergantung pada ukuran dan kecepatan. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk
membandingkan mesin atas dasar daya atau torsi. Tekanan efektif rata – rata
merupakan indikasi yang tepst dari kinerja relatif setiap mesin.

2π x N x T = P
𝑃
T= 2𝜋 𝑋 𝑁

Ket :

T = Torsi (Nm)

P = Daya (Kw)

N = rotational speed in revolations per minute (rps)


2.2.5 Brake Thermal Efficiency/ Efisiensi Efektif

Efisien ternal sebuah mesin didefinisikan sebagai rasio daya output


dengan input energi kimiawi dalam bentuk suplai bahan bakar. Hal ini mungkin
didasarkan pada brake atau indicated power.Hal ini merupakan indikasi yang tepat
dari efisiensi yang dimana energi kimia bahan bakar (input) diubah menjadi kerja
mekanik.

𝐵𝑃
=
𝑄𝑓

𝐵𝑃
=
𝑚𝑓 𝑥 𝐶𝑣

Ket:

Mf = massa bahan bakar (kg/sec)

Cv = caloric value of fuel (kj/kg)

2.2.6 Spesific Fuel Consumption (SFC)

Spesific fuel consumption (SFC) / konsumsi bahan bakar merupakan


jumlah bahan bakar yang di butuhkan motor untuk setiap satuan daya
dan waktu pada beban dan putaran tertentu.

𝑚𝑓𝑢𝑒𝑙
SFC =
𝐵𝑃

Ket:

m fuel = massa bahan bakar (g)

BP = brake power (kWh)


BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Marine Diesel merupakan salah satu metode dalam mata kuliah
“ Marine Diesel” yang harus ditempuh oleh masing – masing mahasiswa. Tujuan dari
praktikum ini pada intinya adalah untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa
mengenai konsumsi bahan bakar mesin pada berbagai variasi pembebanan dan
putaran mesin. Praktikum dilaksanakan kurang lebih selama 3 jm dengan
menggunakan bahan bakar solar.

3.1 Spesifikasi Mesin Diesel Praktikum

Merk : Yanmar Diesel Engine

Model : TF 85 MH

Type : In-line, Single Cylinder, 4 stroke, Water Cooled

Bore x Stroke (mm) : 85 x 87

Piston Displacement : 493 cc

Load Factor : 0,85

Rated Power/Rated Speed : 5,5/2200

3.2 LangkahPercobaan

1. Memastikan bahan bakar terisi pada gelas ukur yaitu sekitar 20 ml.
2. Menyalakan mesin diesel dengan menarik tali yang digunakan untuk starting
mesin diesel.
3. Mengatur putaran mesin sesuai dengan nilai yang ditentukan yaitu 1700 rpm,
180 rpm, 2000 rpm, dan 2100 rpm. Untuk mengetahui putaran mesin
digunakan alat tachometer yaitu dengan menyalakan laser yang diarahkan
menuju pulley (penampangan).
4. Mengatur besar pembebanan yang dilakukan dengan menyalakan lampu
sebagai nilai beban. Variasi pembebanan yang dilakukan adalah tanpa beban,
beban 1000 watt, 2000 watt, 3000 watt, 4000 watt, dan 5000 watt.
Pembananan dilakukan dari tanpa beban hingga 5000 watt dan diulang setiap
nilai putaran yang diujikan.
5. Mengukur waktu yang dibutuhkan mesin untuk konsumsi bahan bakar
sebesar 20 ml yang diukur dengan stopwatch dengan cara mengamati
indikatopr volume pada gelas ukur.

6. Menuliskan waktu yang didapatkan pada lembar table yang telah disediakan.
7. Mengukur nilai tegangan dan arus yang dihasilkan pada pembebanan. Nilai
tersebut diketahui dengan tang meter dan volt meter yang telah terpasang
pada rangkaian pembeban.

8. Menulis nilai tegangan dan arus listrik hasil pembacaan yang telah dilakukan
pada table yang telah disediakan.

3.3 Alat yang digunakan

No Nama Alat Gambar Keterangan


1 Mesin Diesel dan -
Generator

2 Tachometer Untuk
menghitung
putaran mesin
diesel dan
generator

3 Saklar pembebanan Switch on/of


pembebanan
pada masing-
masing level watt

4 Lampu pembebanan Media


pembebanan
masing – masing
level watt
5 Volt meter Untuk mengukur
voltase
pembebanan

6 Gelas Ukur Untuk mengukur


volume konsumsi
bahan bakar
mesin diesel

7 Bahan Pertamina Untuk bahan


DEX bakar mesin
diesel
8 Stopwatch Mengukur waktu
yang di perlukan
untuk fuel
Consumption
masing – masing
putaran
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Praktikum
Putaran Putaran Alternator Jumlah
Engine Generator Beban Tegangan Arus Load bahan bakar Waktu
No factor (s)
(RPM) (RPM) (Volt) (Ampere)
(ml)
1 1074 0 - - 2:05,26
2 1072 1000 140 3.1 2:05,73
3 1072 1500 145 5.0 1:48,34
1700 0.85 20 ml
4 1071 2000 148 6.9 1:38,36
5 1072 2500 150 8.8 1:29,66
6 1072 3000 150 10.6 1:30,97
Putaran Putaran Alternator Jumlah
Engine Generator Beban Tegangan Arus Load bahan bakar Waktu
No factor (s)
(RPM) (RPM) (Volt) (Ampere)
(ml)
1 1140 0 - - 2:07,83
2 1134 1000 152 3.3 1:37,45
3 1133 1500 154 5.2 1:35,46
1800 0.85 20 ml
4 1133 2000 156 7.2 1:35,04
5 1134 2500 161 9.2 1:19,90
6 1134 3000 161 11.1 1:22,84

Putaran Putaran Alternator Jumlah


Engine Generator Beban Tegangan Arus Load bahan bakar Waktu
No factor (s)
(RPM) (RPM) (Volt) (Ampere)
(ml)
1 1200 0 - - 2:06,62
2 1201 1000 166 3.4 1:45,94
3 1198 1500 170 5.5 1:27,08
1900 0.85 20 ml
4 1200 2000 173 7.5 1:27,84
5 1198 2500 174 9.6 1:19,70
6 1196 3000 174 11.5 1:04,49

Putaran Putaran Alternator Jumlah


Engine Generator Beban Tegangan Arus Load bahan bakar Waktu
No factor (s)
(RPM) (RPM) (Volt) (Ampere)
(ml)
1 1263 0 - - 2:15,78
2 1263 1000 178 3.6 1:50,50
3 1258 1500 181 5.7 1:28,83
2000 0.85 20 ml
4 1261 2000 183 7.8 1:17,85
5 1261 2500 184 9.9 1:13,63
6 1259 3000 185 12.0 1:01,17
Putaran Putaran Alternator Jumlah
Engine Generator Beban Tegangan Arus Load bahan bakar Waktu
No factor (s)
(RPM) (RPM) (Volt) (Ampere)
(ml)
1 1325 0 - - 1:56,20
2 1325 1000 193 3.8 1:28,34
3 1325 1500 194 6.0 1:17,61
2100 0.85 20 ml
4 1325 2000 195 8.1 1:16,67
5 1320 2500 196 10.3 1:05,38
6 1320 3000 196 12.54 0:58,66

4.2 Hasil Perhitungan


4.2.1 Spesifikasi Engine

Spesifikasi Engine

Merk : Yanmar

Model : TF 85 MH

Type : In-line, Single Cylinder, 4- Stroke, Water Cooled Direct-


Injection

Bore x Stroke (mm) : 85 x 87

Piston Displacement : 493 cc

Rated Power/Rated Speed : 5,5/2200

4.2.2 Perhitungan Daya Engine


𝑣 . 𝐼 . 𝐶𝑜𝑠𝜃
P=
𝑁𝐺𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 .𝐶𝑜𝑠𝜃

Cos 𝜃 = 0.9

NGenerator = 0.85
𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
nBelt =
𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
a. Mencari Putaran Generator
Diketahui
Diameter Engine : 117 mm
Diameter Generator : 156 mm
Maka
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑒𝑛𝑔𝑖𝑛𝑒 𝑥 𝑅𝑝𝑚 𝐸𝑛𝑔𝑖𝑛𝑒
Rpm Generator (Teori) =
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
Putaran Putaran
Engine Generator
(Teori) (Teori)
(RPM) (RPM)
1700 1275
1800 1350
1900 1425
2000 1500
2100 1575

b. Mencari nBelt
𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
nBelt =
𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟

c. Mencari Daya Engine


𝑉 .𝐼 .𝐶𝑜𝑠𝜃
P=
𝑛𝐺𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 . 𝑛𝐵𝑒𝑙𝑡

Cos 𝜃 = 0.9
N Generator = 0.85
Maka didapatkan perhitungan :

Putaran Putaran Putaran Alternator Daya Daya


Engine Generator Generator Tegangan Arus Engine Engine
No nBelt
(Nyata) (Teori)
(RPM) (RPM) (RPM) (Volt) (Ampere) (watt) (Kw)
1 1074 0.842 - - - -
2 1072 0.841 140 3.1 386.365 0.386
3 1072 0.841 145 5 645.426 0.645
1700 1275
4 1071 0.840 148 6.9 908.267 0.908
5 1072 0.841 150 8.8 1175.120 1.175
6 1072 0.841 150 10.6 1415.485 1.415

1 1140 0.844 - - - -
2 1134 0.840 152 3.3 446.129 0.446
3 1133 0.839 154 5.2 711.613 0.712
1800 1350
4 1133 0.839 156 7.2 998.106 0.998
5 1134 0.840 161 9.2 1317.397 1.317
6 1134 0.840 161 11.1 1589.468 1.589
1 1200 0.842 - - - -
2 1201 0.843 166 3.4 503.661 0.504
3 1198 0.841 170 5.5 832.295 0.832
1900 1425
4 1200 0.842 173 7.5 1156.904 1.157
5 1198 0.841 174 9.6 1486.915 1.487
6 1196 0.839 174 11.5 1778.226 1.778

1 1263 0.842 - - - -
2 1263 0.842 178 3.6 571.292 0.571
3 1258 0.839 181 5.7 916.150 0.916
2000 1500
4 1261 0.841 183 7.8 1270.554 1.271
5 1261 0.841 184 9.9 1621.438 1.621
6 1259 0.839 185 12 1972.927 1.973

1 1325 0.841 - - - -
2 1325 0.841 193 3.8 653.281 0.653
3 1325 0.841 194 6 1036.840 1.037
2100 1575
4 1325 0.841 195 8.1 1406.950 1.407
5 1320 0.838 196 10.3 1791.473 1.791
6 1320 0.838 196 12.54 2181.075 2.181

4.2.3 Perhitungan Daya Dengan Torsi

P = 2π . Rps . T
Dimana :

P : Daya (kw)

RPS : Rotasi / Detik

T : Torsi

Sehingga untuk mencari Torsi :

𝑷
T=
𝟐𝝅.𝑹𝒑𝒔
Didapatkan perhitungan :

Putaran Putaran Putaran Daya Torsi


No Engnie Engnie Generator Engnie
(Nyata)
(RPM) (RPS) (RPM) (Kw) (Nm)
1 1074 - -
2 1072 0.386 0.002
3 1072 0.645 0.003
1700 28.33
4 1071 0.908 0.004
5 1072 1.175 0.005
6 1072 1.415 0.006

1 1140
2 1134 0.446 0.002
3 1133 0.712 0.003
1800 30.00
4 1133 0.998 0.005
5 1134 1.317 0.006
6 1134 1.589 0.007

1 1200 - -
2 1201 0.504 0.003
3 1198 0.832 0.004
1900 31.67
4 1200 1.157 0.006
5 1198 1.487 0.007
6 1196 1.778 0.009

1 1263 - -
2 1263 0.504 0.003
3 1258 0.832 0.004
2000 33.33
4 1261 1.157 0.006
5 1261 1.487 0.007
6 1259 1.778 0.009

1 1325 - -
2 1325 0.571 0.003
3 1325 0.916 0.005
2100 35.00
4 1325 1.271 0.007
5 1320 1.621 0.008
6 1320 1.973 0.010
4.2.4 Perhitungan Daya Dengan BMEP

𝑷
P = i. BMEP.L.A.z.Rps ,Maka BMEP =
𝒊.𝑳.𝑨.𝒛.𝑹𝒑𝒔

Dimana :

P : Daya

i : Jumlah Langkah : 0.5 untuk 4 Stroke

L : Jumlah Langkah : 0.087 m

A : Luas Penampang Slinder : 0.00567 𝑚3

Z : Jumlah Slinder : 1

Rps : Rotasi / Detik

Didapatkan hasil masing – masing BEMP:

Putaran Putaran Putaran Daya


Engnie Engnie Generator Engnie
No (Nyata) BEMP

(RPM) (RPS) (RPM) (Kw)


(Kpa)
1 1074 - -
2 1072 0,3860 55,242
3 1072 0,6450 92,308
1700 28.33
4 1071 0,9080 129,947
5 1072 1,1750 168,159
6 1072 1,4150 202,506
1 1140 - -
2 1134 0,446 60,276
3 1133 0,712 96,225
1800 30.00
4 1133 0,998 134,877
5 1134 1,317 177,989
6 1134 1,589 214,749

1 1200 - -
2 1201 0,5040 64,522
3 1198 0,8320 106,513
1900 31.67
4 1200 1,1570 148,120
5 1198 1,4870 190,367
6 1196 1,7780 227,621
1 1263 - -
2 1263 0,571 69,459
3 1258 0,916 111,426
2000 33.33
4 1261 1,271 154,610
5 1261 1,621 197,186
6 1259 1,973 240,005

4.2.5 Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar

𝒑 .𝑽
Mf =
𝒕
Dimana :

Mf = Jumlah massa bahan bakar dalam rentang waktu

P = Rapat massa = 820 Kg/m³ (Pertamina DEX)

V = Volume bahan bakar = 20 mL = 0.00002 m³

Konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) kg/wh

𝑴𝒇
SFC =
𝑩𝑷
Dimana :

Mf = Jumlah massa bahan bakar dalam rentang waktu

BP = Brake Power (HP)


Sehingga didapatkan SFC untuk masing masing daya :

Putaran Putaran Daya


Waktu Waktu Mf SFC
Engine Generator Engine
No
(RPM) (RPM) (Kw) s hour Kg/h Kg/Kwh

1 1074 - 125 0,03472222 0,47232 -


2 1072 0,386 125 0,03472222 0,47232 1,22
3 1072 0,645 108 0,03 0,546667 0,85
1700
4 1071 0,908 98 0,02722222 0,602449 0,66
5 1072 1,175 89 0,02472222 0,663371 0,56
6 1072 1,415 90 0,025 0,656 0,46
1 1140 - 127 0,03527778 0,464882 -
2 1134 0,446 97 0,02694444 0,60866 1,36
3 1133 0,712 95 0,02638889 0,621474 0,87
1800
4 1133 0,998 95 0,02638889 0,621474 0,62
5 1134 1,317 79 0,02194444 0,747342 0,57
6 1134 1,589 82 0,02277778 0,72 0,45
1 1200 - 126 0,035 0,468571 -
2 1201 0,504 105 0,02916667 0,562286 1,12
3 1198 0,832 87 0,02416667 0,678621 0,82
1900
4 1200 1,157 87 0,02416667 0,678621 0,59
5 1198 1,487 79 0,02194444 0,747342 0,50
6 1196 1,778 64 0,01777778 0,9225 0,52
1 1263 - 135 0,0375 0,437333 -
2 1263 0,571 110 0,03055556 0,536727 0,94
3 1258 0,916 88 0,02444444 0,670909 0,73
2000
4 1261 1,271 77 0,02138889 0,766753 0,60
5 1261 1,621 73 0,02027778 0,808767 0,50
6 1259 1,973 61 0,01694444 0,967869 0,49
1 1325 - 116 0,03222222 0,508966 -
2 1325 0,653 88 0,02444444 0,670909 1,03
3 1325 1,037 77 0,02138889 0,766753 0,74
2100
4 1325 1,407 76 0,02111111 0,776842 0,55
5 1320 1,791 65 0,01805556 0,908308 0,51
6 1320 2,181 58 0,01611111 1,017931 0,47
4.2.6 Perhitungan Effisiensi Thermal

𝑩𝑷
n Thermal =
𝑸 𝒇𝒖𝒆𝒍

Dimana

Q fuel = Mf . LHV

LHV = 56466.04 KJ/Kg (Bahan bakan pertamina DEX)


Putaran Putaran Daya
No Engnie Generator Engnie Mf Q fuel
n thermal
(Nyata)
(RPM) (RPM) (kW) Kg/h KJ/h
1 1074 - 0,47232 -
2 1072 0,386 0,47232 10%
3 1072 0,645 0,546667 20%
1700
4 1071 0,908 0,602449 27%
5 1072 1,175 0,663371 35%
6 1072 1,415 0,656 30%
1 1140 - 0,464882
2 1134 0,446 0,60866 17%
3 1133 0,712 0,621474 21%
1800
4 1133 0,998 0,621474 28%
5 1134 1,317 0,747342 28%
6 1134 1,589 0,72 27%
1 1200 - 0,468571
2 1201 0,504 0,562286 12%
3 1198 0,832 0,678621 23%
1900
4 1200 1,157 0,678621 26%
5 1198 1,487 0,747342 34%
6 1196 1,778 0,9225 28%
1 1263 - 0,437333
2 1263 0,571 0,536727 13%
3 1258 0,916 0,670909 24%
2000
4 1261 1,271 0,766753 26%
5 1261 1,621 0,808767 28%
6 1259 1,973 0,967869 25%
1 1325 - 0,508966
2 1325 0,653 0,670909 11%
3 1325 1,037 0,766753 21%
2100
4 1325 1,407 0,776842 22%
5 1320 1,791 0,908308 23%
6 1320 2,181 1,017931 21%
4.3 Grafik Hasil Perhitungan

4.3.1 Grafik Fungsi SFC vs Daya pada putaran konstan

Putaran Putaran SFC Daya


No Engine Generator Engine
(RPM) (RPM) Kg/Kwh (Kw)
1 1275
2 1230 0.880 0.601
3 1227 0.430 1.418
1700
4 1221 0.314 2.137
5 1220 0.245 2.872
6 1216 0.286 3.537

1 1314
2 1310 0.509 0.863
3 1307 0.412 1.611
1800
4 1298 0.310 2.439
5 1293 0.303 3.184
6 1284 0.320 3.396

1 1390
2 1375 0.710 0.818
3 1372 0.370 1.795
1900
4 1365 0.327 2.808
5 1363 0.254 3.678
6 1357 0.303 4.483

1 1445
2 1447 0.803 0.845
3 1446 0.404 1.957
2000
4 1440 0.394 2.936
5 1435 0.375 3.945
6 1428 0.405 4.869

1 1530
2 1528 0.803 0.992
3 1521 0.404 2.175
2100
4 1510 0.394 3.298
5 1507 0.375 4.432
6 1491 0.405 5.461
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa nilai SFC pada masing – masing daya adalah
berubah. Untuk RPM 1700 memiliki SFC terendah 0.245 Kg/KwH pada daya 2.872 kW,
memiliki full load 2.81 kW, dan memiliki SFC tertinggi 0.88 Kg/KwH pada daya 0.601
Kw. Untuk RPM 1800 memiliki SFC terendah 0.303 Kg/KwH pada daya 3.184 kW,
memiliki full load 3.2 kW dan memiliki SFC tertinggi 0.509 Kg/KwH pada daya 0.863
kW. Untuk RPM 1900 memiliki SFC terendah 0.254 Kg/KwH pada daya 3.678 kW,
memiliki full load 3.62 kW dan memiliki SFC tertinggi 0.710 Kg/KwH pada daya 0.818
kW. Untuk RPM 2000 memiliki SFC terendah 0.309 Kg/KwH pada daya 3.945 kW,
memiliki full load 3.98 kW dan memiliki SFC tertinggi 0.680 Kg/KwH pada daya 0.845
kW. Dan untuk RPM 2100 memiliki SFC terendah 0.375 Kg/KwH pada daya 4.432 kW,
memiliki full load 4.14 kW dan memiliki SFC tertinggi 0.803 Kg/KwH pada daya 0.992
kW .

4.3.2 Grafik Fungsi n Therma vs Daya Pada Putaran Konstan

No Putaran Putaran Daya


Engnie Generator Engnie n thermal
(Nyata)
(RPM) (RPM) (kW)
1 1275
2 1230 0.601 10%
3 1227 1.418 20%
1700
4 1221 2.137 27%
5 1220 3.872 35%
6 1216 4.537 30%

1 1314
1800
2 1310 0.863 17%
3 1307 1.611 21%
4 1298 2.439 28%
5 1293 3.184 28%
6 1284 4.396 27%

1 1390
2 1375 0.818 12%
3 1372 1.795 23%
1900
4 1365 2.808 26%
5 1363 3.678 34%
6 1357 4.483 28%

1 1452
2 1447 0.845 13%
3 1446 1.957 24%
2000
4 1440 2.936 26%
5 1435 3.945 28%
6 1428 4.896 25%

1 1530 \
2 1528 0.992 11%
3 1521 2.175 21%
2100
4 1510 3.298 22%
5 1507 4.432 23%
6 1491 5.461 21%
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa Effisiensi Thermal pada Daya konstan
berbeda beda. Untuk RPM 1700 didapatkan effisiensi terkecil 10% pada daya 0.601 kW
dan effisiensi terbesar 35% pada daya 2.872 kW. Untuk RPM 1800 didapatkan effisiensi
terkecil 17% pada daya 0.863 kW dan effisiensi terbesar 28% pada daya 3.184 kW. Untuk
RPM 1900 didapatkan effisiensi terkecil 12% pada daya 0.818 kW dan effisiensi terbesar
34% pada daya 3.678 kW. Untuk RPM 2000 didapatkan effisisensi terkecil 13% pada
daya 0.845 kW dan effisiensi terbesar 28% pada daya 3.945 kW. Dan untuk RPM 2100
didapatkan effisiensi terkecil 11% pada daya 0.992 kW dan effisiensi terbesar 23% pada
daya 4.432 kW. Sehingga pada RPM grafik didapatkan effisiensi thermal terdapat pada
RPM 1700 dengan nilai 35%

4.3.3 Grafik Full Load vs RPM

No
Putaran Engine Daya full load
(kw)
(RPM)
1 1700 2.81
2 1800 3.2
3 1900 3.62
4 2000 3.98
5 2100 4.14
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa nilai full load pada masing masing daya
adalah berbeda. Nilai full load untuk RPM 1700 adalah 2.81 kW, untuk RPM 1800 adalah
3.2 kW, untuk RPM 1900 adalah 3.62 kW, untuk RPM 2000 adalah 3.98 kW, untuk RPM
2100 adalah 4.14 Kw. Nilai full load terendah berada pada RPM 1700 dan tertinggi pada
RPM 2100.

4.3.4 Grafik Torsi Full Load vs RPM

Putaran Engine Torsi full load


No
(RPM) N/m
1 1700 0.01579243
2 1800 0.01698514
3 1900 0.01820315
4 2000 0.01901274
5 2100 0.0188353
Dari grafik torsi full load diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai torsi pada masing
masing RPM adalah berbeda. Untuk torsi pada RPM 1700 adalah 0.0157 N/m, untuk
torsi pada RPM 1800 adalah 0.0169 N/m, untuk torsi pada RPM 1900 adalah 0.0182
N/m, untuk torsi pada RPM 2000 adalah 0.0190 N/m, untuk torsi pada RPM 2100 adalah
0.0188 N/m. Nilai torsi terendah berada pada RPM 1700 dan torsi tertinggi berada pada
RPM 2000.

4.3.5 Grafik BMEP vs RPM

Putaran Engine BMEP


No
(RPM) daya 1.5 kw daya 2 kw daya 2.5 kw
1 1700 214.475 285.967 357.458
2 1800 202.560 270.080 337.599
3 1900 191.899 255.865 319.831
4 2000 182.304 243.072 303.840
5 2100 173.623 231.497 289.371
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa nilai dari BMEP terhadap RPM konstan
adalah berbeda. Untuk penggunaan daya konstan sebesar 1.5 kW diperoleh nilai BMEP
untuk RPM 1700 sebesar 214.475 kPa, RPM 1800 sebesar 202.560 kPa, RPM 1900
sebesar 191.889 kPa, RPM 2000 sebesar 182.304 kPa, dan RPM 2100 sebesar 173.623
kPa. Untuk penggunaan daya konstan sebesar 2.0 kW diperoleh nilai BMEP untuk RPM
1700 sebesar 285.967 kPa, RPM 1800 sebesar 270.080 kPa, RPM 1900 sebesar 255.865
kPa, RPM 2000 sebesar 243.072 kPa, dan RPM 2100 sebesar 231.497 kPa. Untuk
penggunaan daya konstan sebesar 2.5 kW diperoleh nilai BMEP untuk RPM 1700
357.458 kPa, RPM 1800 sebesar 337.599 kPa, RPM 1900 sebesar 319.831 kPa, RPM
2000 sebesar 303.840 kPa, dan RPM 2100 sebesar 289.371 kPa.

4.3.5 Grafik Diagram Engine An Envelope

Perhitungan diagram engine an envelope diambil pada perhitungan daya full


load pada masing - masing putaran. Selanjutnya, dipilih daya 60% daya full load pada
masing – masing putaran. Terahir, Siklus engine an envelope akan tergambar pada
diagram.

Putaran
daya full load Daya 60% full load
No Engine
(Kw) (Kw)
(RPM)
1 1700 2.81 1.686
2 1800 3.2 1.92
3 1900 3.62 2.172
4 2000 3.98 2.388
5 2100 4.14 2.484

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji coba pada praktikum yang telah dilaksanakan dengan mensin
yanmar dengan memberikan variasi putaran dan pembebanan yang berbeda dapat di
simpulkan Daya full load tertinggi terbesar 4,14 Kw dengan konsumsi bahan bakar
0.321 kg/Kwh pada putaran mesin 2100 RPM dengan beban 4000. Dengan begitu
untuk mendapatkan daya yang cukup tinggi dengan konsumsi bahan bakar sedikit maka
putaran RPM harus dinaikan.
2. Dari data percobaan perhitungan pada praktikum yang di gambarkan dengan grafik pda
bab 4 tentang Efisiensi Thermal vs Daya pada putaran mesin 1700 RPM dan putaran
nyata Generator 1220 RPM dengan daya mesin 2.872 kw didapatkan efisiensi thermal
tertinggi yaitu 35% pada pembebanan 4000.
3. Pada percobaan praktikum didapatkan Torsi Full load tertinggi pada putaran mesin
2000 RPM sebesar 0.0190 N/m. Dimana torsi full load ini bverkaitan dengan daya full
load yang dimiliki oleh daya full load yang dimiliki oleh daya full load.
4. Dalam percobaan praktikum BMEP tertinggi pada daya pilihan 1.5 kw, 2 kw, dan 2,5
kw adalah sebesar 357.458 kPa pada putaran mesin 1700 RPM pada daya pilihan 2,5
Kw. Sedangkan BMEP terendah adalah 173.623 kPa pada putaran mesin 2100 RPM.
5. Pada percobaan perhitungan konsumsi bahan bakar (Specific Fuel Concumption)
didapatkan hasil SFC tertinggi pada 0.880 kg/kwh pada daya 0.601 kWh RPM 1700
dan SFC terendah pada 0.245 pada daya 2.872 kWh RPM 1700.

5.2 Saran

1. Dalam pembacaan gelas ukur bahan bakar,Voltmeter, dan Amperemeter ketelitian


harus di tingkat agar mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Pengecekan putaran mesin harus selalu dilakukan pada setiap perubahan pembebanan
karena dapat merubah putaran mesin.
3. Keselamatan praktikum agar ditingkatkan karena bayi dari pada mesin dapat
mengganggu kesehatan pada pendengaran.

DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016

Sumber : http://4.bp.blogspot.com/ diakses pada tanggal 30 November 2016 pukul


20.00 WIB

Sumber : http://www.guruotomotif.com/2016 diakses pada tanggal 30 November 2016


pukul 21.00 WIB
Abdulhadi, Mohammedali; Hassan, A. M. Internal Combustion Engine.

http://www.outechnology.edu.iq/dep-mechanicsandequipment . Diakses pada tanggal


01 Desember 2016 pukul 20.00 WIB.

Anonim. IC Engine Testing. http://www.ignou.ac.in/upload/unit-7.pdf . Diakses pada


tanggal 10 Desember 2016 pukul 22.00 WIB.

Sorusbay, Cem. Internal Combustion Engines.

http://web.itu.edu.tr/~sorusbay/ICE.pdf . Diakses pada tanggal 01 Desember 2016


pukul 21.00 WIB.

You might also like