Professional Documents
Culture Documents
Laporan Aris
Laporan Aris
Laporan Aris
Halaman Judul……………………………………..…………….…………………i
Kata Pengantar…………………………………..…………………………………ii
Daftar isi…………………………………………...………….……………………iii
BAB I : PENDAHULUAN
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………….29
5.2 Saran…………………………………………………………………………29
Daftar Pustaka……………………………………………...……………………….31
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mesin diesel merupakan salah satu jenis motor pembakaran dalam yang
banyak di gunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti pada kendaraan, pada kapal,
maupun di dunia industry yang lain. Secara umum, mesin diesel adalah mesin yang
menggunakan bahan bakar solar (KBBI, 2016). Mesin diesel merupakan motor
pembakaran dalam yang menggunakan tekanan sebagai pemicu pembakaran bahan
bakar. Mesin diesel yang menjadi bagian dari system propulsi pada kapal memiliki
daya yang sesuaikan dengan besarnya tahanan yang dimiliki oleh suatu kapal dan
juga kecepatan berlayar dari kapal tersebut.
Pada praktikum mesin diesel yang telah dilakukan, digunakan bahan bakar
Yang berjenis Pertamina DEX. Dari bahan bakar tersebut akan dilakukan variasi
putaran dan pembebanan dengan generator guna mengetahui konsumsi bahn bakar
mesin diesel dengan pembebanan . Hasil dari dari data yang didapat akan di gunakan
untuk mengetahui efisiensi dan besar konsumsi bahan bakar pada mesin diesel yang di
gunakan.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui hubungan Specific Fuel Consumtion terhadap daya.
2. Mengetahui hubungan effesiensi thermal terhadap daya.
3. Mengetahui hubungan daya dengan pembebanan tertentu dengan putaran.
4. Mengetahui hubungan torsi pada pembebanan tertentu dengan putaran.
5. Mengetahui hubungan nilai BMEP pada pembebanan terhadap putaran .
6. Mengetahui Engine Envelope yang dimiliki oleh mesin yang digunakan .
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami pengaruh daya pada mesin diesel terhadap besar
konsumsi bahan bakar.
2. Mahasiswa memahami pengaruh variasi daya terhadap efisiensi thermal.
3. Mahasiswa mampu memahami penagaruh daya akibat variasi pembebanan dengan
nilai putaran mesin
4. Mahasiswa mampu memahami hubungan torsi pada variasi pembebanan tertentu
dengan nilai putaran mesin
5. Mahasiswa mampu memahami hubungan BMEP terhadap putaran mesin.
6. Mahasiswa mampu menggambarkan grafik engine envelope yang dimiliki oleh
mesin.
BAB II
DASAR TEORI
Diesel menggunakan suhu panas dari kompresi. Udara ditarik ke silinder dan
dikompres sehingga menciptakan suhu yang sedimikian panas yang menyalakan
bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam mesin. Konsep udara pada tekanan tinggi.
Pembakaran ini dapat terjadi karena udara dikompresikan pada ruangan dengan
perbandingan kompresi jauh lebih besar dari pada motor bensin ( 7 - 12 ), yaitu
antara ( 14 -22 ). Akibatnya udara akan mempunyai tekanan dan temperature
melebihi suhu dan tekanan penyalaan bahan bakar.
Mesin diesel berdasarkan langkah kerja dibagi menjadi 2 yaitu mesin diesel 2
tak dan mesin diesel 4 tak. Pada mesin 4 tak, mesin memiliki proses kerja yang
memerlukan 4 langkah torak yang bergerak dari TMA ( titik mati atas ) ke TMB (
titik mati bawah ), 2 kali putaran poros engkol menghasilkan 1 kali tenaga /usaha.
Langkah pertama yaitu Langkah hisap ( suction stroke ) dimana piston bergerak
turun dari TMA ( titik mati atas ) ke TMB ( titik mati bawah ), Intake Valve terbuka
menghisab udara masuk ke dalam ruang pembakaran ( cylinder ). Langkah kedua
yaitu langkah kompresi ( compression stroke ) dimana piston bergerak naik dari
TMB ( titik mati bawah ) ke TMA ( titik mati atas ), Intake Valve dan Ekhaust
Valve tertutup, udara dalam ruang pembakaran dimanpatkan sehingga mencapai
tekanan tertentu.
Langkah ketiga yaitu Lngkah Usaha ( expansion stroke ) dimana terjadi
pembakaran atau ledakan dari proses proses kompresi udara dan pengabutan bahan
bakar pada ruang pembakaran sehingga piston bergerak turun dari TMA ( titik mati
atas ) ke TMB ( titik mati bawah ), Intake Valve dan Ekhaust Valve masih tertutup.
Langkah keempat yaitu lanmgkah buang ( exhaust stroke ) dimana piston bergerak
Naik dari TMB ( titik mati bawah ) ke TMA ( titik mati atas ), ekhaust Valve
terbuka dan intake valve tertutup.
Dimana :
V = Tegangan (Volt)
Ket:
N = rotational speed in revolutions per minute (rps)
T = torsi (Nm)
P = i x BMEP x L x A x z x N
Ket:
A = area piston ( 𝑚2 )
z = banyaknya slinder
Brake mean affective pressure (BMEP), yaitu tekanan rata – rata yang terjadi
pada setiap langkah kerja dari mesin untuk menghasilkan output daya yang sama
dengan brake power.
𝑝
BMEP =
𝑖𝑋𝐿𝑋𝐴𝑋𝑧𝑋𝑁
Ket :
A= area piston ( 𝑚2 )
z= banyaknya slinder
2.2.4 Torsi
Torsi dan tekanan efektif rata – rata berhubungan dengan ukuran mesin.
Mesin yang besar menghasilkan lebih banyak torsi untuk tekanan efektif rata – rata
yang sama dibanding mesin yang lebih kecil. Untuk alasan ini, torsi bukan ukuran
bagi kemampuan mesin dalam memanfaatkan volume displasmen untuk
menghasilkan power dari bahan bakar. Tekanan efektif rata – rata memberiakan
indikasi dari pemanfaatan volume displasmen mesin dalam konfersi bahan bakar
menjadi daya. Semakin tinggi tekanan efektif rata – rata, maka semakin tinggi pula
daya mesin untuk setiap volume displasmen yang diberikan. Terlihat bahwa daya
mesin bergantung pada ukuran dan kecepatan. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk
membandingkan mesin atas dasar daya atau torsi. Tekanan efektif rata – rata
merupakan indikasi yang tepst dari kinerja relatif setiap mesin.
2π x N x T = P
𝑃
T= 2𝜋 𝑋 𝑁
Ket :
T = Torsi (Nm)
P = Daya (Kw)
𝐵𝑃
=
𝑄𝑓
𝐵𝑃
=
𝑚𝑓 𝑥 𝐶𝑣
Ket:
𝑚𝑓𝑢𝑒𝑙
SFC =
𝐵𝑃
Ket:
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum Marine Diesel merupakan salah satu metode dalam mata kuliah
“ Marine Diesel” yang harus ditempuh oleh masing – masing mahasiswa. Tujuan dari
praktikum ini pada intinya adalah untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa
mengenai konsumsi bahan bakar mesin pada berbagai variasi pembebanan dan
putaran mesin. Praktikum dilaksanakan kurang lebih selama 3 jm dengan
menggunakan bahan bakar solar.
Model : TF 85 MH
3.2 LangkahPercobaan
1. Memastikan bahan bakar terisi pada gelas ukur yaitu sekitar 20 ml.
2. Menyalakan mesin diesel dengan menarik tali yang digunakan untuk starting
mesin diesel.
3. Mengatur putaran mesin sesuai dengan nilai yang ditentukan yaitu 1700 rpm,
180 rpm, 2000 rpm, dan 2100 rpm. Untuk mengetahui putaran mesin
digunakan alat tachometer yaitu dengan menyalakan laser yang diarahkan
menuju pulley (penampangan).
4. Mengatur besar pembebanan yang dilakukan dengan menyalakan lampu
sebagai nilai beban. Variasi pembebanan yang dilakukan adalah tanpa beban,
beban 1000 watt, 2000 watt, 3000 watt, 4000 watt, dan 5000 watt.
Pembananan dilakukan dari tanpa beban hingga 5000 watt dan diulang setiap
nilai putaran yang diujikan.
5. Mengukur waktu yang dibutuhkan mesin untuk konsumsi bahan bakar
sebesar 20 ml yang diukur dengan stopwatch dengan cara mengamati
indikatopr volume pada gelas ukur.
6. Menuliskan waktu yang didapatkan pada lembar table yang telah disediakan.
7. Mengukur nilai tegangan dan arus yang dihasilkan pada pembebanan. Nilai
tersebut diketahui dengan tang meter dan volt meter yang telah terpasang
pada rangkaian pembeban.
8. Menulis nilai tegangan dan arus listrik hasil pembacaan yang telah dilakukan
pada table yang telah disediakan.
2 Tachometer Untuk
menghitung
putaran mesin
diesel dan
generator
Spesifikasi Engine
Merk : Yanmar
Model : TF 85 MH
Cos 𝜃 = 0.9
NGenerator = 0.85
𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
nBelt =
𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
a. Mencari Putaran Generator
Diketahui
Diameter Engine : 117 mm
Diameter Generator : 156 mm
Maka
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑒𝑛𝑔𝑖𝑛𝑒 𝑥 𝑅𝑝𝑚 𝐸𝑛𝑔𝑖𝑛𝑒
Rpm Generator (Teori) =
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
Putaran Putaran
Engine Generator
(Teori) (Teori)
(RPM) (RPM)
1700 1275
1800 1350
1900 1425
2000 1500
2100 1575
b. Mencari nBelt
𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
nBelt =
𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
Cos 𝜃 = 0.9
N Generator = 0.85
Maka didapatkan perhitungan :
1 1140 0.844 - - - -
2 1134 0.840 152 3.3 446.129 0.446
3 1133 0.839 154 5.2 711.613 0.712
1800 1350
4 1133 0.839 156 7.2 998.106 0.998
5 1134 0.840 161 9.2 1317.397 1.317
6 1134 0.840 161 11.1 1589.468 1.589
1 1200 0.842 - - - -
2 1201 0.843 166 3.4 503.661 0.504
3 1198 0.841 170 5.5 832.295 0.832
1900 1425
4 1200 0.842 173 7.5 1156.904 1.157
5 1198 0.841 174 9.6 1486.915 1.487
6 1196 0.839 174 11.5 1778.226 1.778
1 1263 0.842 - - - -
2 1263 0.842 178 3.6 571.292 0.571
3 1258 0.839 181 5.7 916.150 0.916
2000 1500
4 1261 0.841 183 7.8 1270.554 1.271
5 1261 0.841 184 9.9 1621.438 1.621
6 1259 0.839 185 12 1972.927 1.973
1 1325 0.841 - - - -
2 1325 0.841 193 3.8 653.281 0.653
3 1325 0.841 194 6 1036.840 1.037
2100 1575
4 1325 0.841 195 8.1 1406.950 1.407
5 1320 0.838 196 10.3 1791.473 1.791
6 1320 0.838 196 12.54 2181.075 2.181
P = 2π . Rps . T
Dimana :
P : Daya (kw)
T : Torsi
𝑷
T=
𝟐𝝅.𝑹𝒑𝒔
Didapatkan perhitungan :
1 1140
2 1134 0.446 0.002
3 1133 0.712 0.003
1800 30.00
4 1133 0.998 0.005
5 1134 1.317 0.006
6 1134 1.589 0.007
1 1200 - -
2 1201 0.504 0.003
3 1198 0.832 0.004
1900 31.67
4 1200 1.157 0.006
5 1198 1.487 0.007
6 1196 1.778 0.009
1 1263 - -
2 1263 0.504 0.003
3 1258 0.832 0.004
2000 33.33
4 1261 1.157 0.006
5 1261 1.487 0.007
6 1259 1.778 0.009
1 1325 - -
2 1325 0.571 0.003
3 1325 0.916 0.005
2100 35.00
4 1325 1.271 0.007
5 1320 1.621 0.008
6 1320 1.973 0.010
4.2.4 Perhitungan Daya Dengan BMEP
𝑷
P = i. BMEP.L.A.z.Rps ,Maka BMEP =
𝒊.𝑳.𝑨.𝒛.𝑹𝒑𝒔
Dimana :
P : Daya
Z : Jumlah Slinder : 1
1 1200 - -
2 1201 0,5040 64,522
3 1198 0,8320 106,513
1900 31.67
4 1200 1,1570 148,120
5 1198 1,4870 190,367
6 1196 1,7780 227,621
1 1263 - -
2 1263 0,571 69,459
3 1258 0,916 111,426
2000 33.33
4 1261 1,271 154,610
5 1261 1,621 197,186
6 1259 1,973 240,005
𝒑 .𝑽
Mf =
𝒕
Dimana :
𝑴𝒇
SFC =
𝑩𝑷
Dimana :
𝑩𝑷
n Thermal =
𝑸 𝒇𝒖𝒆𝒍
Dimana
Q fuel = Mf . LHV
1 1314
2 1310 0.509 0.863
3 1307 0.412 1.611
1800
4 1298 0.310 2.439
5 1293 0.303 3.184
6 1284 0.320 3.396
1 1390
2 1375 0.710 0.818
3 1372 0.370 1.795
1900
4 1365 0.327 2.808
5 1363 0.254 3.678
6 1357 0.303 4.483
1 1445
2 1447 0.803 0.845
3 1446 0.404 1.957
2000
4 1440 0.394 2.936
5 1435 0.375 3.945
6 1428 0.405 4.869
1 1530
2 1528 0.803 0.992
3 1521 0.404 2.175
2100
4 1510 0.394 3.298
5 1507 0.375 4.432
6 1491 0.405 5.461
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa nilai SFC pada masing – masing daya adalah
berubah. Untuk RPM 1700 memiliki SFC terendah 0.245 Kg/KwH pada daya 2.872 kW,
memiliki full load 2.81 kW, dan memiliki SFC tertinggi 0.88 Kg/KwH pada daya 0.601
Kw. Untuk RPM 1800 memiliki SFC terendah 0.303 Kg/KwH pada daya 3.184 kW,
memiliki full load 3.2 kW dan memiliki SFC tertinggi 0.509 Kg/KwH pada daya 0.863
kW. Untuk RPM 1900 memiliki SFC terendah 0.254 Kg/KwH pada daya 3.678 kW,
memiliki full load 3.62 kW dan memiliki SFC tertinggi 0.710 Kg/KwH pada daya 0.818
kW. Untuk RPM 2000 memiliki SFC terendah 0.309 Kg/KwH pada daya 3.945 kW,
memiliki full load 3.98 kW dan memiliki SFC tertinggi 0.680 Kg/KwH pada daya 0.845
kW. Dan untuk RPM 2100 memiliki SFC terendah 0.375 Kg/KwH pada daya 4.432 kW,
memiliki full load 4.14 kW dan memiliki SFC tertinggi 0.803 Kg/KwH pada daya 0.992
kW .
1 1314
1800
2 1310 0.863 17%
3 1307 1.611 21%
4 1298 2.439 28%
5 1293 3.184 28%
6 1284 4.396 27%
1 1390
2 1375 0.818 12%
3 1372 1.795 23%
1900
4 1365 2.808 26%
5 1363 3.678 34%
6 1357 4.483 28%
1 1452
2 1447 0.845 13%
3 1446 1.957 24%
2000
4 1440 2.936 26%
5 1435 3.945 28%
6 1428 4.896 25%
1 1530 \
2 1528 0.992 11%
3 1521 2.175 21%
2100
4 1510 3.298 22%
5 1507 4.432 23%
6 1491 5.461 21%
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa Effisiensi Thermal pada Daya konstan
berbeda beda. Untuk RPM 1700 didapatkan effisiensi terkecil 10% pada daya 0.601 kW
dan effisiensi terbesar 35% pada daya 2.872 kW. Untuk RPM 1800 didapatkan effisiensi
terkecil 17% pada daya 0.863 kW dan effisiensi terbesar 28% pada daya 3.184 kW. Untuk
RPM 1900 didapatkan effisiensi terkecil 12% pada daya 0.818 kW dan effisiensi terbesar
34% pada daya 3.678 kW. Untuk RPM 2000 didapatkan effisisensi terkecil 13% pada
daya 0.845 kW dan effisiensi terbesar 28% pada daya 3.945 kW. Dan untuk RPM 2100
didapatkan effisiensi terkecil 11% pada daya 0.992 kW dan effisiensi terbesar 23% pada
daya 4.432 kW. Sehingga pada RPM grafik didapatkan effisiensi thermal terdapat pada
RPM 1700 dengan nilai 35%
No
Putaran Engine Daya full load
(kw)
(RPM)
1 1700 2.81
2 1800 3.2
3 1900 3.62
4 2000 3.98
5 2100 4.14
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa nilai full load pada masing masing daya
adalah berbeda. Nilai full load untuk RPM 1700 adalah 2.81 kW, untuk RPM 1800 adalah
3.2 kW, untuk RPM 1900 adalah 3.62 kW, untuk RPM 2000 adalah 3.98 kW, untuk RPM
2100 adalah 4.14 Kw. Nilai full load terendah berada pada RPM 1700 dan tertinggi pada
RPM 2100.
Putaran
daya full load Daya 60% full load
No Engine
(Kw) (Kw)
(RPM)
1 1700 2.81 1.686
2 1800 3.2 1.92
3 1900 3.62 2.172
4 2000 3.98 2.388
5 2100 4.14 2.484
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Setelah dilakukan uji coba pada praktikum yang telah dilaksanakan dengan mensin
yanmar dengan memberikan variasi putaran dan pembebanan yang berbeda dapat di
simpulkan Daya full load tertinggi terbesar 4,14 Kw dengan konsumsi bahan bakar
0.321 kg/Kwh pada putaran mesin 2100 RPM dengan beban 4000. Dengan begitu
untuk mendapatkan daya yang cukup tinggi dengan konsumsi bahan bakar sedikit maka
putaran RPM harus dinaikan.
2. Dari data percobaan perhitungan pada praktikum yang di gambarkan dengan grafik pda
bab 4 tentang Efisiensi Thermal vs Daya pada putaran mesin 1700 RPM dan putaran
nyata Generator 1220 RPM dengan daya mesin 2.872 kw didapatkan efisiensi thermal
tertinggi yaitu 35% pada pembebanan 4000.
3. Pada percobaan praktikum didapatkan Torsi Full load tertinggi pada putaran mesin
2000 RPM sebesar 0.0190 N/m. Dimana torsi full load ini bverkaitan dengan daya full
load yang dimiliki oleh daya full load yang dimiliki oleh daya full load.
4. Dalam percobaan praktikum BMEP tertinggi pada daya pilihan 1.5 kw, 2 kw, dan 2,5
kw adalah sebesar 357.458 kPa pada putaran mesin 1700 RPM pada daya pilihan 2,5
Kw. Sedangkan BMEP terendah adalah 173.623 kPa pada putaran mesin 2100 RPM.
5. Pada percobaan perhitungan konsumsi bahan bakar (Specific Fuel Concumption)
didapatkan hasil SFC tertinggi pada 0.880 kg/kwh pada daya 0.601 kWh RPM 1700
dan SFC terendah pada 0.245 pada daya 2.872 kWh RPM 1700.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA