Professional Documents
Culture Documents
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN
sumber ekonomi agar sumber yang tersedia tersebut dapat digunakan secara
efisien. Sebuah perusahaan mempunyai banyak program atau proyek yang harus
dilaksanakan sedangkan sumber biaya yang ada sangat terbatas. Dengan analisis
manfaat dan biaya merupakan alat bantu untuk membuat keputusan yang terbaik
biaya ini hanya menitikberatkan pada efisiensi penggunaan faktor produksi tanpa
lain.
sangat penting guna mengantisipasi penggunaan sumber daya yang langka agar
terbaik untuk perusaanya dan juga sekaligus dapat digunakan untuk menentukan
maka resiko dalam perusaan dapat sedikit dikendalikan dan sumber ekonomi
yang ada tidak akan terbuang sia-sia. sehingga produktifitas perusahaan akan
terganggu dan dapat terus bergerak maju maka dari itu bagaimana melakukan
1
analisis biaya dan manfaat dalam sebuah perusahaan sangatlah penting dan
1.3 Tujuan
1. MemahamipengertianCostBenefit Analysis?
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
juga analisis ini digunakan dalam tahap perencanaan. Analisis ini digunakan untuk
menilai beberapa alternatif sumber daya maupun program yang memiliki manfaat
Cost Benefit Analysis adalah tipe analisis yang mengukur biaya dan manfaat
suatu intervensi dengan beberapa ukuran moneter dan pengaruhnya terhadap hasil
perawatan kesehatan. Tipe analisis ini sangat cocok untuk alokasi beberapa bahan
jika keuntungan ditinjau dari perspektif masyarakat. Analisis ini sangat bermanfaat
pada kondisi antara manfaat dan biaya mudah dikonversi ke dalam bentuk rupiah
(Orion, 1997).
berikut:
a. Menurut Siegel dan Shimp (1994), Cost Benefit Analysis merupakan cara untuk
telah dipakai secara luas dalam hubungannya dengan proyek pengeluaran modal.
c. Menurut Schniedrjans, et. al. (2004), Cost Benefit Analysis adalah suatu teknik
3
mengevaluasi dari manfaat yang terkait dengan alternatif tindakan yang akan
dilakukan.
d. Menurut Keen (2003), Cost benefit Analysis merupakan analisis bisnis untuk
memberikan gambaran kenapa harus memilih atau tidak memilih spesifikasi dari
suatu investasi.
mengetahui besaran keuntungan atau kerugian serta kelayakan suatu proyek. Dalam
diperoleh dari pelaksanaan suatu program atau proyek. Dalam analisis cost-benefit,
perhitungan manfaat serta biaya ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
penerapan yang umum menggunakan rasio ini adalah dalam bidang investasi.
suatu program atau suatu rencana dengan mempertimbangkan biaya yang akan
Penerapan analisis ini banyak digunakan oleh para investor dalam upaya
mengembangkan bisnisnya. Terkait dengan hal ini maka analisis manfaatdan biaya
dan biaya yang akan dikeluarkan atau dalam kata lain penekanan yang digunakan
perkembangan analaisis cost benefit antara lain yaitu penerapannya dalam bidang
4
a. Cost-benefit analysis didasari oleh filsafat utilitarianism.
anthropocentric.
mendefinisikan apa s aja yang dianggap bermanfaat dan apa yang paling
diperlukan.
motif yang berorientasi pada dirinya sendiri. (Valuing Nature, John Foster
ed.)
Jadi, Cost Benefit Analysis (CBA) adalah suatu proses sistematis yang
digunakan untuk menghitung serta membandingkan biaya dan manfaat dari suatu
memilih alternatif terbaik atau mengevaluasi alternatif dan intervensi yang sudah
diterapkan.
menghitung total biaya dalam bentuk uang dan keuntungan dalam bentuk
uang.
5
d. Analisis biaya manfaat dalam pengitungan biaya maupun manfaat diukur
Dengan penghitungan total biaya dalam bentuk uang dan keuntungan atau
manfaat dalam bentuk uang, maka akan diketahui perbandingan apakah kebijakan
tersebut akan untung atau rugi dalam nilai ekonomi. Apabila diketahui dari
memberikan rekomendasi agar kebijakan berjalan efektif dan dengan dampak yang
keberhasilan suatu kebijakan publik, maka akan membawa dampak positif pada
sebagai berikut:
proyek tersebut meningkatkan kualitas hidup dari beberapa orang, tapi tidak
membuat orang lain rugi. Jelasnya masyarakat harus dapat mencapai Pareto
6
improvement, sebab mereka menolong orang lain, tapi juga tidak menyakiti
proyek atau kebijakan pasti akan membuat orang lain merugi. Sebuah proyek
CBA adalah dapat mencegah kerugian di masa yang akan datang. Dengan
program dan dampaknya, maka hal tersebut akan meminimalisir resiko kerugian
di masa datang.
program-program kesehatan, maka nilai manfaat didapatkan dari biaya yang bisa
1. Dapat dibandingkan.
2. Transparan.
7
2.4.2 Kelemahan dari Cost Benefit Analysis:
yang lain.
keputusan.
Untuk dapat melakukan Cost Benefit Analysis ada beberapa langkah yang
8
Dalam melakukan identifikasi alternative atau intervensi dari suatu
untuk dilakukan analisis dapat lebih dari dua. Semakin banyak intervensi
yang akan dianalisis semakin baik hasilnya karena akan memberikan pilihan
Dalam hal ini ingin dibandingkan mana yang lebih besar manfaatnya apakah
intervensi
dari anggaran proyek maupun dari anggaran lainnya. Klasifikasi biaya bisa
operasional dan biaya pemeliharaan, biaya langsung dan tidak langsung, biaya
kapital.
intervensi
intervensi. Cara penghitungan biaya total sama seperti dalam penghitungan unit
cost.
9
2.5.4 Langkah 4 : identifikasi benefit (manfaat) dari masing-masing alternative
atau intervensi
terdapat dua komponen, yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.
manfaat langsung dari program dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung
dari program HIV AIDS adalah kesakitan dan kematian akibat HIV AIDS yang
HIV AIDS adalah kerugian dari keluarga dan masyarakat yang dapat dicegah.
langsung kita dapat menghitung dengan menguangkan biaya akibat sakit dan
akibat kematian dini karena HIV AIDS. Sementara manfaat tidak langsung,
kita dapat menguangkan kerugian akibat HIV AIDS baik dari keluarga maupun
adalah dengan menguangkan biaya akibat sakit yang tidak dapat dicegah dan
akibat kematian dini karena sakit TBC. Manfaat tidak langsung dari program
TBC adalah menghitung kerugian yang dapat dicegah akibat kasus TBC di
10
manfaat tentunya harus mempertimbangkan discount rate bila manfaatnya akan
Discount rate (DR) adalah suatu angka yang menggambarkan nilai uang pada
tahun tertentu dengan nilai uang yang sama pada tahun berikutnya atau tahun
sebelumnya Discount rate disesuaikan dengan interest rate (suku bunga) yang
Setelah data tentang total biaya dan manfaat sudah tersedia maka dilakukan
intervensi. Bila intervensi yang dianalisa lebih dari 2 maka dapat dibuat tabel untuk
Sebuah proyek akan menghasilkan net benefit jika B/C>1. B / C > 1 maka
dikatakan program atau investasi tersebut layak, sedangkan B/C < 1 maka dikatakan
11
besar dari 1) dengan menggunakan cost recorvery rate yaitu membandingkan
digunakan.
B/C Ratio menunjukkan angka perbandingan antara benefit dengan cost + investment
a. Jika B/C Ratio lebih besar dari 1 (satu) maka benefit yang akan diperoleh
selama umur teknis ekonomis proyek yang bersangkutan lebih besar dari cost
b. Jika B/C ratio sama dengan 1 ( satu) maka benefit yang akan dieroleh selama
munutupi cost + investment, sehingga dari segi aspek finansial dan ekonomis,
12
dan pembangunan masyarakat, pembangunan atau rehabilitasi atau perluasan
c. Jika B/C ratio lebih kecil dari 1 (satu), maka benefit yang akan diperoleh
dilaksanakan.
13
2.7 Contoh Studi Kasus
optimal. Hal ini disebabkan masih banyaknya pasien yang tidak mendapatkan
digunakan karena rusak. Hal ini disebabkan karena unsur alat CT – Scan tersebut
sudah tidak ekonomis lagi. Untuk menciptakan pelayanan CT – Scan yang optimal
alat tersebut dengan melakukan kerjasama operasional dengan pihak ketiga atau
berikut ini.
Tabel Fasilitas Pelayanan Unit Radiologi di Rumah Sakit Siti Khodijah tahun 2008
No. Jenis Pelayanan Hari Buka Jam Buka
1. Pelayanan X-Ray Setiap hari 24 jam
2. Pelayanan USG Setiap hari 13.00 – 15.00
3. Pelayanan CT-Scan Setiap hari 07.00 – 15.00
14
Komponen Cost dan Benefit
Komponen cost
a. Biaya investasi
Biaya investasi pada pengadaan alat CT- Scan dengan cara pembelian tunai
adalah biaya gedung dan fasilitasnya dan biaya pembelian alat. Tabel berikut
besar adalah komponen biaya untuk pembelian harga CT – Scan yaitu sebesar 97,
47 % dari seluruh jumlah biaya investasi yang digunakan dalam pengadaan alat
CT - Scan. Nilai aset gedung dihitung per m2 dengan luas ruangan pelayanan CT
b. Biaya operasional
insentifnya, biaya pembelian film, biaya ATK, biaya BHP dan biaya umum. Tabel
tunai.
15
Tabel Biaya Operasional Pengadaan Alat CT – Scan dengan Cara Pembelian
yang paling banyak dikeluarkan untuk pelayanan CT – Scan yaitu sebesar 69,53
Biaya umum untuk listrik, air dan telepon dihitung dari banyaknya pemakaian
biaya tersebut setiap hari dan nantinya akan dihitung kebutuhannya dalam
komputer dan alat CT – Scan itu sendiri. Asumsi Tarif Dasar Listrik ( TDL)
adalah sebesar Rp. 1.380,- per Kwh. Biaya air diperoleh dari banyaknya
liter air per hari, maka rata – rata dalam 1 tahun jumlah pemakaian air sebanyak
5.400 liter air. Asumsi Tarif air adalah Rp. 3.500,- per m2. Biaya telepon
dimana 1 hari terdapat 3 kali telepon, dengan asumsi tariff sekali telepon sebesar
c. Biaya Pemeliharaan
16
Berdasarkan tabel diatas dapat dipelajari bahwa biaya pemeliharaan yang
paling banyak dikeluarkan adalah biaya untuk pemeliharaan alat yaitu sebesar
berdasarkan biaya pemeliharaan normatif alat tersebut yaitu 5 % dari AIC alat.
d. Biaya kesempatan
Biaya kesempatan yang hilang akibat alat yang rusak yang seharusnya dapat
dari rata – rata jumlah pasien CT – Scan yang dirujuk selama 1 tahun akibat
kerusakan alat ke rumah sakit lain, dikalikan dengan tarif pelayanan CT-Scan.
Rata – rata jumlah pasien yang dirujuk selama kerusakan alat adalah 35 pasien.
e. Biaya eksternalitas
Biaya ini akibat dampak – dampak yang tidak terkompensasi dari tindakan
Biaya eksternalitas ini diperoleh dari biaya pelatihan petugas radiologi yang
Biaya yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit untuk pelatihan dalam 1 tahun adalah
Biaya resiko kehilangan dan kerusakan barang dapat terjadi akibat dari proses
produksi. Asumsi kerusakan dan kehilangan barang sebesar 0,01 % dari total
17
pembelian alat yaitu sebesar Rp. 250.000,- pada tahun pertama dan ditargetkan
Komponen Benefit
a. Pendapatan CT – Scan RS
jumlah pelayanan. Pendapatan rumah sakit dari pelayanan CT – Scan = tarif biaya
kenaikan tarif pelayanan CT – Scan adalah 10 % tiap 2 tahun dan adanya kenaikan
sebesar Rp. 650.000,- maka pendapatan untuk tahun pertama adalah Rp.
237.250.000
Komponen Cost
a. Biaya Investasi
Biaya Investasi pada pengadaan alat CT-Scan dengan sistem KSO adalah
biaya gedung dan fasilitasnya. Biaya investasi dapat dilihat pada table berikut ini
besar adalah pada komponen biaya gedung yaitu sebesar 86,67 % dari seluruh
jumlah biaya investasi yang digunakan dalam pengadaan alat CT – Scan dengan
18
KSO. Nilai aset gedung dihitung per m2, dengan luas ruangan pelayanan CT –
b. Biaya operasional
insentifnya, biaya pembelian film, biaya ATK, biaya BHP dan biaya umum.
Tabel berikut adalah biaya operasional pengadaan alat CT – Scan dengan KSO.
yang paling banyak dikeluarkan untuk pelayanan CT – Scan yaitu sebesar 69,53
% dari seluruh jumlah biaya operasional. Biaya umum untuk listrik, air dan
telepon dihitung dari banyaknya pemakaian biaya tersebut setiap hari dan
nantinya akan dihitung kebutuhannya dalam setahun. Biaya listrik diperoleh dari
sendiri. Asumsi Tarif Dasar Listrik ( TDL) adalah sebesar Rp. 1.380,- per Kwh.
Biaya air diperoleh dari banyaknya konsumsi air untuk melayani pemeriksaan CT
– Scan dimana dibutuhkan 15 liter air per hari, maka rata – rata dalam 1 tahun
jumlah pemakaian air sebanyak 5.400 liter air. Asumsi Tarif air adalah Rp.
3.500,- per m2. Biaya telepon diperoleh dari frekuensi untuk menelpon pasien
maupun dokter radiologi, dimana 1 hari terdapat 3 kali telepon, dengan asumsi
c. Biaya Pemeliharaan
19
Biaya pememliharaan pada pelayanan CT-Scan dengan KSO berupa biaya
paling banyak dikeluarkan adalah biaya untuk pemeliharaan alat yaitu sebesar
berdasarkan biaya pemeliharaan normatif alat tersebut yaitu 5 % dari AIC alat.
dibagi dan atau dibebankan kepada masing – masing pihak dengan besaran
d. Biaya kesempatan
Biaya kesempatan merupakan biaya akibat hilangnya atau rusaknya alat yang
ini dapat dihitung dari rata – rata jumlah pasien CT – Scan yang dirujuk selama
1 tahun akibat kerusakan alat ke rumah sakit lain, dikalikan dengan tarif
pelayanan CT-Scan. Rata – rata jumlah pasien yang dirujuk selama kerusakan
650.000,-
e. Biaya eksternalitas
Biaya ini akibat dampak – dampak yang tidak terkompensasi dari tindakan
20
maka akan meminimalisasi dampak negatif yang terjadi akibat adanya
Biaya eksternalitas ini diperoleh dari biaya pelatihan petugas radiologi yang
Biaya yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit untuk pelatihan dalam 1 tahun adalah
Biaya resiko kehilangan dan kerusakan barang dapat terjadi akibat dari
proses produksi. Asumsi kerusakan dan kehilangan barang sebesar 0,01 % dari
total pembelian alat yaitu sebesar Rp. 250.000,- pada tahun pertama dan
Komponen Benefit
a. Pendapatan CT – Scan RS
setiap 2 tahun dan asumsi kenaikan jumlah kunjungan rata – rata 10 % setiap
bulan.
Dengan adanya inflasi yang terus meningkat setiap tahun maka komponen
cost dan benefit juga akan mengalami kenaikan biaya tiap tahun. Perhitungan cost
21
benefit analysis ini akan dihitung mulai tahun 2010, untuk itu seluruh komponen cost
dan benefits pengadaan alat CT-Scan pada tahun 2008 di transformasikan ke tahun
2010. Asumsi kenaikan biaya investasi adalah 10% pertahun. Hal berdasarkan dari
Asumsi biaya pemeliharaan gedung sebesar 10% pertahun dan biaya pemeliharaan
alat adalah 5% dari AIC alat tersebut. Asumsi kenaikan biaya eksternalitas
berdasarkan kebijakan pihak diklat RS Siti Khodijah adalah sebesar 10% setiap
tahun. Asumsi biaya resiko kehilangan dan kerusakan barang adalah 0,01% dari total
pembelian alat. Perhitungan nilai cost dan benefit dari tiap komponen pengadaan alat
CT-Scan baik pembelian tunai tahun 2010 dapat kita lihat tabel 6.10 berikut ini.
Tabel Perhitungan Cost dan Benefit Pengadaan alat CT-Scan dengan Cara Pembelian
3. Biaya pemeliharaan
a. Gedung (1+10%)x Rp. 420.000.- Rp. 462.880,00
b. Alat CT-Scan 5% x Rp. 250.000.000,- Rp. 12.500.000,00
Total biaya pemeliharaan Rp. 12.962.880,00
22
Total Cost Rp. 2.623.727.722,70
Berdasarkan taber 6.10 maka dapat kita pelajari bahwa pengadaan CT-Scan
dengan pembelian tunai lebih besar dari manfaat atau pendapatan. Hal ini disebabkan
karena besarnya pembelian alat CT-Scan yaitu sebesar 76,2% dari seluruh total
biaya. Sedangkan perhitungan nilai cost dan benefit dari tiap komponen pengaduan
alay CT-Scan dengan KSO tahuun 2010 dapat kita lihat pada tabel 6.11 berikut ini
Tabel Perhitungan Cost dan Benefit Pengadaan alat CT-Scan dengan Cara KSO di
23
Scan dengan pembelian
tunai
Pendapatan rumah sakit (365xRp. 650.000.-)x50% Rp. 118.625.000,00
Total Benefit Rp. 118.625.000,00
Berdasarkan Tabel 6.11, maka dapat kita pelajari bahwa pada biaya
pengadaan CT-Scan dengan pembelian tunai lebih besar dari manfaat atau
pendapatan. Dengan cara penghitungan pada tabel diatasmaka kita dapat menghitung
nilai cost dan benefit pengadaan alat VT-Scan selama 10 tahun kedepan. Dari data
tersebut dapat dihitung nilai present value cost dan present value benefit masing-
Berdasarkan data perhitungan nilai cost dan benefit pengadaan alat CT - Scan antara
pembelian tunai maupun melalui system KSO diatas, maka dapat kita lihat rasio
Scan baik dengan cara pembelian tunai maupun sistem KSO dalam sepuluh tahun
yang akan datang. Keuntungan selama 10 tahun yang akan datang pada pengadaan
alat CT – Scan dengan cara pembelian tunai lebih besar dibandingkan pengadaan CT
– Scan dengan melalui sistem KSO. Hal ini dapat dilihat dari PV benefit pengadaan
biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan alat CT-Scan dengan melalui KSO lebih
untuk pngadaan alat CT-Scan dengan cara pembelian tunai yaitu PV sebesar Rp.
3.415.342.951,08.
24
Dari perbandingan PV benefit dan PV cost dari masing – masing komponen
pengadaan alat CT-Scan maka dapat diketahui bahwa nilai rasio B/C pada pengadaan
alat CT – Scan dengan cara pembelian tunai adalah 0,85, sedangkan rasio B/C pada
Scan, maka didapatkan nilai NPV. Tabel berikut adalah nilai nett present value
tunai menunjukkan hasil negatif, artinya benefit tidak cukup untuk menutup cost
artinya benefit lebih besar dari cost selama proyek tersebut berjalan 10 tahun
Dari hasil perhitungan ratio B/C diperoleh bahwa pengadaan alat CT-Scan
melalui sistem KSO menunjukkan hasil positif sedangkan pengadaan alat CT-Scan
dengan pembelian tunai menunjukkan hasil negatif. Hal ini dibuktikan dengan ratio
B/C pada pengadaan CT-Scan melalui system KSO lebih besar (rasio B/C = 1,70)
daripada pengadaan alat CT-Scan dengan pembelian tunai (rasio B/C = 0,85) dan
hasil NPV menunjukkan hasil positif. Maka pada penelitian ini diperoleh pengadaan
25
Teknik Analisis Data
11. Asumsi kerusakan dan kehilangan barang pada pengolahan sebesar 0,01 %
dari total pembelian alat dan ditargetkan adanya penurunan 5 % setiap tahun
13. Asumsi biaya asuransi alat CT – Scan pada KSO belum dimasukkan dalam
perhitungan CBA karena besarnya asuransi belum diketahui dari pihak ketiga
1. Identifikasi seluruh komponen manfaat (benefit) dan biaya (cost) dari masing
– masing cara pengadaan alat baik dengan pembelian tunai maupun dengan
sistem KSO
2. Menghitung nilai present value (PV) untuk mengetahui nilai sekarang dari
26
3. Menghitung nilai ratio B/C untuk mengetahui cara pengadaan alat CT-Scan
27
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan diperoleh dari
mengetahui seberapa baik atau seberapa buruk tindakan yang akan direncanakan
kesehatan. Analisis ini dapat digunakan untuk menilai apakah keuntungan lebih
Untuk dapat melakukan Cost Benefit Analysis ada beberapa langkah yang
28
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Aula. 2010. Cost Benefit Analysis.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Aula%20Ahmad%20Hafid
h%20Saiful%20Fikri,%20SE.,M.Si./Cost%20Benefit%20Analysis.pdf.
diakses tanggal 3 November 2012
Nuryadi, Alik Rochani. 2009. Cost Benefit Analysis (CBA) Dalam Pengadaan Alat
CT-Scan Antara Pembelian Tunai Dibandingkan Dengan Sistem KSO Di RS
Siti Khodijah Sidoarjo. Skripsi. Surabaya ; Universitas Airlangga
29