Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

Jurnal Galung Tropika, Januari 2013, hlmn.

9-13

EVALUASI PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI


PENGGUNAAN PAKAN PADA ITIK PEDAGING YANG DIBERI
LEVEL AMPAS TAHU YANG BERBEDA

Evaluation Agency Added Weight and Efficiency of Feed to Use The Duck
Beef Tofu Dregs Been Different Level
Satri Rasyid
Mahasiswa Prodi Ilmu Peternakan, Fapetrik UMPAR,

ABSTRACT
This study aimed to evaluate the body weight gain and feed efficiency of the
various different levels of tofu on duck meat with intensive farming systems. The
usefulness of this research is to find feed formulations using tofu as an alternative feed to
increase weight gain and more efficient for feed use, is being used is duck duck king. This
research was conducted in the village of Talumae district. Wattang Sidenreng Kab. Sidrap
for three months.
The study used a base CRD (completely randomized design) with four standard
treatment, ie control without giving tofu, tofu waste treatment with the addition of 20%,
treatment with the addition of tofu waste 30%, and treatment with the addition of 40%
tofu. Each treatment consisted of 4 groups, so there are 16 experimental units, each unit
consisting of 6 ducks Raja, a total of 96 observations ducks. The parameters measured
were body weight gain (UN) and the efficiency of feed utilization is calculated every week.
Results showed Giving tofu tofu in the treatment of 30% can increase body weight
broiler ducks better than other treatments, and not significantly different from the control
and 20% tofu, but tofu significantly different from 40% at level α> 0 , 05. Efficiency of
feed use in the treatment obtained the lowest score tofu 30% and did not differ very
significantly with 40% tofu waste treatment. Being the highest value obtained from the
control and did not differ very significantly with 20% tofu waste treatment, but differed
significantly with treatment tofu and tofu 30% 40% at level α> 0.01.

Keyword: Bobot badan, efisiensi, pakan, itik pedaging, tahu.

PENDAHULUAN dapat menekan biaya pakan sehingga


mampu meningkatkan efisiensi usaha,
1. Latar Belakang tetapi tetap mempunyai kandungan gizi
yang sesuai dengan kebutuhan.
Sampai saat ini bahan pakan
Berbagai bahan pakan lokal yang
ternak berkualitas masih mengandalkan
banyak terdapat di lokasi budidaya
impor terutama bungkil kedelai, tepung
(termasuk limbah industri pertanian dan
ikan, bahkan jagung sekalipun yang
home industry) dapat dimanfaatkan
sudah dilakukan swasembada
semaksimal mungkin dengan proses
(Saefulhadjar et al, 2007). Usaha untuk
sederhana. Ampas tahu merupakan
mengurangi ketergantungan terhadap
limbah industri tahu yang mengandung
impor bahan baku pakan adalah mencari
protein, karbohidrat, lemak dan zat-zat
alternatif bahan baku yang kualitasnya
mineral yang sangat cocok untuk
cukup baik, murah, mudah didapat, serta
10 Satri Rasyid

campuran makanan ternak. Menurut level ampas tahu yang berbeda


Wiriano (1985, dalam Lestari, 2001), terhadap konversi pakan itik pedaging
ampas tahu dapat digunakan sebagai
pakan ternak besar dan kecil. Ampas tahu METODE PENELITIAN
sangat cocok sebagai bahan campuran
makanan ternak selain dedak (Kastiyanto, 1. Tempat dan Waktu
1995). Protein dalam kedelai hanya Penelitian dilaksanakan di Desa
sebagian yang dapat dimanfaatkan dan Talumae, Kecamatan Wattang Sidenreng
terserap pada tahu, sedangkan sebagian Kabupaten Sidenreng Rappang.
lagi masih tertinggal dan terserap pada Pelaksanaan penelitian mulai bulan Maret
ampasnya (Wiriano, 1985, dalam Lestari, sampai dengan Mei 2012.
2001)
Penggunaan ampas tahu masih 2. Metodologi Penelitian
sangat terbatas bahkan sering sekali Penelitian ini menggunakan
menjadi limbah yang tidak termanfaatkan rancangan acak lengkap dengan 4 taraf
sama sekali. Ampas tahu sebagai ransum perlakuan formulasi pakan, yaitu
suplemen dapat meningkatkan perlakuan A0 sebagai kontrol tanpa
pertambahan bobot badan sapi perah serta pemberian ampas tahu, perlakuan A1
meningkatkan efisiensi ransum dengan penambahan ampas tahu 20%,
dikarenakan harga ampas tahu lebih perlakuan A2 dengan penambahan ampas
murah (Rahman, 2004). Hasil penelitian tahu 30%, dan perlakuan A3 dengan
Abdullah (2007) yang menggunakan penambahan ampas tahu 40%. Setiap
ampas tahu menjadi pakan alternatif juga perlakuan terdiri dari 4 ulangan. Sehingga
dapat meningkatkan pertambahan bobot terdapat 16 unit percobaan yang masing-
badan kambing kacang. masing unit terdiri dari 6 ekor itik Raja.
Namun keterbatasan pengetahuan Jadi total pengamatan 96 ekor itik.
peternak mengenai pemanfaatan bahan Adapun formulasi pakan yang
baku, formulasi pakan dan proses diaplikasikan adalah:
pembuatannya, menyebabkan potensi
tersebut belum dimanfaatkan. Hal yang a. Analisis Data
paling utama diterapkan pada masyarakat Data yang diperoleh dari
adalah peningkatan pengetahuan dan penelitian ini dihitung dengan
keterampilan peternak mengenai mengunakan Rancangan Acak Lengkap
formulasi dan penyusunan pakan. Oleh (RAL). Perlakuan yang berbeda nyata
sebab itu, dilakukan penelitian diuji dengan menggunakan uji lanjut
menggunakan level ampas tahu yang BNT pada taraf α = 0.01 dan 0,05.
berbeda terhadap pertambahan bobot
badan dan efisiensi penggunaan pakan b. Komponen Pengamatan
pada itik pedaging. Parameter yang diukur dalam
2. Tujuan penelitian ini adalah:
Adapun tujuan penelitian ini
1. Pertambahan bobot badan (kg).
adalah:
Dilakukan sekali seminggu dengan
1. Untuk mengetahui pertambahan
melakukan penimbangan total
bobot badan itik pedaging yang diberi
menggunakan rumus sebagai berikut:
berbagai level ampas tahu yang
PBB = BB1 – BBt-1
berbeda.
Keterangan:
2. Untuk mengetahui efisiensi
PBB = Pertambahan bobot badan
penggunaan pakan dengan berbagai
BB1 = Bobot badan pada waktu t
Evaluasi Pertambahan Bobot Badan dan Efisiensi Penggunaan Pakan pada Itik Pedaging yang Diberi 11
Level Ampas Tahu yang Berbeda

BBt-1 = Bobot badan pada waktu 40% sebesar 0,174 kg dan tidak berbeda
yang lalu nyata terhadap perlakuan ampas tahu
t = Dalam seminggu 20%, namun berbeda nyata terhadap
2. Efisiensi Pakan (Rp/kg). Merupakan kontrol dan perlakuan ampas tahu 30%
nilai biaya ransum per kg daging itik (Gambar 1).
(Rasyaf, 1993).
b. Efisiensi Pengunaan Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Efisiensi penggunaan pakan
tertinggi diperoleh dari kontrol sebesar
1. Hasil 15.521 dan tidak berbeda sangat nyata
a. Pertambahan Bobot Badan dengan perlakuan ampas tahu 20%,
namun berbeda sangat nyata dengan
Perlakuan ampas tahu 30% perlakuan ampas tahu 30% dan ampas
diperoleh nilai lebih tinggi dibanding tahu 40%. Sedangkan nilai terendah
dengan perlakuan lainnya sebesar 0,191 diperoleh pada perlakuan ampas tahu
kg, namun tidak berbeda nyata dengan 30% sebesar 12.601 dan tidak berbeda
perlakuan kontrol dan ampas tahu 20%. sangat nyata terhadap perlakuan ampas
Sedangkan bobot badan terendah tahu 40% (Gambar 2).
diperoleh pada perlakuan ampas tahu

a a 0,191 a 20.000 a
0,186 0,182 0,174 b
0,2 15.521 14.398 a
Efisiensi Penggunaan

b b b
Pakan (Rp/ekor)

15.000 12.601 12.882


0,15
PBB (kg)

10.000
0,1
5.000
0,05
0
0
Kontrol 20% 30% 40%
Kontrol 20% 30% 40%
Perlakuan Ampas Tahu
Perlakuan Ampas Tahu
Gambar 1. Rata-rata pertambahan Gambar 2. Rata-rata efisiensi
bobot badan itik pedaging penggunaan pakan pada itik
(kg) selama periode pedaging selama periode
pemeliharaan. pemeliharaan.

2. Pembahasan (2009), melaporkan pemberian ransum


yang mengandung ampas tahu 30%
a. Pertambahan Bobot Badan
masih menghasilkan pertambahan bobot
Rata-rata pertambahan bobot badan yang tidak berbeda dengan ransum
badan selama periode pemeliharaan kontrol.
diperoleh bobot tertinggi adalah Berdasarkan hasil analisis
pemberian ampas tahu 30% (0,191 kg). kandungan bahan pakan, komposisi
Komposisi nutrisi yang terkandung pada ampas tahu 30% mengandung lemak
ransum dengan pemberian ampas tahu kasar 6,72% lebih tinggi dibanding
sebesar 30% menunjukkan dapat dengan perlakuan lainnya. Kandungan
meningkatkan pertambahan bobot badan lemak bersama protein dan karbohidrat
itik namun tidak berbeda nyata terhadap mengalami metabolisme, tanpa adanya
kontrol. Mairizal (1991) dan Misnadi zat lemak maka metabolisme pada tubuh
12 Satri Rasyid

itik tidak sempurna (Marhiyanto, 1996). dikonsumsi. Lestari (2001), peningkatan


Selain itu Masrurah (2008) melaporkan kuantitas lemak pakan mengakibatkan
bahwa kandungan lemak limbah padat pakan digunakan dengan sangat efisien,
tahu tinggi mengakibatkan energi kadar lemak mengakibatkan peningkatan
metabolis yang dihasilkan meningkat nilai retensi lemak dalam pakan, adanya
dengan penggunaan ampas tahu dalam retensi lemak yang berbeda menyebabkan
ransum. efisiensi pakan yang berbeda pula.
Kadar protein kasar pada Menurut Lestari (1992), angka
perlakuan pemberian ampas tahu 30% konversi menunjukkan tingkat efisiensi
adalah 26,80%. Keseimbangan protein penggunaan ransum. Lampiran 5.
dari setiap komposisi ransum pada diperoleh nilai terendah dari pemberian
pemberian ampas tahu 30% diduga lebih ampas tahu 30%. Muliyono (2004 dalam
baik dibanding dengan ampas tahu 40%. Masrurah, 2008) menyatakan angka
Hal ini menunjukkan bahwa zat pakan konversi pakan yang tinggi menunjukkan
pada perlakuan pemberian ampas tahu penggunaan pakan yang kurang efisien.
30% tersebut dapat dicerna dan diserap Angka konversi selain dipengaruhi oleh
dengan baik oleh itik pedaging. Menurut strain dan faktor lingkungan termasuk
Misnadi (2009), pemberian ampas tahu juga faktor makanan terutama nilai gizi
dengan batasan tertentu memberikan yang rendah. Mahfudz (2006)
dampak yang positif terhadap unggas. melaporkan penggunaan ampas tahu
Kandungan protein pada bahan pakan dapat menurunkan rasio konversi pakan
kerap dijadikan sebagai indikator penentu ayam pedaging sehingga mampu
kualitas pakan (Supriyadi, 2009). meningkatkan efisiensi penggunaan
pakan.
b. Efisiensi Penggunaan Pakan
Rata-rata efisiensi pakan selama KESIMPULAN DAN SARAN
periode pemeliharaan diperoleh nilai 1. Kesimpulan
terendah pada pemberian ampas tahu
30% (Rp. 12.601,46/ekor). Hasil sidik Berdasarkan hasil dan
ragam efisiensi penggunaan pakan pembahasan, maka dapat disimpulkan
diperoleh harga terendah dari perlakuan sebagai berikut:
ampas tahu 30%, dengan rata-rata 1. Pemberian ampas tahu pada
konsumsi pakan sebesar 0,85 kg/ekor perlakuan 30% dapat meningkatkan
yang terkonversi menjadi energi pertambahan bobot badan itik
metabolisme/kg berat badan adalah 4,45 pedaging lebih baik dari perlakuan
ME/kg BB dengan rata-rata biaya ransum lainnya, meskipun tidak berbeda
Rp. 2.830/ekor. Hasil penelitian nyata dengan kontrol dan 20%,
Masrurah (2008) diperoleh hasil namun berbeda nyata dengan 40%.
penambahan ampas tahu dapat 2. Efisiensi pakan diperoleh nilai terbaik
meningkatkan efisiensi penggunaan pada perlakuan ampas tahu 30% dan
untuk ransum ayam kampung, karena tidak berbeda sangat nyata dengan
konsumsi pakan yang tinggi diikuti oleh perlakuan ampas tahu 40%. Namun
pembentukan daging sehingga berbeda sangat nyata dari kontrol dan
berpengaruh terhadap pertambahan bobot perlakuan ampas tahu 20%.
badan.
Peningkatan proporsi ampas tahu 2. Saran
terhadap peningkatan kadar lemak ikut Disarankan dalam melakukan
meningkat seiring dengan pakan yang budidaya itik pedaging cecara intensif
Evaluasi Pertambahan Bobot Badan dan Efisiensi Penggunaan Pakan pada Itik Pedaging yang Diberi 13
Level Ampas Tahu yang Berbeda

dapat menggunakan ampas tahu sebagai Marhiyanto, B. 1996. Budidaya Bebek


pakan alternatif dengan level 30% pada Darat. Cet-1. Gita Media Press,
komposisi pakan itik pedaging. Perlunya Surabaya.
penelitian lanjutan dengan menggunakan Masrurah, L. 2008. Pengaruh
ampas tahu 30% pada berbagai level Penggunaan Limbah Padat Tahu
konsentrat dan berbagai bahan pakan Dalam Ransum Terhadap
sumber energi dan sumber protein yang Konsumsi Pakan, Pertambahan
mudah diperoleh sebagai pakan alternatif Bobot Badan dan Konversi Pakan
untuk efisiensi pakan budidaya itik secara pada Ayam Kampung Periode
intensif serta mampu mensubtitusi jika Grower. Skripsi S1. Jurusan
terjadi peningkatan harga kedelai yang Biologi, Fakultas Sains dan
berdampak terhadap harga jual ampas Teknologi, UIN Malang, Malang.
kedelai. Diunduh pada tanggal 14 Agustus
2012 melalui lib.uin-
DAFTAR PUSTAKA malang.ac.id.
Misnadi. 2009. Pemanfaatan Ampas
Abdullah. 2007. Pertambahan Bobot Tahu Pada Unggas.
Badan Kambing Kacang pada http://uripsantoso.wordpress.com.
Berbagai Tingkat Pemberian Diunduh pada tanggal 14 Agustus
Ampas Tahu. Skripsi S1. 2012.
UMPAR, Parepare. Rahman, A. 2004. Suplementasi Ransum
Kastiyanto, W. 1995. Membuat Tahu. Yang Mengandung Ikatan Ampas
Penebar Swadaya, Jakarta. Tahu dan Ampas Bir dengan Zn
Lestari, S. 2001. Pengaruh Kadar Ampas dan Cu Terhadap Produksi Susu
Tahu Yang Difermentasi Sapi Perah. Skripsi S1. Fakultas
Terhadap Efisiensi Pakan dan Peternakan IPB, Bogor.
Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus Rasyaf, M. 1993. Beternak Itik
carpio). Skripsi S1. Prodi Komersial. Edisi ke-2, Cet-9.
Budidaya Perairan IPB, Bogor. Kanisius, Yogyakarta.
-----------. 1992. Menentukan Bibit Saefulhadjar, D., Ir. Abun, dan D.
Broiler. Peternakan Indonesia. Rusmana. 2007. Budidaya Itik
Mahfudz, L.D. 2006. Efektifitas Oncom pada Lokasi Kolam Jaring Apung
Ampas Tahu sebagai Bahan Melalui Teknik Formulasi dan
Pakan Ayam Pedaging. Fakultas Produksi Pakan Berbasis Muatan
Peternakan Universitas Lokal. Laporan akhir kegiatan
Diponegoro, Semarang. Jurnal pengabdian kepada masyarakat.
Animal Produstion. Vol. 8, No. 2, Fakultas Peternakan, Universitas
Mei 2006 : 108-114, File PDF. Padjadjaran.
Mairizal. 1991. Penggunaan ampas tahu Supriyadi. 2009. Panduan Lengkap Itik.
dalam ransum unggas. Poultry Cet-1. Penebar Swadaya, Jakarta.
Indonesia, No. 133.

You might also like