Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

DAYA HAMBAT DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indica) TERHADAP


PERTUMBUHAN Salmonella typhi PENYEBAB DEMAM TIFOID

Dini Puspodewi1, Sri Darmawati2, Endang Triwahyuni Maharani3


1,2,3
Nursing and Health Faculty Muhammadiyah University of Semarang
diniekonugroho@yahoo.co.id
ciciekdarma@yahoo.com
endangtm@unimus.ac.id

ABSTRACT

Tifoid fever is endemic disease who caused by Salmonella typhi bacteria and still to be seriously
health problem in Indonesia. The treatment still use antibiotic who can cause resistant if
uncontrol using. Tamarind (Tamarindus indica) is plant who can use as medicine. The leaves
contain flavonoid, tannin, and saponin who can function as antibacteria. The purpose of this
research to know inhibition of tamarind leaves to Salmonella typhi who caused tifoid fever in
25% consentration. This research using old tamrind leaves from Rembang. The leaves was
drying and powdering, then soxhletation with eter, extraction with maceration and infused
method using distiled water with 25% concentration, then freeze dying and make 1, 2, 3, 4, and
5 mg/25 µL concentration per disc in a row. antibacteri tested with Kirby bauer method. The
result of this experiment showing all of variance concentrations at disc can inhibit Salmonella
typhi BA07.4 in maceration method as well as in infused method in 25% concentration of
tamarind leaves. 5 mg/25 µL concentration has large antibacterial essence showed with
existence large zone of inhibition 11,5 mm in maceration method and 14 mm in infused method.
infused method of 25% tamarind leaves is more antibacterial essence than maceration method.

Keyword : Tamarind leaves, Salmonella typhi, Tifoid fever

PENDAHULUAN Anggraini (2013), Juwita


dkk.(2013) mengatakan bahwa
Demam tifoid termasuk penyakit sefalosporin, amfenikol, penicillin,
endemik yang disebabkan oleh bakteri kuinolon, sulfonamid dan trimetoprim
Salmonella typhi (S. typhi). Penyakit ini merupakan golongan antibiotik untuk
masih menjadi masalah kesehatan yang demam tifoid, dengan jenis antibiotik yang
serius di negara berkembang termasuk sering digunakan yaitu kloramfenikol,
Indonesia (Musnelina, 2004; Darmawati, ampisilin, amoksilin, fluorokuinolon,
2009; Anggraini, 2013; Purnami dkk., kotrimoksazol, azitromisin, ciprofloksasin
2014). Penularan demam tifoid dapat asam nalidiksat, cefixime, ceftriaxon dan
melalui makanan dan minuman yang cefotaxim. Penggunaan antibiotik untuk
terkontaminasi dari kotoran atau tinja mengobati penyakit dapat menimbulkan
penderita demam tifoid. Penyebaran bakteri masalah yang berkaitan dengan efek toksik
ini dapat melalui tangan penderita, lalat dan dari obat, residu obat dan pengembangan
serangga lain (Musnelina, 2004; Darmawati mikroba resisten (Monica dkk., 2013).
& Haribi, 2005; Maarisit dkk., 2014). Berkaitan dengan masalah tersebut maka
Penyakit ini menunjukkan gejala klinis perlu diupayakan alternatif pengobatan
yang bervariasi seperti demam yang yang lebih aman dan tidak menimbulkan
berkepanjangan, gangguan saluran cerna, efek samping, seperti pemanfaatan tanaman
lemah, sakit kepala, nafsu makan berkurang obat.
serta gejala lainnya (Wardhani dkk., 2005; Asam jawa (Tamarindus indica)
Darmawati & Haribi, 2005; Amarantini merupakan salah satu tanaman yang dapat
dkk., 2009; Pramitasari, 2013; Nani & digunakan sebagai obat dimana tanaman ini
Muzakkir, 2014). Pengobatan demam tifoid tersebar luas di Indonesia (Maryati &
sampai saat ini masih menggunakan Erindyah, 2004). Menurut Mun’im
antibiotik. dkk.(2009), dalam penelitiannya

45
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

melaporkan bahwa identifikasi fitokimia dimasukkan pada bejana II. Biarkan larutan
pada ekstrak daun asam jawa menunjukkan menyatu didiamkan selama 1 jam dengan
adanya tanin, flavonoid dan saponin. diaduk secara konstan. Kemudian larutan
Senyawa-senyawa inilah yang membuat yang ada pada bejana II disaring dengan
daun asam jawa dapat berkhasiat sebagai kain kassa steril dimasukkan pada bejana
obat. Tanin mempunyai daya anti bakteri III, didiamkan selama 1 jam dengan diaduk
yaitu melalui reaksi dengan membran sel, secara konstan agar larutan menyatu.
inaktivasi enzim dan inaktivasi fungsi Selanjutnya larutan dari bejana III disaring
materi genetik (Ajizah, 2004). Flavonoid dengan kain kassa steril dimasukkan ke
bersifat desinfektan yang bekerja dengan tempat penampung. Larutan ekstrak yang
cara mendenaturasi protein yang dapat didapatkan di tempat penampung kemudian
menyebabkan aktifitas metabolisme sel dipekatkan dengan cara ditangas diatas
bakteri berhenti, sedangkan saponin dapat penangas air dengan suhu rendah dengan
meningkatkan permeabilitas membran sel diberi pendingin balik untuk mendapatkan
bakteri sehingga dapat mengubah struktur ekstrak kental, kemudian di freeze dryer
dan fungsi membran, menyebabkan hingga diperoleh ekstrak kering daun asam
denaturasi protein membran sehingga jawa. Ekstrak ini memiliki konsentrasi
membran sel akan rusak dan lisis (Wibowo, 25%.
2012). Infusa : serbuk daun asam jawa
Penelitian ini bertujuan untuk ditimbang 25 g dan dicampurkan dalam 100
mendeteksi apakah maserasi dan infusa mL akuades steril, dimasukkan dalam
daun asam jawa memiliki daya hambat penangas air pada suhu 90oC selama 15
terhadap pertumbuhan S. typhi penyebab menit, kemudian disaring pada kondisi
demam tifoid. panas dengan kain kasa steril secara aseptis
dan ditampung di dalam tabung reaksi
METODE steril, selanjutnya di freeze dryer hingga
Penelitian ini dilakukan 3 tahapan diperoleh ekstrak kering daun asam jawa.
yaitu pembuatan suspensi bakteri, Ekstrak ini memiliki konsentrasi 25%.
pembuatan ekstrak daun asam jawa dan Pembuatan Konsentrasi Pada
pengujian antibakteri. Disk Blank : ekstrak kering maserasi daun
asam jawa 25% ditimbang 2 mg
1. Pembuatan suspensi bakteri dicampurkan dalam 50 µL akuades steril.
Bakteri S. typhi BA07.4 murni yang Diteteskan pada disk blank lalu diinkubasi
sudah diuji konfirmasi dibuat suspensi pada 37oC supaya larutan ekstrak meresap,
tabung reaksi yang berisi NaCl fisiologis. kemudian diteteskan lagi pada disk blank
Kekeruhan suspensi disetarakan dengan dan diinkubasi 37oC sampai larutan ekstrak
larutan standar Mc Farlan 0,5. Bakteri meresap. Disk blank ini memiliki
sebanyak 1,5x108 sel/mL. konsentrasi 1 mg/25 µL. Selanjutnya
dilakukan pembuatan disk blank berisi
2. Pembuatan ekstrak daun asam jawa maserasi daun asam jawa 25% dengan
Daun asam jawa yang diperoleh konsentrasi berturut-turut 2, 3, 4, dan 5
dicuci dengan air agar bersih dari kotoran mg/25 µL. Dilakukan dengan prosedur
yang melekat, kemudian daun dijemur yang sama untuk pembuatan disk blank
hingga kering dan diserbukkan hingga halus berisi infusa daun asam jawa 25% dengan
dengan blender. Selanjutnya serbuk daun konsentrasi berturut-turut 1, 2, 3, 4, dan 5
disoxhletasi dengan eter, kemudian serbuk mg/25 µL.
daun disiapkan untuk dimaserasi dan
diinfusa. 3. Pengujian antibakteri
Maserasi Kontinyu : direndam 25 Disediakan cawan petri berisi
g serbuk daun asam jawa dalam 100 mL media NA. Diambil 100 µL suspensi
akuades di dalam bejana I, bejana II dan bakteri S. typhi BA07.4 dimasukkan pada
bejana III pada suhu kamar, direndam permukaan media NA kemudian diratakan
selama 3 x 24 jam dengan diaduk secara dengan menggunakan triangle hingga rata
konstan. Kemudian larutan yang ada pada dan didiamkan 5-10 menit agar bakteri
bejana I disaring dengan kain kassa steril meresap pada media. Disk yang berisi

46
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

maserasi daun asam jawa 25% dengan adanya zona bening disekitar disk,
konsentrasi 1 mg/25 µL ditempelkan pada didapatkan hasil seperti pada Tabel 3.
permukaan media NA, selanjutnya
diinkubasi pada suhu 37˚ C selama 24 jam. Tabel 3. Rata-rata uji daya hambat
Pembacaan dilakukan dengan cara ekstrak daun asam jawa (25%)
mengukur diameter zona hambatan. terhadap pertumbuhan S. typhi
Dilakukan prosedur yang sama untuk BA07.4
maserasi daun asam jawa 25% konsentrasi Rata-rata diameter zona
berturut-turut 2, 3, 4, dan 5 mg/25 µL serta hambat (mm)
Konsentrasi
infusa daun asam jawa 25% konsentrasi Maserasi Infusa
(per disk)
berturut-turut 1, 2, 3, 4 dan 5 mg/25 µL. daun asam daun asam
jawa jawa
1 mg/25 µL 7,5 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 2 mg/25 µL 8 10,5
3 mg/25 µL 10 11,5
Penelitian ini dilakukan soxhletasi 4 mg/25 µL 11,25 12,25
pada serbuk daun asam jawa dengan eter 5 mg/25 µL 11,5 14
untuk menghilangkan klorofil yang terdapat Keterangan :
pada daun, dimana pelarut seperti n- Kontrol positif (kloramfenikol) : 35 mm
Heksan, petroleum eter, benzene dan
toluene dapat melarutkan terpenoid, Maserasi
triterpen, steroid, kumarin, polimetoksi
Infusa
flavon, lipida, resin, xantofil dan klorofil 16
Zona Hambatan (mm)
(Fardhani, 2014). Adanya klorofil pada 14
serbuk daun akan membuat BJ tinggi 12
10
sehingga akan mengalami kesulitan pada 8
saat larutan ekstrak daun asam jawa 6
4
dimasukkan pada disk blank. Setelah 2
menghilangkan klorofil selanjutnya serbuk 0
daun diekstraksi dengan metode maserasi 1 2 3 4 5
dan infusa dengan menggunakan pelarut mg/25 mg/25 mg/25 mg/25 mg/25
µL µL µL µL µL
akuades.
Pemilihan akuades sebagai pelarut karena Konsentrasi Ekstrak Daun Asam
murah dan mudah diperoleh, stabil, tidak Jawa pada Disk
mudah menguap, tidak mudah terbakar,
tidak beracun dan alami (Departemen Gambar 3. Hasil uji ekstrak daun asam jawa
Kesehatan Republik Indonesia, 1986). terhadap pertumbuhan S. typhi BA07.4
Penelitian ini menggunakan 2 metode
ekstraksi yaitu metode maserasi dan infusa, Hasil uji daya hambat ekstrak daun
dimana metode maserasi merupakan cara asam jawa terhadap S. typhi BA07.4
dingin sedangkan infusa cara panas menunjukan pada rentang konsentrasi
(Kurniawati, 2008). berturut-turut 1, 2, 3, 4, dan 5 mg/25 µL
Maserasi adalah proses mampu menghasilkan diameter zona
pengekstrakan simplisia yang diberi pelarut hambat, baik pada metode maserasi
dengan beberapa kali pengadukan pada maupun infusa daun asam jawa 25%. Infusa
suhu kamar (Ditjen POM, 2000). Metode daun asam jawa 25% dengan konsentrasi 5
infusa adalah proses penyarian untuk mg/25 µL per disk memiliki daya hambat
menyari zat-zat yang larut dalam air. Infusa terbesar dengan rata-rata diameter zona
merupakan sediaan cair dibuat dengan cara hambatan 14 mm terhadap S. typhi BA07.4.
menyari simplisia dengan air pada suhu Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun
90oC selama 15 menit (Departemen asam jawa dalam disk, maka semakin besar
Kesehatan Republik Indonesia, 1986). aktivitas antibakterinya, dapat dilihat
Hasil penelitian daya hambat dengan adanya zona hambatan yang
ekstrak daun asam jawa terhadap dihasilkan semakin besar pula (Gambar 4).
pertumbuhan S. typhi ditunjukkan dengan

47
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

antibakteri. Ekstrak daun asam jawa


memiliki kandungan senyawa antibakteri
yang meliputi tanin, flavonoid dan saponin
(Mun’im dkk., 2009). Tanin mempunyai
daya anti bakteri yaitu melalui reaksi
dengan membran sel dimana tanin
menyerang polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan dinding sel menjadi kurang
sempurna menyebabkan sel bakteri lisis
karena tekanan osmotik sehingga sel bakteri
akan mati (Sari & Sari, 2011), inaktivasi
A enzim dan inaktivasi fungsi materi genetik
dimana tanin menghambat enzim reverse
traskriptase dan DNA topoisomerase
sehingga mengakibatkan sel bakteri tidak
dapat terbentuk (Nuria dkk., 2009).
Flavonoid bersifat desinfektan yang bekerja
dengan cara mendenaturasi protein yang
dapat menyebabkan aktifitas metabolisme
sel bakteri berhenti, sedangkan saponin
dapat meningkatkan permeabilitas
membran sel bakteri sehingga dapat
mengubah struktur dan fungsi membran,
B menyebabkan denaturasi protein membran
sehingga membran sel akan rusak dan lisis
Gambar 4. A. Daya hambat ekstrak daun yang berakibat pada kematian sel bakteri
asam jawa (metode maserasi), (Wibowo, 2012).
B. Daya hambat ekstrak daun Faktor kedua yaitu konsentrasi
asam jawa (metode infusa) ekstrak, semakin tinggi konsentrasi maka
terhadap pertumbuhan S. typhi semakin besar zat antibakteri, sehingga
BA07.4 dengan metode Kirby kemampuannya semakin besar dalam
Bauer menghambat pertumbuhan bakteri (Ajizah,
Keterangan : 2004).
1. Konsentrasi 1mg/25µL per disk Hasil uji menunjukkan bahwa zona
2. Konsentrasi 2 mg/25 µL per disk hambatan yang dihasilkan oleh ekstrak
3. Konsentrasi 3 mg/25 µL per disk daun asam jawa 25% lebih besar pada
4. Konsentrasi 4 mg/25 µL per disk metode infusa dibandingkan dengan metode
5. Konsentrasi 5 mg/25 µL per disk maserasi. Hal tersebut karena pelarut air
6. Kloramfenikol 30 µg/disk panas pada metode infusa dapat melarutkan
berbagai senyawa yaitu flavonoid aglikon,
Diameter zona hambat disk yang asam fenolat, quasinoid, tanin, garam
berisi ekstrak daun asam jawa dibandingkan alkaloid, flavonoid diglikosida,
dengan zona hambat yang terdapat pada poliglikosida, mono- dan disakarida, asam
kontrol positif yaitu kloramfenikol 30 amino, protein dan mineral (Fardhani,
µg/disk sebesar 35 mm, maka zona hambat 2014).
ekstrak daun asam jawa terhadap S. typhi Metode maserasi membutuhkan
BA07.4 lebih kecil. Meski demikian, pengadukan yang konstan, memerlukan
maserasi dan infusa daun asam jawa waktu tertentu dan dilakukan pada suhu
memiliki potensi sebagai antibakteri karena ruang. Waktu yang diperlukan pada metode
mampu menghambat pertumbuhan S. typhi maserasi lebih lama dibandingkan dengan
BA07.4 yang ditunjukkan dengan adanya metode infusa yang hanya membutuhkan
zona hambat disekitar disk. waktu 15 menit. Disamping itu, metode
Daya hambat pertumbuhan bakteri maserasi dilakukan pada suhu ruang dimana
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang suhu tersebut lebih rendah dibandingkan
pertama adalah kandungan senyawa metode infusa yang menggunakan suhu

48
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

90oC. Dengan suhu yang lebih tinggi maka Darmawati, S. 2009. Keanekaragaman
kemampuan melarutkan zat antibakteri Genetik Salmonella typhi. Jurnal
semakin besar, sehingga zat antibakteri Kesehatan 2(1):27-33.
yang didapat dengan metode infusa lebih Darmawati, S dan R. Haribi. 2005. Analisis
besar daripada metode maserasi, akibatnya Protein Pilli Salmonella typhi isolate
pada konsentrasi yang sama dari ekstrak RS. Kariadi Semarang dengan
daun asam jawa dengan metode yang Elektroforesis SDS-PAGE. Jurnal
berbeda tersebut akan menghasilkan zona Litbang Universitas Muhammadiyah
hambat yang berbeda pula. Semarang 2(3):1-4.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
KESIMPULAN 1986. Sediaan Galenik. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang Makanan, Jakarta.
dilakukan, dapat disimpulkan sebagai Ditjen POM. 2000. Parameter Standar
berikut: Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
1. Konsentrasi 5 mg/25 µL memiliki zat Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
antibakteri paling besar baik pada Fardhani, H. L. 2014. Pengaruh Metode
metode maserasi maupun metode infusa Ekstraksi Secara Infudasi dan Maserasi
daun asam jawa 25%, dapat dilihat Daun Asam Jawa (Tamarindus indica
dengan adanya zona hambat yang L.) Terhadap Kadar Flavonoid Total.
besar, rata-rata zona hambat pada Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas
metode maserasi yaitu 11,5 mm, Gadjah Mada, Yogyakarta.
sedangkan pada metode infusa 14 mm. Juwita, S, E. Hartoyo dan L. Y. Budiarti.
2. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak 2013. Pola Sensitivitas in vitro
daun asam jawa dalam disk, maka Salmonella typhi Terhadap Antibiotik
semakin besar aktivitas antibakteri. Kloramfenikol, Amoksisilin dan
3. Metode infusa daun asam jawa 25% Kotrimoksazol. Berkala Kedokteran
menghasilkan zat antibakteri lebih 9(1):21-29.
besar dibandingkan dengan metode Kurniawati, S. W. 2008. Aktivitas
maserasi. Antibakteri dari Ekstrak Etanol Daun
Asam Jawa (Tamarindus indica Linn.)
DAFTAR PUSTAKA Terhadap Kultur Aktif Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli. Skripsi.
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas UIN Syarif Hidayatullah Press. Jakarta.
Salmonella typhimurium terhadap Maarisit, C. L, S. Sarimin dan A. Babakal.
Ekstrak Daun Psidium Guajava L.. 2014. Hubungan Orang Tua Tentang
Bioscientiae 1(1): 31-38. Demam Tifoid Dengan Kebiasaan Jajan
Amarantini, C, L. Sembiring, H. Pada Anak Di Wilayah Kerja RSUD
Kushadiwijaya, W. Asmara. 2009. Mala Kecamatan Melonguane
Isolasi, Karakterisasi dan Kabupaten Kepulauan Talaud. Jurnal
Pengelompokan Strain-strain Anggota Keperawatan 2(2):1-8.
Salmonella typhi Asal Wilayah Maryati dan Erindyah W. 2004. Uji
Kabupaten Sumba Barat Daya Nusa Toksisitas Ekstrak Daun Tamarindus
Tenggara Timur Berdasarkan Sifat indica L dengan Metode Brine Shrimps
Fenotip. Seminar Nasional Biologi XX Lethality Test. Jurnal Penelitian Sains
dan Kongres PBI XIV UIN Maliki & Teknologi 5(1):125-130.
Malang. 24-25juli2009, Malang, Monica, W.S, H. Mahatmi dan K. Besung.
Indonesia. Hal. 141-147. 2013. Pola Resistensi Salmonella typhi
Anggraini, T. D. 2013. Tinjauan Pola yang Diisolasi dari Ikan Serigala
Penggunaan Antibiotik Pada Pasien (Hoplias malabaricus) Terhadap
Anak Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Antibiotik. Jurnal Ilmu dan Kesehatan
Inap RSUP dr. Kariadi Semarang Hewan 1(2):64-69.
Tahun 2009. Journal of Pharmacy Mun’im A, E Hanani dan Rahmadiah.
2(1):54-62. 2009. Karakterisasi Ekstrak Etanolik
Daun Asam Jawa (Tamarindus indica

49
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

L.). Majalah Ilmu Kefarmasian


VI(1):38-44.
Musnelina, L. 2004. Pola Pemberian
Antibiotika Pengobatan Demam Tifoid
Anak di Rumah Sakit Fatmawati
Jakarta Tahun 2001-2002. Makara
Kesehatan 8(1):27-31.
Nani dan Muzakkir. 2014. Kebiasaan
Makan dengan Kejadian Demam
Typhoid pada Anak. Journal of
Pediatric Nursing 1(3):143-148.
Nuria, maulita , Faizaitun, Arvin dan
Sumantri. 2009. Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak
Pagar (Jatropha Curcas L) Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus Atcc
25923, Escherichia coli Atcc 25922,
Dan Salmonella typhi Atcc 1408.
Mediagro 5(2):26–37.
Pramitasari, O. P. 2013. Faktor Risiko
Kejadian Penyakit Demam Tifoid Pada
Penderita yang Dirawat Di Rumah
Sakit Umum Daerah Ungaran. Jurnal
Kesehatan Masyarakat 2(1):1-10.
Purnami, N. P. Y. dkk. 2014. Evaluasi
Penggunaan Deksametason Pada Pasien
Anak Dengan Demam Tifoid. Jurnal
Farmasi Udayana 3(1):68-72.
Sari, F.P. dan S. M. Sari. 2011. Ekstraksi
Zat Aktif Antimikroba dari Tanaman
Yodium (Jatropha multifida Linn)
sebagai Bahan Baku Alternatif
Antibiotik Alami. Semarang: Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
Wardhani, P, Prihatini dan Probohoesodo.
2005. Kemampuan Uji Tabung Widal
Menggunakan Antigen Import dan
Antigen Lokal. Indonesian Journal of
Clinical Pathology and Medical
Laboratory 12(1):31-37.
Wibowo, S. 2012. Daya Hambat Biji Buah
Mahoni (Swietenia mahagoni) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi.
Skripsi. Unimus Press, Semarang.

50

You might also like