Narative Text

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

Narative Text

1. True Friends

Once upon a time, there were two close friends who were walking through the forest together.
They knew that anything dangerous can happen any time in the forest. So they promised each
other that they would always be together in any case of danger.

Suddenly, they saw a large bear getting closer toward them. One of them climbed a nearby tree
at once. But unfortunately the other one did not know how to climb up the tree. So being led by
his common sense, he lay down on the ground breathless and pretended to be a dead man.

The bear came near the one who was lying on the ground. It smelt in his ears, and slowly left the
place because the bears do not want to touch the dead creatures. After that, the friend on the tree
came down and asked his friend that was on the ground, "Friend, what did the bear whisper into
your ears?" The other friend replied, "Just now the bear advised me not to believe a false friend."

Moral of the Story- A true friend in need is a friend indeed.

Teman sejati

Suatu hari di masa lau, ada dua teman dekat yang berjalan melewati hutan bersama-sama.
Mereka tahu bahwa sesuatu yang berbahaya dapat terjadi setiap saat di hutan. Jadi mereka
saling berjanji bahwa mereka akan selalu bersama-sama dalam keadaan bahaya sekalipun.

Tiba-tiba, mereka melihat beruang besar sedang semakin mendekat ke arah mereka. Salah satu
dari mereka memanjat pohon terdekat seketika. Tetapi sayangnya satu yang lainnya tidak tahu
bagaimana cara untuk memanjat pohon. Jadi terdorong oleh akal sehatnya, ia berbaring di
tanah, menahan napas, dan berpura-pura menjadi orang yang sudah mati.

Beruang itu datang mendekati orang yang sedang berbaring di tanah tersebut. Mencium di
telinganya, dan perlahan-lahan meninggalkan tempat karena beruang tidak ingin menyentuh
makhluk yang sudah mati. Setelah itu, teman di pohon turun dan bertanya ke pada temannya
yang berbaring di tanah itu, " Teman , apa yang beruang bisikan ke telingamu ? " Teman lain
menjawab, "Tadi beruang itu menyarankan saya untuk tidak mempercayai teman palsu."

Pesan Moral dari cerita-

Seorang teman sejati yang kita butuhkan adalah teman yang sebenarnya

2. Fox and A Cat

One day a cat and a fox were having a conversation. The fox, who was a conceited creature,
boasted how clever she was. 'Why, I know at least a hundred tricks to get away from our mutual
enemies, the dogs,' she said.

'I know only one trick to get away from dogs,' said the cat. 'You should teach me some of yours!'

'Well, maybe some day, when I have the time, I may teach you a few of the simpler ones,'
replied the fox airily.

Just then they heard the barking of a pack of dogs in the distance. The barking grew louder and
louder - the dogs were coming in their direction! At once the cat ran to the nearest tree and
climbed into its branches, well out of reach of any dog. 'This is the trick I told you about, the
only one I know,' said the cat. 'Which one of your hundred tricks are you going to use?'
The fox sat silently under the tree, wondering which trick she should use. Before she could make
up her mind, the dogs arrived. They fell upon the fox and tore her to pieces.

Moral : A single plan that works is better than a hundred doubtful plans.

Rubah dan Seekor Kucing

Suatu hari kucing dan rubah sedang bercakap-cakap. Rubah, yang adalah makhluk sombong,
membual tentang betapa pintarnya dia. "Kenapa, aku tahu setidaknya seratus trik untuk
menjauh dari musuh kita bersama, anjing," katanya.

"Saya hanya tahu satu trik untuk menjauh dari anjing," kata kucing. "Kamu harus mengajariku
beberapa trik mu!"

"Yah, mungkin suatu hari, ketika saya punya waktu, saya mungkin mengajarkan kamu beberapa
trik yang sederhana," jawab rubah ringan.

Sesaat kemudian mereka mendengar gonggongan sekawanan anjing di kejauhan.


menggonggong semakin keras - anjing datang menuju ke arah mereka! Seketika kucing berlari
ke pohon terdekat dan naik ke cabang-cabangnya, di luar jangkauan dari setiap anjing. 'Ini
adalah trik saya katakan tadi, satu-satunya yang saya tahu, "kata kucing. ' mana salah satu dari
seratus trik anda yang anda akan gunakan?'

Rubah duduk diam di bawah pohon, bertanya-tanya trik apa yang dia harus gunakan. Sebelum
dia bisa mengambil keputusan, anjing tiba. Mereka menyergap rubah dan mencabik-cabiknya.

Pesan Moral:

Sebuah rencana tunggal yang bekerja lebih baik dari seratus rencana diragukan.

3. The Ant and the Dove

One hot day, an ant was seeking for some water. After walking around for a moment, she came
to a spring. To reach the spring, she had to climb up a blade of grass. While making her way up,
she slipped and fell unintentionally into the water.

She could have sunk if a dove up a nearby tree had not seen her. Seeing that the ant was in
trouble, the dove quickly put off a leaf from a tree and dropped it immediately into the water
near the struggling ant. Then the ant moved towards the leaf and climbed up there. Soon it
carried her safely to dry ground.

Not long after at that, there was a hunter nearby who was throwing out his net towards the dove,
hoping to trap it in this way.

Guessing what he should do, the ant quickly bit him on the heel. Feeling the pain, the hunter
dropped his net and the dove flew away quickly from this net.

The morality: One good turn deserves another.

Semut dan Merpati

Pada suatu hari yang panas, seekor semut sedang mencari air. Setelah berkeliling sejenak, dia
sampai ke sebuah mata ai. Untuk mencapai mata air itu, dia harus memanjat rumput. Ketika ia
memanjat ke atas, ia terpeleset dan tanpa sengaja jatuh ke dalam air.
Dia mungkin tenggelam jika burung merpati di atas pohon di dekatnya tidak melihatnya.
Melihat bahwa semut dalam kesulitan, burung merpati cepat memetik daun dari pohon dan
langsung menjatuhkannya ke dalam air dekat semut yang mencoba menyelamatkan diri itu.
Kemudian semut bergerak menuju daun dan naik ke atasnya. Segera terbawa dengan selamat ke
tanah kering.

Tidak lama setelah saat itu, ada seorang pemburu yang membuang jaring ke arah burung
merpati, berharap untuk menjebaknya dengan cara ini .

Berfikir sejenak tentang apa yang harus ia lakukan,kemudian semut cepat menggigit tumit
orang tersebut. Merasakan sakit, pemburu menjatuhkan jaringnya dan kemudian burung
merpati terbang cepat keluar dari jarring tersebut.

Pesan Moral: Satu perbuatan baik layak mendapat kebaikan yang lain .

4. The Fox and the Grapes

One afternoon there was a fox that was walking through the forest and spotted a bunch of grapes
hanging from over a lofty branch. “Just the thing to quench my thirst,” quoted the fox. Taking a
few steps backward, the fox jumped but unfortunately he missed the hanging grapes. Again the
fox took a few paces backward, ran, and tried to reach them but he still failed.

Finally, giving up, the fox turned up his nose and said, “They’re probably sour anyway,” and
proceeded to walk away.

Moral Value: it’s easy to despise what you cannot have.

Rubah dan Anggur

Pada suatu sore ada seekor rubah yang sedang berjalan melalui hutan dan melihat sekelompok
anggur tergantung di cabang yang tinggi. "Hanya ini yang bisa memuaskan dahaga saya, "kata
si rubah. Mengambil beberapa langkah mundur, rubah melompat tapi sayangnya ia gagal
mendapatkan buah anggur menggantung tersebut. Sekali lagi rubah mengambil beberapa
langkah mundur, berlari, dan mencoba untuk menjangkaunya tapi ia masih gagal.

Akhirnya, menyerah, rubah menunjuk hidungnya dan berkata, "Mereka mungkin asam, " dan
terus berjalan pergi .

Nilai Moral : mudah untuk membenci apa yang anda tidak bisa memiliki .

Untuk melihat bank soal bahasa Inggris, klik link berikut: Kumpulan Soal Bahasa Inggris SMP,
SMA, Dan SBMPTN Terbaru Beserta Pembahasannya

5. Pinokio

In the past, there was a puppeteer whose name is Geppetto. He eager to have a son very much
but his wife passed away several years ago. One day, he got an idea to make a puppet in order
not to be lonely again. He made a puppet all day long. Finally, in the morning he had finished
his work and he named the puppet Pinocchio. Soon he felt lonely again since Pinocchio couldn't
walk or talk by itself. One night, Geppetto prayed to the God to become a real boy. He always
thought it on his mind in his dream.
In the next morning, he was surprised that Pinocchio was alive. He taught Pinocchio how to
walk, how to read, how to speak and to do other things as human. He then studied at an
elementary school. One day, Pinocchio felt bored and it made him go home late. When
Pinocchio finally came home, Geppetto asked him. He said that he was on school but he wasn’t.
Instantly, Pinocchio's nose grew longer and longer and it meant that Pinocchio has lied.

The next morning, Pinocchio was kidnaped by the owner of circus. Pinocchio soon became a
slave for the circus. He was so famous because he was a puppet which can talk. Geppetto
worried about him because Pinocchio had not been going home for almost two days. He tried to
find Pinocchio everywhere but he found nothing. When he searched him on the sea, big wave
smashed him. He was then in whale's stomach when he awoke. He couldn't find the way to go
out.

In the other side, Pinocchio finally could escape out from the circus. He came home but nobody
was there. Latter on, he searched Geppetto in the sea. He got the same accident like Geppetto
and he met Geppetto in whale's stomach. Both of them got out from its stomach by making a
fire. In the end of the story, they went home together and lived happily ever after.

Pinokio

Di masa lalu, ada seorang pembuat boneka kayu yang bernama Geppetto. Dia ingin sekali
memiliki anak laki-laki tapi istrinya meninggal beberapa tahun sebelumnya. Suatu hari, ia
mendapat ide untuk membuat boneka agar tidak kesepian lagi. Dia membuat boneka kayu itu
sepanjang hari. Akhirnya, di pagi hari ia selesai mengerjakannya dan dia beri nama boneka itu
Pinocchio. Setelah itu ia merasa kesepian lagi karena Pinocchio tidak bisa berjalan atau
berbicar. Suatu malam, Geppetto berdoa kepada Tuhan untuk menjadikannya seorang anak
yang nyata. Dia selalu memikirkan itu dalam pikirannya.

Pada keesokan harinya, ia terkejut karena Pinocchio hidup. Dia mengajari Pinocchio cara
berjalan, cara membaca, cara berbicara dan melakukan hal-hal lain selayaknya manusia. Dia
kemudian belajar di sebuah sekolah dasar. Suatu hari, Pinocchio merasa bosan dan itu
membuatnya pulang terlambat. Ketika Pinocchio akhirnya pulang, Geppetto bertanya. Dia
mengatakan bahwa ia berada di sekolah tapi sebenarnya dia tidak di sekolah. Seketika, hidung
Pinokio tumbuh lebih panjang lagi dan lagi dan itu berarti bahwa Pinocchio telah berbohong.

Keesokan paginya, Pinocchio diculik oleh seorang pemilik sirkus. Pinocchio kemudian menjadi
budak untuk sirkus tersebut. Dia begitu terkenal karena ia adalah boneka yang bisa bicara.
Geppetto khawatir tentang dia karena Pinocchio belum pulang selama hampir dua hari. Dia
mencoba untuk menemukan Pinocchio mana-mana tapi ia tidak menemukannya. Ketika ia
mencari dia di laut, gelombang besar menghempaskan dirinya. Dia kemudian berada di perut
ikan paus ketika ia terbangun. Dia tidak bisa menemukan cara untuk pergi keluar dari sana.

Di sisi lain, Pinocchio akhirnya bisa melarikan diri keluar dari sirkus itu. Dia pulang tapi tidak
ada siapa-siapa di rumahnya. Akhirnya, ia mencari Geppetto di laut. Dia mendapat kecelakaan
yang sama seperti yang dialami Geppetto dan ia bertemu Geppetto dalam perut ikan paus.
Keduanya keluar dari perut tersebut dengan membuat api. Di akhir cerita, mereka pulang
bersama-sama dan hidup bahagia selamanya.
6. The Lion and The Mouse

When he was awakened by a tiny Mouse running across his body, a mighty Lion was sleeping in
his lair. The lion then grabbed the frightened mouse with his huge paws and opened his mouth to
swallow him directly. "Please, King," begged the Mouse, "Spare me this time and of course I
will never forget your kindness. Someday I may be able to repay you. "The Lion thought that it
was such an amusing idea that he let the poor creature go.

Sometimes later the Lion was caught in a net laid by some hunters. Despite his great strength,
the Lion could not break free. Soon the forest echoed with angry load roars.

The Little Mouse heard the Lion and ran to see what was wrong. As soon as he succeeded to
make the Lion free "There!" said the Mouse proudly, " You laughed at me when I promised to
repay your kindness, but now you know that even a tiny Mouse can help a mighty Lion."

Moral Value:

1. Friend in need is friend indeed.

Singa dan Tikus

Ketika ia terbangun oleh tikus kecil berjalan di tubuhnya, singa perkasa itu sedang tidur di
sarangnya. Singa itu kemudian meraih tikus yang ketakutan itu dengan cakar besar dan
membuka mulut untuk menelannya langsung. "Tolong, Raja," pinta tikus, " Bebaskan saya kali
ini dan tentu saja saya tidak akan pernah melupakan kebaikan mu . Suatu hari nanti aku
mungkin bisa membayar kebaikanmu." Singa berpikir bahwa itu adalah ide yang baik sehingga
ia membiarkan makhluk lemah itu pergi .

Beberapa waktu kemudian singa itu tertangkap dalam jaring diletakkan oleh beberapa
pemburu. Meskipun dengan kekuatan yang besar, singa tidak bisa membebaskan diri . Segera
hutan bergema dengan auman singa marah .

Tikus kecil mendengar singa dan berlari untuk melihat apa yang Terjadi. Begitu ia berhasil
membuat singa bebas. "Itulah!" kata tikus bangga , " Engkau tertawa padaku ketika aku
berjanji untuk membalas kebaikanmu, tetapi sekarang engkau tahu bahwa bahkan tikus kecil
dapat membantu singa perkasa. "

Nilai moral:

1. Teman yang membutuhkan adalah teman yang sebenarnya.

7. A Donkey and A Lapdog

Once upon a time there was a farmer who owned a little dog that he keeps constantly by his side
and a donkey, which lived in a warm stable and got plenty of fresh grain and sweet hay. But,
unfortunately the donkey was not satisfied with his condition.

"I slave all day long, hauling wood or pulling the cart to market while the dog sleeps on the
master's lap and eats from his plate!," the donkey grumbled. "Perhaps, he thought, if he behaved
like the dog, his master would reward him with the same life of ease.

That very night, the donkey crept out of the stable and into the house where the farmer sat at
supper. "First I'll frisk about and chase my tail, just as the dog does," thought the donkey. And
he danced about the room, flinging up his hooves until the table toppled over and dishes went
flying.
8. The Origin of The Name “Singapore”

A hundred years ago there lived a king named Nila Utama, King of Srivijaya. One day, the king
went sailing accompanied by his loyal bodyguards. Along the way, the hurricane came. The
guards begged the king to cancel his plan. "Sir, it is dangerous if we continue the journey with
this condition. It's better if we stop first to a safer place. If I am not mistaken, there is a place
nearby here named Tumasik Island. “What if we stay there while waiting for a safer condition?"
Said the captain of the ship. The king approved this opinion. Their boat was docked to Tumasik
Island shortly afterwards.
Arriving on the island, King and several bodyguards left the ship and looked around the island.
When they're looking around, suddenly an animal which was not far from them flashed. The
king was surprised and fascinated. The beast was so huge, looked dashing, and was golden in
color." What creature was that?" Asked the King to his guards. "If i am not mistaken, people call
it “Singa”, your majesty," one of his bodyguards replied. "What?" Asked the King to
clarify. “Singa” replied the guard.
The king then asked more explanation about the animal. Attentively, The King listened to all
explanations from his bodyguard about the animal. "Then, we give the name of this
place “Singapore”.”Meaning: The City of Lion which is derived from malay “Singa” (lion) and
“Pura / Pore” (City)". Since that time the town was named Singapore.
Asal Nama Singapura
Ratusan tahun yang lalu hiduplah seorang raja bernama Nila Utama, Raja Sriwijaya. Pada suatu
hari, Raja pergi berlayar ditemani pengawal-pengawal setianya. Di tengah perjalanan, angin
topan datang. Para pengawal memohon agar raja membatalkan niatnya. “Tuan, sungguh
berbahaya jika kita meneruskan perjalanan dengan kondisi seperti ini. Lebih baik jika kita
singgah dulu ke tempat yang lebih aman. Kalau hamba tak keliru, ada tempat terdekat dari sini
yang bernama Pulau Tumasik. Bagaimana jika singgah di sana sembari menunggu kondisi yang
lebih aman?” kata kapten kapal. Raja menyetujui pendapat tersebut. Perahu mereka pun merapat
ke Pulau Tumasik tak lama setelah itu.
Sesampainya di pulau tersebut, Raja dan beberapa pengawalnya meninggalkan kapal dan
berkeliling melihat-lihat pulau tersebut. Saat mereka sedang melihat-lihat sekeliling, tiba-tiba
seekor binatang berkelebat tak jauh dari tempat mereka. Raja terkejut dan terpukau. Binatang itu
sanagat besar, tampak gagah, dan berwarna keemasan. “Mahluk apakah itu?” tanya sang Raja
kepada para pengawalnya. “Kalau hamba tak salah, orang-orang menyebutnya singa, Yang
Mulia,” jawab salah seorang pengawalnya. “Apa?” tanya sang Raja memperjelas. “Singa” jawab
pengawal tadi.
Raja lalu meminta penjelasan lebih banyak tentang biantang tersebut. Dengan penuh perhatian,
Raja mendengarkan semua penjelasan pengawalnya tentang binatang itu. “Kalau begitu, kita
beri nama tempat ini Singapura. Artinya: Kota Singa yang diperoh dari bahasa melayu “Singa”
dan “Pura”. Sejak saat itulah kota itu bernama Singapura.

9. Two of Everything
Once upon a time, old and poor Mr. Haktak found a large brass pot in his garden. He decided to
put his purse in it. Then, he carried it home. Mrs. Haktak was very happy with the pot.
Suddenly, her hairpin fell into the pot. Mrs. Haktak reached and pulled out two hairpins and two
purses. What a magic pot! Then they began to drop items into the pot and soon had two of
everything.
One day, Mr. Haktak went to the market. At home, Mrs. Haktak did the house works then rested
for a while. She stooped over the pot to look inside. At that moment, Mr. Haktak kicked the door
open because his hands were full of packages. Bang! Mrs. Haktak lost her balance and fell into
the pot. Mr. Haktak found that he had two of Mrs. Haktak. This presented a problem.

Finally, Mr Haktak got an idea. He fell into the pot and soon there was a second Mr. Haktak.
The two new Haktaks became husband and wife. All of them became friends and built two
identical houses with the identical furniture.
Dua dari Semuanya

Sekali waktu, Pak Haktak tua dan miskin menemukan pot kuningan besar di kebunnya. Dia
memutuskan untuk menaruh dompetnya di dalamnya. Kemudian, dia membawanya pulang.
Nyonya Haktak sangat senang dengan pot.
Tiba-tiba, jepit rambutnya jatuh ke panci. Nyonya Haktak meraih dan menarik dua jepit rambut
dan dua dompet. Sungguh sebuah pot ajaib! Kemudian mereka mulai menjatuhkan barang-
barang ke dalam panci dan segera memiliki dua dari semuanya.
Suatu hari, Mr. Haktak pergi ke pasar. Di rumah, Nyonya Haktak melakukan pekerjaan rumah
kemudian beristirahat sejenak. Dia membungkuk di atas panci untuk melihat ke dalam. Pada
saat itu, Mr. Haktak menendang pintu terbuka karena tangannya penuh dengan paket. Bang!
Ibu Haktak kehilangan keseimbangannya dan jatuh ke dalam pot. Mr. Haktak menemukan
bahwa dia memiliki dua orang Nyonya Haktak. Ini menimbulkan masalah.
Akhirnya, Pak Haktak mendapat ide. Dia jatuh ke dalam pot dan segera ada Tuan Haktak yang
kedua. Kedua Haktak yang baru menjadi suami dan istri. Semuanya menjadi teman dan
membangun dua rumah identik dengan perabotan yang identik.

10. The Gingerbread Man


A long time ago, there lived an old little couple in a cottage. One day, the woman decided to
make a gingerbread man for dinner. As soon as the gingerbread man was decorated with eyes,
nose and mouth, he jumped out and ran away.
The gingerbread ran as fast as he could. The old woman and her husband tried to chase him.
However, the gingerbread man was too fast for them. Soon, he passed a hungry pig and the pig
wanted to eat him. The pig also tried to catch the gingerbread man.
The gingerbread man said “Run, run as fast as you can. You can’t catch me I’m the gingerbread
man.” Other animals like cow, horse, dogs and cats also wanted to eat him but they couldn’t
outrun him.
Now, the gingerbread man came to a river. He was afraid of water. A clever fox came and
offered help to cross the river. The fox asked the gingerbread man to climb on his head. As soon
as they reached the other side, the fox tossed up the gingerbread man in the air, opened his
mouth and finally ate him.

The Gingerbread Man


Dahulu kala, hiduplah pasangan kecil tua di sebuah pondok. Suatu hari, wanita itu memutuskan
untuk membuat pria jahe untuk makan malam. Segera setelah pria kue jahe dihiasi mata, hidung
dan mulut, dia melompat keluar dan lari.
Roti jahe berlari secepat yang dia bisa. Wanita tua dan suaminya mencoba mengejarnya.
Namun, pria kue jahe terlalu cepat untuk mereka. Segera, ia melewati babi yang lapar dan babi
itu ingin memakannya. Babi juga mencoba menangkap pria jahe.
Pria roti jahe berkata, “Lari, lari secepat yang Anda bisa. Anda tidak dapat menangkap saya,
saya adalah manusia jahe. ”Hewan lain seperti sapi, kuda, anjing, dan kucing juga ingin
memakannya tetapi mereka tidak dapat berlari lebih cepat darinya.
Sekarang, pria jahe datang ke sungai. Dia takut air. Seekor rubah pandai datang dan
menawarkan bantuan untuk menyeberangi sungai. Si rubah meminta pria kue jahe untuk
menaiki kepalanya. Segera setelah mereka mencapai sisi lain, rubah melemparkan manusia kue
jahe di udara, membuka mulutnya dan akhirnya memakannya.

You might also like