Professional Documents
Culture Documents
Prospek Pengembangan Inovasi Teknologi Bawang Di Lahan Pasir Pantai PDF
Prospek Pengembangan Inovasi Teknologi Bawang Di Lahan Pasir Pantai PDF
Prospek Pengembangan Inovasi Teknologi Bawang Di Lahan Pasir Pantai PDF
Endang Iriani
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah
e-Mail: endang_iriani@yahoo.com
ABSTRACT
Onion seed that has a certain quality ( good seed ) is a rare commodity and has not
fulfill the needs of the farmers . The availability of seeds until August 2009 is still 19,770
tons consist of 13,400 tons of domestic seed and 6,370 tons imported seed, or there is only
20 % of 150 tons required. Purworejo is a district that has a potential coastal area that can
be used for onion farming which is now being developed. One of the problems is the
difficulty to got seed varieties due to lack of seed onion varieties especially on the land with
sand. Therefore, it is necessary to build institutional seeding and distribution network to
strengthen seed systems and the effectiveness of the distribution of onion for sub optimal
land (land with sand). The prospects for the development of horticulture in the southern
coastal area of Purworejo district is very potential, as long as the commodities give enough
benefit. The results of the application of technology in onion farming on land with sand is
good and got a positive response from the farmers. Judging from the trend of adoption, 35
% of respondents would seek for onion farming and cultivating in some parts of their lands
for the next planting season and the rest will be still waiting for market response and
confirmation. Farmers which located in the area as the producer of onion sold their
product to middlemen or fences. The middlemen sell the onion to the traders across the
regions or to the wholesalers both from the local area and outside the area.
Keywords: Technological innovation, sub-optimal land, increase revenue
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No. 2 – Desember 2013 231
proses produksi komoditas tersebut agar PROSPEK PENGEMBANGAN
dapat memperoleh hasil yang tinggi dan AGRIBISNIS KOMODITAS BAWANG
berkualitas prima. Benih bawang merah MERAH
bersertifikat masih menjadi barang langka Prospek agribisnis bawang merah
dan belum dapat memenuhi kebutuhan cukup cerah. Penggunaan bawang merah
petani. Kebutuhan benih bawang merah oleh masyarakat cenderung baik
pada tahun 2008 sebanyak 221.927 ton karena pertambahan penduduk maupun
hanya mampu dipenuhi sebanyak 26.588 penggunaan perkapita. Dewasa ini makin
ton dengan 19.303 ton dari dalam negeri, banyak konsumsi makanan siap saji di
sedangkan 2.700 dari impor. Diungkapkan tengah masyarakat (nasi goreng, sate,
oleh Departemen Pertanian bahwa stok tongseng dan lain-lain) yang memerlukan
atau ketersediaan benih bawang merah saat bawang merah. Disamping produk
ini hanya 16,47 persen dari kebutuhan makanan awetan yang juga
tahun 2009 dari kebutuhan sebanyak menggunakan bawang merah goreng.
120.020 ton benih bawang merah, hingga Tujuan pengembangan agribisnis
Agustus baru tersedia 19.770 ton yang bawang merah mencakup: (1)
terdiri dari 13.400 ton dari dalam negeri penyediaan benih varietas unggul
dan 6.370 ton impor, atau dari kebutuhan bawang merah kualitas impor sebagai
benih bawang merah bermutu di dalam salah satu upaya substitusi
negeri sebanyak 150 ribu ton per tahun, (pengurangan ketergantungan terhadap
saat ini hanya 20 persen yang tersedia. pasokan impor), (2) meningkatkan
Hasil pembahasan, dan sinkronisasi produksi bawang merah rata-rata 5,24%
Pelaksanan Pembangunan Hortikulktura per tahun selama periode 2005–
2008, terungkap beberapa permasalahan 2010, (3) mengembangkan industri
mendasar yang dihadapi dalam benih bawang merah dalam rangka
pengembangan produksi bawang merah, menjaga kesinambungan pasokan
yaitu; 1) Kemampuan teknologi budidaya benih bermutu, serta (4)
dan perbanyakan benih oleh penangkar mengembangkan diversifikasi produk
masih terbatas, 2) Benih varietas lokal bawang merah dalam upaya
yang ada tidak mampu beradaptasi peningkatan nilai tambah Substansi
sepanjang musim sehingga terpaksa pengembangan agribisnis bawang merah
menggunakan benih dari bawang impor, 3) diarahkan pada (a) pengembangan
Sering terjadinya fluktuasi harga bawang ketersediaan benih unggul, (b)
merah terutama di Kabupaten Brebes, pengembangan sentra produksi dan
sehingga tidak memberikan jaminan akan perluasan areal tanam, serta (c)
kelangsungan usaha, 4) Bawang merah pengembangan produk olahan.
impor masuk pada saat panen bahkan di Lahan sub optimal khususnya lahan
pasok ke daerah sentra produksi sehingga pasir pantai selatan mempunyai
harga jual petani jatuh, 5) Biaya produksi karakteristik sifat lahan yang porous
terus meningkat akibat penggunaan bahan membuat air terus meresap ke dalam tanah,
kimia yang berlebihan (tidak sesuai dengan tekstur tanah pasir ( + 90%),
aturan), harga input kimiawi terus struktur tanah berbutir, kegemburan lepas,
meningkat sementara petani punya kandungan hara rendah kemampuan tanah
ketergantungan akan bahan tersebut, 6) untuk menyimpan hara rendah,
keterbatasan benih sumber sehinga kemampuan mengikat air rendah,
menghambat dalam perbanyakan benih. kemampuan tanah dalam menopang
pertumbuhan tanaman rendah (Sri Budhi S.
232 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No.2 – Desember 2013
dkk., 2004) sehingga lahan pasir mudah Tumbuhan untuk Pemasukkan Hasil
diolah karena teksturnya gembur sehingga Tumbuhan Hidup Berupa Sayuran Umbi
petani lebih hemat waktu dan biaya Lapis Ke Dalam Wilayah Negara Republik
pengolahan, lahan relatif aman dari Indonesia. Adanya PERMENTAN tersebut
penyakit sehingga cukup potensial untuk diharapakan bawang merah impor hanya
usahatani. digunakan untuk konsumsi dan tidak
Beberapa komponen teknologi digunakan untuk benih. Disamping itu
budidaya tanaman bawang merah yang juga dilakukan pencegahan terhadap
telah dihasilkan oleh lembaga penelitian masuknya berbagai OPT yang dapat
(Balitsa), antara lain: (a) tiga varietas merugikan dan mengancam produsen
unggul bawang merah yang sudah bawang merah dalam negeri, serta
dilepas, yaitu varietas Kramat-1, melakukan pembatasan daerah pelabuhan
Kramat-2, dan Kuning, (b) budidaya impor sehingga distribusi dapat diketuhui
bawang merah di lahan kering maupun jumlah dan alirannya.
lahan sawah, secara monokultur atau Mengingat bawang merah
tumpang sari/gilir, (c) komponen PHT - disamping sebagai tanaman unggulan
budidaya tanaman sehat, pengendalian dalam pengembangan hortikulktura, yang
secara fisik/mekanik; pemasangan juga merupakan tanaman strategis, maka
perangkap; pengamatan secara rutin; dan penanganannya harus dilakukan oleh
penggunaan pestisida berdasarkan semua pihak dengan perhatian serius dan
ambang pengendalian, serta (d) bentuk menjadi prioritas dalam pelaksanaan
olahan - tepung dan bubuk. kegiatan. Masih perlu dirumuskan rincian
Operasional yang perlu dibenahi kegiatan dan tindak lanjut oleh berbagai
adalah; 1) Pengaturan impor untuk pihak, melakukan aksi bersama secara
membatasi penyalahgunaan bawang merah terkoordinasi dan bersinergi dalam
konsumsi untuk digunakan sebagai benih, bimbingan teknis maupun manajemen
2) Melakukan pemetaan pola produksi dalam peningkatan produksi, distribusi dan
bulanan untuk mengetahui ketersediaan pemasaran.
bawang merah dan pengaturan waktu Pengembangan agribisnis bawang
impor, 3) Melakukan pengkajian sistim merah di lahan sub optimal banyak
pengkelasan benih bawang bentuk umbi. dilakukan di wilayah Bantul Yogyakarta
Pengaturan impor bawang merah akan dengan menggunakan beberapa varietas
dapat dilakukan apabila Provinsi, antara lain Biru (lokal), Tiron, Kuning dan
Kabupaten/Kota sentra produksi telah dari Philipina. Hasil penelitian Edy
sanggup mendukung swasembada bawang Suharyanto (2006) varietas yang banyak
merah, dan ini dapat dilaksanakan apabila ditanam di lokasi Bantul tersebut baik di
benih dengan varietas spesifik lokasi musim kemarau maupun penghujan adalah
tersedia. varietas Tiron. Informasi yang diperoleh
Satu kebijakan yang telah dari komunikasi dengan Pemulia Balai
dilakukan mengatasi hal tersebut adalah Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa)
dengan diterbitkannya PERMENTAN Lembang bahwa varietas Tiron memang
Nomor 18/Permentan/OT.140/2/2008 merupakan varietas spesifik lahan
tanggal 26 Februari 2008 tentang pasir/salin.
Persyaratan dan Tindakan Karantina
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No. 2 – Desember 2013 233
Gambar 1. Kondisi lahan sub optimal lahan pasir untuk usahatani bawang merah, dan
Gambar 2. Varietas bawang merah Tiron (kiri) dan Biru (kanan) yang berkembang di lokasi lahan
pasir
234 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No.2 – Desember 2013
pemasaran, pengembangan sistem berproduktivitas dan berkualitas tinggi
distribusi, pengendalian kualitas, dan dengan daya saing tinggi,
pengendalian pasar. memperbanyaknya, mengedarkannya, dan
Benih dan bibit varietas unggul memperdagangkannya, baik dalam satu
bermutu merupakan penentu batas atas kelembagaan usaha yang utuh ataupun
produktivitas dan kualitas produk suatu salah satu unit usaha lainnya seperti
usahatani, baik itu usahatani berskala kecil penangkar benih, inkubator, dll yang
maupun besar (Baihaki, 2008). Program memanfaatkan sumberdaya hayati nasional
pembangunan pertanian memerlukan secara bijak dan lestari (Baihaki, 2008).
ketersediaan dan penggunaan benih Benih varietas unggul bawang
varietas unggul bermutu. Benih varietas merah, baik benih sumber maupun benih
unggul bermutu berpengaruh terhadap sebar dewasa ini masih menjadi barang
produktivitas dan produksi, mutu hasil, dan kebutuhan yang masih sulit diperoleh
efisiensi usahatani (DIRJENTAN, 2008). petani. Untuk dapat menanam bawang
Kemandirian benih dapat merah, petani terpaksa membeli benih
diwujudkan dengan membangun industri dipasar dengan varietas dan kualitas
perbenihan/perbenihan swasta nasional seadanya. Benih bawang merah yang ada
yang patriotik yang tertumpu kepada di pasar seringkali dibuat dari bawang
kepentingan kesejahteraan masyarakat merah konsumsi yang disortasi. Petani
secara luas, termasuk petani, dan tidak masih kesulitan memperoleh benih bawang
menggantungkan diri kepada industri merah berkualitas apalagi yang
perbenihan/perbenihan multi nasional dan bersertifikat. Penggunaan benih
impor. Industri perbenihan/perbenihan bersertifikat oleh petani masih sangat
swasta nasional merupakan salah satu rendah, yakni sekitar 5 % dan itupun baru
industri pra produksi pertanian paling hulu, terbatas di daerah sentra produksi
yang berperan sangat menentukan utamanya wilayah pantura (Baihaki, 2002).
keberhasilan sektor pertanian secara Penyebabnya antara lain adalah
keseluruhan, termasuk industri pasca ketersediaan benih sumber (FS maupun
panen, seperti industri pangan, dan lain- SS) hampir tidak ada, alur perjalanan BS
lain. Industri perbenihan/perbenihan ke SS tidak lancar, dan kurangnya gairah
swasta nasional adalah lembaga usaha petani menjadi penangkar/produsen benih
yang menyelenggarakan rangkaian proses bawang merah karena prosesnya terlalu
seluruh kegiatan dalam menghasilkan rumit (Batan, 2008).
benih/bibit varietas unggul baru,
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No. 2 – Desember 2013 235
2012 246.144.420 886.120 99.700 25.000 50.000 1.060.820
2013 249.836.587 899.412 100.700 30.000 75.000 1.105.112
2014 253.584.135 938.261 101.700 30.000 75.000 1.144.961
2015 257.387.897 952.335 102.900 40.000 100.000 1.195.235
2016 261.248.716 976.683 103.900 40.000 100.000 1.223.583
2017 265.167.447 994.378 104.900 40.000 105.000 1.244.278
2018 269.144.958 1.022.751 105.900 45.000 105.000 1.278.652
2019 273.182.133 1.038.092 106.900 45.000 110.000 1.299.9925
2020 277.279.865 1.067.527 107.900 50.000 110.000 1.335.427
2021 281.439.063 1.083.540 108.900 50.000 110.000 1335.427
2022 285.660.649 1.114.077 109.900 55.000 120.000 1.398.977
2023 289.945.558 1.130.788 110.900 75.000 125.000 1441.688
2024 294.294.742 1.177.179 111.900 75.000 125.000 1.489.079
2025 298.709.163 1.194.837 116.900 80.000 150.000 1.541.737
Sumber : Ditjen BP Hortikultura 2004
Benih merupakan salah satu kunci - Umbi benih berwarna cerah, dengan
utama dalam keberhasilan suatu usahatani kulit mengkilat
. Adapun persyaratan benih bawang merah - Umbi benih bernas, sehat, padat, tidak
yang baik antara lain : keropos dan tidak lunak. Bila ada umbi
- Umur simpan benih cukup yaitu sekitar benih yang tidak mempunyai sifat
2,5-3 bulan hal ini bertujuan agar demikian sebaiknya tidak digunakan .
pertumbuhannya bagus dan merata, - Umbi benih tidak terserang hama dan
walaupun untuk umur simpan yang penyakit
lebih muda benih tetap tumbuh namun - Sebelum ditanam, umbi benih
pada pertumbuhan berikutnya akan dibersihkan dulu dari kulit-kulit yang
lebih rendah hasilnya dibandingkan kering dan bila pertunasan belum
benih yang telah siap tanam (telah kelihatan diujung umbi, maka sebaiknya
cukup umur simpannya). ujung umbi dipotong 1/3 agar
- Umur panen saat calon umbi benih mempercepat munculnya tunas
ditanam di lapang tepat. Persyaratan kesesuaian
- Ukuran benih sedang, sekitar 5-6 gram. agroekologi untuk usahatani bawang
Sedangkan untuk Batu Ijo berkisar 12- merah terutama ditentukan oleh
18 gram. Penggunaan benih yang kelembaban, tekstur, struktur dan
berukuran terlalu besar akan kesuburan tanah. Secara umum tanaman
meningkatkan biaya karena kebutuhan bawang merah memerlukan bulan kering
semakin banyak 4-5 bulan , curah hujan 1000-1500 mm/th,
- Kebutuhan benih setiap hektar berkisar drainase dan kesuburan baik, tekstur
800–1200 kg, tergantung dari ukuran lempung berpasir dan struktur tanah
umbi. remah (Warintek et al, 2010).
236 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No.2 – Desember 2013
4 Tiron 9-21 Bantul 13
5 Kuning 7-12 Probolinggo,Brebes 21,4
6 MajaCipanas 6-12 JawaBarat 10,9
7 Kramat-1. 26-9 Probolinggo,Brebes 22,7
8 Biru Lancor 6-13 Probolinggo, 12,47-14,08
Bantul
Sumber: Direktorat Perbenihan, Ditjen.Bina Produksi Hortikutura Deptan RI,2004
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No. 2 – Desember 2013 237
susulan 1 dan ke 2 diberikan dengan cara ditugal yang
dilakukan sore hari/sebelum penyiraman selanjutnya
segera dilakukan penyiraman
Mulsa tidak
Pemeliharaan
Penyiraman Dilakukan dengan menggunakan gembor 2 kali pagi dan sore
selanjutnya hingga menjelang panen, dilakukan sesegera
mungkin terutama jika ada angin laut yang memungkinkan
membawa serta butiran-butiran garam
Penyiangan dilakukan pada saat umbi mulai pecah, yang
Penyiangan ditandai dengan keluarnya tunas
PHP Konsep PHT
Seleksi CVL 20-25 hst,
Umur panen 60 – 70 hst
238 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No.2 – Desember 2013
Pengalaman petani dalam mengusahakan hari. Penanaman bawang merah di lahan
bawang merah rata-rata 3-4 tahun. Varietas pasir sebaiknya dilakukan pada musim
Tiron dilepas sebagai varietas unggul penghujan. Selain pupuk dasar perlu
dengan keputusan Mentan nomor: dilakukam pemupukan susulan yaitu
498/kpts/TP.240/8/2002 tanggal 21 pupuk ZA diberikan 3 kali masing-masing
Agustus 2003. Keunggulan lain varietas ini pada umur 12, 23, dan 35 hari setelah
adalah i) mampu membentuk anakan yang tanam dengan dosis 300 Kg/ha. Pupuk KCl
cukup banyak, ii) berumur genjah, iii) deberikan 1 kali pada umur 12 hari setelah
potensi hasil cukup tinggi, iv) dapat tanam dengan dosis 100 Kg/ha.
dikembangkan pada lahan berpasir dan Penyiraman dilakukan agar tanah
lahan sawah berpengairan, v) cocok tetap lembab sampai umur 50 hari dengan
ditanam pada ketinggian 0 -100 dpl, vi) melakukan penyiraman pagi dan sore
tahan ditanam pada musim penghujan, dan secara rutin. Pengairan dilakukan dengan
vii) tahan terhadap penyakit busuk umbi. sistem sumur renteng dengan menyalurkan
Selain bawang merah varietas air ke- tandon (tempat menyimpan air )
Tiron, petani juga mencoba mengusahakan dibeberapa lokasi petakan untuk
bawang merah varietas lokal lain yang memudahkan penanganan pengairan, atau
beraroma kas dengan umbi berwarna biru. dengan membuat saluran air dengan
Jenis varietas ini mempunyai bentuk umbi paralon pada ukuran tertentu dari sumber
agak bulat dengan ukuran umbi lebih air pantek yang diangkat dengan mesin
besar. Awalnya jenis varietas ini air. Efisiensi pengairan dilakukan pada
dusahakan pada MK dengan harapan tahapan fase pertumbuhan yang dilakukan
tahan terhadap kekeringan dan terpaan pada pagi atau sore hari. Pengairan
angin laut. dilakukan pagi hari sebelum matahari
Daya adaptasi varietas ini cukup terbit dan sore hari sebelum terbenam,
baik dan dapat diusahakan pada MH. dengan harapan kondisi tanaman
Sampai saat ini masyarakat Kabupaten terbebas`dari serangan penyakit becak
Bantul lebih dominan menyenangi bawang maupun busuk daun.
ini, karean cukup laku dipasaran. Penyiangan dan pencabutan gulma,
Pengolahan tanah dilakukan secara pengendalian hama penyakit dan
sederhana (olah ringan) bersamaan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.
pemberian pupuk kandang 2 t/1000 m2, Pengelolaan OPT dilakukan secara
ponska 25 kg sebagai pupuk dasar dan 10 terpadu. Bawang merah dapat dipanen
kg sebagai pupuk susulan per 1000 m2. pada umur 60-70 hari. Ciri-ciri bawang
Jarak tanam diusahakan oleh petani cukup merah yang siap dipanen yaitu pangkal
dominan dengan jarak tanam 15 x 20 cm. daun mengempis,daun tampak menguning,
Pembuatan bedengan berukuran lebar 90 daun rebah 75 % dan buah mengambang
cm, tinggi bedengan 15-20 cm kali panjang warna merah dan keras. Cara memanen
bedengan sesauai kondisi lahan. bawang merah dicabut dijajar berbaris
Pupuk organik 10 ton/ha (fine selebar bedengan dengan umbi bawang
compos) dan 40 ton/ha (pupuk kandang), merah ditutup 1/3 dari daun cabutan
pupuk SP-36 sebanyak 100 Kg/ha sebagai berikutnya dan dikeringkan 4-6 hari.
pupuk dasar. Sebelum dilakukan Penanganan pasca panen dilakukan
penanaman bedengan disiram dulu dengan penjemuran setelah panen.
air, pada jarak tanam 20 X 18 cm sedalam Penyimpanan dilakukan di para-
umbi kemudian tutup dengan mulsa jerami para dengan dikering anginkan. Lama
untuk menjaga kelembaban pada siang penyimpanan benih 3-6 bulan yang bisa
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No. 2 – Desember 2013 239
digunakan pada MT berikutnya. Setiap pemeliharaan dengan cara di sortir setelah
minggu sekali dilakukan pengontrolan dan ± 25 hari untuk membuang yang busuk.
pengasapan. Gudang mempunyai ventilasi Proses penyimpanan bibit di
cukup, lantai sebaiknya semen agar kedap gudang juga sangat menentukan tingkat
air, atap gudang kena sinar matahari kualitas bibit yang dihasilkan dan
langsung. Hasil produksi bawang merah penyimpanan yang tidak sempurna akan
Tiron dan lokal Biru cukup bervariasi mendatangkan kerugian akibat susut bobot
antara 10-12 kwintal per 1000 m2. yang tinggi. Menurut Ryal and Lipton
(1972) cit Sinaga (1987), penurunan mutu
ANALISA USAHATANI BAWANG bawang merah selama di penyimpanan
MERAH diakibatkan kerusakan mekanis, fisiologis
Usahatani bawang merah di lahan dan mikroorganisme yang dicirikan dengan
pasir telah diusahakan petani sejak 1991. penurunan kadar air, tumbuhnya tunas,
Secara ekonomi usahatani bawang merah pelunakan umbi, tumbuhnya akar dan
layak diusahakan dengan B/C ratio sebesar busuk. Untuk itu diperlukan teknologi
1.97. Artinya keuntungan yang diterima pasca panen (penyimpanan) yang
dapat digunakan untuk melakukan kegiatan merupakan bagian yang tak terpisahkan
usahatani pada musim tanam berikutnya. dalam upaya mendapatkan bibit yang
Analisa usahatani bawang merah dilakukan berkualitas. Hasil pengkajian menunjukkan
tanpa memperhitungkan sewa lahan, bahwa bibit bawang merah yang disimpan
karena bawang merah dilahan pasir belum dengan cara diasapi pada musim kemarau
berkembang pada areal yang cukup luas, mengalami penyusutan sebesar 22%,
dalam arti investor belum tertarik dengan sedangkan yang tidak diasapi penyusutan
usahatani bawang merah di lahan pasir. yang terjadi sekitar 17%.
Kedepan diharapkan dengan inovasi Tanaman di lahan pantai juga
teknologi dan penumbuhan kelompok tani relatif aman dari gangguan penyebab
penangkar serta adanya jalur distribusi penyakit, terutama cendawan Fusarium
yang menjanjikan pasar, usahatani bawang atau biasa disebut penyakit mati gadis.
merah di lahan pasir dapat berkembang. Serangan penyakit ini membuat cabai mati
Kegiatan penyimpanan bibit layu sebelum berbuah. Sukarman
bawang merah mutlak dilakukan selama memperkirakan hal itu terjadi karena angin
masa dormansi bibit, sebelum bibit siap laut yang berhembus mengandung garam
tanam (Hastuti dan Asgar, 1994 dalam yang tidak disukai mikroorganisme
Setijo Pitoyo, 2007). Pelaku penyimpanan penyebab penyakit. Arah angin yang selalu
bibit bawang merah pada umumnya adalah berasal dari laut juga bersih dari hama dan
pedagang dan atau petani produsen penyakit karena berasal dari laut lepas.
(sebagian hasil panen untuk kebutuhan “Yang jelas, tidak pernah ada yang sampai
musim tanam berikutnya). Hasil panen puso,” tandasnya.
sebelum disimpan dilakukan beberapa Hal yang paling disukai petani
pemrosesan, yaitu: dibersihkan dan adalah lahan yang tetap dapat ditanami
dijemur sekitar 10 hari menggunakan alas ketika musim kering. Sementara lahan
jemur “gribig” dan atau lantai jemur sawah tidak bisa ditanami. “Kami sangat
(semen), di “preceli”/”butik”, diikat dalam senang dengan musim seperti ini karena
gedengan besar, dan disemprot dengan harga cabai atau semangka menjadi tinggi.
fungisida. Tahap selanjutnya disimpan Pada bulan Agustus pun kami bisa
dalam bentuk digantung di teras rumah. memulai tanam,” terang Sukarman. Air
Selama penyimpanan dilakukan tidak menjadi kendala lantaran petani
240 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No.2 – Desember 2013
mudah memperoleh air dari sumur bor atau Pedagang pengumpul berperan untuk
sumur renteng. Berbeda dengan lahan membeli hasil panen bawang merah
sawah yang kadang terganggu saluran langsung dari beberapa petani. Masing-
irigasinya. Apalagi yang hanya masing petani menjual hasil panen kepada
mengandalkan hujan. Istimewanya lagi, pedagang pengumpul sebanyak 1-2 kw.
tatkala intensitas hujan cukup tinggi, petani Pedagang pengumpul ini paling dekat
tak kuatir tanamannya tergenang. Pasalnya, dengan petani gurem/petani kecil.
tanah pasir yang sarang (porous) membuat Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
air terus meresap ke dalam tanah. responden pada saat penelitian, jumlah
pedagang pengumpul cukup besar
JALUR DISTRIBUSI BAWANG mencapai 30 % dari struktur pedagang
MERAH bawang merah. Pada pemasaran bawang
Jalur/rantai distribusi bawang merah untuk keperluan bibit, pedagang
merah merupakan kelembagaan yang yang ada hanya sampai tingkat pedagang
cukup kompleks. Menurut Purcell dalam pengumpul. Hal ini disebabkan konsumen
Lestari (2001), analisis kelembagaan pada bibit pada umumnya langsung membeli
distribusi pertanian merupakan proses dari pedagang pengumpul untuk ditanam
penyampaian suatu barang dari produsen sendiri.
ke konsumen, dimana efisiensi merupakan Berdasarkan informasi yang
indikator kelembagaan yang penting. diperoleh dari berbagai pelaku pemasaran
Lebih lanjut dikatakan bahwa hubungan bawang merah di lahan pasir (Kabupaten
sosial dalam dunia perdagangan bersifat Bantul dan Purworejo) yaitu mulai dari
tersekat-sekat (dispersal). Umumnya petani sampai dengan pedagang pengecer
seorang pedagang hanya mengenal pelaku tampaknya belum ada hubungan secara
setingkat di bawahnya dan setingkat pula fungsional dan emosional. Saluran dan
di atasnya (Edy Suharyanto et al., 2006). lembaga pasokan hanya dikendalikan dan
Pedagang bawang merah misalnya, tidak dikoordinasikan oleh mekanisme pasar
mengenal seluruh pedagang dalam seluruh (harga). Dari sini tampak bahwa hubungan
titik saluran mulai dari pedagang antar pelaku pasokan bersifat tidak
pengumpul di desa sampai dengan langsung, mereka hanya berpikir dan
pedagang pengecer di wulayah tujuan. bertindak untuk dirinya. Mereka kurang
Seorang pedagang besar bawang merah menyadari kalau saling membutuhkan.
tidak pernah bertemu dengan konsumen Dari pengamatan di lapangan justru ada
langsung, karena hanya pedagang pengecer kecenderungan ke arah yang kurang sehat
yang langsung bertemu muka dengan karena di antara mereka saling kurang
pembeli akhirnya. Kenyataan ini yang percaya bahkan ada yang bersifat
seringkali menimbulkan kesan eksploitatif, ekploitatif (Sri Budi L, dkk., 2004).
karena senjang keuntungan antar tingkatan Pengertian distribusi hasil pertanian
pedagang relatif tinggi dan produsen sangat terkait dengan usaha untuk
primer memperoleh keuntungan paling menyediakan produk pertanian dan
kecil (Setiani et al., 2005). menyampaikannya dengan tepat kepada
Struktur pelaku pemasaran bawang konsumen yang membutuhkan.
merah konsumsi yang didasarkan pada Persoalannya adalah bahwa produk
peran dan jumlah penjualan (omset) pertanian sangat tergantung pada musim,
meliputi pedagang pengumpul; pedagang mudah rusak, dan terkonsentrasi di
perantara; pedagang antar daerah perdesaan sedangkan konsumen
(pedagang besar); dan pedagang pengecer. membutuhkan produk pertanian setiap
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No. 2 – Desember 2013 241
waktu dan tersebar jauh dari lokasi mendapat pasokan bawang merah dari
produsen. Dari fenomena inilah, lembaga pedagang perantara, pedagang pengumpul,
distribusi produk pertanian sangat berperan menjual kepada pedagang besar (grosir)
karena mempunyai fungsi untuk baik dalam Provinsi Jawa Tengah maupun
mengalirkan barang yang dibutuhkan oleh di luar provinsi. Lokasi penjualan di
konsumen. wilayah Provinsi Jawa Tengah terutama
Pemenuhan kebutuhan konsumen adalah ke Yogja, Solo dan Semarang,
bawang merah memerlukan aliran barang sedangkan di luar Provinsi Jawa Tengah
atau jasa dari produsen. Aliran barang dan adalah ke Surabaya.
atau jasa dapat terjadi kalau ada jalur
distribusi/tataniaga (marketing chanel). KESIMPULAN
Pada Gambar 2 tampak bahwa untuk 1. Prospek pengembangan hortikultura di
sampai kepada konsumen, bawang merah Wilayah pesisir selatan di kabupaten
membutuhkan beberapa jalur distribusi, Purworejo sangat berpotensi, selama
hanya sebagian kecil bawang merah yang komoditas yang diusahakan cukup
langsung dari produsen ke konsumen. memberi keuntungan.
Petani di lokasi kajian sebagai produsen 2. Hasil penerapan teknologi usahatani
bawang merah menjual hasil panennya bawamg merah di lahan pasir cukup
kepada pedagang perantara atau pedagang baik dan mendapat respon positif dari
pengumpul. Pedagang perantara menjual petani.
bawang merah ke pada pedagang antar 3. Kecenderungan adopsi, sebanyak 35%
daerah / pedagang besar baik yang berasal petani responden akan mengusahakan
dari daerah setempat maupun dari luar budidaya bawang merah pada sebagian
daerah. Demikian pula hal-nya dengan lahannya untuk musim tanam
pedagang pengumpul akan menjual berikutnya dan sisanya masih
bawang merah kepada pedagang besar. menunggu kepastian pasar.
Pedagang besar antar daerah yang
DAFTAR PUSTAKA
242 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No.2 – Desember 2013
dalam pengembangan benih Wilayah Pesisir. Direktorat
berkualitas dan produktif. Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau
Disampaikan dalam Integrated Kecil, Departemen Kelautan Dan
Workshop: “Konsolidasi Perikanan, Jakarta.
Sumberdaya Iptek Pangan Untuk Lestari R.W., 2001. Pola Tanam
Mencapai Kemandirian Benih dan Optimal Pada Lahan Pantai di
Bibit Dalam Rangka Mewujudkan Kabupaten Kulon Progo. Jurnal:
Ketahanan Pangan dan MDG’s Agro ekonomi, Jurusan Sosial
2015. BPPT. Jakarta. ekonomi Pertanian, Fakultas
BPTP Yogyakarta. 2009. Terapkan Pertanian UGM. Vol.: 8/No.2
Teknologi Untuk Lahan Pesisir Desember/2001. Hal: 40-50.
Produksi Bawang Merah Bisa Setijo Pitoyo. 2007. Penangkaran Benih
Ditingkatkan. Bawang Merah. Penerbit Kanisius.
www.bptp.yogyakarta.litbang.depta Yogyakarta. Sinar Tani, edisi 20-26
n.go.id Pebruari 2008 No 3240.
BPS dan Ditjen Tanaman Pangan. 2008. Sinaga, R.S. 1987. Pembangunan Pertanian
WWW.deptan.go.id Sistem Agribisnis dan Perusahaan
Baswarsiati 1998. Perbenihan Bawang Inti Rakyat. Ringkasan Kuliah.
Merah. Teknologi Produksi Benih Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi
Bawang Merah. BPTP Jawa Timur Pertanian, Fakultas Pertanian,
Dirjen Hortikultura.2004. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Edy Suharyanto, 2006. Arah Pengembangan Sri Budhi Lestari, M.F. Marshudi, Ricki
Agribisnis Bawang Merah di Bantul. Hendrata, Tri Martini, Sudiharjo,
Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Vol 2 dan Arlina. 2004. Budidaya
No. 2. STPP. Yogyakarta bawang merah dan cabai merah di
Idris, I., S. Putra, S. Diposaptono, lahan pasir pantai selatan D.I.
Baddrudin, A. Nasution, M.E. Yogyakarta. BPTP Yogyakarta.
Rudianto, M. Knight, J. Patlis, Warintek Bantul. 2010. Perbenihan Bawang
W.T.P. Siagian, D.G. Bengen, D. Merah (Allium ascalonicum)
Silalahi, M.A. Santosa. 2001. varietas Tiron Bantul.
Naskah Akademik Pengelolaan www.warintek.bantulkab.go.id
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No. 2 – Desember 2013 243