Professional Documents
Culture Documents
Kti Fix Sarah 1 PDF
Kti Fix Sarah 1 PDF
Kti Fix Sarah 1 PDF
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini. Penulisan
KTI ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai Program
Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari
bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi peneliti untuk
menyelesaikan KTI ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
Ibu Ns. NovaYanti, M.Kep, Sp.Kep.MB dan Ibu Ns. Netti, S.Kep, M.Pd selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan
peneliti dalam penyusunan KTI ini.
2. Bapak Dr. dr. Yusirwan, Sp.B, Sp.BA (K), MARS selaku direktur RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Padang.
4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep M.Kep selaku Ka Prodi D III Keperawatan Padang
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang.
5. Bapak Ibu Dosen dan Staf yang telah membantu dan memberikan ilmu dalam
pendidikan untuk bekal bagi peneliti selama perkuliahan di Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Padang.
6. Terimakasih kepada Ayah dan Mama yang telah memberikan dukungan serta
semangat yang tidak dapat ternilai serta, terimakasih juga kepada bang Akbar,
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
Resa dan Resi yang juga ikut memberikan dukungan kepada saya hingga sampai
saat ini.
7. Spesial kepada para sahabat Rissa Mona Eriksani Amd. Kep, Shania Nabila Amd.
Kep, Nanda Berta Chania Amd. Kep, Lidia Paramita Amd. Kep, Thalhah Gazali
Amd, Kep, Nopebrian Bazar Yulias Amd. Kep yang selalu memberikan motivasi,
tawa, sedih bersama selama tiga tahun ini hingga penyusunan karya tulis ilmiah
sampai kita wisuda nanti.
Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan semoga
segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin.
Peneliti
iii
Poltekkes Kemenkes Padang
iv
Poltekkes Kemenkes Padang
v
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan
No Pendidikan Tahun Ajaran
1 SDN 08 Pagi Lubang Buaya Jakarta Timur 2002-2006
2 SDN 27 Lubuk Alung 2006-2007
3 SMPN 1 Lubuk Alung 2007-2010
4 SMAN 1 Nan Sabaris 2010-2014
5 Prodi Keperawatan Padang, Jurusan 2014-2017
Keperawatan, Poltekkes Kemenkes RI Padang
vi
Poltekkes Kemenkes Padang
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
DAFTAR ISI
vii
Poltekkes Kemenkes Padang
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI............................................................. iv
ABSTRAK........................................................................................................ v
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. vi
DAFTAR ISI..................................................................................................... vii
DAFTAR BAGAN........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................6
C. Tujuan Penulisan..............................................................................6
D. Manfaat Penulisan ...........................................................................7
viii
Poltekkes Kemenkes Padang
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................31
C. Populasi dan Sampel......................................................................31
D. Prosedur Pengambilan Data .....................................................….32
E. Alat/Instrumen Pengumpulan Data................................................33
F. Jenis-jenis Data...............................................................................34
G. Rencana Analisis.............................................................................35
BAB V PENUTUP…………………………………………………………...53
A. Kesimpulan……………………………………………………….53
B. Saran……………………………………………………………...54
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN
ix
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN
xi
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 8 : SuratIzin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian dari RSUP Dr.M. Djamil Padang
Lampiran 10 : Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 11 : Ganchart
xii
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis atau TB paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama
diparu atau diberbagai organ tubuh lainnya.TB paru dapat menyebar ke setiap
bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe dan lainnya
(Smeltzer&Bare, 2015).Beberapa negara berkembang di dunia, 10 sampai 15%
dari morbiditas atau kesakitan berbagai penyakit anak dibawah umur 6 tahun
adalah penyakit TB paru. Saat ini TB paru merupakan penyakit yang menjadi
perhatian global, dengan berbagaiupaya pengendalian yang dilakukan insidens
dan kematian akibat TB paru telahmenurun, namun TB paru diperkirakan masih
menyerang 9,6 juta orangdan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014
(WHO, 2015).
Centres for Desease Control (CDC) melaporkan pada tahun 2015, dalam laporan
District of Columbia terdapat 9.557 kasus TB Paru, meningkat 1,6% tahun 2014
di Dunia. Dua puluh tujuh negara bagian di dunia dilaporkan peningkatan jumlah
kasus TB paru dari tahun 2014, dan empat negara (California, Texas, New York,
dan Florida) menyumbang 50,6% penderita TB paru dari total kasus nasional di
Amerika Serikat. Tahun 2013, kejadian TB paru terus secara bertahap menurun
antara orang kulit hitam non Hispanik atau Afrika Amerika (-6,4%), kulit putih
non-Hispanik (-12,1%), dan Hispanik atau Latin (-4,0%). Sementara kejadian TB
paru tingkat Asia juga menurun 2013-2015 (-1,0%), pada tahun 2015 tingkat
kejadian TB secara keseluruhan untuk Asia selama tiga kali lebih tinggi. Angka
prevalensi TB paru di Indonesia pada tahun 2014 menjadi sebesar 647 orang dari
100.000 penduduk. Angka penderita TB paru ini meningkat dari tahun 2013,
penderita TB paru pada tahun 2013yang berjumlah 272 dari 100.000 penduduk.
(WHO, 2015)
Kasus TB paru di Sumatera Barat pada tahun 2012-2014 berjumlah 4.686 kasus
sebanyak range 5.75 penduduk.Kabupaten/Kota dengan penurunan angka
1
Poltekkes Kemenkes Padang
2
tertinggi adalah Kota Padang Panjang (menjadi 454.48 per 100.000 penduduk)
dan kenaikan tertinggi adalah Kabupaten Pasaman Barat (menjadi 436.73 per
100.000 penduduk) (Dinas kesehatan provinsi Sumatra Barat, 2014). Sedangkan
untuk kota Padang sendiri pada tahun 2013 jumlah kasus TB paru adalah 1.288
kasus.Kasus TB paru suspek tahun 2013 berjumlah 8.005, sementara TB paru
dengan BTA positif sebanyak 925 kasus, presentase TB paru terhadap suspek
adalah 11,56 % dan untuk kasus TB paru kambuh (Drop Out) pada tahun 2012
ditemukan sebanyak 8 orang penderita. (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2013).
Centres for Desease Control (CDC) melaporkan pada tahun 2015, tingkat insiden
TB paru terus menurun untuk orang <5 tahun dan berusia 15-24 tahun di dunia.
Namun tingkat kejadian untuk orang berusia 45-64 tahun meningkat sedikit 3,5-
3,6 kasus / 100.000 orang. (CDC, 2015) Tingkat insiden untuk semua kelompok
usia lainnya tetap sama dengan tahun 2014 di dunia. Orang dewasa berusia ≥65
tahun memiliki tingkat kejadian 4,8 kasus/100.000, anak-anak berusia 5-14 tahun
memiliki tingkat terendah pada 0,5 kasus/100.000 pada tahun 2015. Menurut
kelompok umur, kasus tuberkulosis pada tahun 2015 paling banyak ditemukan
pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 18,65% diikuti kelompok umur
45-54 tahun sebesar 17,33% dan pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar
17,18% di dunia.
Menurut jenis kelamin pada pasien TB paru, jumlah kasus pada laki-laki lebih
tinggi daripada perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan pada perempuan. Pada
masing-masing provinsi di seluruh Indonesia kasus lebih banyak terjadi pada
laki-laki dibandingkan perempuan (Kemenkes, 2015). Jumlah kasus baru TB
paru BTA positif di Sumatera Barat, laki- laki berjumlah 63,06 % pada
perempuan 36,94 % (Dinas kesehatan provinsi Sumatra Barat, 2014). Jumlah
kasus TB Paru di kota Padang pada tahun 2013 adalah 1.288 kasus, pada
penemuan penderita TB paru BTA positif laki – laki (359 orang) dibandingkan
perempuan penderita TB paru BTA positif sebanyak 269 orang. (Dinas
Kesehatan Kota Padang, 2013)
Centres for Desease Control (CDC) melaporkan 493 kematian di negara Amerika
pada tahun 2014 yang disebabkan TB paru, penurunan 11,2% dari tahun 2013.
TB Paru merupakan penyebab utama morbiditas dewasa dan kematian secara
global. Pada tahun 2012, kematian yang disebabkan oleh TB paru yaitu 1,3 juta
kematian. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium
tuberculosis ini pun tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB paru
(600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB paru (3,3
juta diantaranya perempuan). Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan
TB paru dimana sebagian besar penderita TB paru adalah usia produktif (15-55
tahun). Angka kematian karena infeksi TB Paru di Indonesia pada tahun 2009
mencapai 62.246 orang. Sedangkan Di Kota Padang tahun 2013, TB Paru
merupakan 10 penyebab kematian terbanyak dengan jumlah kematian perempuan
22 orang dan laki-laki 7 orang. (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2013)
Menurut penelitian Agustina Dewi (2013), gejala pada pasien TB paru di RSUD
Raden Mattaher Jambi berupa gejala respiratorik yang meliputi: batuk 100%,
batuk darah 52,8%, sesak napas 77,8%, nyeri dada 36,1%. Gejala sistemik pada
pasien TB paru meliputi: demam 80,6%, anoreksia 91,7%, penurunan BB 91,7%,
55,6%. Sebagian besar orang yang mengalami infeksi primer tidak menunjukkan
gejala yang berarti.Namun, pada penderita infeksi primer yang menjadi progresif
dan sakit (3-4% dari yang terinfeksi), gejala respiratorik pada pasien TB Paru
berupa batuk kering ataupun batuk produktif, sesak nafas, serta nyeri dada (Arif
Mutaqin, 2012).
Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan pada hari rabu, tanggal 11 Januari
2017 di IRNA Paru RSUP. Dr. M. Djamil Padang, ditemukan 7 orang penderita
TB Paru. Tn. J 43 tahun dengan TB putus obat (DO) keluhan batuk, dahak sulit
dikeluarkan, pasien tampak lemah, pucat akral dingin dan terkadang sesak nafas
frekuensi nafas 32x/menit, pasien menghabiskan makan 5-6 sendok. Tn. S 36
tahun dengan TB DO keluhan batuk, sesak nafas frekuensi nafas 28x/menit dan
mual, pasien menghabiskan makan 3-4 sendok. Tn. B 32 tahun dengan TB MDR
keluhan batuk, sesak nafas frekuensi nafas 34x/i, dahak yang sulit dikeluarkan.
Tn. S 56 tahun dengan TB DO keluhan sesak nafas frekuensi nafas 28x/menit,
batuk, nyeri, pasien menghabiskan makan 3-5 porsi. Tn. N 47 tahun dengan TB
DO keluhan batuk, nyeri, sesak nafas frekuensi nafas 29x/menit, badan terasa
lemah, sulit tidur, dan mual. Tn. K 31 tahun dengan TB MDR keluhan batuk,
dahak yang sulit dikeluarkan, sesak nafas frekuensi nafas 32x/menit, mual dan
muntah. Tn. H 54 tahun dengan TB DO keluhan nyeri pada dada, sesak nafas
frekuensi nafas 27x/menit, pucat, akral dingin, batuk.
Hasil observasi didapatkan keluhan pasien banyak mengalami sesak nafas dan
dahak (secret) yang sulit dikeluarkan, nyeri dada, badan terasa lemah, nafsu
makan menurun.Diagnosa keperawatan yang muncul adalah gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler,
ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mokus dalam jumlah
berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli, sekresi bertahan/sisa sekresi,
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan TB Paru DO di ruangan Paru RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit TB Paru
di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan penyakit
TB Paru di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan penyakit TB Paru di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan
penyakit TB paru di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan
penyakit TB Paru di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan yang pada pasien dengan
penyakit TB paru di Ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pengetahuan
dan wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB
Paru DO.
Menurut Robinson, dkk (2014),TB Paru merupakan infeksi akut atau kronis
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis di tandai dengan adanya
infiltrat paru, pembentukan granuloma dengan perkejuan, fibrosis serta
pembentukan kavitas.
2. Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat
ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan
organisme.Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi
terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri.Reaksi
inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma,
dan jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015).Ketika seseorang penderita TB
paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet
nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.
9
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau nuklei
tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan
pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam
droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat,
maka orang itu berpotensi terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).
3. Klasifikasi TB Paru
TB paru diklasifikasikan menurut Wahid & Imam tahun 2013 halaman 161
yaitu:
a. Pembagian secara patologis
1) Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
2) Tuberculosis post primer (adult tuberculosis).
b. Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (koch pulmonum) aktif,
non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
1) Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun
kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
2) Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian paru.Bila bayangan kasar
tidak lebih dari sepertiga bagian 1 paru.
3) Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately
advanced tuberkulosis.
2) BTA positif:
mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan
positif satu kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.
2) BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.
c. Bekas TB Paru dengan kriteria:
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan
serial foto yang tidak berubah.
4) Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih adekuat (lebih mendukung).
4. Patofisiologi
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan,dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB terjadi
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju disebut nekrosis kaseosa.Daerah yang mengalami nekrosis
kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan
Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, yaitu
bahan cairan lepas kedalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan
kavitas. Bahan tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
dalam percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang kembali
dibagian lain dari paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga
tengah atau usus.
b. Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada
TB paru adalah:
6. Penatalaksanaan
Menurut Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi
tiga bagian, pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding).
1) pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul
erat dengan penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes
tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka
pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan
mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif,
berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-
kelompok populasi tertentu misalnya:
a) Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan.
b) Penghuni rumah tahanan.
3) Vaksinasi BCG
Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang berumur
kurang dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna pada
tes tuberkulin.
Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang dicurigai
menderita tuberkulosis, yakni:
a) Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif dan
pernah berkontak dengan pasien yang mempunyai sputum positif
harus diawasi.
b) Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya
positif dan pernah berkontak dengan pasien penyakit paru.
c) Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai
kemungkinan terkena.
d) Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah 8
minggu dan ila tetap negatif maka dilakukan vaksinasi BCG. Apabila
tuberkulin sudah mengalami konversi, maka pengobatan harus
diberikan.
4) Kemoprofilaksis dengan mengggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi
yang menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis
sekunder diperlukan bagi kelompok berikut:
a) Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena
resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB,
b) Anak dan remaja dibawah dibawah 20 tahun dengan hasil tuberkulin
positif yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular,
c) Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif
menjadi positif,
d) Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat
immunosupresif jangka panjang,
e) Penderita diabetes melitus.
5) Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis
kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun ditingkat rumah sakit
oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan
Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonesia-PPTI). (Mutaqqin Arif,
2012)
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).Panduan obat yang digunakan terdiri atas
obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai
dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid,
Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004)
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi TB paru, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologi, apusan sputum dan riwayat pengobatan sebelumnya.Disamping
itu, perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB paru yang dikenal
sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTSC).
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi
untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari
batuk kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian
dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke
sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan
hitam dan diagfragma menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi
merupakan penyakit infeksi menular.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT.
g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat
dan tidur, kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk
TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)
Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat
Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-
20x/i)
Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari.
Suhumungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada
demam
1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak
meringis, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak
sianosis, mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran
trakea.
2) Thorak
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan
tarikan dinding dada, biasanya pasien kesulitan saat inspirasi
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
3) Abdomen
4) Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak
ada edema
5) Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak
ada edema
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
terjadi 48-72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini
tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas;
pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak
bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru
karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
3. Rencana keperawatan
Tabel 2.1
Rencana Keperawatan
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptifdengan bentuk studi kasus. Metode
penlitian deskriptif merupakan suatu metode yang memiliki tujuan utama dengan
memberikan gambaran situasi atau fenomena secara jelas dan rinci tentang apa
yang terjadi (Afiyanti, Yati. 2014). Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah
melihat asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus TB paru di Ruang Paru
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017.
2. Sampel
Sampel yang diambil berjumlah 2 orang yang didapat dari populasi dengan
kriteria inklusi:
a. Pasien dan keluarga bersedia menjadi responden.
b. Pasien di diagnosis TB paru (Drop Out)
c. Pasien compos mentis kooperatif.
Kriteria Ekslusi :
a. Pasien pulang atau meninggal sebelum 5 hari pengambilan data.
b. Pasien pindah rawatan keruang ambun pagi.
36
Poltekkes Kemenkes Padang
32
Evaluasi terdiri dari nama pasien, hari tanggal, evaluasi beruapa SOAP,
serta tanda tangan yang membuat evaluasi keperawatan
F. Cara Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dilakukan pada partisipan 1 dan partisipan 2 dengan wawancara,
pemeriksaan, pengukuran, pendokumentasian selama pasien dirawat.
2. Pengukuran
Pada hari pertama melakukan asuhan keperawatan, didapatkan hasil
pengukuran pada kedua partisipan yaitu Tn. J dan Ny. D,pengukuran yang
dilakukan adalah pengukuran tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu,
pemeriksaan pupil, pemeriksaan nervus cranial, pemeriksaan reflek fisiologis,
reflek patologis serta penilaian kekuatan otot
3. Wawancara
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara bebas
terpimpin.Caranya adalah dengan menanyakan kepada keluarga perihal
kejadian yang sebenarnya terjadi pada partisipan dan riwayat kesehatan
sebelumnya yang berkaitan dengan penyakit yang dialami partisipan saat ini.
4. Dokumentasi
Dokumen berbentuk status pasien serta catatan keperawatan yang di
dokumentasikan ulang menggunakan gambar serta buku kegiatan penelitian.
G. Jenis-jenis Data
1. Data Primer
Data ini meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas
sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.
2. Data Sekunder
Data sekunder berupa hasol laboratorium, hasil cek sputum, hasil Rontgen,
catatan perkembangan keperawatan
H. Rencana Analisis
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan
pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada pasien dengan TB paru DO. Data yang telah didapat dari hasil
melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan diagnosis,
merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan
akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan dengan
kasus TB paru DO. Analisa yang dilakukan untuk menentukan apakah ada
kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien.
A. HASIL
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP DR.M.Djamil Padang di Ruang Paru,
kapasitas penampungan tempat tidur pasien adalah sebanyak 24 tempat tidur
yang dibagi menjadi 2 tim, yaitu tim A dan tim B, dipimpin oleh seorang
karu, dan dibantu oleh 2 orang katim di masing-masingnya. Diruangan
tersebut ada 19 perawat pelaksana yang dibagi menjadi 3 shif, pagi, siang,
dan malam.Perawat berpendidikan S1 ada 7 orang, sementara untuk perawat
yang berpendidikan D3 adalah sebanyak 11 orang.Selain perawat ruangan
beberapa mahasiswa praktik dari berbagai institusi juga ikut andil dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien.
Penelitian yang dilakukan pada tanggal 20-24 Mei 2017 pada dua partisipan,
yaitu Tn. J dan Ny. D dengan diagnosa medis TB paru DO di Ruang Paru
RSUP Dr. M. Djamil Padang.Asuhan Keperawatan dimulai dari pengkajian,
penegakkan diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi serta
evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan metode wawancara, observasi,
studi dokumentasi serta pemeriksaan fisik.
2. Deskripsi Kasus
Pengkajian keperawatan dimulai pada tanggal 20 Mei 2017 pukul 09.00
WIB, Hasil penelitian tentang pengkajian yang didapatkan peneliti melalui
observasi, wawancara dan studi dokumentasi pada kedua partisipan
dituangkan pada tabel sebagai berikut.
36
Poltekkes Kemenkes Padang
37
Partisipan II, Ny. D umur 55 tahun, status kawin, agama islam, pendidikan
terakhir SMP, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Limau Asam Pasar Baru
Bayang Kab. Pesisir Selatan. Pasien dirawat sejak tanggal 17 Mei 2017
dengan alasan masuk sesak nafas, diagnosa medis TB paru DO. No. MR:
978936. Penanggung jawab: Ny.T (adik kandung) pekerjaan ibu rumah
tangga, alamat Limau Asam Pasar Baru Bayang Kab. Pesisir Selatan.
Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan Partispan 1 dan Partisipan 2
ASUHAN
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
KEPERAWATAN
Riwayat Kesehatan Pasien masuk melalui IGD RSUP Pasien masuk melalui Poliklinik
Keluhan utama Dr. M.Djamil Padang Rujukan RSUP Dr. M.Djamil Padang pada
dari RS Siti Rahmah Padang pada hari rabu tanggal 17 Mei 2017
hari selasa tanggal 16 Mei 2017 pukul 12.30 WIB, dengan
pukul 00.20 WIB, dengan kesadaran kompos mentis
kesadaran kompos mentis kooperatif, keadaan umum lemah,
kooperatif, keadaan umum lemah, disertai dengan keluhan utama
disertai dengan keluhan utama pasien batuk berdarah sejak 2
pasien sesak nafas sejak 3 hari minggu yang lalu, pasien sesak
yang lalu, demam tinggi sejak nafas sejak 4 hari yang lalu, dan
seminggu yang lalu, nyeri pada nyeri pada dada, TD: 100/70
dada, TD: 114/70 mmHg, HR: mmHg, HR: 98x/menit, RR:
110x/menit, RR: 28x/menit, 24x/menit, Suhu: 37,1oC.
Suhu: 38,7oC.
Riwayat kesehatan Saat dilakukan pengkajian pada Saat dilakukan pengkajian pada
sekarang hari sabtu, tanggal 20 Mei 2017 hari sabtu, tanggal 20 Mei 2017
hari rawatan ke 5, dengan hari rawatan ke 4, dengan
kesadaran kompos mentis kesadaran kompos mentis
kooperatif, keadaan umum lemah, kooperatif, keadaan umum sedang,
pasien mengeluh sesak nafas, pasien mengeluh sesak nafas,
batuk berdahak warna kuning nyeri dada, batuk produktif masih
kecoklatan, nyeri dada, pasien terdapat bercak darah, Pasien
terpasang Oksigen NRM terpasang oksigen nasal kanul
10liter/menit 3liter/menit.
Riwayat Kesehatan Keluarga mengatakan pasien Keluarga mengatakan pasien
Dahulu pernah dirawat di RSUD Painan pernah minum OAT tahun 2016
tahun 2016 selama 1 minggu selama 4 bulan dan dihentikan
dengan keluhan sesak nafas serta sendiri oleh pasien dengan alasan
nyeri pada dada dan punggung. setelah pasien meminum OAT
Riwayat OAT tahun 2016 selama pasien mengeluh mual. Keluarga
2 bulan dan dihentikan sendiri mengatakan pasien belum pernah
oleh pasien dengan alasan pasien dirawat di RS. Hipertensi (-), DM
mengeluh pusing setelah (+).
meminum OAT, pasien memiliki
kebiasaan merokok.Hipertensi (-),
DM (-).
Riwayat Kesehatan Keluarga mengatakan tidak ada Keluarga mengatakan tidak ada
Keluarga anggota keluarga yang tinggal anggota keluarga yang tinggal
serumah yang pernah menderita serumah yang pernah menderita
penyakit TB paru, dan penyakit penyakit TB Paru, dan penyakit
keturunan lainnya. keturunan lainnya.
Pola Aktifitas Sehat: Pasien mengatakan saat
-Pola Nutrisi Sehat: Pasien mengatakan saat sehat makan 3x sehari dengan
sehat makan 3x sehari dengan nasi, lauk, sayur dengan porsi
nasi, lauk, sayur dengan porsi
sedang dan minum air putih 8-10
sedang dan minum air putih
sebanyak 8 gelas. gelas perhari.
Sakit: Pasien diberi susu dan Ssakit: Pasien diberi makanan
setelah 3 hari pasien diberi biasa Diit DM tipe II, pasien
makanan lunak dan makan 3x menghabiskan ¼ porsi makanan
sehari, pasien menghabiskan ¼ saja, minum air putih sebanyak 8
porsi makanan dan minum air gelas sehari.
putih sebanyak 5 sampai 8 gelas
sehari
-Istirahat dan Tidur Sehat: pasien tidur 7-8 jam Sehat: pasien tidur 8-9 jam
perhari, siang 1-2 jam perhari dan perhari, siang 2 jam perhari dan
malam 5-6 jam perhari, kualitas malam 6-7 jam perhari, kualitas
tidur baik. Sakit: pasien tidur 8- tidur baik. Sakit: pasien tidur 11
10 jam perhari, siang 2-3 jam jam perhari, siang 3 jam perhari
perhari dan malam 6-7 jam dan malam 8 jam perhari, pasien
perhari, pasien sering terbangun sering mengeluh berkeringkat
dimalam hari karena pada malam hari.
mengeluhkan sesak nafas.
-Aktifitas dan Sehat: keluarga mengatakan Sehat: Saat sehat keluarga
Latihan pasien tidak bekerja, pasien dapat mengatakan pasien seorang ibu
melakukan kegiatan serta rumah tangga, pasien dapat
aktivitas sendiri, pasien melakukan kegiatan serta aktivitas
mengkonsumsi narkoba(-), seks sendiri. Pekerjaan suami sebgai
bebas(-). petani.
Sakit: namun saat sakit ADL Sakit: namun saat sakit ADL
pasien dibantu oleh keluarga dan pasien dibantu oleh keluarga dan
perawat perawat
Pemeriksaan Fisik Dari hasil pemeriksaan di Dari hasil pemeriksaan di
dapatkan keadaan umum lemah, dapatkan keadaan umum sedang,
kesadaran CMC, TD: 100/70 kesadaran CMC,TD: 110/70
mmHg, HR: 68x/menit, RR: mmHg, HR: 73x/menit, RR:
28x/menit, suhu: 36,50C. Kepala: 26x/menit, suhu: 36,8oC. Kepala:
tampak simetris, kepala bersih, tampak simetris, kepala bersih,
hematom(-), pembengkakan(-). hematom(-), pembengkakan(-).
Wajah:wajah tampak pucat, Wajah: wajah tampak pucat,
wajah tampak simetris. Mata: wajah tampak simetris. Mata:
tampak simetris, konjungtiva tampak simetris, konjungtiva
anemis(-), sklera ikterik (-). anemis(-), sklera ikterik(-).
Hidung: hidung simetris, Hidung: hidung simetris, tampak
tampak bersih, pernapasan cuping bersih, pernapasan cuping hidung
hidung(-), lesi (-). Mulut: (-), lesi (-). Mulut: kering, tidak
kering, tidak pucat, tidak terdapat pucat, tidak terdapat lesi. Leher:
lesi. Leher: pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar tiroid dan
tiroid dan kelenjar getah kelenjar getah bening(-). Dada:
bening(-). Dada: penggunaan penggunaan otot bantu(-),
otot bantu(+), pergerakan dinding pergerakan dinding dada kiri dan
dada kiri dan kanan sama, kanan sama, fremitus kiri dan
fremitus kiri dan kanan sama, kanan sama, perkusi sonor,
perkusi sonor dan auskultasi auskultasi bronkovesikuler,
bronkovasikuler, ronkhi positif. ronkhipositif. Pada pemeriksaan
Pada pemeriksaan kardiovaskuler kardiovaskuler didapatkan ictus
di dapatkan ictus cordis tidak cordis tidak terlihat dan teraba,
terlihat, serta irama teratur. irama teratur. Abdomen:
Abdomen: pemeriksaan sistem pemeriksaan sistem pencernaan
pencernaan asites(-), bising usus asites(-), bising usus 12x/menit,
15x/menit, hepar teraba (-), nyeri hepar teraba(-), nyeri tekan
tekan hepar(-), perkusi timpani, hepar(-), perkusi timpani.
pembesaran kelenjar tiroid dan Pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening(-). kelenjar getah bening(-).
Ekstremitas: Pada ekstermitas Ekstremitas: Pada ekstremitas
kiri atas terpasang IVFD NaCl, kiri atas terpasang IVFD NaCl,
ekstremitas atas bawah teraba ekstremitas atas bawah teraba
dingin, sianosis(-), CRT<2dtk. hangat, sianosis(-), CRT<2dtk.
Data penunjang Tanggal 16 Mei 2017 Tanggal 22 Mei 2017
pH= 7.28, pCO2= 53 mmHg, Gula darah puasa= 560 mg/dl,
pO2= 81mmHg, HCO3= 21.6 gula darah 2 jam PP= 637 mg/dl,
mmol/L, gula darah sewaktu= 86 ureum darah= 29 mg/dl, kreatinin
mg/dl, Albumin= 3.09 g/dl, darah= 1.0 mg/dl, total protein=
Globulin= 3.7g/dl, Hb= 13.6 g/dl, 8.2 g/dl, Albumin= 3.6 g/dl,
Leukosit= 12.090 g/dl. Globulin= 4.6 g/dl, Hb= 11.5 g/dl,
Tanggal 18 Mei 2017 Leukosit= 10.440 mg/dl,
pH= 7,33, pCO2= 46 mmHg, Trombosit= 481.000 g/dl
pO2= 110 mmHg, HCO3= 24.3 Pada pemeriksaan radiologi paru
mmol/L, total protein= 5,6 g/dl, didapatkan hasil bahwa terdapat
albumin= 3,1 g/dl, globulin= 2,5 fibro infiltrat pada kedua paru,
g/dl kesan : TB Paru
Tanggal 18 Mei 2017
Hb= 12.7 g/dl, Trombosit=
455.000 g/dl, Hematokrit= 40%,
Ureum darah= 278 mg/dl,
Kreatinin Darah= 31.5 mg/dl,
Total protein= 5,9 g/dl, Albumin=
3.1 g/dl, Globulin = 2.5 g/dl
Tanggal 25 Mei 2017
pH= 7.40, pCO2= 50 mmHg,
pO2= 27 mmHg, HCO3= 31
mmol/L
Pada pemeriksaan radiologi paru
didapatkan hasil bahwa terdapat
fibro infiltrat pada kedua paru,
kesan : TB Paru
Terapi pengobatan Terapi pengobatan pada Tn. J Terapi pengobatan pada Ny. D
diberikan cairan Nacl 8jam/kolf, diberikan cairan NaCl 12jam/kolf,
Ceftriaxon 1x2gr, Levoplolaxin Ranitidin 2x1, Dexametason 3x2,
1x750, Ranitidin 2x1, Combivent 3x1, terapi OAT
Dexametason 3x2, Vit B6 1x1, R/H/Z/E=400/350/950/600mg/dl
Combivent 3x1, Drip vascon
2,1cc/jam, terapi OAT
R/H/Z/E=450/300/1000/750mg/d
l
Analisa Data 1. DS: Pasien mengatakan 1. DS : Pasien mengeluh batuk
gelisah berdahak dan sulit
DO: Pasien tampak gelisah, mengeluarkan dahak
pernafasan pasien tampak DO : Pasien tampak batuk
tidak teratur, ekstremitas produktif, Sekret berwarna
teraba dingin, CRT<2dtk. putih kekuning kuningan
Hasil AGD= pH: 7.43, pCO2: bercampur dengan darah,
48 mmHg, pO2: 160 mmHg. RR=22x/menit, pasien tampak
Masalah : Gangguan sesak nafas.
pertukaran gas berhubungan Masalah : Ketidakefektifan
dengan perubahan membran bersihan jalan napas
alveolar-kapiler berhubungan dengan eksudat
B. Pembahasan Kasus
Menurut peneliti keluhan utama pada kasus TB paru DO yaitu sesak nafas,
nyeri dada, demam yang ditemukan pada partisipan 1 dan. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Arif Mutaqqin (2012), menjelaskan
bahwa gejala respratorik TB paru DO yaitu: Keluhan batuk, timbul paling
awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan, sesak nafas
biasanya keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks,
anemia, dan lain-lain, nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik
ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB,
keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari
mirip demam atau influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin
panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.
Saat dilakukan pengkajian pada Tn. J hari Sabtu 20 Mei 2017, pasien sudah
hari rawatan ke 5, keadaan pasien lemah, tingkat kesadaran kompos mentis
kooperatif, pasien mengeluh sesak nafas, batuk berdahak warna kuning
kecoklatan, nyeri dada. Sedangkan pengkajian pada Ny. D hari Sabtu 20
Mei 2017, pasien sudah hari rawatan ke 4, keadaan umum sedang, tingkat
kesadaran kompos mentis kooperatif, pasien mengeluh sesak nafas, nyeri
dada, batuk produktif masih terdapat bercak darah.
Hasil pengkajian ini sesuai dengan teori Irman Soemantri (2009), bahwa
pasien dengan TB paru DO saat dilakukan pengkajian yang ditemukan
meliputi, batuk yang terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini
terjadi untuk membuang atau mengeluarkan produksi radang yang dimulai
dari batuk kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum),
sesak nafas bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru-paru, nyeri dada, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Hal ini sama dengan teori Irman Soemantri (2009), yang berpendapat
bahwa biasanya pasien dengan TB paru DO diakibatkan karena putus obat,
penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB paru berhenti
berobat (Drop Out) setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum
selesai sehingga menyebabkan kekambuhan pada penderita TB paru
dengan DO.
Hal ini tidak sama dengan teori Irman Soemantri (2009), yang berpendapat
bahwa biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB
paru. Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti
Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.
d. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik Tn. J yang bermasalah yaitu keadaan umum pasien
lemah, terdapat suara tambahan ronkhi (+), menggunakan otot bantu
pernafasan, wajah tampak pucat, mukosa bibir kering, akral dingin, CRT <
2dtk. Pada pemeriksaan fisik Ny. D yang bermasalah yaitu terdapat suara
tambahan ronkhi (+), wajah tampak pucat, mukosa bibir kering, akral
dingin, CRT < 2dtk.Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien terdapat
suara tambahan ronkhi (+), wajah tampak pucat, mukosa bibir kering, akral
dingin, CRT < 2dtk.
1. Diagnosa keperawatan
Kasus pada partisipan 1 dan partisipan 2 dari hasil studi dokumentasi status
pasien ditemukan 3 diagnosa keperawatan, yaitu gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler yang ditegakkan
pada Tn. J, ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan eksudat
dalam jalan alveoli yang ditegakkan pada kedua pasien, ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutri tidak
adekuat yang ditegakkan pada kedua pasien, dan diagnosa resiko
ketidakseimbangan gula darah yang ditegkkan oleh Ny. D saja.
Hal ini sesuai dengan NANDA 2015, menjelaskan bahwa diagnosa gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler
batasan karakteristiknya adalah gas darah arteri abnormal, gelisah, pH arteri
abnormal, pola pernafasan abnormal, ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan eksudat dalam jalan alveolibatasan karakteristiknya
adalah terdapat sekret, sesak nafas. Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak
adekuatdapat ditegakkan pada partisipan 1 (Tn.J) dan 2 (Ny.D), berdasakan
hasil pemeriksaan fisiknya yaitu pasien menghabiskan makan ¼ porsi, pasien
mengeluh mual, pasien tampak lemas. Menurut peneliti hal ini sesuai dengan
batasan karakteristik diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuatdalam NANDA (2015), yaitu
intake makanan adekuat, intake cairan adekuat, intake nutrisi adekuat.
2. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 (Tn.J) dan partisipan 2
(NY.D) pada masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan eksudat dalam jalan alveoli adalah kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian nebulizer, kolaborasi dengan dokter dalam memberikan suction,
monitor bersihan jalan nafas dan rencana keperawatan pada masalah
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi adalah
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen, monitor status pernafasan
pasien berdasarkan NIC (2013).
Menurut peneliti rencana tindakan yang dilakukan pada partisipan 1 (Tn.J) dan
partisipan 2 (Ny.D) hanya pada masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan eksudat dalam jalan alveoli dan ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan hiperventilasi, sedangkan untukgangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat tidakdirencanakan tindakannya. Menurut perawat
Hal ini sama dengan teori Haryanto (2007), yang menyebutkan bahwa kategori
prioritas masalah adalah masalah yang memerlukan tindakan cepat dan tepat
agar tidak menimbulkan masalah baru yang dapat memperburuk kondisi
pasien.
Berdasarkan hasil observasi peneliti rencana keperawatan yang dilakukan
sudah sesuai dengan NIC NOC namun ada beberapa rencana keperawatan
yang tidak diberikan oleh perawat ruangan seperti mengajarkan tekhnik nafas
dalam, mengajarkan cara batuk efektif.
3. Implementasi
Implementasi keperawatan harus sesuai dengan perencanaan keperawatan yang
dilandaskan pada teori NANDA NIC-NOC. masalah keperawatan
ketidakbersihan jalan nafas berhubungan dengan eksudat dalam jalan alveoli,
implementasi keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 (Tn.J) dan
partisipan 2 (Ny.D) yaitu berkolaborasi dalam pemberian nebulizer, mengatur
posisi semifowler, memberikan terapi oksigen, dan mengajarkan batuk efektif.
Hal ini sesuai pada NIC tahun 2013 implementasi pada diagnosa
ketidakbersihan jalan nafas yaitu auskultasi suara nafas tambahan, kaji lokasi
eksudat, kolaborasi dalam pemberian nebulizer, mengatur posisi semi fowler.
4. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses yang digunakan untuk
menilai keberhasilan asuhan keperawatan atas tindakan yang diberikan. Pada
teori maupun kasus dalam membuat evaluasi disusun berdasarkan tujuan dan
kriteria hasil yang ingin dicapai.
Evaluasi yang didapatkan dari pada partisipan 1 (Tn.J) yaitu tingkat kesadaran
pasien CMC, keadaan umum sedang, pasien masih merasakan sesak, pada hari
ke-6 hasil AGD pasien dalam batas normal, masalah yang ditemukan teratasi
sebagian dan intervensi dilanjutkan.
Hal ini sesuai dengan NOC tahun 2013, berdasarkan batasan karakteristik
tekanan parsal oksigen di darah arteri (PaO2) tidak ada deviasi dari kisaran
normal, tekanan parsial karbondioksisa di darah arteri (PaCO2) tidak ada
deviasi dari kisaran normal, saturasi oksigen tidak ada deviasi dari kisaran
normal, keseimbangan ventilasi dan perfusi tidak ada deviasi dari kisaran
normal.Pada partisipan 2 (Ny.D) evaluasi yang didapatkan yaitu tingkat
kesadaran pasien CMC, keadaan umum pasien sedang, TTV pasien dalam
rentang normal setiap harinya, pada hari ke 3 pasien mengatakan nafas sudah
tidak sesak lagi. masalah yang ditemukan teratasi sebagian dan intervensi
dilanjutkan. Hal ini sesuai dengan NOC tahun 2013, berdasarkan batasan
karakteristik Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal, irama
pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal, kemampuan untuk
mengeluarkan secret tidak ada deviasi dari kisaran normal, suara nafas
tambahan tidak ada, dispnea dengan aktifitas ringan tidak ada, penggunaan otot
bantu pernafasan tidak ada.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan Pada Tn.J dengan TB
Paru DO di Ruang paru RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017, peneliti
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian pada Tn.J didapatkan pasien sudah hari rawatan ke 5,
keadaan pasien lemah, tingkat kesadaran kompos mentis kooperatif, pasien
mengeluh sesak nafas, batuk berdahak warna kuning kecoklatan, nyeri dada.
Dalam teori masalah keperawatan yang muncul pada kasus TB paru DO adalah
sebanyak 13 masalah keperawatan. Pada partisipan 1 (Tn.J) ditemukan 3
masalah keperawatan yaitu gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran alveolar-kapiler, ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan hiperventilasi, ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan eksudat dalam jalan alveoli. Sedangkan pada partisipan 2 (Ny.D)
ditemukan ada 3 diagnosa yang muncul yaitu ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan eksudat dalam jalan alveoli, ketidakefetifan pola
nafas berhubungan dengan hiperventilasi, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat.
53
Poltekkes Kemenkes Padang
54
4. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari pada tanggal 20-24 Mei 2017
dalam bentuk SOAP. Evaluasi tersebut dilakukan pada masalah keperawatan
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan eksudat dalam jalan
alveoli pada partisipan 1 (Tn.J) pada hari ke 5 masalah yang ditemukan belum
teratasi dan intervensi dilanjutkan, sedangkan pada partisipan 2 (An. R) pada
hari ke 3 pasien sudah tidak merasakan sesak nafas sehingga intervensi
pemberian oksigen dihentikan, pasien mampu melakukan batuk yang efektif,
serta pada hari ke 4 pasien mampu menghabiskan makanannya ½ porsi.
B. Saran
1. Bagi Direktur RSUP Dr,M,Djamil Padang
Melalui direktur agar dapat memotivasi perawat untuk meningkatkan untuk
lebih giat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien dengan
TB paru DO, juga pembuatan intervensi, implementasi dan implementasi
tidak terfokus pada masalah prioritas saja, agar lebih meningkatnya kualitas
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam asuhan
keperawatan pada kasusTB paru DO yang lainnya.
Agustina Dewi. 2013. Hubungan Tingkat Kepositifan BTA Dalam Sputum dengan
Gejala Klinis TB Paru BTA (+) Di RSUD Raden Matther. Dari
https://id.portalgaruda.org/index.php?
ref=browse&mod=viewarticle&article=32473
Centres for Desease Control. 2015. Tuberculosis Data and Statistics. Dari
https://googleweblight.com/?
lite.url=https://www.cdc.gov/tb/statistics/&eiDiakses pada tanggal 30 Januari
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat. 2014. Profil Dinas Kesehatan 2014. Badan
Penelitisn dan Pengembangan Kesehatan Sumbar
Rab, Tabrani. 2016. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Medika
Smeltzer, S.C., and Bare, B.G. (2015).Medical Surgical Nursing (Vol 1). LWW
Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan.Jakarta: Salemba Medika.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasiklien
1) Nama : Tn.J
2) Tempat/tgllahir : Pesisir, 17 April 1986
3) Jeniskelamin : Laki-laki
4) Status kawin : Kawin
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : Tidak bekerja
8) Alamat : Kapujan Bayang Kab. Pesisir Selatan
9) Diagnose medis : TB paru DO
b. Identifikasipenanggungjawab
1) Nama : Tn.U
2) Pekerjaan : Petani
3) Alamat : Kapujan Bayang Kab. Pesisir Selatan
4) Hubungan : Kakak kandung
c. Riwayatkesehatan :
1) Riwayatkesehatansekarang
a) Keluhanutama :
Pasien masuk melalui IGD RSUP dr. M.Djamil Padang Rujukan RS
Siti Rahmah Padang pada hari selasa tanggal 16 Mei 2017 pukul
00.20 WIB, dengan keluhan utama pasien sesak nafas sejak 1 hari
yang lalu sebelum masuk RS, demam sejak 3 hari yang lalu
sebelum masuk RS. Nyeri pada dada dan punggung.
2) Riwayatkesehatandahulu
Keluarga mengatakan pernah dirawat di RSUD Painan selama 1
minggu dengan keluhan sesak nafas serta nyeri pada dada dan
punggung.Riwayat OAT tahun 2016 selama 2 bulan dan dihentikan
sendiri oleh pasien, pasien memiliki kebiasaan merokok.Hipertensi (-),
DM (-).
3) Riwayatkesehatankeluarga
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang tinggal serumah
yang pernahmenderita penyakit TB paru, dan penyakit keturunan
lainnya.
d. Polaaktivitassehari-hari (ADL)
1) Polanutrisi
Makan
- Sehat :pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, lauk, sayur
dengan porsi sedang
- Sakit : pasien diberi makanan lunak dan makan 3x sehari, pasien
menghabiskan ½ porsi makanan dan minum air putih sebanyak 5
sampai 8 gelas sehari
Minum
Pemeriksaanhead to toe
a) Kepala :tampak simetris
b) Wajah : tampak pucat
c) Mata : konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
d) Hidung : tampak simetrisdan tidak ada pernapasan cuping hidung
e) Telinga : simetris kiri kanan
2. Data Psikologis
a) Status Emosional
Emosional pasien tampak stabil
b) Kecemasan
Pasien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya saat ini
c) Pola Koping
Pola koping pasien tampak cukup baik
d) Gaya komunikasi
Pasien tampak berkomunikasi dengan baik
e) Spiritual
Pasien beragama islam, untuk aktivitas beribadah pasien perlu dibantu
oleh keluarga
3. Data Penunjang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
N
DiagnosaKeperawatan NOC NIC
o
1. Gangguanpertukaran gas Setelah Terapi oksigen
berhubungandenganperubahanmembra dilakukan h) Pertahankan
n alveolar-kapiler tindakan kepatenan
keperawatan jalan nafas
diharapakan i) Berikan
status oksigen
tambahan
pernafasan :
seperti yang
pertukaran gas
diperintahkan
dengan kriteria j) Monitor
hasil : aliran
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No DiagnosaKeperawatan TindakanKeperawatan Paraf
1. Gangguanpertukaran gas - memberikan terapi
berhubungandenganperubahanmembra oksigen sesuai order:
n alveolar-kapiler Oksigen NRM
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl DiagnosaKeperawatan EvaluasiKeperawatan Paraf
20/ 1. Gangguanpertukaran gas S : keluarga mengatakan
5 berhubungandenganperubahanmemb pasien masih gelisah
ran alveolar-kapiler O : pasien tampak
gelisah, akral dingin,
pucat, AGD:
A : masalah belum
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHANKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3. PENGUMPULAN DATA
e. Identifikasiklien
10) Nama :Ny. D
11) Tempat/tgllahir : Pesisir, 01 januari 1962
12) Jeniskelamin : Perempuan
13) Status kawin : Kawin
14) Agama : Islam
15) Pendidikan : SMP
16) Pekerjaan : Ibu rumah tangga
17) Alamat :Limau Asam Pasar Baru Bayang Kab. Pesisir
Selatan
18) Diagnose medis : TB paru DO
f. Identifikasipenanggungjawab
g. Riwayatkesehatan :
4) Riwayatkesehatansekarang
c) Keluhanutama :
Pasien masuk melalui Poliklinik RSUP Dr. M.Djamil Padang pada
hari rabu tanggal 17 Mei 2017 pukul 12.30 WIB, dengan kesadaran
kompos mentis kooperatif, keadaan umum lemah, disertai dengan
keluhan utama pasien batuk berdarah, pasien sesak nafas, dan nyeri
pada dada, TD: 100/70 mmHg, HR: 98 x/menit, RR: 24 x/menit,
Suhu: 37,1 oC.
d) Keluhansaatdikaji (PQRST) :
Saat dilakukan pengkajian pada hari sabtu, tanggal 20 Mei 2017
harirawatanke 4, dengan kesadaran kompos mentis kooperatif,
keadaan umum sedang, pasien mengeluh sesak nafas, nyeri dada,
batuk produktif masih terdapat bercak darah, makan pasien habis ¼
porsi, keringat malam dan susah tidur. TD: 110/70 mmHg, HR:
73x/menit, RR: 26 x/menit, suhu: 36,8oC. Pasien terpasang oksigen
nasal kanul 3 liter/menit.
5) Riwayatkesehatandahulu
Keluarga mengatakan pasien pernah minum OAT tahun 2016 selama 4
bulan dan dihentikan sendiri oleh pasien.Keluarga mengatakan pasien
belum pernah dirawat di RS.Hipertensi (-), DM (+).
6) Polaeliminasi
- Sehat: BAK pasien lancar lebih kurang 7x sehari, pasien BAB
lancar.
- Sakit: pasien BAK lebih kurang 4x sehari, dan BAB 1x 2 hari
dengan konsintensi lembek.
7) Polatidurdanistirahat
- Sehat: pasien tidur 8-9 jam perhari, siang 2 jam perhari dan malam
6-7 jam perhari, kualitas tidur baik.
- Sakit: pasien tidur 11 jam perhari, siang 3 jam perhari dan malam 8
jam perhari, pasien sering mengeluh berkeringkat pada malam hari.
8) Polaaktifitasdanlatihan
- Sehat: Saat sehat keluarga mengatakan pasien seorang ibu rumah
tangga, pasien dapat melakukan kegiatan serta aktivitas sendiri,
i. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum :Compos Mentis Cooperatif
b) Tekanan Darah : 110/70 mmHg
c) Nadi : 73 x/menit
d) Pernafasan : 26 x/menit
e) Suhu : 36,8oC
Pemeriksaanhead to toe
k) Kepala :tampak simetris
l) Wajah : tampak pucat
m) Mata : konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
n) Hidung: tampak simetrisdan tidak ada pernapasan cuping hidung
o) Telinga : simetris kiri kanan
p) Mulut&gigi: mukosa bibir kering dan tidak terdapat karies gigi
q) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan tiroid
r) Dada/ Thorax
Paru-paru
Inspeksi : dinding dada tampak simetris
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdengar bunyi bronkovesikuler, ronkhi (+)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari RIC 5
Perkusi : pekak
Auskultasi : irama jantung terdengar beraturan
s) Abdomen : tidak tampak adanya pembengkakan dan tidak ada
nyeri tekan, bising usus (+) 15x/menit
5. Data Psikologis
f) Status Emosional
Emosional pasien tampak stabil
g) Kecemasan
Pasien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya saat ini
h) Pola Koping
Pola koping pasien tampak cukup baik
i) Gaya komunikasi
Pasien tampak berkomunikasi dengan baik
j) Spiritual
Pasien beragama islam, untuk aktivitas beribadah pasien perlu dibantu
oleh keluarga
6. Data Penunjang
Tanggal 22 Mei 2017
Gula darah puasa= 560 mg/dl, (70-126 mg/dl)
gula darah 2 jam PP= 637 mg/dl, (<200 mg/dl)
ureum darah= 29 mg/dl, (10.0-50.0 mg/dl)
kreatinin darah= 1.0 mg/dl, (0.6-1.1 mg/dl)
total protein= 8.2 g/dl, (6.6-8.7 g/dl)
Albumin= 3.6 g/dl, (3.8-5.0 g/dl)
Globulin= 4.6 g/dl, (1.3-2.7 g/dl)
Hb= 11.5 g/dl, (14-18 g/dl)
Leukosit= 10.440 mg/dl, (5000-10.000 /mm3)
Trombosit= 481.000 g/dl(150.000-400.000 /mm3)
Pada pemeriksaan radiologi paru didapatkan hasil bahwa terdapat fibro
infiltrat pada kedua paru, kesan : TB Paru
H. PERENCANAAN KEPERAWATAN
N
DiagnosaKeperawatan NOC NIC
o
1. Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan Manajemen jalan
jalan nafas berhubungan tindakan nafas
dengan eksudat dalam jalan keperawatan q) Bersihkan jalan
alveoli diharapakan status nafas dengan
pernafasan :
pertukaran gas teknik chin lift
dengan kriteria atau jaw thrust
hasil :
sebagai mana
i) Tekanan parsal
mestinya
oksigen di darah
r) Posisikan pasien
arteri (PaO2) tidak
untuk
ada deviasi dari
memaksimalkan
kisaran normal
ventilasi
j) Tekanan parsial
s) Identifikasi
karbondioksisa di
kebutuhan
darah arteri
aktual/potensial
(PaCO2) tidak ada
pasien untuk
deviasi dari kisaran
memasukkan alat
normal
I. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No DiagnosaKeperawatan TindakanKeperawatan Paraf
1. ketidakefektifan bersihan jalan - posisikan pasien untuk
nafas berhubungan dengan memaksimalkan ventilasi
eksudat jalan nafas alveoli - monitor pernafasan pasien
- monitor keefektifan pasien
dalam batuk efektif.
2. ketidakefektifan pola nafas - memposisikan pasien
berhubungan dengan untuk memaksimalkan
hiperventilasi ventilasi
- auskultasi suara nafas
pasien
- mengajarkan cara batuk
efektif
- mengajarkan tekhnik nafas
dalam
J. EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl DiagnosaKeperawatan EvaluasiKeperawatan Paraf
20/ 16. Ketidakefektifan S: pasien mengatakan
5 bersihan jalan nafas dahaknya susah keluar
berhubungan dengan eksudat O: pasien tampak batuk
dalam jalan alveoli berdahak, pasien tampak
memaksakan batuk, batuk
produktif, pasien tidak
mampu batuk efektif
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
17. ketidakefektifan pola S: pasien mengatakan
nafas berhubungan dengan nafas masih terasa sesak
hiperventilasi O: pasien tampak sesak,
RR: 26x/menit, pasien
terpasang oksigen 3
liter/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
18. Ketidakseimbangan S: pasien mengatakan
nutrisi kurang dari kebutuhan tidak nafsu makan
tubuh berhubungan dengan O: pasien tampak lemah,
intake nutrisi tidak adekuat pucat, pasien