Professional Documents
Culture Documents
Laporan PKN Kesling
Laporan PKN Kesling
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Menurut UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Visi dan misi pembangunan kesehatan secara nasional adalah masyarakat yang
mandiri untuk hidup sehat. Nilai-nilai yang mendasarinya adalah keberpihakan kepada
masyarakat, bertindak cepat dan tepat, kerjasama tim, integritas yang tinggi dan
transparansi serta akuntabilitas yang kesemuanya ini mengarah pada visi dan misi untuk
membuat masyarakat menjadi sehat.
Upaya yang ditempuh untuk mewujudkan visi dan misi tersebut diatas adalah
dengan: menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan
sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan dan meningkatkan pelayanan
kesehatan. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, mahasiswa dituntut untuk
mampu mengaplikasikan ilmu dan kemampuannya dalam masyarakat melalui kegiatan
Praktek Kerja Nyata (PKN).
Praktek Kerja Nyata (PKN) merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses
pendidikan yang menuntun mahasiswa kepada pola interdisiplin dan terpadu dalam
penanggulangan masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Praktek Kerja Nyata (PKN)
merupakan program pendidikan yang diselenggarakan oleh Poltekkes Kemenkes Jambi
yang terdiri dari empat jurusan yaitu: DIII dan DIV Keperawatan, DIII dan DIV
Kebidanan, DIII dan DIV Keperawatan Gigi, serta DIII Kesehatan Lingkungan.
Dalam kegiatan Praktek Kerja Nyata (PKN), kesehatan masyarakat merupakan
salah satu tuntutan yang harus dipahami. Untuk mewujudkan hal tersebut maka dari
berbagai jurusan Poltekkes Kemenkes Jambi mewajibkan kepada semua mahasiswa/i
terutama jurusan D III Kesehatan Lingkungan untuk bisa mendapatkan pengalaman
langsung dalam pengaplikasian teori yang telah dipelajari di institusi pendidikan.
Pengaplikasian teori yang telah dipelajari dimulai dari pelaksanaan pengambilan
data kesehatan lingkungan di Desa Durian Mukut Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten
Merangin. Hal ini dilakukan untuk mengetahui status kesehatan masyarakatnya dengan
menggunakan pendekatan yang diawali dari pengkajian dengan cara mengumpulkan data,
analisa data, dan prioritas masalah selanjutnya menyusun rencana tindak lanjut sesuai
permasalahan terbesar yang ditemukan, kemudian pelaksanaan dan yang terakhir adalah
melakukan evaluasi sejauh mana keberhasilan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu mengidentifikasi masalah kesehatan dan melaksanakan intervensi upaya
kesehatan masyarakat di Desa Durian Mukut Kecamatan Lembah Maurai Kabupaten
Merangin secara terencana dan terpadu khususnya di bidang kesehatan lingkungan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memperoleh data dasar kesehatan lingkungan.
2. Mengeidentifikasi masalah kesehatan lingkungan yang ada di masyarakat
3. Mampu mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
kesehatan lingkungan.
4. Mampu menyusun prioritas masalah dan alternative masalah kesehatan
lingkungan.
5. Melaksanakan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) dalam persiapan
pelaksanaan kegiatan intervensi terutama di bidang kesehatan lingkungan.
6. Mampu melakukan intervensi kesehatan lingkungan.
7. Melakukan evaluasi program kesehatan lingkungan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah dan
menambah pengalaman bekerja secara tim dalam pengkajian, penemuan masalah dan
pemecahan masalah secara langsung, sehingga tumbuh sikap profesional dalam diri dan
peningkatan keahlian, tanggung jawab dan rasa kesejawatan dalam suatu tim kerja yang
solid.
1.3.2 Bagi Pemerintah
Dengan adanya kegiatan PKN ini, diharapkan hasil temuan di Desa durian mukut
dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk merencanakan program kesehatan
lingkungan di masa yang akan datang.
1.3.3 Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan lingkungan dan
semakin termotivasinya masyarakat Desa Durian Mukut untuk berperilaku hidup sehat.
1.3.4 Bagi Institusi
Memperoleh berbagai kasus yang dapat digunakan sebagai contoh materi
perkuliahan, menemukan berbagai masalah untuk pengembangan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori Kesehatan Lingkungan Dan Perumahan
Dalam PP RI Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan menyatakan
bahwa Ruang lingkup kesehatan itu diantaranya Kesehatan Lingkungan. Kesehatan
Lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dari/atau gangguan kesehatan dari faktor
resiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat dan aspek fisik,
kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Lingkungan sehat adalah yang terbatas dari unsur-
unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, salah satunya persyaratan media air,
untuk keperluan higiene dan sanitasi.
Permasalahan kesehatan lingkungan yang perlu mendapat perhatian dan di
tingkatkan baik kualitas maupun kuantitas adalah sanitasi dasar. Untuk mencapai kualitas
kesehatan lingkungan yang baik diperlukan intervensi upaya kesehatan lingkungan yang
meliputi upaya sanitasi menurut keilmuan dan upaya sanitasi dasar. Upaya untuk
meningkatkan kesehatan salah satu faktor diantaranya penyediaan air bersih, sanitasi
makanan, pembuangan kotoran dan air limbah, pembuangan sampah, pengendalian
vektor binatang pengganggu.
a. Pengertian Pemukiman dan Perumahan
Menurut UU No.4 Tahun 1992 pasal 1 ayat 2 tentang permukiman dan
perumahan, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga, sedangkan perumahan adalah kelompok
rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Didalam buku John F. C Turner
yang berjudul Freedom To Build tahun 1972 mengatakan bahwa rumah adalah bagian
yang utuh dari permukiman, dan bukan hasil fisik sekali jadi semata, melainkan
merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan sosial ekonomi
penghuninya dalam suatu kurun waktu. Yang terpenting dan rumah adalah dampak
terhadap penghuni, bukan wujud atau standar fisiknya. Selanjutnya dikatakan bahwa
interaksi antara rumah dan penghuni adalah apa yang diberikan rumah kepada
penghuni serta apa yang dilakukan penghuni terhadap rumah.Sedangkan didalam
buku Rumah Untuk Seluruh Rakyat karya Siswono Yudohusodo tahun 1991
mengatakan bahwa rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal
atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Jadi, selain berfungsi sebagai tempat
tinggal atau hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan
makhluk hidup lainnya, rumah merupakan tempat awal pengembangan kehidupan.
Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman
menyebutkan bahwa rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sam
halnya seperti pangan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Selain berfungsi sebagai
pelindung terhadap gangguan alam/cuaca dan makhluk lainnya, rumah juga memiliki
peran sebagai pusat pendidikan keluarga, penerapan budaya dan nilai kehidupan,
persiapan bagi generasi muda, dan sebagai penguat jati diri. Dalam kerangka
hubungan ekologis antara manusia dan lingkungannya, terlihat jelas bahwa kualitas
sumber daya manusia di masa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas
perumahan dan permukimannya masing-masing.Pembangunan perumahan diyakini
juga mampu mendorong lebih dari seratus.
Pengertian yang lebih mendasar dari permukiman yaitu dalam UU No. 1 Tahun
2011 yang menyebutkan bahwa pemukiman adalah bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan dikawasan perkotaan atau
kawasan pedesaan. Menurut Suparno dalam bukunya yang berjudul Perencanaan dan
Pengembangan Perumahan, pemukiman berasal dari kata ‘to settle’ atau berarti
menempati atau mendiami ini kemudian berkembang menjadi sebuah proses yang
berkelanjutan, yaitu pemukiman tidak menetap, semi menetap, serta sementara atau
musiman. Perumahan didefinisikan pula sebagai satu buah rumah yang disatukan di
sebuah kawasan penempatan. Di dalam satu unsur perumahan terdapat beberapa sub
unsur rumah-rumah dengan segala kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan yang
disediakan masyarakat seperti kedai-kedai, sekolah dan lain-lain. Di kawasan
perumahan, masyarakat hidup berkelompok dan bersosialisasi antara satu sama yang
lain.
Menurut UU No. 4 Tahun 1992 Bab II Pasal 3 tentang Perumahan dan
Pemukiman, asas dari penataan perumahan dan permukiman berlandaskan pada asas
manfaat, adil dan merata, kebersamaan dan kekeluargaan, kepercayaan pada diri
sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian lingkungan hidup.
Kebutuhan dasar manusia akan rumah bervariasi tergantung penghuninya masing-
masing. Berdasarkan hierarchy of need (Maslow, 1954), kebutuhan akan rumah dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Physiological needs (kebutuhan untuk makan dan minum), merupakan kebutuhan
biologis yang hampir sama untuk setiap orang, yang juga merupakan kebutuhan
terpenting selain rumah, sandang, dan pangan juga termasuk dalam tahap
b. Safety or security needs (kebutuhan akan keamanan), merupakan tempat
berlindung bagi penghuni dari gangguan sekitar baik manusia maupun hewan dan
lingkungan yang tidak diinginkan.
c. Social or afiliation needs (kebutuhan berinteraksi), sebagai tempat untuk
berinteraksi dengan keluarga dan teman sebagai pemenuh kebutuhan manusia
sebagai makhluk sosial.
d. Self actualiztion needs (kebutuhan akan ekspresi diri), rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal, tetapi menjadi tempat untuk mengaktualisasikan diri dan bidang
kreasi masing-masing individu.
Menurut K. Basset dan John R. Short tahun 1980 di dalam bukunya Housing and
Residential Structure, Alternative Approaches, lingkungan permukiman merupakan
suatu sistem yang terdiri dari lima elemen, yaitu :
a. Nature (unsur alami), mencakup sumber-sumber daya alam seperti topografi,
hidrologi, tanah, iklim, maupun unsur hayati yaitu vegetasi dan fauna.
b. Man (manusia sebagai individu), mencakup segala kebutuhan pribadinya seperti
biologis, emosional, nilai-nilai moral, perasaan, dan perepsinya.
c. Society (masyarakat), adanya manusia sebagai kelompok masyarakat.
d. Shells (tempat), dimana mansia sebagai individu maupun kelompok
melangsungkan kegiatan atau melaksanakan kehidupan.
e. Network (jaringan), merupakan sistem alami maupun buatan manusia, yang
menunjang berfungsinya lingkungan permukiman tersebut seperti jalan, air bersih,
listrik, dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pada dasarnya suatu permukiman terdiri
dari isi (contents) yaitu manusia, baik secara individual maupun dalam
masyarakat dan wadah yaitu lingkungan fisik permukiman yang merupakan
wadah bagi kehidupan manusia dan merupakan penempatan dari tata nilai, sistem
sosial, dan budaya masyarakat yang membentuk suatu komunitas sebagai bagian
dari lingkungan permukiman tersebut.
b. Komponen Rumah Sehat
Komponen rumah sehat meliputi:
1) Langit-langit
Di bawah kerangka atap atau kuda-kuda biasanya dipasang penutup yang disebut
langit-langit yang tujuannya antara lain:
a) untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangga, agar tidak
terlihat dari bawah, sehingga ruangan terlihat rapi dan bersih.
b) untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga menahan tetesan air
hujan yang menembus melalui celah-celah atap.
c) untuk membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat sehingga panas
atas tidak mudah menjalar kedalam ruangan dibawahnya.
2) Dinding
Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain :
a) Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban tekanan angin
dan bila sebagai dinding pemikul harus pula dapat memikul beban diatasnya.
b) Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air sekurang-
kurangnya 15 cm dibawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai
bangunan, agar air tanah tidak dapat meresap naik keatas, sehingga dinding
tembok terhindar dari basah dan lembab dan tampak bersih tidak berlumut, dan
c) Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari 1 m dapat
diberi susunan batu tersusun tegak di atas batu, batu tersusun tegak di atas lubang
harus di pasang balok lantai dari beton bertulang atau kayu awet.
d) Untuk memperkuat berdirinya tembok ½ bata digunakan rangka pengkaku yang
terdiri dari plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12 meter.
3) Lantai
Lantai harus cukup kuat untuk menahan beban diatasnya. Bahan untuk lantai
biasanya digunakan ubin, kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-syarat tidak
licin, stabil tidak lentur waktu diinjak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus rata
dan mudah dibersihkan. Macam-macam lantai :
a) Lantai tanah stabilitas.
Lantai tanah stabilitas terdiri dari tanah, pasir, semen, dan kapur. Contoh :
tanah tercampur kapur dan semen. Untuk mencegah masuknya air kedalam rumah
sebaiknya lantai dinaikkan 20 cm dari permukaan tanah
b) Lantai papan
Pada umumnya lantai papan dipakai di daerah basah/rawa. Yang perlu
diperhatikan dalam pemasangan lantai adalah :
Sekurang-kurangnya 60 cm di atas tanah dan ruang bawah tanah harus ada
Lantai harus disusun dengan rapid an rapat satu sama lain, sehingga tidak ada
lubang-lubang ataupun lekukan dimana debu bisa bertepuk. Lebih baik jika
lantai seperti ini dilapisi dengan perlak atau kampal plastik ini juga berfungsi
sebagai penahan kelembaban yang naik dari di kolong rumah.
Untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus yang tahan air dan rayap serta
untuk konstruksi di atasnya agar lantai kayu yang telah dikeringkan dan
diawetkan.
c) Lantai ubin
Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada bangunan perumahan
karena lantai ubin murah/tahan lama, dapat mudah dibersihkan dan tidak dapat
mudah dirusak rayap.
4) Jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu
Jendela dibuka pada siang hari agar cahaya matahari dapat masuk dan udara dapat
berputar sehingga akan memperkecil resiko penularan penyakit infeksi. Untuk
memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya
jendela kamar tidur menghadap ke timur. Luas jendela yang baik paling sedikit
mempunyai luas 10-20% dari luas lantai. Apabila luas jendela melebihi 20% dapat
menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkan sebaliknya kalau terlalu kecil dapat
menimbulkan suasana gelap dan pengap.
Dalam ruang kediaman, sekurang-kurangnya terdapat satu atau lebih banyak
jendela/lubang yang langsung berhubungan dengan udara dan bebas dari rintangan-
rintangan, jumlah luas bersih jendela/lubang itu harus sekurang-kurangya sama 1/10
dari luas lantai ruangan, dan setengah dari jumlah luas jendela/lubang itu harus dapat
dibuka. Jendela/lubang angin itu harus meluas kearah atas sampai setinggi minimal
1,95 di atas permukaan lantai. Diberi lubang hawa atau saluran angin pada ban atau
dekat permukaan langit-langit ( ceiling ) yang luas bersihnya sekurang-kurangnya
5% dari luas lantai yang bersangkutan. Pemberian lubang hawa/saluran angin dekat
dengan langit-langit beguna sekali untuk mengeluarkan udara panas dibagian atas
dalam ruangan.
Ketentuan luas jendela/lubang angin tersebut hanya sebagai pedoman yang umum
dan untuk daerah tertentu hanya sebagai pedoman yang umum dan untuk daerah
tertentu, harus disesuaikan dengan keadaan iklim daerah tersebut. Untuk daerah
pegunungan yang berhawa dingin dan banyak angin, maka luas jendela/lubang angin
dapat dikurangi sampai dengan 1/20 dari luas ruangan. Sedangkan untuk daerah
pantai laut dan daerah rendah yang berhawa panas dan basah, maka jumlah luas
bersih jendela, lubang angin harus diperbesar dan dapat mencapai 1/5 dari luas lantai
ruangan.
5) Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan dan
pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secara
buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang
dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu ruangan kediaman yang tertutup atau
kurang ventilasi.
Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurang memenuhi
syarat, sehingga udara dalam ruangankyrang memenuhi syarat, sehingga udara
dalam ruangan akan berbau pengap, maka diperlukan suatu sistem pembaharuan
mekanis. Untuk memperbaiki keadaan ruang dalam ruangan, system mekanis ini
harus bekerja terus menerus selama ruangan yang dimaksud digunakan. Alat
mekanis yang biasa digunakan/dipakai untuk sistem pembaharuan udara mekanis
adalah kipas angin ( ventilating, fan atau exhauster ), atau air conditioning.
6) Sarana pembuangan asap dapur
Harus memiliki tempat pembuangan asap dapur seperti cerobong asap atau
terdapat ventilasi yang sesuai untuk penyaluran asap pada saat memasak di dapur.
7) Pencahayaan
Sanropie ( 1989 ) menyatakan bahwa cahaya yang cukup kuat untuk penerangan
di dalam rumah merupakan kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh
dengan pengaturan cahay buatan dan cahaya alam.
a) Pencahayaan alamiah
Pencahayaan alamiah diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam
ruanagn melalui jendela celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka. Sinar
sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar
yang tinggi. Kebutuhan standar cahaya lami yang memenuhi syarat kesehatan
untuk kamar keluarga dan kamar tidur menurut WHO 60-120 Lux. Suatu cara
untuk menilai baik tau tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam rumah,
adalah sebagai berikut :
baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil;
cukup, bila samar-samar bila membac huruf kecil ;
kurang, bila hanya huruf besar yang terbaca dan
buruk, bila sukar membaca huruf besar.
Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat ditentukan
oleh letak dan lebar jendela.
b) Pencahayaan buatan
Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih sistem
penerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan tersebut dapat
menumbuhkan suasana rumah yang lebih menyenangkan. Lampu Flouresen (
neon ) sebagai sumber cahaya dapat memenuhi kebutuhan penerangan karena
pada kuat penerangan yang relative rendah mampu menghasilkan cahaya yang
bila dibandingkan dengan penggunaan lampu pijar. Bila ingin menggunakan
lampu pijar sebaiknya dipilih yang warna putih dengan dikombinasikan beberapa
lampu neon.
Untuk penerangan malam hari dala ruangan terutama untuk ruang baca dan
ruang kerja, penerangan minimum adalah 150 Lux sama dengan 10 watt lampu
TL, atau 40 watt dengan lampu pijar.
c) Sarana Sanitasi Rumah
Menurut laporan MDGs tahun 2007 terdapat beberapa kendala yang
menyebabkan masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air
bersih dan sanitasi dasar. Di antaranya adalah cakupan pembangunan yang sangat
besar, sebaran penduduk yang tak merata dan beragamnya wilayah Indonesia,
keterbatasan sumber pendanaan. Pemerintah selama ini belum menempatkan
perbaikan fasilitas sanitasi sebagai prioritas dalam pembangunan. Faktor lain
yang juga menjadi kendala adalah kualitas dan kuantitas sumber air baku sendiri
terus menurun akibat perubahan tata guna lahan (termasuk hutan) yang
mengganggu sistem siklus air. Selain itu, meningkatnya kepadatan dan jumlah
penduduk di perkotaan akibat urbanisasi.
Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat
dapat menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare
merupakan penyebab kematian nomor 4 sedangkan kecacingan dapat
mengakibatkan produktifitas kerja dan dapat menurunkan kecerdasan anak
sekolah, disamping itu masih tingginya penyakit yang dibawa vektor seperti
DBD, malaria, pes, dan filariasis.
a) Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b) Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l)
c) Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml
air)
b) Jamban dan Pembuangan Tinja
Angka kesakitan penyakit diare di Indonesia masih tinggi. Salah satu
penyebab tingginya angka kejadian diare adalah rendahnya cakupan penduduk
yang memanfaatkan sarana air bersih dan jamban serta PHBS yang belum
memadai. Menurut data dari 200.000 anak balita yang meninggal karena diare
setiap tahun di Asia, separuh di antaranya adalah di Indonesia.
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat
antara lain sebagai berikut :
a) Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b) Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki
mata air atau sumur, jarak jamban > 10 m dari sumur dan bila membuat
lubang jamban jangan sampai dalam lubang tersebut mencapai sumber air.
c) Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.
d) Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain. Kotoran manusia
yang dibuang harus tertutup rapat.
e) Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f) Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g) Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
c) Sarana Pembuangan Air Limbah
Buruknya kualitas sanitasi juga tercermin dari rendahnya persentase penduduk yang
terkoneksi dengan sistem pembuangan limbah (sewerag system). Pegolahan air limbah
dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah
tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup
besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaraan air limbah tersebut. Namun
demikian, alam tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya,
sehingga air limbah perlu dibuang.
Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut:
1) Pengenceran
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,
kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin bertambahnya
penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air
limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperluka air pengenceran terlalu
banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini
menimbulkan kerugian lain, diantaranya : bahaya kontaminasi terhadap badan-badan
air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan
terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya.
Selanjutnnya dapat menimbulkan banjir.
2) Kolam Oksidasi
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari,
ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air
limbah dialirkan kedalam kolam berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2
meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam
harus jauh dari daerah pemukiman, dan didaerah yang terbuka, sehingga
memungkinkan memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.
3) Irigasi
Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes
masuk kedalam tanah melalui dasar dan dindindg parit tersebut. Dalam keadaan
tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau
perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat
dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong
hewan, dan lain-lainya dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi
yang diperlukan oleh tanam-tanaman.
d) Sarana Pembuangan Sampah
Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya banyak
menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Apabila dibuang dengan cara
ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan
manusia. Apabila dibakar akan menimbulkanpengotoran udara. Kebiasaan membuang
sampah disungai dapat mengakibatkan pendangkalan sehingga menimbulkan banjir.
Dengan demikian sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber
pencemar pada tanah, badan air dan udara.
Berdasarkan asalnya, sampah digolongkan dalam dua bagian yakni sampah organik (
sampah basah ) dan sampah anorganik ( sampah kering ). Pada tingkat rumah tangga
dapat dihasilkan sampah domestik yang pada umumnya terdiri dari sisa makanan,
bahan dan peralatan yang sudah tidak dipakai lagi, bahan pembungkus, kertas, plastik,
dan sebagainya.
Teknik pengelolaan sampah yang baik diantaranya harus memperhatikan faktor-
aktor sebagai berikut :
1) Penimbulan sampah
2) Penyimpanan sampah
3) Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
4) Pengangkutan
5) Pembuangan.
Agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu pengaturan
pembuangannya, seperti penyimpanan sampah yaitu tempat penyimpanan sementara
sebelum sampah tersebut dikumpulkan untuk diangkut serta dibuang (dimusnahkan).
Untuk tempat sampah tiap-tiap rumah isinya cukup 1 m3. Tempat sampah janganlah
ditempatkan di dalam rumah atau pojok dapur, karena akan menjadi gudang makanan
bagi tikus-tikus sehingga rumah banyak tikusnya.
Adapun syarat tempat sampah adalah sebagai berikut :
1) Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak mudah bocor,
kedap air.
2) Tempat sampah harus mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian rupa
sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta mudah dibersihkan. Sangat
dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.
3) Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu orang
atau ditutup.
4) Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-binatang lainnya
seperti tikus, ayam, kucing dan sebagainya.
e) Penyakit Berbasis Lingkungan
Penyakit adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan /atau morfologi
suatu organ dan/atau jaringan tubuh. Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada
disekitarnya (benda hidup, mati, nyata, abstrak) serta suasana yg terbentuk karena
terjadi interaksi antara elemen-elemen di alam tersebut.
Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi
atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan
segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
Faktor lingkungan sangat erat kaitannya dengar kesehatan Manusia itu sendiri.
Dimana udara, air, tanah, hewan yang ada di lingkungan kita sendiri merupakan faktor
yang bisa menyebabkan penyakit ketika hal tersebut tidak di kelola dengan baik dana
kanmenyebabkan adanya ke tidak seimbangan sehigga hal tersebut dapat
mengakibatkan ternyadinya penyakit.
BAB III
PELAKSANAAN PKN TERPADU
3.1 Data Umum
1. Data Geografis
Desa Durian Mukut merupakan daerah yang berbatasa dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kecamatan Muara Siau
Sebelah Timur Berbatasan Dengan Kabupaten Sarolangun
Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Kecamatan Sungai Tenang
Sebelah Barat berbatasan Dengan Kecamatan Jangkat
Luas Desa Desa DurianMukut 36,4 Km2
2. Data Demografis
Jumlah penduduk kec. Lembah Masurai ± 16.845 jiwa.
Sumber daya yang ada manusia, hewan dan tumbuhan.
3. Data 10 Penyakit Terbesar Puskesmas
Tabel 3.3.1
Data 10 Penyakit Terbesar Puskesmas Pasar Masurai Kecamatan Lembah Masurai
Kabupaten Merangin Pada
Tahun 2018
No. Jenis Penyakit Jumlah
1 Ispa 230
2 Hipertensi 195
3 Alergi 178
4 Influenza 154
5 Comoncol 151
6 Maggh 120
7 Diare 116
8 Dermatitis 86
9 Gout 60
10 Asma 8
Sumber Data: Puskesmas Pasar Masurai
Tabel 3.3.2
Distribusi Frekuensi KK Berdasarkan Jenis Kelamin di RT 1,2,3,
Di Desa Durian Mukut Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin
Pada Bulan April Tahun 2018
RT 1,2,3
No. Jenis Kelamin
n %
1 Laki-laki 62 84,4
2 Perempuan 12 15,6
Jumlah 77 100 %
Berdasarkan table 3.3.2 diketahui bahwa di RT 1,2,3, jenis kelamin KK terbanyak pada
kelompok Laki-laki dengan jumlah 62 orang dan 12 orang Perempuan.
Tabel 3.3.3
Distribusi Frekuensi Masyarakat Berdasarkan Agama di RT 1,2,3
Di Desa Durian Mukut Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin Pada Bulan
April Tahun 2018
RT 1,2,3
No. Agama
N %
1 Islam 77 100
2 Protestan 0 0
3 Katholik 0 0
4 Budha 0 0
5 Hindu 77 100 %
Total
Dari Tabel 3.3.7 Diketahui Bahwa Indikator Distribusi Prekuensi Keluarga Durian Mukut
Pada RT 1.2.3 Adalah Membakar Sampah 53 Keluarga (68,8%).
3.2 Analisa Data
Tabel 3.3.24
Distribusi Analisa Data Kesehatan Lingkungan di Desa Durian Mukut Kecamatan
Lembah Masurai Kabupaten Merangin Pada Bulan April Tahun 2018
No Data Masalah
1 Dari 77 KK yang didata, sebanyak 48 KK (62%) Kurangnya pengetahuan
telah memiliki jamban keluarga yang memenuhi tentang pengolahan sampah.
syarat yaitu jamban leher angsa.
Dari 77 KK yang didata, kepemilikan SPAL
hanya sebanyak 57 KK (74,0%)sedangkan yang
tidak memiliki SPAL sebanyak 20 KK (24,0 %)
Dari 77 Keluarga yang dilakukan pendataan,
diperoleh sebanyak 53 KK yang melakukan
pengelolaan sampah dengan dibakar sebanyak
53 KK (68,8%) sedangkan sampah yang dibuang
ke kebun atau parit sebanyak 24 KK (31,16%)
KETERANGAN : PEMBOBOTAN :
A: TINGKAT KEPARAHAN 1:SANGAT RENDAH
B: MINAT MASYARAKAT 2:RENDAH
C: KEMUNGKINAN DIATASI 3:CUKUP
D: WAKTU 4:TINGGI
E: DANA 5:SANGAT TINGGI
F: FASILITAS
G: SUMBER DAYA
H: TEMPAT
5.1 Kesimpulan
Kegiatan PKN terpadu Poltekkes Kemenkes Jambi Di Desa Durian Mukut Kec.
Lembah Masurai Kab. Merangin Jambi Tahun 2018 dapatlah hasil antara lain :
1. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 62 KK dan perempuan sebanyak 12 KK.
2. Agama terbanyak yang di anut masyarakat yaitu islam dengan jumlah
persentase100 %.
3. Tingkat pendidikan terakhir yaitu SD dengan persentase yaitu 40,8%.
4. Diketahui bahwa 68,8% masyarakat mengelola sampah dengan cara dibakar dan
31,16 di buang.
5.2 Saran
1. Mengutamakan masyarakat dalam semua kegiatan untuk mengatasi masalah
kesehatan sehingga tercipta kemandirian masyarakat yang diinginkan.
2. Perlu adanya pembinaan yang berkesinambungan dari puskesmas terhadap kader-
kader yang sudah di bentuk, serta adanya komunikasi dua arah antara pihak
puskesmas dan pihak desa sehingga program-program yang dijalankan oleh
puskesmas diketahui oleh masyarakat terutama di bidang kesehatan lingkungan.
3. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dari segi dana, maupun partisipasi aktif
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan kesehatan lingkungan, guna
menciptakan masyarakat yang sehat dan produktif.