Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 7
Kelompok 7
Kelompok 7
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lajunya perkembangan pemikiran Islam sepanjang sejarah, karena
adanya sikap terbuka, toleran dan akomodatif kaum muslimin terhadap
hegemoni pemikiran dan peradaban asing, cinta ilmu, budaya akademik,
kiprah cendikiawan muslim dalam pemerintahan dan lembaga sosial
kemasyarakatan, berkembangnya aliran yang mengedepankan rasio dan
kebebasan berpikir, meningkatnya kemakmuran negeri-negeri Islam, dan
permasalahan yang dihadapi umat Islam dari masa ke masa semakin
kompleks dan memerlukan solusi. Semua bidang keilmuan dijadikan objek
kajian oleh para tokoh pemikir Islam, baik ilmu agama maupun ilmu
umum. Dari perkembangan pemikiran Islam ini berimplikasi pada
perkembangan peradaban Islam di seluruh penjuru dunia Islam.
(Mugiyono.2013)
Peradaban Islam yaitu suatu terjeamahan yang berasal sari kata Arab al-
Hadharah al-Islamiyyah. Kata Arab ini sering juga diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam. “Kebudayaan”
dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga
dia Arab dan Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata
“kebudayaan” (Arab, al-Tsaqafah; Inggris, culture) dan “peradaban”
(Arab, al-Hadharah; Inggris civilization). (Hitti,Philip K. 2002)
Diantara semua daratan yang luasnya sebanding dengan Semenanjung
Arab, dan di antara semua bangsa yang kepentingan dan makna
historisnya sejajar atau mendekati bangsa Arab, hanya bangsa Arab yang
luput dari perhatian dan kajian serius di masa modern ini. (Yatim,
Badri.2014)
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana mekanisme kemunduran dan kehancuran Kerajaan Safawi?
1
2. Bagaimana proses kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Mughal ?
3. Bagaiamana kemunduran pada Kerajaan Usmani ?
4. Bagaimana proses sehingga Eropa (Barat) mengalami kemajuan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan mekanisme
kemunduran dan kehancuran Kerajaan Safawi
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan proses kemunduran dan
Runtuhnya Kerajaan Mughal
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan kemunduran pada
Kerajaan Usmani
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan proses sehingga Eropa
(Barat) mengalami kemajuan
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan ini yaitu untuk menambah ilmu
pengeatahuan tentang Sejarah Peradaban Islam terkhususnya
kemunduran tiga kerajaan besar (1700-1800 M) yaitu Kerajaan Safawi,
Kerajaan Mughal dan Kerajaan Usmani serta Kemajuan Eropa (Barat).
2
BAB II
ISI
3
adalah Bahr al-Din al- Syaerazi Ibnu Muhammad Damad yang merupakan
ahli bidang filosof, sejarah dan teologi. Hal ini menyebabkan kerajaan
Safawi jauh lebih berbasil dari dua kerajaan besar Islam lainnya. (Amir,
Samsul Munir.2013 dan Usman, Ismail 2018)
c. Ekonomi : perkembangan pendidikan dalam bidang ekonomi, membuat
Kerajaan Safawi semakin maju. Dengan kemajuan ini, kepulauan
Hurmuuz dan pelabuhan Gumrun dijadikan sebagai jalur jagang laut
antara Timur dan Barat. Kerajaan Safawi menjadi pusat tujuan politik dan
ekonomi bagi negara Iran. Kemajuan lainnya dapat dilihat dari
peningkatan fasilitas berupa mesjid, sekolah, perguruan tinggi, dan lain-
lain. (Amir, Samsul Munir.2013 dan Usman, Ismail 2018)
d. Arsitektur : terlihat pada Masjid Shah yang dibangun tahun 1661 M dan
Masjid Syekh Luth Ailah yang dibangun tahun 1603 M.
(Amir, Samsul Munir.2013 dan Usman, Ismail 2018)
(Masjid Shah)
(http://batasilmu.blogspot.co.id/2012/08/peradaban-islam-di-era-safawi-3-
habis.html)
e. Seni : terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet permadani
dan tenunan, dan lain-lain. Dalam bidang seni diayomi oleh seniman
Persia genius, Syah Ismail dan Syah Tahmasp. Dalam bidang seni kaligrafi
juga nampak nyata, kaligrafer yang menjadi pujaan Syah Abbas adalah Ali
Riza. Seni lukis miniature mencapai puncaknya dengan karya lukis yang
menggambarkan naskah sastra klasik dimana salah satu pelukisnya adalah
Firdausi. (Amir, Samsul Munir.2013 dan Usman, Ismail 2018)
4
f. Tarekat : tidak hanya dalam keagamaan tetapi dalam politik dan
pemerintahan (Amir, Samsul Munir.2013)
Kerajaan Safawiyah Sepeninggal Abbas I
Salah satu penyebab kehancuran Kerajaan Safawiyah adalah retak
dan patahnya pilar-pilar agung penopang kemajuan yang dimiliki
Kerajaan Safawiyah pada masa jayanya secara perlahan-lahan. Bentuk-
bentuk institusi kenegaraan, kesukuan dan institusi keagamaan yang
sebelumnya diciptakan oleh Abbas I mengalami perubahan mencolok
pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18. Dimana pada abad 16-17
kerajaan Safawi memperkuat kekuasaan negara dan pembentukan
keagamaan kalangan Syiah, sedangkan pada periode berikutnya terjadi
kemunduran yang tajam bagi kerajaan Safawiah, kehancurannya yang
parah terjadi pada pasukan kesukuan, dan pelepasan islam syiah dari
kekuasaan negara.
Sepeninggal Abbas I Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh
enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M),
Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp (1722-1732
M), Dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut, kerajaan
Safawi tidak menunjukkan perkembangan, tetapi justru memperlihatkan
kemunduran yang membawa kehancuran.(Yatim, Badri. 2014)
a b c
5
d e f
( a. Abbas I, b. Abbas II, c. Sulaiman, d. Husain, e. Tahmasp, f. Abbas III)
(https://en.wikipedia.org/wiki/Abbas_I_of_Persia,https://en.wikipedia.org/
wiki/Abbas_II_of_Persia,https://en.wikipedia.org/wiki/Suleiman_I_of_Per
sia,https://en.wikipedia.org/wiki/Sultan_Husayn,https://fineartamerica.com
/featured/tahmasp-i-1514-1576-granger.html ,
https://en.wikipedia.org/wiki/File:Portrait_of_king_Abbas_III,_last_king_
of_the_safavid_dynasty.png)
Safi Mirza, cucu Abbas I, merupakan seorang pemimpin yang lemah.
Ia sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifat
pencemburunya. Kemajuan yang pernah dicapai oleh Abbas I segera
menurun. Kota Qandahar (sekarang termasuk wilayah Aghanistan) dan
Baghdad lepas dari kekuasaan kerajaan Safawi, dimana kota Qandahar
diduduki oleh kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah oleh Sultan Syah
Jehan, sementara Baghdad direbut oleh Kerajaan Usmani. Abbas II
merupakan raja yang suka minum minuman keras sehingga jatuh sakit dan
meninggal. Namun pada masa Abbas II kerajaan Safawi dapat merebut
kota Qandahar kembali. Sulaiman juga seorang pemabuk, pecandu berat
narkotik, selalu bertindak kejam kepada para pembesar yang dicurigainya
dan menyenangi kehidupan malam beserta harem-haremnya selama tujuh
tahun. Dalam 7 tahun ia juga tidak pernah menangani pemerintahan.
Akibatnya, rakyat bersikap masa bodoh/tidak peduli terhadap pemerintah.
Kondisi ini tentu saja menjadi hal buruk bagi masa depan kerajaan Safawi.
Shah Husein merupakan orang yang alim dan lemah, sehingga ia memberi
kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan
6
pendapatnya dan melakukan kekejaman terhadap penganut aliran Sunni.
Hal ini yang menyebabkan kemarahan golongan Sunni di Afghanistan,
sehingga mereka memberontak dan berhasil membawa kehancuran
terhadap kerajaan Safawi mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi.
(Yatim, Badri.2014)
Diantara 3 orang syah yang sempat memimpin kerajaan Safawi, yakni
Safi Mirza (1629-1642), Syah Abbas II (1642-1667 M), dan Syah Sulaiman
(1667-1694 M), hanya Syah Abbas II yang memiliki keperibadian seperti
Syah Abbas I, dimana ia dapat menahan laju penurunan kemajuan dari
kerajaan Safawi. (Yatim, Badri.2014)
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran dan
kehancuran kerajaan Safawi, yakni :
a. Konflik yang berkepanjangan dengan Kerajaan Usmani. Bagi Kerajaan
Usmani, berdirinya Kerajaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan
ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara dua
kerajaan tersebut pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian
pada masa Shah Abbas I. Namun, tak lama Abbas meneruskan konflik
tersebut, dan tidak ada lagi perdamaian antara dua kerajaan besar Islam
itu.
b. Kurangnya moral para pemimpin kerajaan Safawi. Sehingga
mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut.
c. Rendahnya semangat perang oleh pasukan ghulam (budak-budak) yang
dibentuk oleh Abbas I yang beda seperti Qizilbash. Hal ini disebabkan
karena pasukan tersebut tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak
melalui proses pendidikan rohani seperti Qizilbash. Sementara itu,
anggota Qizilbash yang baru ternyata tidak memiliki militansi dann
semangat yang sama dengan anggota Qizilbash sebelumnya.
d. Sering terjadi konflik intern dalam perebutan kekuasaan di kalangan
keluarga istana. (Yatim, Badri.2014)
Seorang putera Husein, bernama Tahmasp II dengan dukungan penuh
dari suku Qazar dari Rusia memproklamirkan dirinya sebagai raja yang sah
7
dan berkuasa di Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad.
Tahmasp II bekerja sama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk
memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan. Maka
pada tahun 1729 M pasukan Nadir Khan memerangi dan dapat mengalahkan
raja Asyraf yang berkuasa di Isfahan dan Asyraf sendiri terbunuh dalam
peperangan tersebut. Dengan demikian Daulah Safawiyah berkuasa kembali
di Persia. Akan tetapi, tiga tahun kemudian Sultan Tahmasp II dipecat oleh
Nadir Khan, tepatnya pada bulan Agustus 1732 M, dan digantikan oleh
Abbas III (anak TahmaspII) yang ketika itu masih sangat kecil. Selanjutnya
empat tahun setelah itu, tepatnya tanggal 8 Maret 1736 M Nadir Khan
mengangkat dirinya sebagai Sultan menggantikan Abbas III. Dengan
demikian berakhirlah kekuasaan Daulah Safawiyah di Persia. (Nasution,
Syamrudddin. 2013)
8
Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh
Muazzam, putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di
Kabul. Putra Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah (1707-1712
M). Ia menganut aliran Syi’ah. Pada masa pemerintahannya yang berjalan
yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan pada perlawanan Sikh
sebagai akibat dari tindakan ayahnya. Ia juga dihadapkan pada perlawanan
penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran
Syi’ah kepada mereka.(Yatim, Badri.2014)
9
M, Nizam Al-Mulk meninggalkan Delhi menuju Hiderabat dan menetap di
sana. (Yatim, Badri.2014)
10
Sikh-Hindu, sehingga Delhi dikuasai Sindhia dari Marathas. Akan tetapi,
Sindhia dapat dihalau kembali oleh Syah Alam dengan bantuan Inggris
(1803). Syah Alam meninggal tahun 1806 M. Tahta kerajaan selanjutnya
dipegang oleh Akbar II (1806-1837 M). Pada masa pemerintahan Akbar
memberi konsesi kepada EIC untuk mengembangkan usahanya di anak
benua India sebagaimana yang diinginkan Inggris, tapi pihak perusahaan
harus menjamin kehidupan raja dan keluarga istana. Dengan demikian,
kekuasaan sudah berada di tangan Inggris, meskipun kedudukan dan gelar
Sultan dipertahankan. Bahadur Syah (1837-1858), penerus Akbar, tidak
menerima isi perjanjian antara EIC dengan ayahnya itu, sehingga terjadi
konflik antara dua kekuatan tersebut. (Yatim, Badri.2014)
11
Ada beberap faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal itu
mundur pada satu setengah abad terakhir dan membawa kepada
kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu:
12
Sepeninggal Aurangzeb, kekuasaan diperebutkan oleh ketiga
orang anaknya dan akhirnya dimenangkan oleh Bahadur Syah
dengan bantuan bangsa Rayput yang dahulunya justru menjadi
musuh besar bagi kerajaan Mughal. Demikian halnya sepeninggal
Bahadar Syah, penggantinya Azimuz Syah yang merupakan
anaknya ternyata telah ditentang oleh Zulkifar Khan, anak Azad
Khan, Wazir Aurangzeb. Setelah Azimuz Syah meninggal,
anaknya yang bernama Jihandar Syah menggantikannya menjadi
raja, namun ditentang oleh adiknya Farukh Syah dan berhasil
menyingkirkannya pada tahun 1713 M. Kekuasaan Farukh Syah
tidak pula bertahan lama, karena pada tahun 1719 ia tewas di
tangan para pendukungnya sendiri, dan kedudukannya digantikan
oleh Muhammad Syah yang bertahan sampai tahun 1748 M.
sebelum kemudian diusir oleh Nadir Syah dari suku Afsyar yang
sebelumnya berhasil mengalahkan dinasti Safawiyah di Persia.
Adanya konflik-konflik intern yang berkepanjangan tersebut
mengakibatkan dan melemahkan pengawasan terhadap
pemerintahan daerah sehingga akhirnya terjadi disintegrasi, selain
merusak persatuan dan kesatuan. Beberapa daerah mulai
melepaskan loyalitasnya kepada pemerintah pusat, bahkan
cenderung memperkuat posisi pemerintahan masingmasing seperti,
Hiderabat dan Nizam al Mulk, Marathas oleh Shivaji, Rajput oleh
Si Jai Singh, Punjab oleh kelompok Sikh, Oudh oleh Sadat Khan,
Bengal oleh Syuja’ al Din, selain wilayah-wilayah pantai yang
mulai dikuasai oleh para pedagang asing, terutama EJC dari
Inggris. (Miri, M. Djamaluddin. 2009)
b. Lemahnya Para Pewaris Tahta Kerajaan
Kebanyakan pewaris tahta kerajaan, terutama setelah
Aurangzeb adalah orang-orang yang lemah dalam kepemimpinan.
Hal ini terbukti, bahwa dari 29 Sultan yang pernah memimpin
kerajaan Mughal hanya beberapa saja yang tercatat mampu
13
bertahan lebih dari 20 tahun. Sedangkan selebihnya hanya mampu
berkuasa dalam waktu yang relatif singkat, bahkan ada yang hanya
beberapa bulan saja. (Miri, M. Djamaluddin. 2009)
Orang-orang yang berakuasa hanya beberapa orang saja yang
mampu bertahan lama. Selain itu, walaupun mereka mampu
bertahan lama, namun tidak semuanya berada dalam masa
kejayaan. Beberapa di antaranya berada dalam masa sulit, seperti
Nashir al Din Muhammad Syah yang sejak tahun 1739 M. menjadi
kerajaan boneka dari Nashir Syah yang melakukan penaklukan ke
kerajaan Mughal dan Jalal al-dina Alam berada dalam kekuasaan
Ahmad Khan Durrani dari Afghan, meskipun tetap diizinkan
memakai gelar Sultan. (Miri, M. Djamaluddin. 2009)
Demikian halnya pada Sultan Akbar II, pemerintahannya telah
memberikan konsesi kepada IEC untuk mengembangkan usahanya
di India dengan konpensasi jaminan kehidupan bagi raja dan
keluarga istana. Hal ini berarti, kekuasaan sebenarnya sudah berada
di tangan Inggris, meskipun kedudukan dan gelar Sultan masih
boleh dipertahankan. (Miri, M. Djamaluddin. 2009)
c. Pola Kehidupan Mewah dan Boros
Pola kehidupan mewah dan boros banyak dilakukan oleh elite
penguasa, sehingga banyak membebani anggaran belanja negara
yang kemudian mengakibatkan kenaikan pajak, baik terhadap para
petani di pedesaan maupun masyarakat kota.
Berbagai kemewahan tersebut antara lain sebagaimana yang
dilakukan oleh Sultan Akbar dengan banyak membangun masjid-
masjid dan istana-istana yang sangat indah, seperti Fadifur
(Fathpur) Sikri pada tahun 1560 M. Demikian halnya dengan Syah
Jehan, sebagian besar harta kekayaan negara untuk membangun
masjid dan istana yang super indah, dan bahkan untuk
singgasananya saja telah dibuat menyerupakan burung merak
14
berlapiskan emas dan berbagai permata yang sangat mahal. (Miri,
M. Djamaluddin. 2009)
d. Kebijakan Puritanisme
Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman
orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India
sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek sosial
keagamaan yang dikembangkan oleh masyarakat Hindu, di
samping memperlakukan diskriminasi yang mencolok terhadap
masyarakat Hindu dan membri hak-hak istimewa kepada
masyarakat Islam, telah menyebabkan kalangan Hindu memusuhi
dan bersekongkol dengan musuh-musuh Mughal, sehingga
akhirnya meletuslah berbagai pemberontakan-pemberontakan
seperti yang dilakukan oleh kalangan Marathas di bawah pimpinan
Santaji Ghjorpade dan Dhanaji Jadev. (Miri, M. Djamaluddin.
2009)
e. Pemaksaan Ajaran Syi’ah
Pemaksaan ajaran Syi’ah diberlakukan oleh Muazzam, putera
tertua Sultan Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di
Kabul bergelar Bahadur Syah (1707-1712 M). Pemaksaan ini
bertentangan dengan kebijaksanaan para Sultan Mughal
sebelumnya, seperti Syah Jehan yang justru berkeinginan
mempersatukan Asia Tengah dan India dalam sebuah kekaisaran
Sunni. Akibat dari pemaksaan tersebut, maka Mughal dihadapkan
pada perlawanan penduduk Lahore di saat harus berharapan pula
dengan perlawanan yang dilakukan oleh kaum Syikh sebagai akibat
dari tindakan Sultan sebelumnya. (Miri, M. Djamaluddin. 2009)
Faktor Eksternal
a. Adanya pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh
orang-orang Hindu dan Sikh, selain akibat dari kebijakan politik
dan ekonomi para penguasa Mughal, seperti puritanisme dan
pungutan pajak yang sangat tinggi untuk membiayai kegemaran
15
hidup mewah dan boros para penguasa, kemungkinan juga oleh
sebab-sebab lain, seperti perasaan dendam kesumat sebelumnya
berkaitan dengan penaklukan kota Khithor oleh Sultan Akbar
(1556-1605 M) yang memusnahkan seluruh penduduknya
berjumlah 30.000 jiwa. Kota ini dapat direbut setelah seluruh
penduduknya mengorbankan diri termasuk wanita dan anak-anak,
dengan memilih membunuh diri melompot ke dalam nyala api
yang amat besar daripada menjadi tawanan Sultan Akbar. (Miri, M.
Djamaluddin. 2009)
b. Adanya serangan-serangan dari luar, seperti yang dilakukan oleh
Nadir Syah pada tahun 1739 M. karena menganggap kerajaan
Mughal telah banyak sekali memberikan bantuan kepada para
pemberontak Afghan di daerah Persia. (Miri, M. Djamaluddin.
2009)
c. Demikian halnya dengan serangan yang dilakukan oleh Ahmad
Khan Durrani dari Afghan tahun 1761 M. sehingga membuat
Mughal akhirnya menjadi kerajaan boneka, meskipun Syah Alam
selaku raja ketika itu masih diperkenankan untuk memakai gelar
Sultan. (Miri, M. Djamaluddin. 2009)
d. Datangnya kekuatan Inggris dengan perusahaan dagangnya IEC.
Ada dua periode penyerangan yang dilakukan oleh Inggris:
Pertama, ketika kerajaan Mughal dalam keadaan lemah saat berada
di bawah kekuasaan Ahmad Khan Durrani dari Afghan tahun 1671
M. Setelah melakukan peperangan yang berlangsung berlarut-larut,
akhirnya Syah Alam membuat perjanjian damai dengan
menyerahkan Qudh, Bengal dan Orisa kepada Inggris. (Miri, M.
Djamaluddin. 2009)
Kedua, pada masa Bahadur syah pada tahun 1857 M. periode ini,
Bahdur Syah (1837-1858 M) sebenarnya tampil sebagai lambang
perlawanan bagi pemberontakan rakyat melawan Inggris akibat
pungutan pajak yang sangat tingi yang diberlakukan oleh IEC.
16
Namun pemberontakan tersebut dengan mudah dapat dipadamkan
oleh Inggris karena mendapat dukungan dari beberapa penguasa
lokal Hindu dan Muslim. (Miri, M. Djamaluddin. 2009)
Bahadur Syah kemudian dapat ditangkap dan diasingkan ke Burma
sampai wafat. Jenazahnya dimakamkan di dekat sebuah masjid di
kota Rangoon (Israr, 1978: 108). Sejak penangkapannya tersebut,
maka berakhirlah sejarah kekuasaan Mughal setelah berjaya lebih
dari tiga abad di India dengan banyak meninggalkan kenangan
indah tiada tara, terutama di bidang seni. (Miri, M. Djamaluddin.
2009)
(http://kisahmuslim.com/3376-sejarah-islam-aurangzeb-alamgir-
raja-kerajaan-islam-mughal-di-india.html)
17
Raja Aurangzeb Peta Kerajaan Mughal
(https://syukrillah.wordpress.com/2014/05/10/dinasti-mughal-di-
india/ dan http://software-comput.blogspot.co.id/2013/04/makalah-
kemunduran-dan-kehancuran.html)
Lahore Fort
(https://www.flickr.com/photos/mbukhari/2928824087)
18
Taj Mahal
(https://www.expedia.co.in/Red-Fort-Delhi.d500881.Attraction)
(http://dmi.or.id/ini-dia-peninggalan-bersejarah-ottoman-turki)
19
laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut Spanyol ,anagkatan laut
bundukia ,Angkatan laut Sri Paus dan sebagian kapal para pendeta Malta
yang dipimpin oleh dua juan dari Spanyol. (Amir, Samsul Munir. 2013)
Pertempuran ini terjadi diselat limponto (yunani).Dalam pertempuran
ini Turki Usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat
direbut oleh musuh .Baru pada masa Sultan berikutnya,Sultan Murad III
,pada atahun 1579 M Tunisia dapat direbut kembali. (Amir, Samsul Munir.
2013)
Pada masa Sultan Murad III (1574-1595M)Kerajaan Usmani pernaha
berhasisl menyerbu kau kasus daan menguasai Tiflis dilaut Hitam(1577),
merampas kembali Tibris, ibu kota kerajaan Safawi, menundukan Georgia
,mencampuri urusan dalam negri Polandia dan mengalahkan Gubernur
Bosnia pada tahun 1593M. (Amir, Samsul Munir. 2013)
Namun karena kehidupan moral sultan Ahmad I (1603-1617M )
situasi semakin memburuk dengan naiknya Mustafa I (1603-1617 M)
situasi semakin memburuk dengan naiknya Mustafa I ((1617-1623
M).Karena gejolok politik dalam negeri tidak dapat diatasinya,Syaikh Al-
Islam,mengeluarkan fatwa agar iya turun dari tahta dan diganti oleh
usman II(1618-1622 M). (Amir, Samsul Munir. 2013)
20
Situasi politik yang sudah mulai membaik itu kembali merosot
pada masa pemerintahan Ibrahim (1640-1648 M), karena ia termasuk
orang yang lemah. Pada masanya ini, orang-orang Venetia melakukan
peperangan laut melawan, dan berhasil mengusir orang-orang Turki
Usmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M. kekalahan itu membawa
Muhammad Koprulu (berasal dari Kopru ekat Amasia di Asia Kecil) pada
kedudukan sebagai wazir atau shadr al-a’zham (perdana menteri) yang
diberi kekuasan absolut. Ia berhasil mengembalikan peraturan dan
mengkonsolidasikan stabilitas keuangan negara. Setelah Koprulu
meningga (1661 M), jabatannya dipegang oleh anaknya, Ibrahim. Ibrahim
menyangka bahwa kekuatan militernya sudah pulih sama sekali. Karena
itu, ia menyerbu Hongaria dan mengancam Vienna. Namun, perhitungan
Ibrahim meleset, ia kalah dalam pertempuran itu secara berturut-turut.
Pada masa-masa selanjutnya, wilayah Turki Usmani yang luas itu sedikit
demi sedikit terlepas dari kekuasaannya, direbut oleh negara-negara Eropa
yang baru mulai bangun. Pada tahun 1699 M, terjadi “Perjanjian
Karlowith” yang memaksa Sultan untuk menyerahlan seluruh Hongaria,
sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg dan Hemenietz,
Padolia, Morea, dan sebagian Dalmatia kepada orang-orang Venetia.
(Yatim, Badri.2014)
21
Usmaani mengakui kemerdekaan Kiriman (Crimea ). (Amir, Samsul
Munir. 2013)
22
Menurut Dr. Badri Yatim, faktor yang menyebabkan Kerajaan Usmani
itu mengalami kemunduran, di antaranya adalah:
23
Pungli merupakan perbuatan yang suadah umum terjadi pada
Kerajaan Usmani. Setiap jabaan yang hendak diraih oleh seseorang
haru sibayar dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan
jabatan tersebut. Berjamgkitmya budaya pungli ini mengakibatkan
dekadensi moral kian merajalela yang membuat pejabat semakin
rapuh.
5. Pemberontakan tentara Jenissari
Kemajuan ekspansi kerajaan Usmani banyak ditentukan oleh
kuatnya tentara Jenissari. Dengan demikian, dapat dibayangkan
bagaimana kalua tentara ini yang memberontak. Pemberontakan
tentara Jenissari terjadi sebnayak empat kali, yaitu pada tahun 1525
M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M.
6. Merosotnya ekonomi
Akibat perang yang tak oernah berhenti, perekonomian negara
merosot. Pendapatan berkurang, sementara belanja negara sangat
besa termasuk untuk biaya perang.
7. Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi
24
5. Adanya heteroginitas penduduk.
6. Meratanya budaya pungli (pungutan liar) sebagai wujud terjadinya
dekadensi moral di kalangan penguasa.
7. Terjadinya stagnasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
8. Perang Crimea dan penandatanganan Perjanjian San Stefano (Maret
1878 M) dan Perjanjian Berlin (Juni-Juli 1878 M) antara Turki
Usmani dan Rusia.
9. Keterlibatan Turki Usmani bersama Jerman dan Austria dalam Perang
Dunia I (1914-1918 M).
10. Munculnya gerakan nasionalisme di negara-negara yang berada di
bawah kekuasaan Turki Usmani
11. Intensifnya gerakan pembaruan di dalam negeri yang berusaha
membatasi kekuasaan khalifah yang absolut.(Rahman, Setyadi. 2016)
25
organisasi global yang bertujuan memecah belah umat menjadi sejumlah
kelompok dan bangsa. Dari sini, timbullah permusuhan sejumlah
kelompok dan bangsa. Dari sini, timbullah permusuhan abadi
antarkelompok di tubuh umat tersebut. Jika itu terjadi, tujuan Yahudi
tercapai. Bangsa-bangsa di dunia akan binasa hingga menyisakan satu
bangsa saja, yaitu Yahudi. (Ibrahim, Qasim A. dan Saleh, Muhammad
A.2014)
26
(Ansary,Tamim. 2015)
27
Banyak pedagang muslim yang mengarungi perairan ini adalah anggota
terekat-terekat sufi, dan melalui Islam Mulai berakar di Hindia (timur)
lama sebelum perang Eropa pertama tiba. (Ansary, Tamim. 2015)
Pencarian Rute laut ke Hindia oleh Eropa, akibat langsung dari Perang
Salib, mencapai tahap kritis persis ketika negara bangsa sedang muncul di
Eropa. Pada 1488, penjelajah Portugis Bartholomew Diaz mengitari
Tanjung Harapan, pada akhirnya membuktikan bahwa sebuah kapal bisa
berlayar dari pantai Atlantik ke Samudera Hindia. Sebuah aliran lalu lintas
mengukuti rutenya. Pada 1492, Christoper Columbus berlayar ke barat
melintasi Samudera Atlantik dan menemukan dua benua besar yang
sampai saat itu belum diketahui Eropa. Sebuah arus lalu lintas segera akan
pergi bolak-balik ke Amerika. (Ansary, Tamim. 2015)
(https://www.slideshare.net/muhamadnovida/sejarah-islam-di-eropa)
28
mereka mendirikan universitas dengan meniru pola Islam dan mengajarkan
ilmu-ilmu yang dipelajari di Universitas islam itu. Dalam perkembangan
selanjutnya, keadaan ini melahirkan renaissance, reformasi dan
rasionalisme di Eropa. (Ansary, Tamim. 2015)
Gerakan-gerakan renaisans melahirkan perubahan-perubahan besar dalam
sejarahdunia. Abad ke 16dan 17 M merupakan abad yang penting bagi
Eropa , sementara pada akhir abad ke-17 itu pula, dunia Islam mulai
mengalami kemunduruan. Dengan lahirnya renaisans, Eropa bangkit
kembali untuk mengejar ketinggalan mereka pada masa kebodohan dan
kegelapan. Mereka menyelidiki rahasia alam, menaklukan lautan, dan
menjalajahi benua yang sebelumnya masih diliputi kegelapan. Banyak
penemuan-penemuan dalam segala lapangan ilmu pengetahuan dan
kehidupan yang mereka peroleh. Christoper Colombus pada tahun 1492
M, menemukan Benua Amerika dan Vasco da Gama tahun 1498 M,
menemukan jalan ke Timur melalui Tanjung Harapan. Dengan temuan ini,
Eropa memperoleh kemajuan dalam dunia perdagangan, karena tidak
tergantung lagi kepada jalur lama yang dikuasai umat Islam. Terangkatnya
perekenomian bangsa-bangsa Eropa disusul pula dengan penemuan dan
perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Perkembangan itu
semakin dipercepat setelah mesin uap ditemukan yang kemudian
melahirkan revolusi industri di Eropa. Teknologi perkelapan dan militer
berkembang dengan pesat. Dengan demikian, Eropa menjadi penguasa
lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan dari dan
ke seluruh dunia, tanpa mendapat hambatan berarti dari lawan-lawan yang
masih menggunakan persenjataan tradisional. (Yatim, Badri.2014)
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimupulan
Peradaban Islam yaitu suatu terjeamahan yang berasal sari kata Arab al-
Hadharah al-Islamiyyah. Kata Arab ini sering juga diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam. “Kebudayaan”
dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga
dia Arab dan Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata
“kebudayaan” (Arab, al-Tsaqafah; Inggris, culture) dan “peradaban”
(Arab, al-Hadharah; Inggris civilization).
Salah satu penyebab kehancuran Kerajaan Safawiyah adalah retak dan
patahnya pilar-pilar agung penopang kemajuan yang dimiliki Kerajaan
Safawiyah pada masa jayanya secara perlahan-lahan.
Adapun dua faktor kemunduran dan kehancuran kerajaan Mughal,
yaitu faktor internal dan eksternal. Kedua faktor ini memiliki
hubungan yang sangat erat.
Menurut Ricki Soenoko, ada tiga faktor pendukung yang
menyebabkan runtuhnya Kerajaan Usmani yaitu Ada tiga faktor
pendukung yang menyebabkan runtuhnya Kesultanan Turki Usmani.
Pertama, munculnya konflik intern yang tidak dapat diselesaikan.
Kedua, serangan pasukan negara-negara Eropa. Ketiga, gerakan makar
politik Zionis dan Freemasonry terhadap Kesultanan Turki Usmani.
Di antara tiga faktor itu maka faktor yang terakhirlah yang memainkan
peranan paling panting sebagai penyebab utama runtuhnya Kesultanan
Turki Usmani
Dengan renaisans, Eropa bangkit kembali untuk mengejar ketinggalan
mereka pada masa kebodohan dan kegelapan. Mereka menyelidiki
rahasia alam, menaklukan lautan, dan menjalajahi benua yang
sebelumnya masih diliputi kegelapan. Banyak penemuan-penemuan
30
dalam segala lapangan ilmu pengetahuan dan kehidupan yang mereka
peroleh.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Mugiyono.2013. Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam dalam
Perspektif Sejarah. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
IAIN Raden Fatah Palembang. JIA/Juni 2013/Th.XIV/Nomor
1/1-20.
Nasution, Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru:
Yayasan Pusaka Riau. Halaman 310
Rahman, Setyadi. 2016. Aplikasi Konsep “Ajal” dalam Al-Quran Menurut
Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Misbah Terhadap Keruntuhan
Bangsa-Bangsa Muslim. Universitas Mumahammadiyah
Surakarta Prodi Magister Pemikiran Islam
Usman, Ismail. 2018. Pendidikan Pada Tiga Kerajaaan Besar (Kerajaan
Turki, Usmani, Safawiy di Persia dan Moghul di India). IAIN
Manado: Jurnal Pendidikan Islam Iqra’ Vol. 11. Nomor 1
Yatim, Badri. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakrata: Penerbit PT Raja
Gravindo Persada.
33
LAMPIRAN FOTO KELOMPOK
34