Professional Documents
Culture Documents
Pengukuran Risiko Karies Gigi Dengan Kulitas Saliva
Pengukuran Risiko Karies Gigi Dengan Kulitas Saliva
ABSTRAK
Saliva is an oral mucosa that plays a role in human life. Since the eruption of the tooth, the condition
is directly related to saliva, saliva also serves in maintaining the balance of the oral state, maintaining the
integrity of tooth enamel, thus saliva is a factor that is also very influential in the process of dental caries.
Saliva quality characteristics used to assess caries risk factors include salivary volume, salivary flow rate,
salivary pH and salivary buffer capacity. This study aims to measure the quality of saliva in detecting risk
factors for dental caries in children. Research Method: The type of research used is descriptive observational,
with crossectional design. The study was conducted in January 2018, with a sample size of 44 students at
public primary school 2 Bandar Lor, Sub – district Mojoroto, Kediri. The sampling technique used in this
research is by simple random sampling. Measurement of caries risk factors based on salivary quality
examination using Saliva - Check Buffer kit of GC America brand. The data obtained are then presented in
the frequency table, then cross tabulated gender and age with salivary volume, salivary salivary pH rate and
salivary buffer capacity to caries risk. Conclusion: the results obtained can be seen if the four variables have
a high average value of low caries risk but one of the variables has the highest results of pH saiva, whereas
Most women respondents are low caries risk and most respondents are 11 years old with low caries risk.
1
2
ABSTRAK
Saliva merupakan cairan mukosa mulut yang sangat berperan dalam kehidupan manusia. Sejak
erupsi gigi, keadaan tersebut langsung berhubungan dengan saliva, saliva juga berfungsi dalam menjaga
keseimbangan keadaan rongga mulut, menjaga keutuhan enamel gigi, dengan demikian saliva merupakan
faktor yang juga sangat berpengaruh dalam proses karies gigi. Karakteristik kualitas saliva yang digunakan
untuk melihat faktor risiko karies seseorang antara lain volume saliva, laju aliran saliva, pH saliva dan
kapasitas buffer saliva. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kualitas saliva dalam mendektesi faktor risiko
terhadap karies gigi pada anak. Metode penelitian: jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif
observasional, dengan rancangan crossectional. Penelitian dilakukan tahun pada bulan Januari 2018, dengan
jumlah sampel 44 siswa/i di sekolah dasar negeri 2 Bandar Lor, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Teknik
sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan simple random sampling. Pengukuran faktor
risiko karies berdasarkan pemeriksaan kualitas saliva dengan menggunakan Saliva – Check Buffer kit merek
GC America. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam tabel frekuensi, selanjutnya ditabulasi silang
jenis kelamin dan usia dengan volume saliva, laju aliran saliva pH saliva dan kapasitas buffer saliva terhadap
risiko karies. Kesimpulan: dari hasil yang diperoleh dapat dilihat jika ke empat variabel memiliki nilai rata –
rata tinggi yang berisiko karies rendah namun salah satu variabel memiliki hasil yang paling tinggi yaitu pH
saiva, sedangkan Paling banyak responden perempuan berisiko karies rendah dan sebagian besar responden
berusia 11 tahun dengan risiko karies rendah.
Kata Kunci : Kulaitas Saliva, Faktor Risiko Karies, Anak Usia 11 – 12 Tahun
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
3
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
4
faktor risiko terhadap karies. Rendahnya Karies ditandai oleh adanya demineralisasi
sekresi saliva menyebabkan berkurangnya pada jaringan keras gigi, diikuti dengan
kemampuan membersihkan sisa makanan dan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan
Salah satu usaha untuk mencegah karies Umumnya anak – anak memasuki usia
adalah dengan melakukan pengukuran risiko sekolah mempunyai risiko karies yang tinggi,
karies. Dalam pengukuran risiko karies, karena pada usia sekolah ini anak – anak
seseorang akan diukur tingkat risiko kariesnya, biasanya suka jajan makanan dan minuman
kemudian diidentifikasi, dievaluasi, dan sesuai keinginannya. Akan tetapi anak – anak
dianalisis faktor penyebab dan faktor tersebut kurang mengetahui pengaruh atau
risikonya. Dalam upaya menjalankan dampak memakan makanan yang manis dan
pencegahan, perlu diketahui terlebih dahulu lengket, selain itu minimnya pengetahuan anak
status risiko karies yang bersangkutan tentang waktu menggosok gigi yang benar
sehingga dapat ditentukan risiko tinggi,sedang menjadikan sisa makanan terakumulasi dalam
atau rendah (Mawadara, 2013). waktu yang lama di rongga mulut, hal ini akan
masih cukup tinggi. Karies gigi merupakan Siswa/i pada usia 11 – 12 tahun rentan
suatu penyakit infeksi pada jaringan keras terhadap pertumbuhan dan perkembangan
gigi, yaitu email, dentin dan sementum. Karies karies gigi karena memiliki kebiasaan jajan
gigi disebabkan aktivitas mikroba pada suatu makanan dan minuman baik di sekolah
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
5
kelompok umur tertentu untuk diperiksa yaitu pemantauan global (Global Monitoring Age)
kelompok umur. Kelompok umur ini penting untuk karies (Indry dkk., 2013).
untuk diperiksa karena umumnya anak – anak Dari tulisan diatas penulis tertarik untuk
tahun. Selain itu, semua gigi permanen pemanfaatan kualitas laju aliran, volume, pH
diperkirakan sudah erupsi pada kelompok dan kapasitas dapar saliva dalam mendeteksi
umur ini kecuali gigi molar tiga. Beradasarkan faktor – faktor risiko terhadap karies pada
ini, umur 12 tahun ditetapkan sebagai umur siswa/i usia 11 – 12 tahun di SDN 1 Bandar
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS jenis kelamin disajikan pada tabel V.1 di
DATA
bawah ini.
Saliva umumnya adalah cairan dalam A. Tabel distribusi frekuensi jenis kelamin dan
rongga mulut yang dihasilkan oleh tiga usia di SDN 2 Bandar Lor Kecamatan
pasangan kelenjar saliva, yaitu parotis, Mojoroto Kota Kediri
submandibular dan sublingualis, kelenjar Tabel V.1.1 Frekuensi responden
minor dan cairan gingiva. Pemeriksaan saliva berdasarkan jenis kelamin
untuk mendeteksi faktor risiko karies, karena
Jenis Kelamin Frekuensi Persen
fungsi saliva yang pada umumnya protektif, Laki – Laki 18 40,9%
Perempuan 26 59,1%
terutama proteksi terhadap karies.
Total 44 100%
Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam
Total responden dalam penelitian ini
Mendeteksi Faktor Risiko Terhadap Karies
berjumlah 44 anak. Dari total tersebut,
Pada Siswa/i Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2
responden yang berjenis kelamin laki – laki
Bandar Lor, Kecamatan Mojoroto, Kota
sebanyak 18 responden, dan yang berjenis
Kediri”. Karakteristik responden berdasarkan
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
6
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
7
kategori risiko karies berdasarkan laju aliran saliva. Hasil analisis tabel rata – rata
saliva. Hasil analisis tabel rata – rata memberikan informasi bahwa 5 responden
memberikan informasi bahwa sebanyak 5 (11,36%) yang masuk kategori risiko karies
responden (11,36%) yang masuk kategori tinggi dengan pH saliva 5.0 – 5.8 rendah,
risiko karies tinggi berdasarkan laju aliran berdasarkan pH saliva sedang 6.0 – 6.6
saliva rendah < 0.7 mL/menit, sebanyak 7 sebanyak 4 responden (9,09%) dengan risiko
responden responden (15,90%) yang masuk karies sedang, dan sebanyak 35 responden
dalam kategori risiko karies sedang dengan (6,64%) memilki kategori pH tinggi 6.8 – 7.8
memiliki laju aliran saliva 0.7 – 1 mL/menit yang masuk dalam kategori risiko rendah.
berdasarkan laju aliran saliva tingggi >1 Karies Responden Berdasarkan Buffer Saliva
mL/menit dengan kategori risiko karies Kategori Buff Juml Rata – Persen
Risiko er ah Rata
rendah. Karies Saliv (n)
a
Tabel V.3.3 Pengukuran Kategori Risiko Risiko 0–5 4 4,75 9,09%
karies
Karies Responden Berdasarkan pH Saliva. tinggi
Risiko 6–9 8 7,625 18,18%
Kategori pH Jumlah Rata – Persen karies
Risiko saliva (n) Rata Sedang
Karies Risiko 10 – 32 11,28 72,72%
Risiko 5.0 – 5 4,16 11,36 karies 12
karies 5.8 % Rendah
tinggi Total 44 100%
Risiko 6.0 – 4 6,2 9,09%
karies 6.6
Sedang
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
8
Tabel V.3.4 memberikan informasi tentang Kelamin Risiko Risiko Risiko Jumlah
karies karies karies
kategori risiko karies berdasarkan buffer
rendah sedan tinggi
saliva. Hasil analisis tabel rata – rata g
Laki – laki 14(31. 3(6.8 1(2.3 18(100
memberikan informasi bahwa responden yang 8%) %) %) %)
Perempuan 20(45. 3(6.8 3(6.8 26(100
masuk kategori risiko karies tingggi
5%) %) %) %)
berdasarkan kapasitas buffer saliva rendah 0 – Jumlah 34(77. 6(13. 4(9.1 44(100
3%) 6%) %) %)
5 sebanyak 4 responden (9,09%) yang masuk
Pada tabel V.7.1 Berdasarkan hasil dapat
dalam kategori kapasitas buffer saliva sedang
dilihat bahwa pemanfaatan kualitas saliva
6 – 9 sebanyak 8 responden (18,18%).
terhadap jenis kelamin dengan volume saliva
Sedangkan anak yang memiliki buffer saliva
menunjukkan bahwa yang berjenis kelamin
tinggi 10 – 12 yaitu masuk dalam kategori
laki – laki berisiko karies rendah sebanyak 14
risiko rendah sebanyak 32 responden
responden dengan 14(31.8%), berisiko sedang
(72,72%).
3 responden dengan pesentase (6.8%) dan
C. Tabel V.7 Tabulasi Silang Jenis Kelamin
berisiko tinggi 1 responden dengan 1(2.3%).
Dengan Volume Saliva Laju Aliran pH Saliva
Sedangkan berjenis kelamin perempuan
Dan Buffer Saliva Terhadap Risiko Karies gigi
berisiko rendah sebanyak 20(45.5%) berisiko
pada anak usia 11 – 12 tahun di SDN 2
sedang 3(6.8%) dan berisiko tinggi terhadap
Bandar Lor Kecamatan Mojoroto Kota
karies sebanyak 3 resonden dengan (6.8%).
Kediri
Tabel V.7.2 Tabulasi silang antara jenis
Tabel V.7.1 Tabulasi silang antara jenis
kelamin dengan laju aliran saliva terhadap
kelamin denganvolume Saliva terhadap risiko
risiko karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun
karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di
di SDN 2 Bandar Lor Kecamatan Mojoroto
SDN 2 Bandar Lor Kecamatan Mojoroto
Kota Kediri
Kota Kediri
Jenis Laju Aliran Saliva Jumla
Jenis Volume Saliva Kelamin h
risiko risiko risiko
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
9
Dari hasil tabel V.7.2 tabulasi silang bisa pemanfaatan kualitas saliva terhadap jenis
terhadap jenis kelamin dengan laju aliran responden yang berjenis kelamin laki – laki
saliva dapat disimpulkan bahwa responden berisiko karies rendah sebanyak 14 responden
yang berjenis kelamin laki – laki sebanyak 12 dengan (31.8%) berisiko sedang terhadap
(27.3%) berisiko rendah terhadap karies, karies sebanyak 3 responden (6.8%) dan
berisiko sedang 5(11.4%) dan yang berisiko berisiko tinggi 1 responden dengan (2.3%).
20(45.5%), berisiko sedang 2(4.5%) dan yang sedang 2(4.5%) dan berisiko tinggi terhadap
Tabel V.7.3 Tabulasi silang antara jenis Tabel V.7.4 Tabulasi silang antara jenis
kelamin dengan pH saliva terhadap risiko kelamin dengan Buffer salivaterhadap risiko
karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di
SDN 2 Bandar Lor Kecamatan Mojoroto SDN 2 Bandar Lor Kecamatan Mojoroto
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
10
bahwa responden yang berjenis kelamin laki – Hasil tabulasi silang bisa diketahui
laki sebanyak 12(27.3%) berisiko rendah pemanfaatan kualitas saliva terhadap usia
terhadap karies, berisiko sedang 5(11.4%) dan dengan volume saliva dapat disimpulkan
yang berisiko tinggi 1(2.3%). Sedangkan bahwa responden yang usia 11 tahun sebanyak
responden yang berjenis kelamin perempuan 25(56.8%) berisiko rendah terhadap karies,
sebanyak 20(45.5%) berisiko sedang 3(6.8%) berisiko sedang terhadap karies 3(6.8%) dan
dan yang berisiko tinggi terhadap karies yang berisiko tinggi 4(9.1%). Sedangkan
D. Tabel V.8 Tabulasi Silang Usia Dengan 9(20.5%) berisiko rendah terhadap karies dan
Volume Laju Aliran pH dan Buffer Saliva berisiko sedang terhadap karies 3(6.8%) dan
Terhadap Risiko Karies gigi pada anak usia risiko karies tinggi hasil analisis menunjukan
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tabel V.8.2 Tabulasi silang antara usia
Tabel V.8.1 Tabulasi silang antara usia dengan Laju aliran saliva terhadap risiko
dengan volume salivaterhadap risikokaries karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di
gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di SDN 2 SDN 2 Bandar Lor Kecamatan Mojoroto
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
11
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
12
Berasarkan tabel V.8.4 hasil analisis Sedangkan responden usia 12 tahun sebanyak
tabulasi silang antara usia dengan buffer saliva 8(18.2%) risiko rendah terhadap karies dan
memberikan informasi tentang responden berisiko sedang terhadap karies 4(9.1%) dan
berusia 11 tahun bahwa sebanyak 24 dengan risiko karies tinggi dalam penelitian ini
(54.5%) memiliki risiko rendah terhadap menunjukan tidak ada atau (0%).
dan kelenjar minor. Pada malam hari, kelenjar konsentrasi fosfat, magnesium dan urea akan
sekresi saliva berasal dari kelenjar komponen bikarbonat saliva, maka hasil
submandibularis, yaitu lebih kurang 70% dan metabolik bakteri dan zat – zat toksik bakteri
sisanya (30%) disekresikan oleh kelenjar akan larut dan tertelan sehingga keseimbangan
sublingualis dan kelenjar ludah minor. Sekresi lingkungan rongga mulut tetap terjaga dan
saliva dapat dipengaruhi oleh rangsangan yang frekuensi karies gigi akan menurun (Carolin,
berdasarkan indikator saliva – check buffer kit Berdasarkan tabel V.3.3 memberikan
merek GC America dengan melihat volume informasi tentang pengukuran risiko karies
saliva (mL) yang diperoleh selama 5 menit berdasarkan pH saliva tanpa stimulasi, hasil
Pada tabel V.3.2 pengukuran risiko karies karies rendah sedangkan 11,36% risiko karies
berdasarkan laju aliran saliva terstimulasi tinggi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
(Stimulated) Lilin parafin (Parafin Wax). Hasil anak dengan tingkat risiko karies rendah
pengukuran laju aliran saliva terstimulasi banyak memiliki pH saliva netral, karena anak
(Stimulated) total 3,09 mL/menit, diketahui tersebut mampu menjaga kondisi kebersihan
bahwa 72,72% responden paling yang mulut. Sedangkan anak dengan tingkat risiko
memiliki risiko karies rendah. Sedangkan karies tingggi sedikit yang mempunyai pH
15,90% responden berisiko karies sedang. Bila saliva rendah, karena anak tersebut kurang
aliran saliva menurun, maka akan terjadi mampu menjaga kesehatan gigi dan mulut.
peningkatan frekuensi karies gigi. Jika laju pH berasal dari singkatan power of
konsentrasi sodium, kalsium, klorida, ion hydrogen yang menunjukan keasaman atau
bikarbonat dan protein meningkat, tetapi kebasaan suatu zat. Variasi pH (derajat
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
14
keasaman) di dalam plak demikian besar, ini apabila faktor risiko lebih tinggi daripada
dapat mempengaruhi kelarutan kalsium dan faktor protektif terhadap karies. Sesudah
fosfor dari email. Bila asam banyak dihasilkan distimulasi, diperoleh bahwa kapasitas buffer
maka akan membuat nilai pH menjadi rendah saliva menunjukkan ada responden yang
dan mencapai satu angka kritis diantara 5.2 – berisiko karies rendah. Hal ini menunjukkan
5.5 yang menyebabkan kalsium dan fosfor bahwa kapasitas buffer saliva tinggi sehingga
email akan mulai larut sehingga karies tidak memiliki kemampuan untuk mencegah
akan terkendali (Nugroho, 2016). timbulnya suasana asam dalam rongga mulut
Tabel V.3.4 memberikan informasi tentang karena adanya ion sodium bikarbonat yang
pengukuran risiko karies berdasakan buffer berfungsi sebagai buffer asam dalam saliva
saliva setelah terstimulasi total 36,65. Dari yang jumlahnya meningkat sesudah
hasil analisis memberikan informasi bahwa distimulasi. Nilai diukur berdasarkan indikator
kapasitas buffer saliva tinggi dengan risiko membandingkan warna pada kertas strip
bahwa individu memiliki risiko karies rendah jenis kelamin dan usia dengan pemanfaatan
(peluang yang besar terhindar dari risiko kulitas volume saliva, laju aliran saliva, pH
karies) tetapi dengan catatan bahwa saliva dan buffer saliva terhadap risiko karies.
keseimbangan lingkungan rongga mulut tetap Hasil analisis faktor risiko berdasarkan
terjaga dan frekuensi karies gigi akan pemeriksaan pemanfaatan kualitas saliva
menurun. Sedangkan 18,18% responden yang dengan menggunakan saliva – check buffer
berisiko karies sedang maka dapat untuk mengetahui keempat variabel yaitu
disimpulkan bahwa risiko seseorang masuk volume saliva, laju aliran saliva, pH saliva dan
dalam kategori sedang (moderate risk caries) buffer saliva. Keempat variabel tersebut akan
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
15
menghasilkan 3 kelompok yaitu kelompok laki dan perempuan dengan laju aliran saliva
dengan tingkat risiko rendah (merupakan menunjukan bahwa sebagian besar responden
kelompok yang berada pada risiko yang tidak adalah perempuan yang memiliki risiko karies
mudah terserang karies), kelompok dengan rendah yaitu 45.5%, dibandingkan laki – laki
tingkat risiko sedang (sebagai suatu kelompok yaitu 27.3%. Penelitian ini terlihat banyak
yang berada pada risiko yang rentan terkena hasil yang lebih rendah risiko karies pada
karies) dan kelompok dengan tingkat risiko siswa perempuan daripada siswa laki – laki
tinggi (sebagai suatu kelompok yang berada oleh karena siswa perempuan lebih banyak
pada risiko yang mudah terkena karies). dibandingkan jumlah siswa laki – laki dan
Pada tabel V.7.1 hasil dapat dilihat bahwa pada anak laki – laki biasanya jarang
perempuan dengan risiko karies rendah yaitu malas menggosok gigi dibandingkan siswa
sebesar 45,5%. Sedangkan responden yang perempuan, dan mungkin untuk siswa
berjenis kelamin laki – laki sedikit dengan perempuan terkadang lebih menghindari
risiko karies rendah yaitu 31,8%. Menurut makanan yang manis – manis dan minuman
hasil penilitian Diana (2016) menyatakan bersoda dibandingkan siswa laki – laki. Oleh
bahwa ada perbedaan kebersihan gigi dan karena makanan dan minuman yang
mulut anak perempuan dengan anak laki – menggandung kariogenik menyebabkan aliran
laki. kebersihan gigi dan mulut anak saliva menurun sehingga meningkat risiko
perempuan diduga disebabkan oleh anak terjadinya karies gigi (Kiswaluyo, 2010).
perempuan memiliki kecenderung untuk Pada tabel V.7.3 hasil diketahui bahwa
menjaga kebersihan kesehatan gigi dan mulut pengukuran risiko karies antara jenis kelamin
sehingga risiko tidak mudah terserang karies. dengan pH saliva. Hasil menunjukan bahwa
bahwa pengukuran risiko karies antara laki – yang memiliki risiko karies rendah yaitu
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
16
47,7% dibandingkan anak laki – laki yaitu bahwa banyak responden perempuan memiliki
31.8%. Hal ini didukung dengan penelitian kapasitas buffer saliva tinggi dengan risiko
Randy (2015) pada anak – anak SDN 1 karies rendah sebesar 47,7% dibandingkan
Malang, yang menyatakan anak perempuan siswa laki – laki 27.3%. Penelitian ini
memiliki status kebersihan rongga mulut yang didukung oleh penelitian Babu et al tahun
lebih baik daripada anak laki – laki. (2011) di India menyatakan bahwa kebersihan
Berdasarkan penelitian Sumini (2014) mulut pada anak perempuan lebih baik
menunjukan bahwa tingkat keasaman saliva dibandingkan anak laki – laki dikarenakan
atau pH saliva pada rongga mulut biasanya anak perempuan lebih baik mempraktikan
Anak perempuan yang memiliki tingkat dibandingkan laki – laki. Penulis berasumsi
pengetahuan tinggi cenderung lebih berhati – kapasitas buffer meningkat berasal dari
makan yang mengandung sukrosa. Makanan protein seperti sayur – sayuran, sedangkan
manis dan lengket yang mengandung banyak makanan yang mengandung karbohidrat dapat
sukrosa akan mempengaruhi pH saliva rongga menurunkan kapasitas buffer. Hasil penelitian
mulut, karena pH saliva turun menjadi 5,5 Muhamad (2015) juga menyatakan bahwa
sehingga meningkatkan risiko karies, hal ini paling banyak responden yang memiliki
sesuai dengan penelitian yang dilakukan kapasitas saliva tinggi menyebabkan risiko
dimana dengan pH saliva anak perempuan terkena karies lebih rendah dari pada
meningkat sehingga terhindar dari risiko responden dengan kapasitas buffer lebih
Berdasarkan tabel V.7.4 data hasil dapat mempertahankan pH saliva supaya tetap
penelitian antar jenis kelamin dengan buffer konstan, jika saliva berhenti melindungi gigi
saliva terhadap risiko karies menunjukan maka akan terjadi hal buruk antara lain
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
17
berkurangnya aktivitas pembersihan bakteri merupakan masa peralihan dari kanak – kanak
dan bekas makanan dimulut, berkurangnya menjadi remaja sehingga memiliki kepedulian
buffer karena perubahan asam mulut, sehingga terhadap kebersihan diri khususnya kesehatan
mulut aktivitas menjadi semakin asam atau gigi dan mulut anak tersebut. Usia seseorang
peningkatan risiko karies (Melisa, 2010). merupakan salah satu ciri kedewasaan fisik
Berdasarkan tabel V.8.1 hasil diketahui dan kematangan psikologis berkaitan dalam
pemanfaatan kualitas saliva terhadap usia memberikan tanggapan atau respon terhadap
responden yang berusia 11 tahun memiliki Pada tabel V.8.2 diketahui bahwa
nilai volume saliva tinggi sebesar 56,8% pemanfaatan kualitas saliva terhadap usia
sehingga masuk dalam kategori risiko karies dengan laju aliran saliva dapat disimpulkan
rendah dan anak usia 12 tahun juga bahwa responden yang usia11 tahun 54.5%
menunjukkan berisiko karies rendah dengan dan usia 12 tahun 18,2% menunjukan bahwa
nilai sebesar 20,5%. Hasil penelitian pada anak usia 11 dan 12 tahun risiko rendah
siswa/i usia 11 – 12 tahun di SDN 2 Bandar terhadap karies. Menurut penelitian Juliatri
Lor menunjukan bahwa volume saliva tinggi dkk (2015) menyatakan bahwa laju aliran
pada kategori risiko karies rendah. Hal ini saliva berperan dalam kemampuan saliva
dapat dilihat di sekolah dengan adanya UKS membersikan sisa – sisa makanan atau debris
namun kemungkinan sebagian sudah bisa dari dalam rongga mulut. Sebaliknya aliran
menjaga kebersihan mulutnya, tetapi perlu saliva berkurang akan menyebabkan terjadinya
ditingkatkan kesadaran dan tindakan retensi sisa makanan pada pada permukaan
pemiliharaan kebersihan mulut siswa agar gigi, sehingga meningkatkan risiko karies.
kesehatan diri sendiri lebih baik. Penelitian ini Pada tabel V.8.3 berdasarkan hasil
didukung oleh Hansen tahun 2013 juga penelitian dapat diketahui antara usia dengan
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
18
berusia 11 tahun yang mempunyai nilai pH dilakukan dari hasilnya menunjukan bahwa
saliva paling tinggi dengan risiko karies sangat paling banyak responden adalah anak usia 11
rendah sebesar 59,1%. Sedangkan usia 12 tahun yang memiliki risiko karies rendah
karies rendah yaitu 20,5%. Berdasarkan Menurut Welton menyatakan bahwa saliva
penelitian yang dilakukan Gudkina dan berperan sebagai cairan pelumas (Lubrikasi),
Brinkmane pada tahun (2008) menunjukan pH cadandang ion, fungsi buffer, anti mikroba,
pada anak usia 11 – 12 tahun dengan risiko (Pellicle), pembentuk penceranaan, ekskresi,
karies tinggi, hal ini sesuai dengan penelitian dan menjaga keseimbagan air.
yang dilakukan di SDN 2 Bandar Lor yang Sebagai cairan pelumas (Lubrikasi), adalah
hasilnya menunjukan bahwa responden pada karena saliva melapisi mukosa dan melindungi
anak usia 11 – 12 tahun yang memilki pH terhadap iritasi mekanik, termal, dan kimia,
saliva paling tinggi dibandingkan dari volume membantu kelancaran udara, membantu
saliva, aliran saliva dan buffer saliva. percakapan dan penelanan makanan.
Berdasarkan tabel V.8.4 antara usia dengan Dikatakan pula bahwa saliva menjadi
buffer saliva memberikan informasi tentang cadangan ion karena saliva adalah cairan jenuh
responden berusia 11 tahun sebesar 54.5% terutaman dengan ion kalsium akan
memiliki risiko rendah terhadap karies dan manifestasi proses remineralisasi. Berperan
20,5% responden usia 12 tahun berisiko karies sebagai buffer yang membantu menetral pH
rendah juga. Menurut penelitian Sundoro plak sesudah makan, sehingga mengurangi
buffer saliva tinggi maka risiko karies rendah, antimikroba dan juga mengontrol
hal ini sesuai dengan penelitian yang telah mikroorganisme mulut secara spesifik
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
19
misalnya dengan sIgA dan non spesifik makanan dengan kuncup perasa ada sel indera
misalnya dengan lisosom, laktoferin dan pengecap rasa terutama pada dorum lidah.
algluntisi dengan adanya agregasi dan teknis langsung berhubung dengan bagian luar
mempercepat pembersihan sel – sel tubuh substansi yang disekresi akan dibuang.
integritas gigi (Tooth Integrity) yaitu dehidrasi, aliran saliva akan menurun dan
mengandung ion – ion kalsium dan fosfat. rongga mulut akan terasa sehingga orang akan
Kelarutan dari ion – ion ini dipertahankan oleh merasa haus (Dwi, 2014).
Binding Proteins), terutama acidic prolonerich Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian
proteins dan stathaerin. Konsentrasi yang yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
tinggi dari kalsium dan fosfat pada permukaan kesimpulan bahwa : Pemanfaatan kulaitas
gigi menyebabkan pematangan post erupsi saliva dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
dari enamel yang menyebabkan kekerasan volume saliva, aliran saliva, pH saliva, dan
permukaan resistensi terhadap demineralisasi. buffer saliva terhadap risiko karies pada
Saliva Pembentuk pelikel yaitu protein saliva siswa/i usia 11 – 12 tahun di SDN 2 Bandar
banyak meningkat pada permukaan gigi dan Lor adalah sebagai berikut:
mukosa oral, membentuk film tipis yang 1. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat
disebut pelikel saliva (Salivary Pellicle) dan jika ke empat variabel memiliki nilai
juga pembentuk pelikel yang berfungsi rata – rata tinggi yang berisiko karies
sebagai barier mislnya terhadap asam hasil rendah namun salah satu variabel
fermentasi sisa – sisa makanan. Berperan memiliki hasil yang paling tinggi yaitu
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
20
tahun dengan risiko karies rendah dini pada anak usia 3-5 tahun
untuk dapat melakukan deteksi dini flow, pH, and buffering capacity in
risiko karies gigi dengan menggunakan adult south India population: an in-vivo
saliva secara keseluruhan yaitu bisa study. Ayurveda Pharm. 2013; 4(2):
saliva.
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
21
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
22
risiko terjadinya karies baru pada anak 16. Kusuma N., 2015 fisiologi dan
314 -Ita-Astit-233, (Acces 8 maret 17. Mawadara PA., 2013 saliva sebagai
14. Karpanan L., 2016. Pengukuran saliva karies. Program studi kedokteran gigi
15. Kuswandar S., dkk., 2012. Faktor risiko Children: An In Vivo Study. Indian J
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
23
19. Multazam A., 2013. Analisis kadar 23. Nugroho C., 2016. Pengaruh
20. Nasution SDA., 2015. Peran perokok Research Science Academic) 2016
terhadap kadar protein saliva dengan November; 11(1): 10-15 ISSN 2548-
pendidikan dokter. Fakultas kedokteran 24. Pardede R. 2016. Peranan saliva dalam
21. Mustika MD. Dkk., 2014. Insidensi [online] 2016 [cited 2017 maret 19];
September 2014. Program Studi jumlah koloni bakteri saliva pada anak-
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
24
26. Pradanta, dkk., 2016. Hubungan Kadar 29. Sulendra, dkk., 2013. Hubungan pH dan
Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol I. No 2. saliva dalam mendeteksi faktor – faktor
September 2016 : 158 – 163. Thai risiko terhadap karies .JK UI 2000. 7
Dental Association June 2009 Int dent (Edisi Khusus) 430 – 434. Diterbitkan
27. Putri, dkk. 2011. Ilmu pencegahan ilmu konservasi gigi fakultas
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
25
33. Tyas Anusavice, et al., 2009. Minimum study. Ayurveda Pharm. 2013; 4(2):
219-223.
interventiion dentiistry – essentiial
37. Wejdan M., Wesal A. Severity of dental
concepts. Professor and Head,
caries in relation to salivary
Restorative Dentistry Melbourne Dental
parameters and inorganic
School The University of Melbourne
compositions among a group of 22-23
Australia. Thai Dental Association.
years old adults in Baghdad city. J
34. Widyastuti T. 2010. Kejadian Karies
Bagh Coll Dentistry 2010 ; 22(2): 118-
Aktif pada anak usia 3 – 5 Tahun yang
122.
tercatat di Posyandu wilayah kerja
38. Young D. A., 2013. Featherstone JDB.
Puskesmas Mohammad Ramdan Kota
Caries management by risk assessment.
Bandung Tahun 2010 dan faktor-faktor
Community dentistry and oral
yang Mempengaruhinya.
epidemiology. 2013;41(1):e53–63.
35. Wardani, dkk., 2016. Uji bufer saliva
Available at:
dan streptococcus mutans pada anak
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2
resiko tinggi terhadap karies oklusal.
4916678. Accessed March 22,
laporan akhir penelitian unggulan
2017.
perguruan tinggi. Bidang unggulan
komunitas.
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.