Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 25

UTILIZATION OF SALIVA QUALITY IN DETECTING RISK FACTORS TO DENTAL CARIES IN

CHILDREN AGE 11 – 12 YEAR IN SCHOOL BASIC SCHOOL TWO BANDAR LOR


SUB – DISTRICT MOJOROTO KOTA KEDIRI

Francisco Xavier Punef, Agus Ahmadi*, Richa Rochmani Adining Tias*


Program Studi S1 Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
xavierfrancisco294@gmail.com

ABSTRAK

Saliva is an oral mucosa that plays a role in human life. Since the eruption of the tooth, the condition
is directly related to saliva, saliva also serves in maintaining the balance of the oral state, maintaining the
integrity of tooth enamel, thus saliva is a factor that is also very influential in the process of dental caries.
Saliva quality characteristics used to assess caries risk factors include salivary volume, salivary flow rate,
salivary pH and salivary buffer capacity. This study aims to measure the quality of saliva in detecting risk
factors for dental caries in children. Research Method: The type of research used is descriptive observational,
with crossectional design. The study was conducted in January 2018, with a sample size of 44 students at
public primary school 2 Bandar Lor, Sub – district Mojoroto, Kediri. The sampling technique used in this
research is by simple random sampling. Measurement of caries risk factors based on salivary quality
examination using Saliva - Check Buffer kit of GC America brand. The data obtained are then presented in
the frequency table, then cross tabulated gender and age with salivary volume, salivary salivary pH rate and
salivary buffer capacity to caries risk. Conclusion: the results obtained can be seen if the four variables have
a high average value of low caries risk but one of the variables has the highest results of pH saiva, whereas
Most women respondents are low caries risk and most respondents are 11 years old with low caries risk.

Keywords : Quality Of Saliva, Risk Factors of Caries, Children 11 - 12 Years

1
2

PEMANFAATAN KUALITAS SALIVA DALAM MENDETEKSI FAKTOR – FAKTOR RISIKO


TERHADAP KARIES GIGI PADA ANAK USIA 11 – 12 TAHUN DI SDN 2 BANDAR LOR
KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI

Francisco Xavier Punef, Agus Ahmadi*, Richa Rochmani Adining Tias*


Program Studi S1 Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
xavierfrancisco294@gmail.com

ABSTRAK

Saliva merupakan cairan mukosa mulut yang sangat berperan dalam kehidupan manusia. Sejak
erupsi gigi, keadaan tersebut langsung berhubungan dengan saliva, saliva juga berfungsi dalam menjaga
keseimbangan keadaan rongga mulut, menjaga keutuhan enamel gigi, dengan demikian saliva merupakan
faktor yang juga sangat berpengaruh dalam proses karies gigi. Karakteristik kualitas saliva yang digunakan
untuk melihat faktor risiko karies seseorang antara lain volume saliva, laju aliran saliva, pH saliva dan
kapasitas buffer saliva. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kualitas saliva dalam mendektesi faktor risiko
terhadap karies gigi pada anak. Metode penelitian: jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif
observasional, dengan rancangan crossectional. Penelitian dilakukan tahun pada bulan Januari 2018, dengan
jumlah sampel 44 siswa/i di sekolah dasar negeri 2 Bandar Lor, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Teknik
sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan simple random sampling. Pengukuran faktor
risiko karies berdasarkan pemeriksaan kualitas saliva dengan menggunakan Saliva – Check Buffer kit merek
GC America. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam tabel frekuensi, selanjutnya ditabulasi silang
jenis kelamin dan usia dengan volume saliva, laju aliran saliva pH saliva dan kapasitas buffer saliva terhadap
risiko karies. Kesimpulan: dari hasil yang diperoleh dapat dilihat jika ke empat variabel memiliki nilai rata –
rata tinggi yang berisiko karies rendah namun salah satu variabel memiliki hasil yang paling tinggi yaitu pH
saiva, sedangkan Paling banyak responden perempuan berisiko karies rendah dan sebagian besar responden
berusia 11 tahun dengan risiko karies rendah.

Kata Kunci : Kulaitas Saliva, Faktor Risiko Karies, Anak Usia 11 – 12 Tahun

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
3

PENDAHULUAN Pemanfaatan saliva merupakan faktor kunci


Saliva umumnya adalah cairan dalam rongga keseimbangan antara asam demineralisasi gigi
mulut yang dihasilkan oleh tiga pasangan dan remineralisasi, saliva menjadi turun
kelenjar saliva, yaitu parotis, submandibular karena produksi asam dari bakteri setelah
dan sublingualis, kelenjar minor dan cairan konsumsi karbohidrat. Di sisi lain, saliva akan
gingiva. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal naik ketika asam di cuci dan dinetralkan
0.1 – 0.01 mm yang melapisi seluruh jaringan menggunakan ion yang membentuk
rongga mulut. Lapisan saliva ini selalu kandungan mineral gigi (kalsium, fosfat, dan
bergerak dan akan menentukan distribusi ion hidroksil). Derajat keasaman saliva juga
material dan eliminasi bahan yang yang tidak naik ketika bakteri plak baik metabolisme
digunakan dalam rongga mulut. Kecepatan asam memproduksi alkali seperti amonia dari
pergerakan cairan ini juga tergantung pada senyawa nitrogen yang ditemukan pada
jumlah dan komposisinya serta pergerakan makanan dan saliva, ion kalsium, fosfat mulai
pipi, bibir dan lidah. Kecepatan pergerakan ini memperbaiki kristal mineral yang rusak dari
juga bervariasi bergantung lokasinya dalam enamel yang disebut dengan remineralisasi
rongga mulut (Sundoro, 2015). Saliva (Santoso, dkk., 2014).
mempengaruhi proses terjadinya karies karena Pemeriksaan saliva untuk mendeteksi
saliva selalu membasahi gigi geligi sehingga faktor risiko karies, karena fungsi saliva yang
mempengaruhi lingkungan dalam rongga pada umumnya protektif, terutama proteksi
mulut. Selain itu, saliva juga memiliki terhadap karies. Macam pemeriksaan yang
komposisi dan konsentrasi yang berbeda – umum untuk deteksi faktor – faktor risiko
beda yang dapat mempengaruhi kondisi tersebut adalah laju aliran, volume, pH dan
sekresi (Pardede, 2016). kapasitas buffer dalam mendeteksi faktor –

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
4

faktor risiko terhadap karies. Rendahnya Karies ditandai oleh adanya demineralisasi

sekresi saliva menyebabkan berkurangnya pada jaringan keras gigi, diikuti dengan

kemampuan membersihkan sisa makanan dan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan

mematikan mikroorganisme, kemampuan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan

menetralisasi asam, serta kemampuan kerusakan pada jaringan pulpa serta

menimbulkan demineralisasi email(Parsetya, penyebaran infeksi ke jaringan periapikal

2008). (Fatmawati, 2011).

Salah satu usaha untuk mencegah karies Umumnya anak – anak memasuki usia

adalah dengan melakukan pengukuran risiko sekolah mempunyai risiko karies yang tinggi,

karies. Dalam pengukuran risiko karies, karena pada usia sekolah ini anak – anak

seseorang akan diukur tingkat risiko kariesnya, biasanya suka jajan makanan dan minuman

kemudian diidentifikasi, dievaluasi, dan sesuai keinginannya. Akan tetapi anak – anak

dianalisis faktor penyebab dan faktor tersebut kurang mengetahui pengaruh atau

risikonya. Dalam upaya menjalankan dampak memakan makanan yang manis dan

pencegahan, perlu diketahui terlebih dahulu lengket, selain itu minimnya pengetahuan anak

status risiko karies yang bersangkutan tentang waktu menggosok gigi yang benar

sehingga dapat ditentukan risiko tinggi,sedang menjadikan sisa makanan terakumulasi dalam

atau rendah (Mawadara, 2013). waktu yang lama di rongga mulut, hal ini akan

Karies merupakan salah satu penyakit di memudahkan terjadinya karies (Sulendra,

rongga mulut yang prevalensinya di Indonesia dkk., 2013).

masih cukup tinggi. Karies gigi merupakan Siswa/i pada usia 11 – 12 tahun rentan

suatu penyakit infeksi pada jaringan keras terhadap pertumbuhan dan perkembangan

gigi, yaitu email, dentin dan sementum. Karies karies gigi karena memiliki kebiasaan jajan

gigi disebabkan aktivitas mikroba pada suatu makanan dan minuman baik di sekolah

karbohidrat yang mengalami fermentasi. maupun di rumah. WHO merekomendasikan

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
5

kelompok umur tertentu untuk diperiksa yaitu pemantauan global (Global Monitoring Age)

kelompok umur. Kelompok umur ini penting untuk karies (Indry dkk., 2013).

untuk diperiksa karena umumnya anak – anak Dari tulisan diatas penulis tertarik untuk

meninggalkan bangku sekolah pada umur 12 melakukan penelitian tentang cara

tahun. Selain itu, semua gigi permanen pemanfaatan kualitas laju aliran, volume, pH

diperkirakan sudah erupsi pada kelompok dan kapasitas dapar saliva dalam mendeteksi

umur ini kecuali gigi molar tiga. Beradasarkan faktor – faktor risiko terhadap karies pada

ini, umur 12 tahun ditetapkan sebagai umur siswa/i usia 11 – 12 tahun di SDN 1 Bandar

Lor, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri.

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS jenis kelamin disajikan pada tabel V.1 di
DATA
bawah ini.
Saliva umumnya adalah cairan dalam A. Tabel distribusi frekuensi jenis kelamin dan
rongga mulut yang dihasilkan oleh tiga usia di SDN 2 Bandar Lor Kecamatan
pasangan kelenjar saliva, yaitu parotis, Mojoroto Kota Kediri
submandibular dan sublingualis, kelenjar Tabel V.1.1 Frekuensi responden
minor dan cairan gingiva. Pemeriksaan saliva berdasarkan jenis kelamin
untuk mendeteksi faktor risiko karies, karena
Jenis Kelamin Frekuensi Persen
fungsi saliva yang pada umumnya protektif, Laki – Laki 18 40,9%
Perempuan 26 59,1%
terutama proteksi terhadap karies.
Total 44 100%
Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam
Total responden dalam penelitian ini
Mendeteksi Faktor Risiko Terhadap Karies
berjumlah 44 anak. Dari total tersebut,
Pada Siswa/i Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2
responden yang berjenis kelamin laki – laki
Bandar Lor, Kecamatan Mojoroto, Kota
sebanyak 18 responden, dan yang berjenis
Kediri”. Karakteristik responden berdasarkan

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
6

kelamin perempuan sebanyak 26 anak atau karies mL


Tinggi
responden. Risiko 3.5 – 5.0 6 3,75 13,64%
karies mL
Tabel V.2.2 Frekuensi Responden Sedang
Risiko > 5.0 34 9,797 77,26%
Berdasarkan Usia karies mL
Rendah
Usia Frekuensi Persen Total 44 100%
11 32 72,7%
12 12 27,3% Tabel V.3.1 memberikan informasi tentang
Total 44 100%
kategori risiko karies berdasarkan kategori
Tabel V.2.2 memberikan informasi tentang
volume saliva. Hasil analisis tabel rata – rata
karakteristik responden berdasarkan usia.
memberikan informasi bahwa sebanyak 4
Dalam penelitian ini, 32 anak atau sekitar
responden (9,13%) yang masuk kategori risiko
memiliki usia 11 tahun dan 12 anak sisanya
karies tinggi berdasarkan memiliki volume
berusia 12 tahun.
saliva rendah < 3.5 mL, sebanyak 6
B. Tabel V.3 Pengukuran Kategori Risiki
responden (13,64%) memiliki volume saliva
Karies Berdasarkan Volume Saliva Laju
3.5 – 5.0 mL sedang dengan risiko karies
Aliran Saliva pH Saliva Dan Buffer Saliva
sedang, sedangkan yang masuk dalam kategori
gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di SDN 2
risiko karies rendah sebanyak 34 responden
Bandar Lor Kecamatan Mojoroto Kota
(77,26%) memiliki volume saliva> 5.0 mL
Kediri
tinggi. Secara rata – rata volume saliva

responden tergolong tinggi dengan rata – rata

risiko karies rendah.

Tabel V.3.2 Pengukuran Risiko Karies


Tabel V.3.1 Pengukuran Risiko Karies Berdasarkan laju aliran saliva
Berdasarkan Volume Saliva
Kategori Laju Jumlah Rata Persen
Kategori Volume Jumlah Rata Persen Risiko Aliran (n) -Rata
Risiko Saliva (n) – Karies Saliva
Karies Rata Risiko < 0.7 5
Risiko < 3.5 4 3,175 9,13% karies mL/men
tinggi it 0,58 11,36%

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
7

Risiko 0.7 – 1 7 Risiko 6.8 – 35 6,645 79,54


karies mL/men 0,74 karies 7.8 %
Sedang it 2 15,90% Rendah
Risiko >1 32 Total 44 100%
karies mL/men 1,77
Rendah it 9 72,72% Tabel V.3.3 memberikan informasi tentang
Total 44 100%
Tabel V.3.2 memberikan informasi tentang kategori risiko karies berdasarkan kategori pH

kategori risiko karies berdasarkan laju aliran saliva. Hasil analisis tabel rata – rata

saliva. Hasil analisis tabel rata – rata memberikan informasi bahwa 5 responden

memberikan informasi bahwa sebanyak 5 (11,36%) yang masuk kategori risiko karies

responden (11,36%) yang masuk kategori tinggi dengan pH saliva 5.0 – 5.8 rendah,

risiko karies tinggi berdasarkan laju aliran berdasarkan pH saliva sedang 6.0 – 6.6

saliva rendah < 0.7 mL/menit, sebanyak 7 sebanyak 4 responden (9,09%) dengan risiko

responden responden (15,90%) yang masuk karies sedang, dan sebanyak 35 responden

dalam kategori risiko karies sedang dengan (6,64%) memilki kategori pH tinggi 6.8 – 7.8

memiliki laju aliran saliva 0.7 – 1 mL/menit yang masuk dalam kategori risiko rendah.

sedang, sebanyak 32 responden (72,72%) Tabel V.3.4 Pengukuran Kategori Risiko

berdasarkan laju aliran saliva tingggi >1 Karies Responden Berdasarkan Buffer Saliva

mL/menit dengan kategori risiko karies Kategori Buff Juml Rata – Persen
Risiko er ah Rata
rendah. Karies Saliv (n)
a
Tabel V.3.3 Pengukuran Kategori Risiko Risiko 0–5 4 4,75 9,09%
karies
Karies Responden Berdasarkan pH Saliva. tinggi
Risiko 6–9 8 7,625 18,18%
Kategori pH Jumlah Rata – Persen karies
Risiko saliva (n) Rata Sedang
Karies Risiko 10 – 32 11,28 72,72%
Risiko 5.0 – 5 4,16 11,36 karies 12
karies 5.8 % Rendah
tinggi Total 44 100%
Risiko 6.0 – 4 6,2 9,09%
karies 6.6
Sedang

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
8

Tabel V.3.4 memberikan informasi tentang Kelamin Risiko Risiko Risiko Jumlah
karies karies karies
kategori risiko karies berdasarkan buffer
rendah sedan tinggi
saliva. Hasil analisis tabel rata – rata g
Laki – laki 14(31. 3(6.8 1(2.3 18(100
memberikan informasi bahwa responden yang 8%) %) %) %)
Perempuan 20(45. 3(6.8 3(6.8 26(100
masuk kategori risiko karies tingggi
5%) %) %) %)
berdasarkan kapasitas buffer saliva rendah 0 – Jumlah 34(77. 6(13. 4(9.1 44(100
3%) 6%) %) %)
5 sebanyak 4 responden (9,09%) yang masuk
Pada tabel V.7.1 Berdasarkan hasil dapat
dalam kategori kapasitas buffer saliva sedang
dilihat bahwa pemanfaatan kualitas saliva
6 – 9 sebanyak 8 responden (18,18%).
terhadap jenis kelamin dengan volume saliva
Sedangkan anak yang memiliki buffer saliva
menunjukkan bahwa yang berjenis kelamin
tinggi 10 – 12 yaitu masuk dalam kategori
laki – laki berisiko karies rendah sebanyak 14
risiko rendah sebanyak 32 responden
responden dengan 14(31.8%), berisiko sedang
(72,72%).
3 responden dengan pesentase (6.8%) dan
C. Tabel V.7 Tabulasi Silang Jenis Kelamin
berisiko tinggi 1 responden dengan 1(2.3%).
Dengan Volume Saliva Laju Aliran pH Saliva
Sedangkan berjenis kelamin perempuan
Dan Buffer Saliva Terhadap Risiko Karies gigi
berisiko rendah sebanyak 20(45.5%) berisiko
pada anak usia 11 – 12 tahun di SDN 2
sedang 3(6.8%) dan berisiko tinggi terhadap
Bandar Lor Kecamatan Mojoroto Kota
karies sebanyak 3 resonden dengan (6.8%).
Kediri
Tabel V.7.2 Tabulasi silang antara jenis
Tabel V.7.1 Tabulasi silang antara jenis
kelamin dengan laju aliran saliva terhadap
kelamin denganvolume Saliva terhadap risiko
risiko karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun
karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di
di SDN 2 Bandar Lor Kecamatan Mojoroto
SDN 2 Bandar Lor Kecamatan Mojoroto
Kota Kediri
Kota Kediri
Jenis Laju Aliran Saliva Jumla
Jenis Volume Saliva Kelamin h
risiko risiko risiko

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
9

karies karies karies Laki – laki 14(31. 3(6.8 1(2.3 18(100


rendah sedang tinggi 8%) %) %) %)
Laki – 12(27.3 5(11.4 1(2.3 18(100 perempuan 21(47. 2(4.5 3(6.8 25(100
laki %) %) %) %) 7%) %) %) %)
Perempua 20(45.5 2(4.5 4(9.1 26(100 Jumlah 35(79. 5(11.4 4(9.1 44(100
n %) %) %) %) 5%) %) %) %)
Jumlah 32(72.7 7(15.9 5(11.4 44(100
%) %) %) %) Pada Tabel V.7.3 dapat dilihat bahwa

Dari hasil tabel V.7.2 tabulasi silang bisa pemanfaatan kualitas saliva terhadap jenis

diketahui bahwa pemanfaatan kualitas saliva kelamin dengan pH saliva menunjukkan

terhadap jenis kelamin dengan laju aliran responden yang berjenis kelamin laki – laki

saliva dapat disimpulkan bahwa responden berisiko karies rendah sebanyak 14 responden

yang berjenis kelamin laki – laki sebanyak 12 dengan (31.8%) berisiko sedang terhadap

(27.3%) berisiko rendah terhadap karies, karies sebanyak 3 responden (6.8%) dan

berisiko sedang 5(11.4%) dan yang berisiko berisiko tinggi 1 responden dengan (2.3%).

tinggi 1(2.3%). Sedangkan respondeng yang Sedangkan berjenis kelamin perempuan

berjenis kelamin perempuan sebanyak berisiko rendah sebanyak 21(47.7%) berisiko

20(45.5%), berisiko sedang 2(4.5%) dan yang sedang 2(4.5%) dan berisiko tinggi terhadap

berisiko tinggi 4(9.1%). karies sebanyak 3(6.8%).

Tabel V.7.3 Tabulasi silang antara jenis Tabel V.7.4 Tabulasi silang antara jenis

kelamin dengan pH saliva terhadap risiko kelamin dengan Buffer salivaterhadap risiko

karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di

SDN 2 Bandar Lor Kecamatan Mojoroto SDN 2 Bandar Lor Kecamatan Mojoroto

Kota Kediri. Kota Kediri.

Jenis Buffer Saliva Jumlah


Jenis pH Saliva Jumlah
kelamin
Kelamin risiko risiko risiko risiko risiko risiko
karies karies karies karies karies karies
rendah sedan tinggi rendah sedang tinggi
g laki – laki 12 5(11.4 1(2.3 18(1
(27.3 %) %) 00%)

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
10

%) Usia Volume saliva Jumlah


perempuan 20(45. 3(6.8 3(6.8 26(1 risiko risiko risiko
5%) %) %) 00%) karies karies karies
Jumlah 32(72. 7(18.2 4(9.1 44(1 rendah sedang tinggi
7%) %) %) 00%) 11 tahun 25 3(6.8 4(9.1 32(100
(56.8%) %) %) %)
Hasil tabulasi silang bisa diketahui jika
12 tahun 9(20.5% 3(6.8 0(0%) 12(100
pemanfaatan kualitas saliva terhadap jenis ) %) %)
Jumlah 34(77.3 6(13.6 4(9.1 44(100
kelamin dengan buffer saliva dapat dijelaskan %) %) %) %)

bahwa responden yang berjenis kelamin laki – Hasil tabulasi silang bisa diketahui

laki sebanyak 12(27.3%) berisiko rendah pemanfaatan kualitas saliva terhadap usia

terhadap karies, berisiko sedang 5(11.4%) dan dengan volume saliva dapat disimpulkan

yang berisiko tinggi 1(2.3%). Sedangkan bahwa responden yang usia 11 tahun sebanyak

responden yang berjenis kelamin perempuan 25(56.8%) berisiko rendah terhadap karies,

sebanyak 20(45.5%) berisiko sedang 3(6.8%) berisiko sedang terhadap karies 3(6.8%) dan

dan yang berisiko tinggi terhadap karies yang berisiko tinggi 4(9.1%). Sedangkan

sebanyak 3(6.8%). respondeng yang usia 12 tahun sebanyak

D. Tabel V.8 Tabulasi Silang Usia Dengan 9(20.5%) berisiko rendah terhadap karies dan

Volume Laju Aliran pH dan Buffer Saliva berisiko sedang terhadap karies 3(6.8%) dan

Terhadap Risiko Karies gigi pada anak usia risiko karies tinggi hasil analisis menunjukan

11 – 12 tahun di SDN 2 Bandar Lor bahwa anak usia 12 tahun (0%).

Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tabel V.8.2 Tabulasi silang antara usia

Tabel V.8.1 Tabulasi silang antara usia dengan Laju aliran saliva terhadap risiko

dengan volume salivaterhadap risikokaries karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di

gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di SDN 2 SDN 2 Bandar Lor Kecamatan Mojoroto

Bandar Lor Kecamatan Mojoroto Kota Kota Kediri.

Kediri. Usia Laju aliran saliva Jumlah


risiko risiko risiko

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
11

karies karies karies 12 9(20.5% 3(6.8 0(0%) 12(1


rendah sedang tinggi tahun ) %) 00%)
11 tahun 24 3(6.8 5(11.4 32(100 Jumlah 35(79.5 5(11.4 4(9.1 44(1
(54.5%) %) %) %) %) %) %) 00%)
12 tahun 8(18.2% 4(18.2 0(0%) 12(100
%) Pada Tabel V.8.3 Tabulasi silang antara
) %)
Jumlah 72.7% 15.9% 11.4% 44(100 usia dengan pH saliva terhadap risiko karies
%)
menunjukan bahwa responden usia 11 tahun
Hasil tabulasi tabel V.8.3 silang bisa
sebanyak 26(59.1%) berisiko karies rendah
diketahui pemanfaatan kualitas saliva terhadap
terhadap karies, berisiko sedang terhadap
usia dengan volume saliva dapat disimpulkan
karies 2(4.5%) dan hasil menunjukan bahwa
bahwa responden yang usia 11 tahun sebanyak
berisiko tinggi 4(9.1%) Sedangkan responden
24(54.5%) berisiko rendah terhadap karies,
usia 12 tahun sebanyak 9(20.5%) risiko rendah
berisiko sedang terhadap karies 3(6.8%) dan
terhadap karies, berisiko sedang terhadap
yang berisiko tinggi 5(11.4%). Sedangkan
karies 3(6.8%) dan hasil analisis menunjukan
respondeng yang usia 12 tahun sebanyak
bahwa tidak ada risiko karies tinggi atau (0%).
8(18.2%) berisiko rendah terhadap karies dan
Tabel V.8.4 Tabulasi silang antara usia
berisiko sedang terhadap karies 8(18.2%) dan
dengan Buffer saliva terhadap risiko karies
risiko karies tinggi (0%).
gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di SDN 2
Tabel V.8.3 Tabulasi silang antara usia
Bandar Lor Kecamatan Mojoroto Kota
dengan pH saliva terhadap risiko karies gigi
Kediri.
pada anak usia 11 – 12 tahun di SDN 2
Usia Buffer saliva Jumlah
Bandar Lor Kecamatan Mojoroto Kota
risiko risiko risiko
Kediri. karies karies karies
rendah sedang tinggi
Usi pH saliva Juml 11 tahun 24(54. 4(9.1 4(9.1 28(100
a risiko risiko risiko ah 5%) %) %) %)
karies karies karies 12 tahun 8(18.2 4(9.1 0(0%) 12(100
rendah sedang tinggi %) %) %)
11 26(59.1 2(4.5 4(9.1 32(1 Jumlah 32(72. 8(18.2 4(9.1 44(100
tahun %) %) %) 00%) 7%) %) %) %)

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
12

Berasarkan tabel V.8.4 hasil analisis Sedangkan responden usia 12 tahun sebanyak

tabulasi silang antara usia dengan buffer saliva 8(18.2%) risiko rendah terhadap karies dan

memberikan informasi tentang responden berisiko sedang terhadap karies 4(9.1%) dan

berusia 11 tahun bahwa sebanyak 24 dengan risiko karies tinggi dalam penelitian ini

(54.5%) memiliki risiko rendah terhadap menunjukan tidak ada atau (0%).

karies, sebanyak 4(9.1%) berisiko sedang

terhadap karies dan berisiko tinggi 4(9.1%).

PEMBAHASAN antara lain volume saliva, laju aliran saliva,

pH saliva dan kapasitas buffer saliva


Penelitian ini dilakukan untuk mengukur
(Muhamad, 2015).
kualitas saliva dalam mendektesi faktor risiko
Berdasarkan tabel V.3.1 pengukuran risiko
terhadap karies gigi pada anak – anak usia 11
karies berdasarkan volume saliva terstimulasi
– 12 tahun pada bulan Januari 2018, dengan
(Stimulated) dengan lilin parafin (Parafin
jumlah sampel 44 siswa/i di SDN Bandar Lor,
Wax). Hasil analisis tabel menunujukan
Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri.
77,26% responden risiko karies rendah,
Saliva merupakan cairan mukosa mulut
sedangkan risiko karies sedang yaitu sbesar
yang sangat berperan dalam kehidupan
13,64%. Volume saliva (Quantity saliva)
manusia. Sejak erupsi gigi, keadaan tersebut
saliva stimulasi (Stimulated) sebesar < 1.0 mL
langsung berhubungan dengan saliva, saliva
dianggap sebagai ambang, dimana volume di
juga berfungsi dalam menjaga keseimbangan
bawah batas tersebut menunjukkan
keadaan rongga mulut, menjaga keutuhan
peningkatan risiko terjadinya karies. Volume
enamel gigi, dengan demikian saliva
saliva yang disekresikan setiap hari
merupakan faktor yang juga sangat
diperkirakan antara 1.0 – 1.5 mL. Seperti yang
berpengaruh dalam proses karies gigi.
telah diketahui, bahwa saliva disekresi oleh
Karakteristik kualitas saliva yang digunakan
kelenjar parotis, submandibularis, sublingualis
untuk melihat faktor risiko karies seseorang
P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
13

dan kelenjar minor. Pada malam hari, kelenjar konsentrasi fosfat, magnesium dan urea akan

parotis sama sekali tidak berproduksi. Jadi, menurun. Dengan meningkatkannya

sekresi saliva berasal dari kelenjar komponen bikarbonat saliva, maka hasil

submandibularis, yaitu lebih kurang 70% dan metabolik bakteri dan zat – zat toksik bakteri

sisanya (30%) disekresikan oleh kelenjar akan larut dan tertelan sehingga keseimbangan

sublingualis dan kelenjar ludah minor. Sekresi lingkungan rongga mulut tetap terjaga dan

saliva dapat dipengaruhi oleh rangsangan yang frekuensi karies gigi akan menurun (Carolin,

diterima oleh kelenjar saliva nilai diukur 2009).

berdasarkan indikator saliva – check buffer kit Berdasarkan tabel V.3.3 memberikan

merek GC America dengan melihat volume informasi tentang pengukuran risiko karies

saliva (mL) yang diperoleh selama 5 menit berdasarkan pH saliva tanpa stimulasi, hasil

(Pradanta, dkk., 2016). menunjukan bahwa 79,54% responden risiko

Pada tabel V.3.2 pengukuran risiko karies karies rendah sedangkan 11,36% risiko karies

berdasarkan laju aliran saliva terstimulasi tinggi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

(Stimulated) Lilin parafin (Parafin Wax). Hasil anak dengan tingkat risiko karies rendah

pengukuran laju aliran saliva terstimulasi banyak memiliki pH saliva netral, karena anak

(Stimulated) total 3,09 mL/menit, diketahui tersebut mampu menjaga kondisi kebersihan

bahwa 72,72% responden paling yang mulut. Sedangkan anak dengan tingkat risiko

memiliki risiko karies rendah. Sedangkan karies tingggi sedikit yang mempunyai pH

15,90% responden berisiko karies sedang. Bila saliva rendah, karena anak tersebut kurang

aliran saliva menurun, maka akan terjadi mampu menjaga kesehatan gigi dan mulut.

peningkatan frekuensi karies gigi. Jika laju pH berasal dari singkatan power of

aliran saliva meningkat, akan menyebabkan hydrogen. pH merupakan ukuran konsentrasi

konsentrasi sodium, kalsium, klorida, ion hydrogen yang menunjukan keasaman atau

bikarbonat dan protein meningkat, tetapi kebasaan suatu zat. Variasi pH (derajat

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
14

keasaman) di dalam plak demikian besar, ini apabila faktor risiko lebih tinggi daripada

dapat mempengaruhi kelarutan kalsium dan faktor protektif terhadap karies. Sesudah

fosfor dari email. Bila asam banyak dihasilkan distimulasi, diperoleh bahwa kapasitas buffer

maka akan membuat nilai pH menjadi rendah saliva menunjukkan ada responden yang

dan mencapai satu angka kritis diantara 5.2 – berisiko karies rendah. Hal ini menunjukkan

5.5 yang menyebabkan kalsium dan fosfor bahwa kapasitas buffer saliva tinggi sehingga

email akan mulai larut sehingga karies tidak memiliki kemampuan untuk mencegah

akan terkendali (Nugroho, 2016). timbulnya suasana asam dalam rongga mulut

Tabel V.3.4 memberikan informasi tentang karena adanya ion sodium bikarbonat yang

pengukuran risiko karies berdasakan buffer berfungsi sebagai buffer asam dalam saliva

saliva setelah terstimulasi total 36,65. Dari yang jumlahnya meningkat sesudah

hasil analisis memberikan informasi bahwa distimulasi. Nilai diukur berdasarkan indikator

paling banyak responden yang memiliki GC Saliva – Check buffer dengan

kapasitas buffer saliva tinggi dengan risiko membandingkan warna pada kertas strip

karies rendah yaitu 72,72%. Menurut (Merinda, et al, 2013).

penelitian Limeback (2012) menyatakan Analisis data selanjutnya tabulasi silang

bahwa individu memiliki risiko karies rendah jenis kelamin dan usia dengan pemanfaatan

(peluang yang besar terhindar dari risiko kulitas volume saliva, laju aliran saliva, pH

karies) tetapi dengan catatan bahwa saliva dan buffer saliva terhadap risiko karies.

keseimbangan lingkungan rongga mulut tetap Hasil analisis faktor risiko berdasarkan

terjaga dan frekuensi karies gigi akan pemeriksaan pemanfaatan kualitas saliva

menurun. Sedangkan 18,18% responden yang dengan menggunakan saliva – check buffer

berisiko karies sedang maka dapat untuk mengetahui keempat variabel yaitu

disimpulkan bahwa risiko seseorang masuk volume saliva, laju aliran saliva, pH saliva dan

dalam kategori sedang (moderate risk caries) buffer saliva. Keempat variabel tersebut akan

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
15

menghasilkan 3 kelompok yaitu kelompok laki dan perempuan dengan laju aliran saliva

dengan tingkat risiko rendah (merupakan menunjukan bahwa sebagian besar responden

kelompok yang berada pada risiko yang tidak adalah perempuan yang memiliki risiko karies

mudah terserang karies), kelompok dengan rendah yaitu 45.5%, dibandingkan laki – laki

tingkat risiko sedang (sebagai suatu kelompok yaitu 27.3%. Penelitian ini terlihat banyak

yang berada pada risiko yang rentan terkena hasil yang lebih rendah risiko karies pada

karies) dan kelompok dengan tingkat risiko siswa perempuan daripada siswa laki – laki

tinggi (sebagai suatu kelompok yang berada oleh karena siswa perempuan lebih banyak

pada risiko yang mudah terkena karies). dibandingkan jumlah siswa laki – laki dan

Pada tabel V.7.1 hasil dapat dilihat bahwa pada anak laki – laki biasanya jarang

paling banyak responden yang berjenis memperhatikan kebersihan mulutnya dan

perempuan dengan risiko karies rendah yaitu malas menggosok gigi dibandingkan siswa

sebesar 45,5%. Sedangkan responden yang perempuan, dan mungkin untuk siswa

berjenis kelamin laki – laki sedikit dengan perempuan terkadang lebih menghindari

risiko karies rendah yaitu 31,8%. Menurut makanan yang manis – manis dan minuman

hasil penilitian Diana (2016) menyatakan bersoda dibandingkan siswa laki – laki. Oleh

bahwa ada perbedaan kebersihan gigi dan karena makanan dan minuman yang

mulut anak perempuan dengan anak laki – menggandung kariogenik menyebabkan aliran

laki. kebersihan gigi dan mulut anak saliva menurun sehingga meningkat risiko

perempuan diduga disebabkan oleh anak terjadinya karies gigi (Kiswaluyo, 2010).

perempuan memiliki kecenderung untuk Pada tabel V.7.3 hasil diketahui bahwa

menjaga kebersihan kesehatan gigi dan mulut pengukuran risiko karies antara jenis kelamin

sehingga risiko tidak mudah terserang karies. dengan pH saliva. Hasil menunjukan bahwa

Berdasarkan tabel V .7 2 hasil diketahui paling banyak reponden adalah perempuan

bahwa pengukuran risiko karies antara laki – yang memiliki risiko karies rendah yaitu

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
16

47,7% dibandingkan anak laki – laki yaitu bahwa banyak responden perempuan memiliki

31.8%. Hal ini didukung dengan penelitian kapasitas buffer saliva tinggi dengan risiko

Randy (2015) pada anak – anak SDN 1 karies rendah sebesar 47,7% dibandingkan

Malang, yang menyatakan anak perempuan siswa laki – laki 27.3%. Penelitian ini

memiliki status kebersihan rongga mulut yang didukung oleh penelitian Babu et al tahun

lebih baik daripada anak laki – laki. (2011) di India menyatakan bahwa kebersihan

Berdasarkan penelitian Sumini (2014) mulut pada anak perempuan lebih baik

menunjukan bahwa tingkat keasaman saliva dibandingkan anak laki – laki dikarenakan

atau pH saliva pada rongga mulut biasanya anak perempuan lebih baik mempraktikan

dipengaruhi oleh konsumsi makanan anak. perilaku menjaga kebersihan mulut

Anak perempuan yang memiliki tingkat dibandingkan laki – laki. Penulis berasumsi

pengetahuan tinggi cenderung lebih berhati – kapasitas buffer meningkat berasal dari

hati dalam mengkonsumsi makanan, terutama makanan yang dikonsumsi mengandung

makan yang mengandung sukrosa. Makanan protein seperti sayur – sayuran, sedangkan

manis dan lengket yang mengandung banyak makanan yang mengandung karbohidrat dapat

sukrosa akan mempengaruhi pH saliva rongga menurunkan kapasitas buffer. Hasil penelitian

mulut, karena pH saliva turun menjadi 5,5 Muhamad (2015) juga menyatakan bahwa

sehingga meningkatkan risiko karies, hal ini paling banyak responden yang memiliki

sesuai dengan penelitian yang dilakukan kapasitas saliva tinggi menyebabkan risiko

dimana dengan pH saliva anak perempuan terkena karies lebih rendah dari pada

meningkat sehingga terhindar dari risiko responden dengan kapasitas buffer lebih

terkena karies. rendah. Kapasitas Buffer saliva larut yang

Berdasarkan tabel V.7.4 data hasil dapat mempertahankan pH saliva supaya tetap

penelitian antar jenis kelamin dengan buffer konstan, jika saliva berhenti melindungi gigi

saliva terhadap risiko karies menunjukan maka akan terjadi hal buruk antara lain

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
17

berkurangnya aktivitas pembersihan bakteri merupakan masa peralihan dari kanak – kanak

dan bekas makanan dimulut, berkurangnya menjadi remaja sehingga memiliki kepedulian

buffer karena perubahan asam mulut, sehingga terhadap kebersihan diri khususnya kesehatan

mulut aktivitas menjadi semakin asam atau gigi dan mulut anak tersebut. Usia seseorang

peningkatan risiko karies (Melisa, 2010). merupakan salah satu ciri kedewasaan fisik

Berdasarkan tabel V.8.1 hasil diketahui dan kematangan psikologis berkaitan dalam

pemanfaatan kualitas saliva terhadap usia memberikan tanggapan atau respon terhadap

dengan volume saliva menunjukan bahwa objek yang disekitarnya.

responden yang berusia 11 tahun memiliki Pada tabel V.8.2 diketahui bahwa

nilai volume saliva tinggi sebesar 56,8% pemanfaatan kualitas saliva terhadap usia

sehingga masuk dalam kategori risiko karies dengan laju aliran saliva dapat disimpulkan

rendah dan anak usia 12 tahun juga bahwa responden yang usia11 tahun 54.5%

menunjukkan berisiko karies rendah dengan dan usia 12 tahun 18,2% menunjukan bahwa

nilai sebesar 20,5%. Hasil penelitian pada anak usia 11 dan 12 tahun risiko rendah

siswa/i usia 11 – 12 tahun di SDN 2 Bandar terhadap karies. Menurut penelitian Juliatri

Lor menunjukan bahwa volume saliva tinggi dkk (2015) menyatakan bahwa laju aliran

pada kategori risiko karies rendah. Hal ini saliva berperan dalam kemampuan saliva

dapat dilihat di sekolah dengan adanya UKS membersikan sisa – sisa makanan atau debris

namun kemungkinan sebagian sudah bisa dari dalam rongga mulut. Sebaliknya aliran

menjaga kebersihan mulutnya, tetapi perlu saliva berkurang akan menyebabkan terjadinya

ditingkatkan kesadaran dan tindakan retensi sisa makanan pada pada permukaan

pemiliharaan kebersihan mulut siswa agar gigi, sehingga meningkatkan risiko karies.

kesehatan diri sendiri lebih baik. Penelitian ini Pada tabel V.8.3 berdasarkan hasil

didukung oleh Hansen tahun 2013 juga penelitian dapat diketahui antara usia dengan

menyatakan bahwa usia 11 – 12 tahun pH saliva menunjukan bahwa responden

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
18

berusia 11 tahun yang mempunyai nilai pH dilakukan dari hasilnya menunjukan bahwa

saliva paling tinggi dengan risiko karies sangat paling banyak responden adalah anak usia 11

rendah sebesar 59,1%. Sedangkan usia 12 tahun yang memiliki risiko karies rendah

tahun sedikit responden yang memilki risiko dibandingkan usia 12 tahun.

karies rendah yaitu 20,5%. Berdasarkan Menurut Welton menyatakan bahwa saliva

penelitian yang dilakukan Gudkina dan berperan sebagai cairan pelumas (Lubrikasi),

Brinkmane pada tahun (2008) menunjukan pH cadandang ion, fungsi buffer, anti mikroba,

saliva akan mengalami penurunan seiring alglutinasi, mempertahankan integritas gigi

meningkatnya jumlah Streptococus Mutans (Tooth Integrity), pembentukan pelikel

pada anak usia 11 – 12 tahun dengan risiko (Pellicle), pembentuk penceranaan, ekskresi,

karies tinggi, hal ini sesuai dengan penelitian dan menjaga keseimbagan air.

yang dilakukan di SDN 2 Bandar Lor yang Sebagai cairan pelumas (Lubrikasi), adalah

hasilnya menunjukan bahwa responden pada karena saliva melapisi mukosa dan melindungi

anak usia 11 – 12 tahun yang memilki pH terhadap iritasi mekanik, termal, dan kimia,

saliva paling tinggi dibandingkan dari volume membantu kelancaran udara, membantu

saliva, aliran saliva dan buffer saliva. percakapan dan penelanan makanan.

Berdasarkan tabel V.8.4 antara usia dengan Dikatakan pula bahwa saliva menjadi

buffer saliva memberikan informasi tentang cadangan ion karena saliva adalah cairan jenuh

responden berusia 11 tahun sebesar 54.5% terutaman dengan ion kalsium akan

memiliki risiko rendah terhadap karies dan manifestasi proses remineralisasi. Berperan

20,5% responden usia 12 tahun berisiko karies sebagai buffer yang membantu menetral pH

rendah juga. Menurut penelitian Sundoro plak sesudah makan, sehingga mengurangi

(2015) menyatakan bahwa responden dengan waktu terjadinya demineralisasi. Sebagai

buffer saliva tinggi maka risiko karies rendah, antimikroba dan juga mengontrol

hal ini sesuai dengan penelitian yang telah mikroorganisme mulut secara spesifik

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
19

misalnya dengan sIgA dan non spesifik makanan dengan kuncup perasa ada sel indera

misalnya dengan lisosom, laktoferin dan pengecap rasa terutama pada dorum lidah.

sialoperoksidase. Selanjutnya kemampuan Ekskresi meningkat ronggga mulut secara

algluntisi dengan adanya agregasi dan teknis langsung berhubung dengan bagian luar

mempercepat pembersihan sel – sel tubuh substansi yang disekresi akan dibuang.

bakteri.saliva berperan untuk mempertahankan Dan kesimbangan air dalam keadaan

integritas gigi (Tooth Integrity) yaitu dehidrasi, aliran saliva akan menurun dan

mengandung ion – ion kalsium dan fosfat. rongga mulut akan terasa sehingga orang akan

Kelarutan dari ion – ion ini dipertahankan oleh merasa haus (Dwi, 2014).

beberapa protein penigkat kalsium (Calcium Kesimpulan

Binding Proteins), terutama acidic prolonerich Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian

proteins dan stathaerin. Konsentrasi yang yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

tinggi dari kalsium dan fosfat pada permukaan kesimpulan bahwa : Pemanfaatan kulaitas

gigi menyebabkan pematangan post erupsi saliva dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu

dari enamel yang menyebabkan kekerasan volume saliva, aliran saliva, pH saliva, dan

permukaan resistensi terhadap demineralisasi. buffer saliva terhadap risiko karies pada

Saliva Pembentuk pelikel yaitu protein saliva siswa/i usia 11 – 12 tahun di SDN 2 Bandar

banyak meningkat pada permukaan gigi dan Lor adalah sebagai berikut:

mukosa oral, membentuk film tipis yang 1. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat

disebut pelikel saliva (Salivary Pellicle) dan jika ke empat variabel memiliki nilai

juga pembentuk pelikel yang berfungsi rata – rata tinggi yang berisiko karies

sebagai barier mislnya terhadap asam hasil rendah namun salah satu variabel

fermentasi sisa – sisa makanan. Berperan memiliki hasil yang paling tinggi yaitu

dalam pengecapan rasa, karena kandungan pH saiva.

protein yang berperan dalam interaksi antara

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
20

2. Paling banyak responden perempuan DAFTAR PUSTAKA

berisiko karies rendah. 1. Amalia AR., 2015. Pencegahan karies

3. Sebagian besar responden berusia 11 dan penilaian resiko terjadinya karies

tahun dengan risiko karies rendah dini pada anak usia 3-5 tahun

Saran menggunakan Caries Management By

Saran yang dapat peneliti berikan adalah : Risk Assessment (CAMBRA).

1. Kepada siswa/i di SDN 2 Bandar Lor Program Pendidikan Dokter Gigi

semoga dapat memberi manfaat dalam Spesialis Departemen Ilmu

meningkatkan pengetahuan tentang Kedokteran Gigi Anak Fakultas

kualitas air liur (Saliva) dengan Kedokteran Gigi Universitas

tujuannya untuk mengukur risiko karies Indonesia.

gigi. 2. Athiyah, dkk., 2015. Aplikasi klinik

2. Siswa/i hendaknya menjaga kesehatan gigi pencegahan Caries Risk

gigi dan mulut sejak dini untuk Assessment (CRA) - American

mencegah risiko terjadinya karies. Dental Association. Program Studi Ilmu

3. Penelitian ini di harapkan dapat Keperawatan Gigi Fakultas

bermanfaat bagi masyarakat mengenai Kedokteran Gigi Universitas Gadjah

pengukuran risiko karies dengan Mada. Jogjakarta.

menggunakan saliva. 3. Chitharanjan Shetty et al. Correlation

4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan between dental caries with salivary

untuk dapat melakukan deteksi dini flow, pH, and buffering capacity in

risiko karies gigi dengan menggunakan adult south India population: an in-vivo

saliva secara keseluruhan yaitu bisa study. Ayurveda Pharm. 2013; 4(2):

ditambah dehidrasi dan kekentalan 219-223.

saliva.

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
21

4. Christopher. (2010). Anatomi , 9. Fatmawati DWA. 2011. Hubungan

function, anf evaluation of the salivary biofilm streptococcus mutans terhadap

glands, chapter 1. (online) resiko terjadinya karies gigi.

ww.spinger.com/cda.../9873540470700- Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 8 No.

c1.pdf Akses 13 agustus 2017. 3, 2011: 127 – 130. Korespondensi

5. Carolin M. K. S., 2009 hubungan (correspondence): dwi warna aju f.


keadaan saliva dengan risiko karies
Bagian konservasi gigi, fakultas
pada siswa kelas x smk negeri 9 medan.
kedokteran gigi, universitas jember. Jl
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen
Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ kalimantan 37 jember.
Kesehatan Gigi Masyarakat.
10. Hira GP., 2012. Buffering capacity of
Universitas Sumatera Utara.
saliva, salivary flow rates and cortisol
6. Donut Irene, 2012. Simulator Risiko
levels in patients with active caries. A
Karies, Kementerian Pendidikan
research report submitted to the
Nasional, CHAMPS – FKM –
school of oral health sciences, faculty
Universitas Indonesia, Jakarta.
of health sciences, university of the
7. Dwi, B., 2014. Pengertian dan fungsi
witwatersrand, johannesburg.
saliva,
11. Indriana, T. 2011. Perbedan Laju Alir
http://ww.cribd.com/doc/134567688/
Saliva dan pH karena Pengaruh
diakses: 19 maret 2017.
Stimulus Kimiawi dan Mekanis.
8. Felizardo et al., 2010. An evaluation of
Jurnal Kedokteran Meditek. 17 (44)
the expression profiles of salivary
12. Juliatri, dkk., 2015. Penilaian Risiko
proteins lactoferrin and
Karies Melalui Pemeriksaan Aliran Dan
lysozyme and their association with
Kekentalan Saliva Pada Pengguna
caries experience and activity. Rev.
Kontrasepsi Suntik Di Kelurahan
odonto ciênc. 2010 ; 25(4):343 – 349.
Banjer Kecamatan Tikala. Jurnal e –

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
22

GiGi (eG), Volume 3, Nomor 1, PROF. SOEDOMO YOGYAKARTA.

Januari-Juni 2015. Maj ked Gi, Desember 2012; 19(2):107

13. Karmawati, IA., dkk. (2011). Perbedaan – 109. ISSN:1978 – 0206 .

risiko terjadinya karies baru pada anak 16. Kusuma N., 2015 fisiologi dan

usia 12 tahun murid SD UKGS dan SD patofisiologi saliva. Dicetak dan

non UKGS di wilayah Kecamatan terbitkan oleh: Andalas university

Cilanda Jakarta Selatan. Jurnal Health press.ISBN:978-602-8821-69-8.

Quality Vol. 2 (no 4), 228- 231, (Online)

Available from: www.spinger.com/cda.../98735404707

http://www.scribd.com/doc/157761429/ 00-c1.pdf Akses 13 agustus 2017.

314 -Ita-Astit-233, (Acces 8 maret 17. Mawadara PA., 2013 saliva sebagai

2017). cairan diagnostik resiko terjadinya

14. Karpanan L., 2016. Pengukuran saliva karies. Program studi kedokteran gigi

menggunakan saliva- check buffer kit fakultas kedokteran universitas

dan pengalaman karies pada siswa sriwijaya. serial online]. 2012

SLB-A Di Tanjung Morawa, Medan. [cited 20117 maret 03].Available from:

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen URL:http://www. Ebookpangan.com.

Ilmu Kedokteran Gigi h.11.

Pencegahan/Kesehatan Masyarakat. x 18. Merinda, et al., 2010. Hubungan pH

+ 41 halaman. Universitas Sumatera dan Kapasitas Buffer Saliva terhadap

Utara Medan. Indeks Karies Siswa SLB-A Bintoro .

15. Kuswandar S., dkk., 2012. Faktor risiko Children: An In Vivo Study. Indian J

terjadinya karies baru dengan Clin Biochem. 2010. 25(4): 425–

pendekatan pada pasien anak 428.

diklinik kedokteran gigi anak RSGM

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
23

19. Multazam A., 2013. Analisis kadar 23. Nugroho C., 2016. Pengaruh

kalsium dalam saliva pada Mengkonsumsi Buah Nanas Terhadap

penyalahguna narkoba. Penelitian di pH Saliva Pada Santriwati Usia

Balai Rehabilitasi Badan Narkotika 12-16 Tahun Pesantren Perguruan

Nasional Baddoka Makassar. Sukahideng Kabupaten

Universitas Hasanuddin. Tasikmalaya. Journal ARSA (Actual

20. Nasution SDA., 2015. Peran perokok Research Science Academic) 2016

terhadap kadar protein saliva dengan November; 11(1): 10-15 ISSN 2548-

Bradford Assay. Program studi 3986.

pendidikan dokter. Fakultas kedokteran 24. Pardede R. 2016. Peranan saliva dalam

dan ilmu kesehatan. Universitas islam melindungi gigi terhadap karies.

Negeri syarif hidayatullah jakarta. Medan: Universitas Sumatera Utara.

21. Mustika MD. Dkk., 2014. Insidensi [online] 2016 [cited 2017 maret 19];

karies gigi pada anak usia prasekolah di Availablefrom:URL:http://repository.usu.

tk merah mandiangin martapura ac.id/bitstream/123456789/823

periode 2012 – 2013. Dentino jurnal 4\/1/000600087.pdf

kedokteran gigi vol 2. No (2). 25. Parsetyo CR. 2008. Perbandingan

September 2014. Program Studi jumlah koloni bakteri saliva pada anak-

Kedokteran Gigi Fakultas anak karies dan non karies setelah

Kedokteran Universitas Lambung mengkonsumsi minuman berkarbonasi.

Mangkurat, Banjarmasin. Indonesian Journal of Dentistry

22. Notoatmojo, Soekidjo. 2010. 2008;15 (1): 65 – 70. Fakultas

Metodelogi Penelitian Kesehatan. Kedokteran Gigi

Jakarta : PT Rineka Cipta http//www.fkg.ui.edu Universitas

Indonesia ISSN 1693 – 9697.

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
24

26. Pradanta, dkk., 2016. Hubungan Kadar 29. Sulendra, dkk., 2013. Hubungan pH dan

pH Dan Volume Saliva Terhadap Viskositas Saliva terhadap Indeks

Indeks Karies Masyarakat Menginang DMFT pada Siswa-siswi Sekolah

Kecamatan Lokpaikat Kabupaten Tapin Dasar Baletbaru I dan Baletbaru II

(Studi Observasional Dengan Sukowono Jember.

Pengumpulan Saliva Metode Spitting). 30. Sundoro EH., 2015. Pemanfaatan

Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol I. No 2. saliva dalam mendeteksi faktor – faktor

September 2016 : 158 – 163. Thai risiko terhadap karies .JK UI 2000. 7

Dental Association June 2009 Int dent (Edisi Khusus) 430 – 434. Diterbitkan

j 2000;50:1-12. dijakarta. ISSN 0854 – 364X. Bagian

27. Putri, dkk. 2011. Ilmu pencegahan ilmu konservasi gigi fakultas

penyakit jaringan keras dan jaringan kedokteran gigi. Universitas indonesia

pendukung gigi.jakarta: EGC. 31. Santoso, dkk., 2014. Pengaruh

28. Sri Ramayanti S.dan Purnakarya Konsumsi Keju Cheddar 10 Gram

I.,2013. Peran makanan terhadap Terhadap pH Saliva - Studi Terhadap

Kejadian karies Gigi. Staf Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung

Universitas Andalas Semarang. Odonto Dental

(ii_84@yahoo.com) Jl. Perintis Journal.Volume 1.Nomor 1.Mei

Kemerdekaan No. 77 Padang Staf 2014.

Pengajar Fakultas Kesehatan 32. Sumintono B dan Widhiarso W, 2013.

Masyarakat Universitas Andalas. Jurnal aplikasi Model Rash untuk Peneltian

Kesehatan Masyarakat, Maret 2013 - Ilmu– Ilmu Sosial. Jogjakart : Trim

September 2013, Vol. 7, No. 2. Komunikata Publishing House.

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.
25

33. Tyas Anusavice, et al., 2009. Minimum study. Ayurveda Pharm. 2013; 4(2):
219-223.
interventiion dentiistry – essentiial
37. Wejdan M., Wesal A. Severity of dental
concepts. Professor and Head,
caries in relation to salivary
Restorative Dentistry Melbourne Dental
parameters and inorganic
School The University of Melbourne
compositions among a group of 22-23
Australia. Thai Dental Association.
years old adults in Baghdad city. J
34. Widyastuti T. 2010. Kejadian Karies
Bagh Coll Dentistry 2010 ; 22(2): 118-
Aktif pada anak usia 3 – 5 Tahun yang
122.
tercatat di Posyandu wilayah kerja
38. Young D. A., 2013. Featherstone JDB.
Puskesmas Mohammad Ramdan Kota
Caries management by risk assessment.
Bandung Tahun 2010 dan faktor-faktor
Community dentistry and oral
yang Mempengaruhinya.
epidemiology. 2013;41(1):e53–63.
35. Wardani, dkk., 2016. Uji bufer saliva
Available at:
dan streptococcus mutans pada anak
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2
resiko tinggi terhadap karies oklusal.
4916678. Accessed March 22,
laporan akhir penelitian unggulan
2017.
perguruan tinggi. Bidang unggulan

:kemandirian dalam penanganan

penyakit gigi dan mulut secara

komprehensif kode /nama rumpun ilmu

: 333/ ilmu kedokteran gigi

komunitas.

36. Chitharanjan Shetty et al. Correlation


between dental caries with salivary
flow, pH, and buffering capacity in
adult south India population: an in-vivo

P. Xavier francisco, “Pemanfaatan Kualitas Saliva Dalam Mendeteksi Faktor – Faktor Risiko Terhadap
Karies Gigi Pada Anak Usia 11 – 12 Tahun di SDN 2 Bandar Lor Kec.Mojoroto Kota Kediri” (Kediri: IIK,
2018), Hal 19.

You might also like