Laporan PBL Blok Organ Indra MDC 308: Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta Utara 2013

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 7

LAPORAN PBL

BLOK ORGAN INDRA


MDC 308
OTITIS MEDIA AKUTA
Tutor: dr. Surilena, Sp.KJ

Kelompok PBL 14

Andrew Adhitya Lieputra 2010-060-049

Metta Satyani 2010-060-051

Elisia Atnil 2010-060-054

Irene Antoni 2010-060-112

Hendra Syahputra Wijaya 2010-060-158

Valencia 2010-060-115

Evi 2010-060-192

Maria Patricia 2010-060-202

Albert Santoso 2010-060-206

Talita Clarissa 2010-060-213

Riko Febrian Kunta Adjie 2010-060-218

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA


JAKARTA UTARA
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otitis Media merupakan penyakit di bidang THT yang sering ditemui dalam
kehidupan klinis seorang dokter umum. Otitis media memiliki insiden tinggi pada usia
anak-anak. Dokter umum dituntut untuk memiliki kompetensi dari mendiagnosis hingga
mampu memberikan tatalaksana yang tepat untuk pasien otitis media. Maka dibawah ini
diuraikan secara lengkap mengenai otitis media, terutama otitis media akuta.

Skenario Diskusi PBL


The mother of five years old patient give you a call and says her son was sent home from
school today because of a complaint if a severe right sided ear pain. His mother feels Billy is not
hearing as well as he had been a mont a go.
Billy’s mother brings the child in and says that he has a recent cough and cold. He also had a
low grade fever last night and feels warm today. Billy had ventilation tubes at the age of two, but
the tubes were noted to be extruded on his last regular visit. The ear pain just startes this
morning, with no problem on balance.
Family history: Billy’s younger sister also has runny nose and cough since 4 days ago.
General appearance: consious, ambulatory, not in cardio respiratory distress.
BAB II
HASIL DISKUSI

2.1 Hasil Diskusi Skenario PBL

Proses diskusi Problem Based Learning (PBL) menggunakan langkah-langkah


yang dikenal dengan Seven Jumps from Schdmit. Berikut di bawah ini adalah langkah-
langkah yang kami terapkan dalam proses diskusi PBL.

2.1.1 Clarify unfamiliar terms


Mengklarifikasi istilah-istilah dan konsep yang tidak dimengerti.

2.1.2 Define the problems


-

2.1.3 Brainstorm
Menemukan gagasan tentang hipotesis atau penjelasan masalah.

Informasi dasar pasien:

1. Anak usia 5 tahun


2. Nyeri telinga kanan (unilateral)
3. Pendengaran menurun sejak 1 bulan yang lalu

Hal-hal yang perlu dianamnesis lebih lanjut:

1. Riwayat demam (infeksi streptokokus dan pseudomonas)


2. Riwayat flu (infeksi hemofilus influenza)
3. Riwayat trauma
4. Jenis gangguan pendengaran (tuli konduktif atau tuli sensorikneural)
5. Adanya benda asing di dalam telinga
6. Adanya kesulitan menelan
7. Adanya secret telinga
8. Kebiasaan membersihkan telinga

Brainstorming

Keluhan utama pada pasien adalah nyeri pada telinga kanan. Nyeri pada telinga disebut otalgia,
dapat dibedakan menjadi dua: otalgia primer dan sekunder. Otalgia primer adalah nyeri yang
berasal dari gangguan di organ telinga sendiri. Otalgia sekunder adalah nyeri yang berrasal dari
penjalaran tempat lain. Otalgia pada telinga luar bisa disebabkan karena polip, serumen
impaction, furunkel, atau serangga. Sifat nyeri pada telinga luar: akut dan local. Sedangkan
otalgia pada telinga tengah bisa disebabkan oleh otitis media, tekanan, penjalaran dari organ lain,
sifatnya difuse dan kronis.

Sementara, gangguan pendengaran juga menjadi keluhan pasien yang terjadi sejak 1 bulan yang
lalu. Gangguan pendengaran terdiri dari tuli konduktif dan tuli neurosensorik.

Informasi tambahan pada pasien:

1. Mengalami batuk pilek dan demam


2. Memakai ventilasi tube sejak usia 2 tahun dan baru dilepaskan saat follow up yang
terakhir
3. Tidak ada gangguan keseimbangan.

Anatomi telinga bagian luar terdiri dari auricular, kanalis akustikus eksternal, dan membrane
timpani yang merupakan perbatasan dengan telinga bagian tengah. Pada aurikula terdapat
konkha, tragus, antitragus, helix, antihelix dan lobules. Fungsi utama aurikel adalah untuk
menangkap gelombang suara dan mengarahkannya ke dalam liang telinga luar. Kanalis akustikus
eksternal berfungsi untuk meneruskan gelombang bunyi. Telinga bagian tengah terdiri dari
tulang pendengaran dan kavum timpani. Telinga dalam terdiri dari caalis semisirkularis, rumah
siput, organ corti, dan nervus.

Karena pasien tidak mengalami gangguan keseimbangan, maka semua penyakit yang
mengakibatkan gangguan di telinga dalam dapat dieliminasi. Gangguan telinga bagian luar juga
ditiadakan karena pasien mengalami gangguan pendengaran yang tidak berhubungan dengan
telinga bagian luar.

Untuk sementara, pasien didiagnosis menderita Otitis Media Akuta (OMA). Maka untuk
pertemuan selanjutnya akan dibahas lebih dalam mengenai otitis media akuta dari segala aspek.

2.1.4 Analyzing the problem


Tidak ada yang ditambahkan pada penjelasan sebelumnya.

Step V (Define Learning Objectives )


Pada tahap ini akan dirumuskan hal – hal yang belum diketahui berdasarkan pertanyaan
pada langkah II dan juga jawaban yang belum diyakini benar 100% pada pembahasannya.
Learning Objective yang kami tentukan adalah :
1. Definisi Otitis Media Akuta (OMA)
2. Epidemiologi Otitis Media Akuta (OMA)
3. Etiologi dan faktor resiko Otitis Media Akuta (OMA)
4. Patofisiologi Otitis Media Akuta (OMA)
5. Diagnosis Otitis Media Akuta (OMA)
6. Tatalaksana Otitis Media Akuta (OMA)
7. Komplikasi Otitis Media Akuta (OMA)
8. Prognosis Otitis Media Akuta (OMA)

Step VI (Self Studying)


Mengumpulkan informasi secara mandiri dari berbagai sumber.

Step VII (Mensintesis dan Merangkum Hasil Belajar Mandiri)


1. Diferensial Diagnosis
o OMA (Otitis Media Akut)
o OME (Otitis Media Efusi)
o OMSK (Otitis Media Supuratif Kronis)
2. Pemeriksaan yang akan dilakukan
o Anamnesis
 Apa terdapat riwayat demam? Berapa suhunya?
 Apa terdapat kebiasaan mengorok?
 Apa terdapat riwayat pengangkatan tonsil/adenoid?
 Kapan dilakukan pemasangan ventilation tube? Kenapa?
 Kapan ventilation tube lepas?
 Apa terdapat sekret yang keluar dari telinga? Sudah berapa lama?
 Apa terdapat gangguan pernafasan?
 Apa terdapat keluarga/di lingkungan sekolah yang mengalami hal yang
sama?
 Gangguan pendengaran yang terjadi seperti apa?
o Pemeriksaan Fisik
 Melihat adanya sekret
 Melihat tonsila faringeal
 Tes pendengaran
 Timpanogram
 Memeriksa nyeri tekan mastoid
o Pemeriksaan Penunjang
 Foto  untuk melihat ada/tidaknya pembesaran adenoid
 Otoskopi  untuk melihat keadaan membran timpani
 Kultur sekret  timpanosentesis

Skenario 3
Physical examination
General appearance:
Conscious, coherent, ambulatory, not in cardio-respiratory distress
PR : 80/min, regular RR : 20/min regular Temp : 38,3oC

3. Perbedaan OMA-OME-OMSK
OMA OME OMSK

Membran timpani opak,


Membran timpani opak, Terdapat perforasi pada
Otoskopi menebal,tidak bergerak,
menebal, tidak bergerak membran timpani
bulging, dan inflamasi

- Bindeng / rasa tersumbat

Gangguan -Rasa penuh di telinga -Gangguan pendengaran Terdapat gangguan


pendengaran ringan (hanya bisa pendengaran
-Pendengaran berkurang
diketahui menggunakan
audiogram)

Keadaan
Anak tenang / sakit Anak tenang, tidak demam
Umum

Sekret mungkin encer/


Sektret bersifat eksudat
Sekret Sekret glue-like kental/ bening/ berupa
yang serosa
nanah

Skenario 4
ENT Examination :
Right Left
EAR Auricle Normal, no tragal tenderness Normal, no tragal tenderness
External Non hyperemic Non hyperemic
Auditory
Canal
Tympanic Bulging and hyperemic Intact
Membrane
Tuning Rinne Negative Positive
Fork Test Weber To the right ear
Schwabach Prolonged Normal
Anterior Midline septum, boggy turbinates with mucoid nasal discharge
Rhinoscop
y
Oral Moist buccal mucosa, no oral lesions
cavity
Throat Tonsil T2 T2
Pharynx Non hyperemic Non hyperemic
Neck No anterior neck mass, no cervical lymph nodes enlargement

4. Working Diagnosis
 Otitis Media Akut (OMA) stadium hiperemis.
 OME ditolak karena terdapat infeksi pada kasus ini, sedangkan pada OME tidak
terdapat infeksi.
 OMSK ditolak karena membran timpani pada kasus ini masih intak, sedangkan
pada OMSK sudah terdapat perforasi pada membran timpani.
5. Stadium pada OMA
o Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani
akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara.
Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau
berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi.
Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebakan oleh
virus atau alergi.
o Stadium Hiperemis (Stadium pre-supurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran
timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret
yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga
sukar dilihat.
o Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa teinga dan hancurnya sel epitel superfisisal,
serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan
mambran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta
rasa nyeri di telinga bertambah hebat.
Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia,
akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena
kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani
terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat
ini akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisis membran timpani (miringotomi) pada stadium ini,
maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke
liang telinga luar.
Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan meutup kembalii, sedangkan
apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tdak mudah
menutup kembali.
o Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pengobatan antibiotika atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan
nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang
tadinya gelisah, sekarang menjadi tenag, suhu badan turun dan anak dapat
tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut otitis media akut stadium perforasi.
o Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-
lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan
berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman
rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah
menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus
atau hilang timbil. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele)berupa otitis
media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.
6. Terapi OMA
o Stadium Oklusi (bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius)
HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun)
HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik (>12 tahun)
Mengobati sumber infeksi
o Stadium Presupurasi
Antibiotika (golongan penisilin atau ampisilin)  terapi awal penisilin IM
untuk mencegah mastoiditis, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan
kekambuhan
o Stadium Supurasi
Antibiotika + miringotomi (bila membran timpani masih utuh)
o Stadium Perforasi
Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat

DAFTAR PUSTAKA

Soepardi, Efiaty Arsyad dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher. Edisi keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2007

You might also like