Professional Documents
Culture Documents
Laporan PBL Blok Organ Indra MDC 308: Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta Utara 2013
Laporan PBL Blok Organ Indra MDC 308: Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta Utara 2013
Laporan PBL Blok Organ Indra MDC 308: Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta Utara 2013
Kelompok PBL 14
Valencia 2010-060-115
Evi 2010-060-192
2.1.3 Brainstorm
Menemukan gagasan tentang hipotesis atau penjelasan masalah.
Brainstorming
Keluhan utama pada pasien adalah nyeri pada telinga kanan. Nyeri pada telinga disebut otalgia,
dapat dibedakan menjadi dua: otalgia primer dan sekunder. Otalgia primer adalah nyeri yang
berasal dari gangguan di organ telinga sendiri. Otalgia sekunder adalah nyeri yang berrasal dari
penjalaran tempat lain. Otalgia pada telinga luar bisa disebabkan karena polip, serumen
impaction, furunkel, atau serangga. Sifat nyeri pada telinga luar: akut dan local. Sedangkan
otalgia pada telinga tengah bisa disebabkan oleh otitis media, tekanan, penjalaran dari organ lain,
sifatnya difuse dan kronis.
Sementara, gangguan pendengaran juga menjadi keluhan pasien yang terjadi sejak 1 bulan yang
lalu. Gangguan pendengaran terdiri dari tuli konduktif dan tuli neurosensorik.
Anatomi telinga bagian luar terdiri dari auricular, kanalis akustikus eksternal, dan membrane
timpani yang merupakan perbatasan dengan telinga bagian tengah. Pada aurikula terdapat
konkha, tragus, antitragus, helix, antihelix dan lobules. Fungsi utama aurikel adalah untuk
menangkap gelombang suara dan mengarahkannya ke dalam liang telinga luar. Kanalis akustikus
eksternal berfungsi untuk meneruskan gelombang bunyi. Telinga bagian tengah terdiri dari
tulang pendengaran dan kavum timpani. Telinga dalam terdiri dari caalis semisirkularis, rumah
siput, organ corti, dan nervus.
Karena pasien tidak mengalami gangguan keseimbangan, maka semua penyakit yang
mengakibatkan gangguan di telinga dalam dapat dieliminasi. Gangguan telinga bagian luar juga
ditiadakan karena pasien mengalami gangguan pendengaran yang tidak berhubungan dengan
telinga bagian luar.
Untuk sementara, pasien didiagnosis menderita Otitis Media Akuta (OMA). Maka untuk
pertemuan selanjutnya akan dibahas lebih dalam mengenai otitis media akuta dari segala aspek.
Skenario 3
Physical examination
General appearance:
Conscious, coherent, ambulatory, not in cardio-respiratory distress
PR : 80/min, regular RR : 20/min regular Temp : 38,3oC
3. Perbedaan OMA-OME-OMSK
OMA OME OMSK
Keadaan
Anak tenang / sakit Anak tenang, tidak demam
Umum
Skenario 4
ENT Examination :
Right Left
EAR Auricle Normal, no tragal tenderness Normal, no tragal tenderness
External Non hyperemic Non hyperemic
Auditory
Canal
Tympanic Bulging and hyperemic Intact
Membrane
Tuning Rinne Negative Positive
Fork Test Weber To the right ear
Schwabach Prolonged Normal
Anterior Midline septum, boggy turbinates with mucoid nasal discharge
Rhinoscop
y
Oral Moist buccal mucosa, no oral lesions
cavity
Throat Tonsil T2 T2
Pharynx Non hyperemic Non hyperemic
Neck No anterior neck mass, no cervical lymph nodes enlargement
4. Working Diagnosis
Otitis Media Akut (OMA) stadium hiperemis.
OME ditolak karena terdapat infeksi pada kasus ini, sedangkan pada OME tidak
terdapat infeksi.
OMSK ditolak karena membran timpani pada kasus ini masih intak, sedangkan
pada OMSK sudah terdapat perforasi pada membran timpani.
5. Stadium pada OMA
o Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani
akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara.
Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau
berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi.
Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebakan oleh
virus atau alergi.
o Stadium Hiperemis (Stadium pre-supurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran
timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret
yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga
sukar dilihat.
o Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa teinga dan hancurnya sel epitel superfisisal,
serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan
mambran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta
rasa nyeri di telinga bertambah hebat.
Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia,
akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena
kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani
terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat
ini akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisis membran timpani (miringotomi) pada stadium ini,
maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke
liang telinga luar.
Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan meutup kembalii, sedangkan
apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tdak mudah
menutup kembali.
o Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pengobatan antibiotika atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan
nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang
tadinya gelisah, sekarang menjadi tenag, suhu badan turun dan anak dapat
tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut otitis media akut stadium perforasi.
o Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-
lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan
berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman
rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah
menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus
atau hilang timbil. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele)berupa otitis
media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.
6. Terapi OMA
o Stadium Oklusi (bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius)
HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun)
HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik (>12 tahun)
Mengobati sumber infeksi
o Stadium Presupurasi
Antibiotika (golongan penisilin atau ampisilin) terapi awal penisilin IM
untuk mencegah mastoiditis, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan
kekambuhan
o Stadium Supurasi
Antibiotika + miringotomi (bila membran timpani masih utuh)
o Stadium Perforasi
Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat
DAFTAR PUSTAKA
Soepardi, Efiaty Arsyad dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher. Edisi keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2007