661 2049 1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 21

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 12 No.

1, halaman: 15-35, Januari 2011

PERBANDINGAN TINGKAT KELENGKAPAN


MANDATORY DISCLOSURE DAN VOLUNTARY
DISCLOSURE INFORMASI AKUNTANSI ANTARA
INDUSTRI HIGH-PROFILE DAN LOW-PROFILE

R. Widdie Andriyanto & Mega Metalia


E-Mail: RWandriyanto@unila.ac.id
Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

ABSTRACT
The purpose of this research is proofing empirically whether any differences the
completeness level of disclosure between high-profile industry and low-profile,
along with detecting to the best of the completeness level of disclosure in various
company of industry sector in Indonesian Stock exchange. Difference
completeness level voluntary disclosure that significant between high profile
industry and low-profile. In this research, analysis instrument that be used is
Disclosure Completeness Index and mean different test Independent Sample t-Test
by conviction level 95% and error level 5%. The trial result Ha1 that be done 31
various company sector industry (15 high-profile companies and 16 low-profile
industry) show that Sig. (2-tailed)/2 < 0,05/2, with the result that Ha1 accepted. It
means there are differences completeness level mandatory disclosure that
significant between high-profile industry and low-profile. Whereas trial result
Ha2 to 28 various company sector industry (13 high-profile companies and 15
low-profile industry) show that Sig. (2-tailed)/2 > 0,05/2, with the result that Ha2
rejected. This case give evidence that there are not differences between
completenees level voluntary disclosure that significant between high-profile
industry and low-profile.

Keywords: Disclosure, Mandatory, Voluntary, High-Profile, Low-Profile.

PENDAHULUAN mengung-kapkan informasi keuangannya


secara transparan dan lengkap.
Akuntansi yang berlaku di negara- Statement of Financial Accounting
negara hukum kode, pengungkapan infor- Concepts (SFAC) No. 1 menjelaskan
masinya tidak dibiarkan dalam jumlah yang beberapa tujuan pelaporan keuangan, yaitu
kurang tetapi pada umumnya belum menyediakan informasi bagi investor,
berorientasi pada transparansi. Namun, kreditor, dan pemakai eksternal lain untuk
seiring dengan perkembangan zaman kearah mengambil keputusan investasi, kredit dan
globalisasi maka pemerintah berupaya agar lainnya. Penilaian ini dapat dilakukan
sumber pendanaan perusahaan-perusahaan dengan mengevaluasi laporan keuangan
di Indonesia tidak lagi hanya terfokus pada peru-sahaan tersebut, sehingga sangat
kreditor saja, tetapi juga dari suntikan atau penting bagi perusahaan khususnya
tambahan dana yang berasal dari para perusahaan yang membutuhkan dana dari
investor. Untuk mendapatkan dana dari investor untuk mengungkapkan informasi
investor, setiap perusahaan dituntut untuk yang penuh dan lengkap guna menarik minat

15
R. Widdie A & Mega Metalia, Perbandingan Tingkat Kelengkapan....

investor dalam berinvestasi kepada perusa- diharuskan oleh peraturan yang berlaku.
haan. Melalui voluntary disclosure, perusahaan
Informasi yang diperoleh pengguna dapat menarik lebih banyak perhatian analis
laporan keuangan pada umumnya sangat dan menurunkan keasimetrian informasi.
tergantung pada sejauh mana kelengkapan Choi dan Meek (1999) menyatakan
informasi yang disampaikan perusahaan bahwa dalam rangka melindungi investor,
terhadap publik dalam laporan keuangan. setiap pasar modal telah memberlakukan
Menurut Pernyataan Standar akuntansi ketentuan pelaporan dan pengungkapan
Keuangan (PSAK) No. 1, laporan keuangan wajib (mandatory disclosure) atas laporan
harus menyajikan secara wajar posisi keuangan perusahaan. Di Indonesia,
keuangan, kinerja keuangan, perubahan ketentuan pengungkapan wajib (mandatory
ekuitas, dan arus kas perusahaan dengan disclosure) ditetapkan oleh pembuat
menerapkan PSAK secara benar disertai kebijakan akuntansi yaitu Bapepam (Badan
pengung-kapan yang diharuskan PSAK Pengawas Pasar Modal) dan IAI (Ikatan
dalam catatan atas laporan keuangan. Akuntan Indonesia), salah satunya dalam
Pengungkapan informasi dalam peraturan Nomor VIII. G. 7 berdasarkan SK
laporan keuangan perusahaan dibagi Ketua Bapepam Nomor Kep-97/PM/1996
menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib pada tanggal 28 Mei 1996 yang telah
(mandatory disclosure) dan pengungkapan diperbaharui ke dalam SK Ketua Bapepam
sukarela (voluntary disclosure). Pengung- Nomor Kep-06/PM/2000 pada tanggal 13
kapan wajib (mandatory disclosure) meru- Maret 2000. Peraturan ini dijelaskan
pakan pengungkapan yang diharuskan oleh kembali ke dalam Surat Edaran No. SE-
peraturan yang berlaku, dalam hal ini adalah 02/PM/2002 pada tanggal 27 Desember
peraturan yang ditetapkan oleh lembaga 2002. Namun, untuk meningkatkan kualitas
yang berwenang. Sedangkan pengungkapan keterbukaan laporan keuangan perusahaan
sukarela merupakan pengungkapan yang dan mendorong terciptanya good corpo-rate
melebihi dari yang diwajibkan (Verdiyana, governance, setiap perusahaan juga perlu
2006). untuk melakukan pengung-kapan sukarela
Pada dasarnya ketentuan pengung- (voluntary disclosure).
kapan wajib (mandatory disclosure) ditetap- Berbagai penelitian terhadap
kan untuk melindungi pengguna laporan pengungkapan laporan keuangan pernah
keuangan dari informasi yang dapat dilakukan oleh para peneliti terdahulu.
menyesatkan. Ainun Na’im dan Fuad Surbiyantoro (1997) mela-kukan penelitian
Rakhman (2000) dalam Megawati (2002) terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan
menyatakan bahwa pada mandatory disclo- laporan keuangan. Dalam penelitiannya,
sure, ketentuan pengungkapan atas laporan Surbiyantoro (1997) membagi kelompok
keuangan ditetapkan oleh badan regulator industri menjadi 2 jenis, yaitu manufaktur
atau lembaga yang berwenang dalam standar dan non manufaktur yang meliputi seluruh
akuntansi yang berlaku di suatu negara, sektor yang tercakup di dalamnya. Hasil
sehingga pengungkapan ini lebih bersifat penelitian menyimpulkan bahwa kelompok
wajib dan memaksa. Berbeda dengan industri tidak berhubungan secara signifikan
mandatory disclosure, pada voluntary dengan tingkat kelengkapan pengungkapan
disclosure pengungkapan atas infor-masi wajib (mandatory disclosure) dalam laporan
perusahaan dilakukan secara sukarela tanpa keuangan perusahaan.

16
Jurnal Akuntansi dan Investasi 12 (1), 15-35, Januari 2011

Berbeda dengan Surbiyantoro (1997), aneka industri di BEJ. Penelitian tersebut


penelitian yang dilakukan oleh Cooke menyatakan bahwa terdapat perbedaan
(1992) terhadap ungkapan wajib dan pengungkapan sosial yang cukup signifikan
sukarela dalam laporan tahunan perusahaan antara industri high-profile dan low-profile.
Jepang yang listing di pasar modal, Penelitian Tarigan (2008), Khodijah (2006)
menjelaskan bahwa perusahaan yang serta Mirfazli dan Nurdiono (2007) tidak
termasuk dalam sektor industri manufaktur menyoroti pengungkapan wajib (mandatory
merupakan jenis perusahaan yang secara disclosure), melainkan lebih difokuskan
signifikan mengungkapkan informasi lebih pada pengungkapan sukarela (voluntary
banyak daripada jenis perusahaan lainnya di disclosure).
Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa Berdasarkan evaluasi Bapepam atas
kelompok industri berhubungan dengan laporan keuangan emiten, masih terdapat
tingkat pengungkapan informasi pada banyak kekurangan dalam disclosure
laporan keuangan perusahaan. laporan keuangan perusa-haan publik
Fitrianyi (2001) melakukan penelitian (Lenny, 2004 dalam Setiati, 2006). Oleh
mengenai signifikansi perbedaan pengung- karena itu, Bapepam perlu mengevaluasi
kapan pada laporan keuangan perusahaan kembali pengungkapan yang dilakukan oleh
publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. perusahaan publik di Indonesia dalam
Hasil penelitiannya menyatakan bahwa tidak laporan keuangannya.
terdapat perbedaan yang sistematik menge- Penelitian terhadap pengung-kapan
nai tingkat keluasan pengung-kapan sukarela laporan keuangan sebagai sarana akun-
(voluntary disclosure) laporan keuangan tabilitas perusahaan kepada publik memang
perusahaan-perusahaan publik yang terdaftar sangat menarik untuk dilakukan. Apalagi
di Bursa Efek Jakarta. Namun, terdapat mengingat semakin diperlukannya keterbu-
perbedaan pada pengungkapan wajib (man- kaan informasi perusahaan kepada seluruh
datory disclosure) dan penelitian tersebut pihak yang berkepentingan terhadap
menyimpulkan bahwa perusahaan-perusa- informasi tersebut. Informasi menge-nai
haan publik yang terdaftar di Bursa Efek perusahaan yang dibutuhkan oleh pengguna
Jakarta belum lengkap dalam melakukan laporan bukan hanya harus transparan dan
pengungkapan wajib (mandatory disclo- tepat waktu dalam penyajiannya, tetapi
sure). sebaiknya informasi tersebut dapat diung-
Tarigan (2008) melakukan penelitian kapkan dengan lengkap guna memudahkan
mengenai pengungkapan akuntansi lingku- pengguna laporan dalam mengambil kepu-
ngan hidup dalam laporan tahunan perusa- tusan yang berhubungan dengan perusahaan
haan besar di Indonesia. Dalam peneli- yang bersangkutan.
tiannya, Tarigan (2008) membagi perusa- Pada umumnya pengungkapan yang
haan ke dalam dua tipe, yaitu perusahaan dilakukan oleh perusahaan high-profile
high-profile dan low-profile. Hasil peneli- cenderung lebih luas daripada pengung-
tiannya menyatakan bahwa terdapat kapan yang dilakukan oleh perusahaan low-
perbedaan pengung-kapan yang signifikan profile. Salah satu hal yang menjadi
pada industri high-profile dan low-profile. alasannya adalah perusahaan high-profile
Pene-litian Khodijah didukung oleh Mirfazli memiliki consumer visibility atau sorotan
dan Nurdiono (2007) dalam peneli-tiannya dari masyarakat luas yang lebih tinggi
terhadap pengungkapan sosial pada sektor daripada perusahaan low-profile, sehingga

17
R. Widdie A & Mega Metalia, Perbandingan Tingkat Kelengkapan....

informasi yang diungkapkan oleh perusa- rikan kontribusi kebijakan bagi para investor
haan pada tipe industri ini pada umumnya sehubungan dengan keputusan untuk
lebih lengkap. berinvestasi pada suatu perusahaan.
Penelitian Khodijah (2006) terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclo-
sure) yang dilakukan oleh industri high- TINJAUAN LITERATUR DAN
profile dan low-profile di Bursa Efek PERUMUSAN HIPOTESIS
Jakarta, membuktikan bahwa terdapat perbe-
daan pengungkapan sukarela antara industri Laporan Keuangan
high-profile dan low-profile. Penelitian ini Menurut Kamus Besar Akun-tansi,
tidak menyoroti pengungkapan wajib laporan keuangan adalah Laporan yang
(mandatory disclosure), namun lebih berisi informasi tentang kondisi keuangan
menyoroti pengungkapan sukarela secara dari hasil operasi perusahaan pada periode
spe-sifik, yaitu pengungkapan informasi tertentu. Laporan keuangan yang lazim
sosial. terdiri dari balance sheet atau neraca,
Berdasarkan uraian yang telah income statement atau perhitungan rugi laba
dikemukakan di atas, maka masalah pokok serta statement of changes in financial
yang diidentifikasikan dalam penelitian ini position atau laporan perubahan posisi
adalah apakah terdapat perbedaan tingkat keuangan. Laporan ini ditujukan terutama
kelengkapan pengungkapan (mandatory bagi pembuat keputusan di luar perusahaan,
disclosure dan voluntary disclosure) antara guna memberi informasi tentang kondisi
industri high-profile dan low-profile yang keuangan dari suatu perusahaan serta hasil
tergabung dalam sektor aneka industri?. operasi dari perusahaan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji Definisi laporan keuangan menurut
secara empiris apakah terdapat perbedaan Baridwan, Zaki (1997) adalah ringkasan dari
tingkat keleng-kapan pengungkapan antara suatu proses pencatatan transaksi-transaksi
industri high-profile dan low-profile pada keuangan yang terjadi selama tahun buku
sektor aneka industri di Bursa Efek yang bersangkutan. Sedangkan pengertian
Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga laporan keuangan menurut Standar
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Akuntansi Keuangan (SAK) adalah bagian
tingkat kelengkapan mandatory disclosure dari proses pelaporan keuangan. Laporan
dan voluntary disclosure pada perusahaan keuangan yang lengkap biasanya meliputi
manu-faktur yang tergabung dalam sektor neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
aneka industri. posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
Penelitian ini diharapkan dapat berbagi cara misalnya sebagai laporan arus
memberikan berbagai kontribusi yang positif kas atau laporan arus dana), catatan dan
bagi banyak pihak, antara lain: pertama, laporan lain serta materi penjelasan yang
Memberikan kontribusi teori bagi penelitian merupakan bagian integral dari laporan
selanjutnya, khususnya mengenai pengung- keuangan. Di samping itu juga termasuk
kapan (disclosure). Kedua, memberikan skedul dan informasi tambahan yang
kontribusi praktik bagi manajer perusahaan berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya
dalam mengungkapkan informasi wajib informasi keuangan segmen industri dan
(mandatory disclosure) dan sukarela geografis serta pengungkapan pengaruh
(voluntary disclosure). Terakhir membe- perubahan harga.

18
Jurnal Akuntansi dan Investasi 12 (1), 15-35, Januari 2011

Tujuan Laporan Keuangan Memilih informasi yang paling


Pada umumnya laporan keuangan mungkin untuk membantu
dibuat untuk memudahkan pihak-pihak yang pemakai untuk pembuatan
berkepentingan terhadap laporan keuangan keputusan.
dalam memperoleh informasi mengenai b. Dapat dipahami
suatu perusahaan atau entitas. Informasi Selain harus jelas, informasi yang
tersebut sangat penting untuk membuat dipilih juga harus dapat dipahami
keputusan ekonomi, seperti keputusan untuk pemakai.
membeli, menahan atau menjual investasi. c. Dapat diuji kebenarannya
Dengan demikian, laporan keuangan harus Hasil-hasil akuntansi dibenar-kan
cukup informatif untuk mempengaruhi oleh ukuran-ukuran yang
pertimbangan dan keputusan pengguna independent, menggunakan
laporan. Accounting Principles Board (APB) metode pengukuran yang sama.
Statements No. 4 menjelaskan tiga tujuan d. Netral
laporan keuangan, yaitu: Informasi akuntansi diarahkan
1) Tujuan khusus laporan keuangan pada kebutuhan umum pema-kai
adalah menyajikan secara wajar dan dan bukan kebutuhan khusus
sesuai prinsip akuntansi berlaku umum pemakai tertentu.
posisi keuangan, hasil operasi dan e. Tepat waktu
perubahan lain dalam posisi keuangan. Berarti mengkomunikasikan
2) Tujuan umum laporan keuangan, informasi seawal mungkin untuk
yaitu: menghindari keterlambatan
a. Menyediakan informasi yang pembuatan keputusan ekonomi.
dapat dipercaya tentang sumber f. Dapat diperbandingkan
daya ekonomi dan kewajiban g. Kelengkapan (Ahmed Riahi
suatu usaha bisnis. Belkaoui, 2000)
b. Menyediakan informasi yang
dapat dipercaya tentang Tujuan laporan keuangan menurut
perubahan sumber daya bersih Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah:
sebagai hasil dari aktivitas- 1) Memberikan informasi tentang posisi
aktivitas perusahaan yang keuangan, kinerja, dan arus kas
menghasilkan profit. perusahaan yang bermanfaat bagi
c. Menyediakan informasi keua- sebagian besar kalangan pengguna
ngan yang dapat digunakan untuk laporan dalam rangka membuat
mengestimasi earning potensial keputusan-keputusan ekonomi.
perusahaan. 2) Menunjukkan pertanggungjawaban
d. Menyediakan informasi lain yang (stewardship) manajemen atas
dibutuhkan tentang perubahan penggunaan sumber-sumber daya yang
sumber daya ekonomi dan dipercayakan kepada mereka.
kewajiban.
3. Tujuan kualitatif akuntansi Keterbatasan Laporan Keuangan
keuangan, yaitu: Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
a. Relevan menjelaskan keterbatasan laporan keuangan,
dimana keter-batasan tersebut sekaligus

19
R. Widdie A & Mega Metalia, Perbandingan Tingkat Kelengkapan....

menjadi sifat dari laporan keuangan, yaitu pengukuran sumber-sumber eko-


sebagai berikut: nomis dan tingkat kesuksesan
1) Laporan keuangan bersifat historis antarperusahaan.
2) Merupakan laporan atas kejadian yang 11) Informasi yang bersifat kualitatif dan
telah lewat bukan masa kini. fakta yang tidak dapat
Karenanya laporan keuangan tidak dikuantifikasikan umumnya diabaikan.
dapat dianggap sebagai satu-satunya (Sofyan Syafri, 2006)
sumber informasi dalam proses
pengambilan keputusan ekonomi Pengungkapan (Disclosure)
apalagi untuk mera-malkan masa Pengertian Pengungkapan (Disclosure)
depan atau menentukan nilai (harga) Secara harfiah, pengungkapan
perusa-haan saat ini. (disclosure) berarti tidak menutupi atau
3) Laporan keuangan bersifat umum, tidak menyembunyikan (Ghozali, 2007).
bukan dimaksudkan untuk meme-nuhi Pengungkapan (disclosure) dalam laporan
kebutuhan pihak tertentu atau pihak keuangan merupakan sumber informasi
khusus saja seperti untuk pihak yang untuk pengambilan keputusan ekonomi yang
akan membeli perusahaan. menjadi sarana pencapaian efisiensi dan
4) Proses penyusunan laporan keua-ngan sebagai sarana akuntabilitas publik yang
tidak luput dari penggunaan taksiran signifikan (Verdiyana, 2006). Yang
dan berbagai pertim-bangan. dimaksud dengan pengungkapan
5) Akuntansi hanya melaporkan (Disclosure) menurut Kamus Besar
informasi yang material Akuntansi adalah informasi yang diberikan
6) Penerapan prinsip akuntansi terhadap sebagai lampiran/pelengkap bagi laporan
suatu fakta atau pos tertentu mungkin keuangan dalam bentuk catatan kaki atau
tidak dilaksa-nakan jika hal ini tidak tambahan (suplemen). Informasi ini
menimbulkan pengaruh secara memberikan suatu elaborasi atau penjelasan
material terhadap kelayakan laporan tentang posisi keuangan dan hasil operasi
keuangan. suatu perusahaan.
7) Laporan keuangan bersifat konser- Menurut Evans (2003):
vatif dalam menghadapi ketidak- “Disclo-sure means supplying
pastian. information in the financial statements,
including the statements themselves, the
8) Laporan keuangan lebih menekankan notes to the statements, and the
pada makna ekonomis suatu peristiwa supplementary disclosures associated
atau transaksi daripada bentuk hukum- with the statements. It does not extend to
nya (Substance Over Form). public or private statements made by
management or information outside the
9) Laporan keuangan disusun dengan financial statements.”
menggunakan istilah-istilah teknis,
dan pemakai laporan diasumsikan Hal ini menjelaskan bahwa melalui
memahami bahasa teknis akuntansi pengungkapan, pengguna laporan keuangan
dan sifat dari informasi yang akan memperoleh informasi dan gambaran
dilaporkan. yang jelas mengenai transaksi atau kejadian-
10) Adanya pelbagai alternatif metode kejadian ekonomi yang berpengaruh ter-
akuntansi yang dapat digunakan hadap hasil operasi perusahaan atau entitas
menimbulkan variasi dalam pada suatu periode pelaporan. Pengungka-

20
Jurnal Akuntansi dan Investasi 12 (1), 15-35, Januari 2011

pan dalam laporan keuangan perusahaan perubahan ekuitas, dan laporan arus
dibagi menjadi 2, yaitu: kas.
Pengungkapan wajib (mandatory disclo- 3) Informasi tambahan yang tidak
sure) disajikan dalam neraca, laporan laba
Merupakan pengungkapan infor-masi rugi, laporan perubahan ekuitas, dan
yang diharuskan oleh peraturan yang berla- laporan arus kas tetapi diperlukan
ku dan telah ditetapkan oleh badan regulator dalam rangka penyajian secara wajar.
atau lembaga yang berwenang. Di Amerika,
lembaga yang menjadi otoritas pengungka- Tujuan Pengungkapan
pan wajib adalah Security Exchange Com- Pada dasarnya pengungkapan infor-
mission (SEC), sedangkan di Indonesia ada- masi akuntansi yang dilakukan oleh
lah Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal perusahaan dalam laporan keuangan
bertujuan untuk menyam-paikan informasi
Pengungkapan Sukarela (Voluntary yang penting bagi pengguna laporan
Disclosure) keuangan dalam rangka pengambilan
Merupakan pengungkapan infor-masi keputusan. Menurut Choi et al. (1999),
yang melebihi dari yang telah diwajibkan praktik pengungkapan dan pelaporan keua-
oleh lembaga yang berwenang. Dalam hal ngan ditetapkan berdasarkan ketentuan yang
ini, perusahaan akan mengung-kapkan berlaku di masing-masing negara dengan
informasinya secara sukarela. Pada tujuan untuk melindungi para pemakai
umumnya pengungkapan sukarela merupa- laporan keuangan. Securities Exchange
kan salah satu strategi yang dapat dilakukan Comission (SEC) menya-takan tujuan
oleh manajer perusahaan untuk menarik pengungkapan sebagai berikut (Utomo,
perhatian para investor sehu-bungan dengan 2000) pertama, Protective disclosure,
keputusan investasi pada perusahaan, sebagai upaya perlindungan investor. Pada
dimana manajer akan mengung-kapkan umumnya tujuan ini merupakan
informasi yang menurut pertimbangannya pertimbangan lembaga berwenang yang
adalah good news dan sangat diminati oleh mengawasi pasar modal. Choi dan Meek
investor. (1999) menjelaskan beberapa tujuan
Berdasarkan peraturan Bapepam No. pengung-kapan laporan keuangan untuk
VIII. G. 7 tentang pedoman penyajian perlindungan investor, yaitu:
laporan keuangan, catatan atas laporan 1) Memberikan informasi yang material
keuangan suatu perusa-haan harus disajikan kepada pengguna laporan keuangan
secara sistematis dan mengungkapkan (dalam hal ini investor).
informasi berikut ini: 2) Mengatasi kecurangan dalam penawa-
1) Informasi tentang dasar penyusunan ran publik perdagangan, pengambilan
laporan keuangan dan kebijakan suara, dan penawaran surat berharga.
akuntansi yang dipilih dan diterapkan 3) Mencari daya banding informasi
terhadap peristiwa dan transaksi yang keuangan dan non keuangan sehingga
penting. pengguna laporan dapat memban-
2) Informasi yang diwajibkan dalam dingkan perusahaan-perusahaan dari
PSAK tetapi tidak disajikan dalam industri dan kawasan yang berbeda.
neraca, laporan laba rugi, laporan 4) Menumbuhkan kepercayaan investor
terhadap perusahaan.

21
R. Widdie A & Mega Metalia, Perbandingan Tingkat Kelengkapan....

Kedua, Informative disclosure, mem- neraca, statemen laba-rugi, statemen


berikan informasi yang layak bagi pengguna perubahan ekuitas, dan statemen aliran kas.
laporan. Tujuan ini diharapkan dapat
membantu keefektifan pengambilan kepu- Catatan kaki
tusan pengguna laporan keuangan, dimana Catatan kaki (footnotes) harus diberi
pengguna laporan dapat menilai dan indeks yang jelas dan teratur sehingga
mengevaluasi kinerja perusahaan yang memudahkan pengacuan. Hendriksen dan
bersangkutan. Dengan demikian pengguna Van Breda (1992) merinci lebih lanjut apa
laporan keuangan, misalnya investor, dapat yang dapat diungkapkan dalam bentuk
mengetahui dan memprediksi risiko catatan kaki, yaitu perubahan metoda, hak
investasi sebelum melakukan kegiatan kreditor atas aset tertentu, aset atau
investasi pada suatu perusahaan. kewajiban bergantung (contingent), pemba-
tasan atas pembayaran dividen, transaksi
Konsep dan Prinsip Dasar Pengungkapan yang mempengaruhi modal saham dan hak
Menurut Ghozali (2007) secara umum pemegang ekuitas, kontrak eksekutori, dan
terdapat 3 konsep pengung-kapan, yaitu: pihak-pihak yang mempunyai hubungan
Pengungkapan yang cukup (adequate), istimewa.
Pengungkapan yang wajar (fair) dan
Pengungkapan yang lengkap (full). Prinsip Penjelasan dalam kurung
dasar pengungkapan informasi akuntansi Penjelasan singkat berbentuk tanda
dalam laporan keuangan (disclosure kurung mengikuti suatu pos dapat dijadikan
principle) adalah pengungkapan penuh (full cara untuk mengungkapkan informasi.
disclosure), mewajibkan laporan keuangan Metode akuntansi, makna suatu istilah,
sebagai potret dari kejadian ekonomi yang ketermasukan suatu unsur; penilaian
mempengaruhi perusahaan untuk satu alternatif, dan acuan (misalnya schedule)
periode yang berisi cukup informasi merupakan informasi yang dapat disajikan
sehingga pemakai tidak salah tafsir terhadap dalam tanda kurung.
laporan keuangan (Harahap, 2002 seperti
Penggunaan istilah teknis
yang dikutip oleh Setiati, 2006).
Istilah yang tepat harus digunakan
secara konsisten untuk nama pos, elemen,
Metode Pengungkapan atas Laporan
judul (captions), atau subjudul. Nama
Keuangan
elemen merupakan hal yang sangat strategik
Suwardjono (2005) menjelaskan
karena merupakan objek penting dalam
bahwa informasi dapat disajikan dalam
akuntansi. Penyusunan standar banyak
pelaporan keuangan sebagai berikut:
menciptakan istilah-istilah teknis untuk
merepre-sentasikan suatu realita atau makna
Pos statemen keuangan
dalam akuntansi. Di Indonesia, istilah teknis
Informasi keuangan dapat
perlu diterjemahkan untuk keperluan
diungkapkan melalui statemen keuangan
pelaporan dalam bahasa Indonesia dan
dalam bentuk pos atau elemen keuangan
pendidikan.
sesuai dengan standar tentang definisi,
pengukuran, penilaian dan penyajian (jenis Lampiran
statemen, format statemen, klasifikasi pos, Statemen keuangan dapat dipandang
dan susunan pos). Jenis statemen meliputi sebagai ringkasan eksekutif (executive

22
Jurnal Akuntansi dan Investasi 12 (1), 15-35, Januari 2011

summary) dalam pelaporan manajemen 6) Statemen keuangan kompa-ratif yang


(internal). Rincian, statemen tambahan salah satunya diaudit auditor lain.
(supplementary state-ment), daftar rincian 7) Pembatasan lingkup audit dan
(schedul), atau semacamnya dapat disaji-kan independen auditor.
sebagai lampiran atau disajikan dalam seksi
lain yang terpisah dengan statemen utama. Tingkat Kelengkapan Pengungkapan
Jadi, penggunaan lampiran merupakan salah Ukuran tingkat kelengkapan
satu metoda pengungkapan. pengungkapan pada umumnya dida-sarkan
pada indeks kelengkapan pengungkapan.
Komunikasi manajemen Indeks ini membagi jumlah skor item-item
Wawancara manajer dengan wartawan pengungkapan yang dipenuhi oleh
(jumpa pers atau press release) merupakan perusahaan dengan jumlah skor item-item
salah satu bentuk pengungkapan atau yang diharapkan dapat dipenuhi oleh
komunikasi manajemen. Komu-nikasi perusahaan. Semakin banyak jumlah item
manajemen secara resmi dapat disampaikan yang diungkapkan oleh perusahaan, maka
bersamaan dengan penerbitan laporan semakin banyak angka indeks
tahunan dalam bentuk surat ke pemegang pengungkapan. Jumlah skor pengungkapan
saham (letter to shareholders), laporan yang dipenuhi oleh perusahaan berhubu-
dewan komisaris (report of board of ngan positif dengan indeks keleng-kapan
commissioners), laporan direksi (report of pengungkapan. Semakin tinggi nilai indeks
board of directors), dan diskusi dan analisis kelengkapan pengung-kapan, maka semakin
manajemen atau DAM (Management’s komprehensif praktik pengungkapan yang
Discussion and Analysis / MDA). dilakukan oleh perusahaan tersebut.

Catatan dalam laporan auditor Karakteristik Sektor Aneka Industri


Pengungkapan auditor yang dianggap Dalam Pengungkapan
penting dan bermanfaat adalah pengung- Sektor aneka industri merupakan
kapan informasi yang berkaitan dengan hal- subsektor industri manufaktur, dimana
hal yang mengha-langi auditor untuk aktivitas utamanya adalah mengha-silkan
menerbitkan laporan auditor bentuk standar barang-barang untuk memenuhi kebutuhan
(sering disebut pendapat wajar tanpa syarat). masyarakat luas. Berda-sarkan tipenya
Pengungkapan oleh auditor pada umumnya industri diklasifikasi-kan menjadi dua, yaitu:
berkaitan dengan hal-hal berikut:
High-Profile
Industri pada tipe ini sangat rentan
1) Perubahan akuntansi dan konsistensi. terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan
2) Keraguan tentang kelangsungan lingkungan hidup ataupun dampak sosial
perusahaan. lainnya. Hal ini menyebabkan industri high-
3) Persetujuan atas penyim-pangan dari profile lebih sensitif terhadap kebutuhan
Prinsip Akun-tansi Berlaku Umum. publik atau konsumennya, karena kegagalan
4) Penekanan suatu hal dalam statemen atau kesalahan dalam kegiatan operasinya
atau kejadian. memiliki dampak dan pengaruh yang besar
5) Pengaitan nama auditor dengan bagi masyarakat atau lingkungan (Zuhroh et.
statemen keuangan tak auditan. al., 2003 dalam Tarigan, 2008).

23
R. Widdie A & Mega Metalia, Perbandingan Tingkat Kelengkapan....

METODE PENELITIAN
Low-Profile
Industri pada tipe ini tidak terlalu Sumber Data
memperoleh sorotan yang luas dari publik Sumber data dalam penelitian ini
ketika mengalami kega-galan dan atau adalah data sekunder berupa laporan
kesalahan dalam aktivitas operasinya keuangan tahunan (annual report)
(Hackston dan Milne, 1996 dalam Utomo, perusahaan manufaktur yang terga-bung
2000). Tipe industri low-profile memi-liki dalam sektor aneka industri di Bursa Efek
toleransi yang lebih baik dari masyarakat Indonesia periode 2004 sampai 2007.
ketika terjadi kesalahan dalam aktivitas
operasinya daripada industri high-profile. Sampel Penelitian
Hal ini disebab-kan tanggung jawab Sampel yang digunakan dalam
mengenai kesalahan aktivitas operasinya penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
kepada masyarakat tidak terlalu ekstrim, yang tergabung dalam sektor aneka industri.
sebagaimana masalah kerusakan alam yang Teknik pemilihan sampel penelitian
dilakukan oleh tipe industri high-profile dilakukan dengan metode purposive
seperti industri pertambangan dan lainnya. sampling. Metode purposive sampling
adalah metode pemilihan sampel secara
Penelitian Terdahulu dan Hipotesis tidak acak yang informasinya diperoleh
Sedangkan Lenny (2004) dalam Setiati dengan menggunakan pertimbangan tertentu
(2006) menjelaskan bahwa berdasarkan (Indrianto dan Supomo, 2002).
evaluasi Badan Pengawas Pasar Modal Pertimbangan tersebut didasarkan pada
(Bapepam) atas laporan keuangan emiten, kriteria-kriteria berikut ini:
masih terdapat banyak kekurangan dalam 1) Perusahaan sektor aneka industri yang
disclosure (pengungkapan) laporan terdaftar di Bursa Efek Indonesia
keuangan perusahaan publik di Bursa Efek selama periode 2004-2007.
Jakarta, terutama pengungkapan yang 2) Perusahaan termasuk dalam subsektor
sifatnya wajib (mandatory disclosure). otomotif dan kompo-nennya serta
Berdasarkan uraian yang telah disajikan subsektor tekstil dan garmen.
sebelumnya, penulis mengembangkan 3) Perusahaan mempublikasikan laporan
hipotesis sebagai berikut: keuangan yang lengkap dan telah
Ha1: Terdapat perbedaan tingkat diaudit.
kelengkapan mandatory disclo-sure 4) Data perusahaan yang diperlukan
yang signifikan antara industri high- dalam penelitian ini tersedia.
profile dan low-profile pada sektor
aneka industri. Berdasarkan data yang tercatat di
Ha2: Terdapat perbedaan tingkat Bursa Efek Indonesia, terdapat 43
kelengkapan voluntary disclo-sure perusahaan sektor aneka industri yang
yang signifikan antara industri high- terdaftar. Proses pemilihan sampel dan
profile dan low-profile pada sektor daftar perusahaan yang menjadi sampel
aneka industri. penelitian untuk mandatory disclosure dapat
dilihat pada tabel 1 dan 2.

24
Jurnal Akuntansi dan Investasi 12 (1), 15-35, Januari 2011

Pada voluntary disclosure, data yang disclosure adalah 28 perusahaan, yaitu


digunakan adalah selama tahun 2005 terdiri dari 13 perusahaan high-profile dan
sehingga jumlah sampel yang digunakan 15 perusahaan low-profile. Daftar perusa-
pada voluntary disclosure berbeda dengan haan yang dijadikan sampel penelitian untuk
jumlah sampel pada mandatory disclosure. voluntary disclosure dapat dilihat di tabel 3.
Adapun sampel penelitian untuk voluntary

Tabel 1.
Proses Pemilihan Sampel Penelitian Mandatory Disclosure
No. Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah
Perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek
1. 43
Indonesia periode 2004-2007
Perusahaan tidak termasuk subsektor otomotif dan komponennya serta
2. (12)
subsektor tekstil dan garmen
3. Data laporan keuangan perusahaan tidak lengkap 0
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel penelitian 31
Jumlah perusahaan high-profile 15
Jumlah perusahaan low-profile 16

Tabel 2.
Nama Perusahaan yang Dijadikan Sampel Penelitian Mandatory Disclosure
No. Kode Nama Perusahaan Tipe Industri
1. ASII PT. Astra Internasional, Tbk High-Profile
2. AUTO PT. Astra Otoparts, Tbk High-Profile
3. GJTL PT. Gajah Tunggal, Tbk High-Profile
4. GDYR PT. Goodyear, Tbk High-Profile
5. HEXA PT. Hexindo, Tbk High-Profile
6. IMAS PT. Indomobil Sukses Internasional, Tbk High-Profile
7. INDS PT. Indospring, Tbk High-Profile
8. INTA PT. Intraco Penta, Tbk High-Profile
9. LPIN PT. Multi Prima Sejahtera, Tbk High-Profile
10. NIPS PT. Nipress, Tbk High-Profile
11. PASU PT. Prima Alloy Steel, Tbk High-Profile
12. SMSM PT. Selamet Sempurna, Tbk High-Profile
13. SUGI PT. Sugi Samapersada, Tbk High-Profile
14. TURI PT. Tunas Ridean, Tbk High-Profile
15. UNTR PT. United Tractors, Tbk High-Profile
16. ARGO PT. Argo Pantes, Tbk Low-Profile
17. MYTX PT. Apac Citra Centertex, Tbk Low-Profile
18. CNTX PT. Centex, Tbk Low-Profile
19. ERTX PT. Eratex Djaja Limited, Tbk Low-Profile
20. ESTI PT. Ever Shine Textile Industry, Tbk Low-Profile
21. MYRX PT. Hanson Internasional, Tbk Low-Profile
22. INDR PT. Indorama Syntetics, Tbk Low-Profile
23. KARW PT. Karwell Indonesia, Tbk Low-Profile
24. PAFI PT. Panasia Filament Inti, Tbk Low-Profile

25
R. Widdie A & Mega Metalia, Perbandingan Tingkat Kelengkapan....

No. Kode Nama Perusahaan Tipe Industri


25. HDTX PT. Panasia Indosyntec, Tbk Low-Profile
26. PBRX PT. Pan Brothers Tex, Tbk Low-Profile
27. RICY PT. Ricky Putra Globalindo, Tbk Low-Profile
28. RDTX PT. Roda Vivatex, Tbk Low-Profile
29. SSTM PT. Sunson Textile Manufacture, Tbk Low-Profile
30. TFCO PT. Teijin Indonesia Fiber Corporation (Tifico), Low-Profile
Tbk
31. TEJA PT. Texmaco Jaya, Tbk Low-Profile
Sumber: www.bei.co.id

Tabel 3.
Nama Perusahaan yang Dijadikan Sampel Penelitian Voluntary Disclosure
No. Kode Nama Perusahaan Tipe Industri
1. ASII PT. Astra Internasional, Tbk High-Profile
2. AUTO PT. Astra Otoparts, Tbk High-Profile
3. GJTL PT. Gajah Tunggal, Tbk High-Profile
4. GDYR PT. Goodyear, Tbk High-Profile
5. HEXA PT. Hexindo, Tbk High-Profile
6. INDS PT. Indospring, Tbk High-Profile
7. INTA PT. Intraco Penta, Tbk High-Profile
8. LPIN PT. Multi Prima Sejahtera, Tbk High-Profile
9. NIPS PT. Nipress, Tbk High-Profile
10. PASU PT. Prima Alloy Steel, Tbk High-Profile
11. SMSM PT. Selamet Sempurna, Tbk High-Profile
12. SUGI PT. Sugi Samapersada, Tbk High-Profile
13. UNTR PT. United Tractors, Tbk High-Profile
14. ARGO PT. Argo Pantes, Tbk Low-Profile
15. MYTX PT. Apac Citra Centertex, Tbk Low-Profile
16. ERTX PT. Eratex Djaja Limited, Tbk Low-Profile
17. ESTI PT. Ever Shine Textile Industry, Tbk Low-Profile
18. MYRX PT. Hanson Internasional, Tbk Low-Profile
19. INDR PT. Indorama Syntetics, Tbk Low-Profile
20. KARW PT. Karwell Indonesia, Tbk Low-Profile
21. PAFI PT. Panasia Filament Inti, Tbk Low-Profile
22. HDTX PT. Panasia Indosyntec, Tbk Low-Profile
23. PBRX PT. Pan Brothers Tex, Tbk Low-Profile
24. RICY PT. Ricky Putra Globalindo, Tbk Low-Profile
25. RDTX PT. Roda Vivatex, Tbk Low-Profile
26. SMTM PT. Sunson Textile Manufacture, Tbk Low-Profile
27. TFCO PT. Teijin Indonesia Fiber Corporation (Tifico), Tbk Low-Profile
28. TEJA PT. Texmaco Jaya, Tbk Low-Profile
Sumber: www.bei.co.id

26
Jurnal Akuntansi dan Investasi 12 (1), 15-35, Januari 2011

Industri High-Profile Industri Low-Profile

Kelengkapan Mandatory
Disclosure dan Voluntary
Disclosure

Pengguna Laporan
Keuangan

Gambar 1. Model Penelitian

Alat Analisis 2) Skor yang diperoleh setiap perusahaan


Tingkat Kelengkapan Pengungkapan dijumlahkan untuk mendapatkan skor
Pada penelitian ini tingkat keleng- total.
kapan pengungkapan dihitung dengan meng- 3) Menghitung indeks kelengkapan
gunakan Indeks Kelengkapan Pengungkapan pengungkapan setiap perusahaan
(IKP). Tingkat kelengkapan mandatory dengan rumus:
disclosure dinyatakan dengan Indeks N
IKP =
Keleng-kapan Pengungkapan Wajib (IKP K
Wajib) dengan jumlah 63 butir
pengungkapan berdasarkan Surat Keputusan Dimana:
Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002, N = Skor total yang diperoleh
sedangkan tingkat kelengkapan voluntary K = Skor total yang diharapkan
disclosure dinyatakan dengan Indeks IKP = Indeks Kelengkapan
Keleng-kapan Pengungkapan Sukarela (IKP Pengungkapan
Sukarela) dengan jumlah 36 butir Sumber: Fitriany, 2001
pengungkapan yang diadopsi dan
dikembangkan dari penelitian Gunawan Pengujian Hipotesis
(2000) dan Sembiring (2005). Prosedur Untuk menguji hipotesis dalam
perhitungan Indeks Kelengkapan penelitian ini, sebelumnya peneliti
Pengungkapan (IKP) dapat dilakukan melakukan uji normalitas data dengan
sebagai berikut: menggunakan One - Sample Kolmo-gorov -
1) Memberi skor untuk setiap item Smirnov. Dasar pengam-bilan keputusan
pengungkapan secara dikotomis, One-Sample Kolmogorov-Smirnov adalah:
dimana jika suatu item diungkapkan jika Asymp. Sig. > 0,05 maka data
mendapat nilai satu, dan jika tidak berdistribusi normal, dan jika Asymp. Sig. <
diungkapkan mendapat nilai nol. 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
Dalam pemberian skor ini tidak Apabila data berdistribusi normal,
dilakukan pembobotan pada item-item maka data dapat dianalisis dengan
yang ada. menggunakan uji Independent Sample t-Test
dengan tingkat keyakinan sebesar 95% dan

27
R. Widdie A & Mega Metalia, Perbandingan Tingkat Kelengkapan....

tingkat kesalahan α 5%.Dasar pengambilan Wajib) tertinggi pada perusahaan tipe


keputusan pengujian hipotesis dengan uji industri low-profile tahun 2004 adalah PT.
beda dua sisi Independent Sample t-Test Texmaco Jaya, Tbk dan tahun 2005 adalah
adalah: jika Sig. (2-tailed)/2 < 0,05/2 maka PT. Apac Citra Centertex, Tbk. Pada tahun
Ha diterima, sementara jika Sig. (2-tailed)/2 2006 IKP Wajib tertinggi adalah pada PT.
> 0,05/2 maka Ha ditolak Apac Citra Centertex, Tbk dan PT. Pan
Brothers, Tbk, sedangkan pada tahun 2007
adalah PT. Pan Brothers, Tbk. Nilai IKP
HASIL DAN PEMBAHASAN Wajib terendah di tahun 2004 sampai 2007
adalah PT.
Analisis Data
Data yang ada dianalisis untuk Indeks Kelengkapan Pengungkapan
mengetahui jumlah item-item pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)
yang diungkapkan oleh perusahaan, Indeks ini digunakan untuk
kemudian jumlah item-item yang diperoleh mengetahui sejauh mana perusahaan
tersebut dibagi dengan jumlah mengungkapkan informasi yang bersifat
pengungkapan yang diharapkan dapat sukarela. Hasil perhitungan Indeks
dipenuhi oleh perusahaan sehingga Kelengkapan Pengungkapan Sukarela (IKP
diperoleh Indeks Kelengkapan Sukarela) dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6
Pengungkapan (IKP). Selanjutnya dilakukan menunjukkan bahwa nilai Indeks
pengujian hipotesis dengan membandingkan Kelengkapan Pengung-kapan Sukarela (IKP
Indeks Kelengkapan Pengungkapan (IKP) Sukarela) tertinggi pada perusahaan tipe
antara industri high-profile dan industri low- industri high-profile adalah PT. Astra
profile. Internasional, Tbk sedangkan nilai terendah
adalah PT. Multi Prima Sejahtera, Tbk dan
Indeks Kelengkapan Pengungkapan PT. Nipress, Tbk. Hal ini menyatakan
Wajib (Mandatory Disclosure) bahwa item pengungkapan informasi
Indeks ini digunakan untuk sukarela yang dilakukan oleh PT. Astra
mengetahui sejauh mana perusahaan Internasional, Tbk lebih lengkap daripada
mengungkapkan informasi wajib. Hasil perusahaan lainnya yang tergabung dalam
perhitungan Indeks Kelengkapan industri high-profile.
Pengungkapan Wajib (IKP Wajib) dapat Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai
dilihat pada tabel 4. Dari tabel 4 Indeks Kelengkapan Pengungkapan
menunjukkan bahwa Indeks Kelengkapan Sukarela (IKP Suka-rela) tertinggi pada
Pengungkapan Wajib (IKP Wajib) tertinggi perusahaan tipe industri low-profile adalah
pada perusahaan tipe industri high-profile PT. Apac Citra Centertex, Tbk dan PT. Roda
tahun 2004 sampai 2007 adalah PT. Astra Vivatex, Tbk sedangkan nilai IKP Sukarela
Otoparts, Tbk. sedangkan Indeks terendah adalah PT. Sunson Textile
Kelengkapan Pengungkapan Wajib (IKP Manufacture, Tbk. Hal ini menyatakan
Wajib) terendah pada tahun 2004 sampai bahwa item pengung-kapan informasi
2006 adalah PT. Multi Prima Sejahtera, Tbk. sukarela yang dilakukan oleh PT. Apac Citra
dan tahun 2007 pada PT. Hexindo, Tbk. Centertex, Tbk dan PT. Roda Vivatex, Tbk
Tabel 5 menunjukkan bahwa Indeks lebih lengkap daripada perusa-haan lainnya
Kelengkapan Pengungkapan Wajib (IKP yang tergabung dalam industri low-profile.

28
Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 12 No. 1, halaman: 15-35, Januari 2011

Tabel 4.
IKP Wajib Perusahaan Tipe Industri High-Profile
No. Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007
1. PT. Astra Internasional, Tbk 0,67 0,71 0,73 0,70
2. PT. Astra Otoparts, Tbk 0,75 0,75 0,76 0,76
3. PT. Gajah Tunggal, Tbk 0,70 0,67 0,68 0,65
4. PT. Goodyear, Tbk 0,57 0,52 0,52 0,54
5. PT. Hexindo, Tbk 0,52 0,57 0,52 0,48
6. PT. Indomobil Sukses Internasional, Tbk 0,67 0,67 0,67 0,63
7. PT. Indospring, Tbk 0,56 0,57 0,59 0,59
8. PT. Intraco Penta, Tbk 0,59 0,59 0,63 0,63
9. PT. Multi Prima Sejahtera, Tbk 0,49 0,52 0,49 0,51
10. PT. Nipress, Tbk 0,56 0,59 0,57 0,62
11. PT. Prima Alloy Steel, Tbk 0,54 0,54 0,52 0,56
12. PT. Selamet Sempurna, Tbk 0,56 0,59 0,57 0,60
13. PT. Sugi Samapersada, Tbk 0,52 0,63 0,65 0,60
14. PT. Tunas Ridean, Tbk 0,65 0,59 0,67 0,70
15. PT. United Tractors, Tbk 0,68 0,63 0,65 0,65

Tabel 5.
IKP Wajib Perusahaan Tipe Industri Low-Profile
No. Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007
1. PT. Argo Pantes, Tbk 0,65 0,56 0,59 0,62
2. PT. Apac Citra Centertex, Tbk 0,63 0,67 0,65 0,63
3. PT. Centex, Tbk 0,49 0,49 0,48 0,46
4. PT. Eratex Djaja Limited, Tbk 0,62 0,62 0,60 0,63
5. PT. Ever Shine Textile Industry, Tbk 0,49 0,54 0,52 0,59
6. PT. Hanson Internasional, Tbk 0,62 0,57 0,63 0,57
7. PT. Indorama Syntetics, Tbk 0,60 0,60 0,62 0,63
8. PT. Karwell Indonesia, Tbk 0,54 0,56 0,56 0,54
9. PT. Panasia Filament Inti, Tbk 0,52 0,52 0,49 0,48
10. PT. Panasia Indosyntec, Tbk 0,62 0,59 0,56 0,48
11. PT. Pan Brothers Tex, Tbk 0,54 0,63 0,65 0,67
12. PT. Ricky Putra Globalindo, Tbk 0,54 0,60 0,57 0,60
13. PT. Roda Vivatex, Tbk 0,51 0,51 0,52 0,52
14. PT. Sunson Textile Manufacture, Tbk 0,56 0,56 0,51 0,54
15. PT. Teijin Indonesia Fiber Corporation, Tbk 0,54 0,51 0,49 0,51
16. PT. Texmaco Jaya, Tbk 0,67 0,62 0,63 0,65

29
R. Widdie A & Mega Metalia, Perbandingan Tingkat Kelengkapan....

Tabel 6.
IKP Sukarela Perusahaan Tipe Industri High-Profile
No. Nama Perusahaan 2005
1. PT. Astra Internasional, Tbk 0,61
2. PT. Astra Otoparts, Tbk 0,42
3. PT. Gajah Tunggal, Tbk 0,39
4. PT. Goodyear, Tbk 0,33
5. PT. Hexindo, Tbk 0,53
6. PT. Indospring, Tbk 0,28
7. PT. Intraco Penta, Tbk 0,25
8. PT. Multi Prima Sejahtera, Tbk 0,19
9. PT. Nipress, Tbk 0,19
10. PT. Prima Alloy Steel, Tbk 0,31
11. PT. Selamet Sempurna, Tbk 0,28
12. PT. Sugi Samapersada, Tbk 0,22
13. PT. United Tractors, Tbk 0,42
Sumber: Lampiran 5

Tabel 7.
IKP Sukarela Perusahaan Tipe Industri Low-Profile
No. Nama Perusahaan 2005
1. PT. Argo Pantes, Tbk 0,25
2. PT. Apac Citra Centertex, Tbk 0,39
3. PT. Eratex Djaja Limited, Tbk 0,17
4. PT. Ever Shine Textile Industry, Tbk 0,22
5. PT. Hanson Internasional, Tbk 0,17
6. PT. Indorama Syntetics, Tbk 0,28
7. PT. Karwell Indonesia, Tbk 0,25
8. PT. Panasia Filament Inti, Tbk 0,31
9. PT. Panasia Indosyntec, Tbk 0,31
10. PT. Pan Brothers Tex, Tbk 0,31
11. PT. Ricky Putra Globalindo, Tbk 0,36
12. PT. Roda Vivatex, Tbk 0,39
13. PT. Sunson Textile Manufacture, Tbk 0,14
14. PT. Teijin Indonesia Fiber Corporation (Tifico), Tbk 0,31
15. PT. Texmaco Jaya, Tbk 0,25
Sumber: Lampiran 5

Statistik Deskriptif 6,880%. Hal ini menunjukkan sejauh mana


Analisis statistik deskriptif dilakukan kelengkapan pengung-kapan informasi
untuk mengetahui nilai mean dan standar wajib pada perusa-haan tersebut, dimana
deviasi pada variabel penelitian, yaitu IKP rata-rata IKP Wajibnya hanya sebesar
Wajib dan IKP Sukarela. Statistik deskriptif 58,94%. Dengan demikian dapat dikatakan
dari data penelitian ini ditunjukkan pada bahwa perusahaan belum mengung-kapkan
tabel 8. Berdasarkan tabel di atas, diketahui semua informasi yang diwajibkan oleh
bahwa IKP Wajib perusahaan sektor aneka Bapepam. Tabel di atas juga menunjukkan
industri mempunyai nilai rata-rata pengung- bahwa rata-rata IKP Sukarela pada sektor
kapan wajib 58,94% dan standar deviasi

30
Jurnal Akuntansi dan Investasi 12 (1), 15-35, Januari 2011

aneka industri adalah sebesar 30,46% dan Tabel 9. di atas menunjukkan bahwa
standar deviasi 10,786%. nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada IKP Wajib
adalah 0,313 dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
Tabel 8. pada IKP Sukarela adalah 0,480. Ini berarti
Statistik Deskriptif Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05
Keterangan N Mean Std. Deviation sehingga dapat disimpulkan bahwa data
IKP Wajib 124 0,5894 0,06880 berdistribusi normal.
IKP Sukarela 28 0,3046 0,10786

Pengujian Hipotesis
Uji Normalitas Data
Pengujian hipotesis pada IKP Wajib
Uji normalitas data dilakukan dengan
dan IKP Sukarela dilakukan dengan
menggunakan uji statistik One-Sample
Independent Sample t-Test pada tingkat
Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas
keyakinan 95% dan α 5%.
data dapat dilihat pada table 9 berikut ini:
Pengujian Hipotesis 1
Tabel 9.
Hipotesis 1 (Ha1) menguji
Hasil Uji Normalitas
perbandingan IKP Wajib antara industri
Asymp. Sig.
Keterangan Keputusan high-profile dan industri low-profile pada
(2-tailed)
IKP Wajib 0,313 Distribusi Normal sektor aneka industri. Hasil pengujian
IKP Sukarela 0,480 Distribusi Normal hipotesis 1 dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10.
Hasil Uji IKP Wajib
dengan Independent Sample t-Test
Tipe Perusahaan Mean Std. Deviation
High-Profile 0,6102 0,07393
Low-Profile 0,5700 0,05771
Levene's Test for
t-test for Equality of Means
Equality of Variances
F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Equal
variances 4,290 0,040 3,384 122 0,001
IKP
assumed
wajib
Equal
variances 3,357 111,657 0,001
not assumed

Dari tabel 10 diketahui bahwa pada profile. Nilai t hitung dengan Equal
Levene’s Test for Equality of Variances nilai variances not assumed adalah 3,357 dengan
Sig. 0,040. Dengan demikian nilai Sig. < Sig. (2-tailed) 0,001/2 = 0,0005 < 0,025.
0,05 maka dapat dinyatakan bahwa kedua Dengan demikian Ha1 diterima, artinya
varians berbeda, sehingga digunakan dasar terdapat perbedaan tingkat kelengkapan
Equal variances not assumed untuk pengungkapan wajib (mandatory disclosure)
mengetahui signifikansi perbedaan IKP yang signifikan antara industri high-profile
Wajib antara industri high-profile dan low- dan low-profile.

31
Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 12 No. 1, halaman: 15-35, Januari 2011

Tabel 11.
Hasil Uji IKP Sukarela dengan Independent Sample t-Test
Tipe Perusahaan Mean Std. Deviation
High-Profile 0,3400 0,12910
Low-Profile 0,2740 0,07735
Levene's Test for
t-test for Equality of Means
Equality of Variances
F Sig. t df Sig. (2-tailed)

IKP Equal
sukarela variances 3,435 ,075 1,667 26 ,107
assumed
Equal
variances 1,610 19,048 ,124
not assumed

Pengujian Hipotesis 2 industri high-profile dan industri low-


Hipotesis 2 (Ha2) menguji profile. Perbedaan ini antara lain disebabkan
perbandingan IKP Sukarela antara industri oleh pemenuhan pengungkapan atas pos-pos
high-profile dan industri low-profile pada laporan keuangan.
sektor aneka industri. Tabel 6 menunjukkan Selain itu, kelengkapan pengungkapan
bahwa pada Levene’s Test for Equality of informasi wajib ini juga dapat dilihat dari
Variances nilai Sig. 0,075. Dengan demikian nilai mean atau rata-rata IKP Wajib pada
nilai Sig. > 0,05 maka dapat dinyatakan statistik deskriptif yang disajikan pada hasil
bahwa asumsi kedua varians sama terpenuhi, pengujian hipotesis 1, dimana rata-rata IKP
sehingga digunakan dasar Equal variance Wajib pada perusahaan high-profile adalah
assumed untuk mengetahui signify-kansi 61,02% sedangkan pada perusahaan low-
perbedaan IKP Sukarela antara industri profile sebesar 57%. Hal yang sama juga
high-profile dan low-profile. Nilai t hitung dikemukakan oleh Lenny (2004) dalam
dengan Equal variance assumed adalah Setiati (2006) yang menjelaskan bahwa
1,667 dengan Sig. (2-tailed) 0,107, sehingga berdasarkan evaluasi Bapepam atas laporan
Sig. (2-tailed) 0,107/2 = 0,0535 > 0,025. keuangan emiten masih terdapat banyak
Dengan demikian Ha2 ditolak, dimana kekurangan dalam disclosure laporan
berarti tidak terdapat perbedaan tingkat keuangan perusahaan publik, terutama
kelengkapan pengungkapan sukarela pengungkapan yang sifatnya wajib.
(voluntary disclosure) yang signifikan antara Hasil pengujian hipotesis juga
industri high-profile dan industri low- membuktikan bahwa terdapat perbedaan
profile. pada tingkat kelengkapan pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure) antara
Pembahasan industri high-profile dan industri low-profile
Dari pengujian hipotesis yang telah pada sektor aneka industri, namun
dilakukan, diperoleh hasil yang mem- perbedaan tersebut ternyata tidak signifikan.
buktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat Manajer akan selalu berusaha untuk
kelengkapan pengungkapan wajib (manda- memberikan informasi mengenai perusa-
tory disclosure) yang signifikan antara haan, khususnya yang bersifat good news.

32
Jurnal Akuntansi dan Investasi 12 (1), 15-35, Januari 2011

Mereka menyadari bahwa voluntary (2-tailed)/2 > 0,05/2 sehingga dapat


disclosure dapat mengurangi keasimetrian disimpulkan bahwa Ha2 ditolak. Ini berarti
informasi dengan pihak di luar perusahaan tidak terdapat perbedaan tingkat
atau mengurangi konflik keagenan. kelengkapan voluntary disclosure yang
Rata-rata IKP Sukarela pada signifikan antara industri high-profile dan
perusahaan high-profile adalah 34% dan industri low-profile pada sektor aneka
sebesar 27% untuk perusahaan low-profile. industri. Dari hasil perhitungan Indeks
Hal ini konsisten dengan penelitian Tarigan Kelengkapan Pengungkapan (IKP) dapat
(2008) yang menunjukkan bahwa diketahui bahwa masih banyak kekurangan
perusahaan high-profile cenderung lebih dalam pengungkapan informasi yang
luas dalam mengungkapkan informasi dilakukan oleh perusahaan sektor aneka
sukarela. Meskipun penelitian ini sampai industri, baik high-profile maupun low-
pada kesimpulan yang sama, namun profile, khususnya informasi yang sifatnya
penelitian Tarigan (2008) lebih menyoroti wajib
pada pengungkapan lingkungan hidup yang Implikasi pada penelitian ini adalah,
merupakan bagian dari pengungkapan Pertama, Implikasi teori dalam penelitian ini
sukarela (voluntary disclosure). yaitu mengenai pengungkapan yang
lengkap, dimana kelengkapan pengung-
kapan dalam laporan perusahaan sangat
PENUTUP penting untuk mengurangi asimetri infor-
masi antara pihak ekstern dan intern
Penelitian ini membandingkan tingkat perusahaan sehingga dapat mengu-rangi
kelengkapan pengungkapan wajib (manda- konflik keagenan. Kedua, Implikasi praktik
tory disclosure) dan pengungkapan sukarela dalam penelitian ini yaitu bagi manajer
(voluntary disclosure) antara industri high- perusahaan, dimana hasil penelitian ini dapat
profile dan industri low-profile pada sektor memberikan kontribusi praktik bagi manajer
aneka industri di Bursa Efek Indonesia. perusahaan agar dapat mengungkapkan
Pengujian hipotesis dilakukan dengan informasi wajib sesuai dengan ketentuan
menggunakan Independent Sample t-Test yang telah ditetapkan Bapepam (Badan
yang membandingkan Indeks Kelengkapan Pengawas Pasar Modal) serta informasi-
Pengungkapan (IKP), baik mandatory informasi lainnya mengenai perusa-haan
maupun voluntary, antara perusahaan yang meskipun tidak bersifat wajib.
tergabung dalam tipe industri high-profile Ketiga, Implikasi kebijakan dalam
dan low-profile. penelitian ini yaitu bagi investor sehubungan
Hasil pengujian hipotesis pertama dengan keputusan untuk berinvestasi pada
(Ha1) menunjukkan bahwa nilai Sig. (2- perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian ini,
tailed)/2 < 0,05/2 sehingga dapat investor dapat memperoleh informasi
disimpulkan bahwa Ha1 diterima. Hal ini mengenai perusahaan dan sejauh mana
menyatakan bahwa terdapat perbedaan keterbukaan perusahaan tersebut dalam
tingkat kelengkapan mandatory disclosure mengungkapkan informasi mengenai peru-
yang signifikan antara industri high-profile sahaan, baik informasi keuangan maupun
dengan industri low-profile pada sektor non keuangan, dalam rangka mendukung
aneka industri. Hasil pengujian hipotesis kebijakan-kebijakan yang akan diambil.
kedua (Ha2) menunjukkan bahwa nilai Sig.

33
R. Widdie A & Mega Metalia, Perbandingan Tingkat Kelengkapan....

Adapun saran pada penelitian ini Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori
pertama, Perusahaan dapat mengungkapkan Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat
semua informasi yang diwajibkan untuk
diungkapkan sesuai dengan ketentuan Choi, F. Carol Ann Frost dan Gary K Meek.
pengungkapan wajib yang telah ditetapkan 1999. Akuntansi Internasional Edisi
Bapepam dalam SE-02/PM/2002. Selain itu Ketiga . Prentice Hall International
perusahaan diharapkan untuk lebih terbuka
dan transparan dalam mengungkapkan Hendriksen, Eldon dan Nugroho W. 1996.
informasi lainnya yang berkaitan dengan Teori Akuntansi Jilid 2. Jakarta:
perusahaan, meskipun infor-masi tersebut Erlangga
tidak diwajibkan oleh lembaga yang
berwenang. Fitriany. 2001. Signifikansi Perbedaan
Kedua, Investor dapat memperhatikan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan
keterbukaan perusahaan dalam mengung- Wajib dan Sukarela Pada Laporan
kapkan informasi wajib dan sukarela dalam Keuangan Perusahaan Publik yang
rangka pengambilan keputusan investasi. Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Terakhir, Peneliti selanjutnya dapat me- Simposium Nasional Akuntansi IV
ngembangkan penelitian dengan metode Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007.
yang berbeda dan memperluas rentang Teori Akuntansi. Semarang: Badan
waktu penelitian, terutama untuk voluntary Penerbit Universitas Diponegoro
disclosure. Selain itu, peneliti selanjutnya
diharapkan dapat meneliti tingkat keleng- IAI. 2004. Penyajian Laporan Keuangan
kapan pengungkapan dengan sampel perusa- Pernyataan Standar Akuntansi
haan yang berbeda. Keuangan No. 1. Jakarta: Salemba

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.


DAFTAR PUSTAKA 2002. Metodologi Penelitian Bisnis.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Almilia, Luciana Spica dan Ikka Retrinasari.
2007. Analisis Pengaruh Karakteristik Gunawan, Yuniati. 2000. Analisis
Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Laporan
Kelengkapan Pengungkapan dalam Tahunan
Laporan Tahunan Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Proceeding Seminar Nasional. Efek Jakarta. Simposium Nasional
Universitas Trisakti Jakarta Akuntansi III

Ardiyos. Kamus Besar Akuntansi. Jakarta: Marwata. 2001. Hubungan Karakteristik


Citra Harta Prima Perusahaan dan Kualitas Ungkapan

Baridwan, Zaki. 2004. Intermedite Sukarela dalam Laporan Tahunan


Accounting Edisi Kedelapan. Perusahaan Publik di Indonesia.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Simposium Nasional Akuntansi IV

34
Jurnal Akuntansi dan Investasi 12 (1), 15-35, Januari 2011

Megawati, Yenny. 2002. Pengaruh Tarigan, Henni Kristiana. 2008. Perbedaan


Karakteristik Perusahaan Terhadap Kualitas Pengungkapan Akuntansi
Tingkat Keluasan Pengungkapan Lingkungan Hidup dalam Laporan
Laporan Keuangan Pada Sektor Tahunan pada Perusahaan Besar di
Industri Barang Konsumsi yang Go Indonesia. Skripsi. Universitas
Publik di BEJ. Skripsi. Universitas Lampung
Lampung
Yulianti, Eka. 2007. Analisis Tingkat
Verdiyana, Renita. 2006. Variabel-variabel Kelengkapan Pengungkapan Wajib
yang Mempengaruhi Luas (Mandatory Disclosure) dan Faktor-
Pengungkapan dalam Laporan Faktor yang Mempengaruhi Pada
Tahunan Perusahaan. google.com Laporan Keuangan Perusahaan
Makanan dan Minuman di BEJ.
Santoso, Singgih. 2007. Menguasai Statistik Skripsi. Universitas Lampung
di Era Informasi dengan SPSS 15.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo --------, 2007. Format Penulisan Karya
Ilmiah Universitas Lampung. Bandar
Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Lampung: Universitas Lampung
Karakteristik Perusahaan dan
Pengungkapan --------, www.bei.co.id

Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris --------, www.bapepam.go.id


Pada Perusahaan yang Tercatat di
Bursa Efek Jakarta. Simposium
Nasional Akuntansi VIII Solo

Setiati, Dewi. 2006. Pengaruh Ukuran


Perusahaan Terhadap Tingkat
Pengungkapan (Disclosure) Laporan
Keuangan Perusahaan Real Estate
dan Property yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta (BEJ). Skripsi.
Universitas Lampung

Surat Keputusan Ketua Bapepam No. SE-


02/PM/2002

Syafri, Sofyan. 2002. Teori Akuntansi.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Syafri, Sofyan. 2006. Analisa Kritis Atas


Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada

35

You might also like