Professional Documents
Culture Documents
Jurnal PBL Dan Ds Rev
Jurnal PBL Dan Ds Rev
Biologi bagian dari sains, sebagai salah Metode berpikir ilmiah diperlukan untuk
satu mata pelajaran yang diajarkan pada membentuk suatu perspektif yang baru tentang
tingkat sekolah menengah atas. Materi dan objek yang diamati. Peraturan Menteri
konsep-konsep pembelajaran biologi banyak Pendidikan Nasional Nomor 21 Tahun 2016
berhubungan dengan gejala dan fenomena- tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
fenomena yang terjadi dalam kehidupan Menengah untuk muatan biologi pada SMA-
sehari-hari secara cermat, lengkap dan analitis. MA, siswa diwajibkan memiliki kompetensi
46
Hariatik, Pembelajaran Biologi Model... 47
diantaranya siswa dapat menerapkan prinsip, berorientasi pada siswa, sehingga diperlukan
konsep, dan hukum dalam bidang biologi model pembelajaran yang mendukung
untuk memecahkan permasalahan nyata dan terbentuknya kemampuan memecahkan
lingkungan hidup Hal tersebut mendorong masalah siswa saat pelajaran. Salah satu model
terwujudnya tujuan akhir pembelajaran yang yang mendukung hal tersebut adalah model
menghasilkan siswa memiliki pengetahuan dan Problem Based Learning (PBL) disertai
keterampilan dalam memecahkan masalah Dialog Socrates (DS).
yang dihadapi kelak di masyarakat. Woods (2000) yang dikutip oleh Amir
Kemampuan yang perlu dimiliki oleh (2013:13), bahwa “Problem Based Learning
siswa diantaranya kemampuan memecahkan (PBL) dapat membantu peserta didik
masalah. Kemampuan pemecahan masalah membangun kecakapan sepanjang hidupnya
menurut Wena (2011:53) sangat penting dalam memecahkan masalah, kerja sama tim
artinya bagi siswa dan masa depannya. dan berkomunikasi”. Pandangan Dewey
Kemampuan menyelesaikan masalah bahwa sekolah harus menjadi laboratorium
menurut Simamora (2014:3) merupakan pemecahan masalah kehidupan nyata
kemampuan yang ditunjukkan sejak mengenali memberikan landasan filosofis untuk PBL
masalah, menemukan alternative masalah (Arends, 2012:400). Sintaks PBL menurut
solusi, memilih salah satu alternative sebagai Arends (2008:57) juga menyebutkan lima
solusi, serta mengevaluasi jawaban yang telah tahapan, akan tetapi PBL juga memiliki
diperoleh. Kemampuan memecahkan masalah kelemahan diantaranya tanpa pemahaman
ini juga perlu dimiliki oleh siswa dalam mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
pelajaran biologi, karena untuk dapat masalah yang sedang dipelajari, maka mereka
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan tidak akan belajar apa yang mereka ingin
alam. pelajari dan manakala siswa tidak memiliki
Hasil analisis setelah siswa diberi tes inat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
kemampuan memecahkan masalah, hasil tes masalah yang dipelajari sulit untuk
kemampuan memecahkan masalah siswa dipecahkan, maka mereka akan merasa ragu
dalam memecahkan masalah masih rendah untuk mencoba (Sanjaya, 2007:27). Model
dibawah KKM dengan rata- rata yakni 60,78. PBL ini akan lebih efektif jika diterapkan
Kuantitas siswa yang memperoleh nilai KKM dengan menggabungkan dengan metode yang
hanya 10,34%. Tindak lanjut dari hal ini, mendukung siswa untuk berpikir rasional dan
sebaiknya siswa sering dihadapkan pada ilmiah, aktif dan menguasai ilustrasi ilmiah,
kegiatan yang berkaitan dengan menumbuhkan berani dalam berpendapat, percaya diri dalam
memampuan memecahkan masalah. persaingan yang dinamis serta mampun
Pembelajaran di kelas membuat siswa kurang menumbuhkan kedisiplinan diri. Terkait hal
tertarik, sehingga pemahaman materi kurang. tersebut, simpulan dari Vigotsky yakin bahwa
Pedagogi Dewey mendorong guru untuk fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya
melibatkan siswa dalam proyek berorientasi muncul dalam percakapan atau kerjasama
masalah dan membantu mereka menyelidiki dalam individu, sebelum fungsi mental yang
masalah sosial dan intelektual yang penting lebih tinggi terserap kedalam indivudu
(Arends, 2012:400). Kegiatan dialog kurang, tersebut. (Trianto, 2010;76).
sehingga belajar dalam pemecahan masalah DS menurut Van Rossem (2006:48)
melalui penyelidikan maupun kegiatan ilmiah pembelajaran dengan proses diskusi yang
lainnya kurang maksimal. Vigotsky yakin dipimpin guru untuk membuat siswa
bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada mempertanyakan penalarannya atau untuk
umumnya muncul dalam percakapan atau mencapai sebuah kesimpulan (Khairuntika,
kerjasama dalam individu, sebelum fungsi 2016:92). Buchanan (2012:221) menambahkan
mental yang lebih tinggi terserap kedalam bahwa tujuan dari diterapkannya metode DS
indivudu tersebut. (Trianto, 2010;76). adalah untuk menambah pemahaman siswa
Kemampuan memecahkan masalah tidak dan meningkatkan pengetahuan siswa.
dapat dimunculkan begitu saja apabila tidak Efektifitas PBLDS dalam pembelajaran
didukung dengan pembelajaran yang aktif, dibuktikan dalam penelitian Redhana (2013)
48 Jurnal Pendidikan Biologi Volume 8, Nomor 2, Februari 2017, hlm. 45-51
Tinggi Rendah
berani mengemukan pendapat untuk lebih
88,79
memahami isi pelajaran. Hal tersebut
87,91 sejalan dengan simpulan dari Brunner
85,18 (Dahar, 2006:74) dengan siswa melakukan
83,9 83,85 sendiri kegiatan pembelajaran, maka akan
benar-benar menjadi pengetahuan yang
80,51 bermakna. Terkait hal tersebut, Sanjaya
(2007:206) menambahkan bahwa hakikat
masalah dalam PBL adalah kesenjangan
antara situasi nyata dengan kondisi yang
Kognitif Afektif Psikomotor diharapkan. Serangkaian pertanyaan DS
membantu peserta didik mampu
Gambar 2 Rata-rata Hasil Belajar menemukan jawabannya, atas dasar
Berdasarkan Kemampuan kecerdasan dan kemampuannya sendiri
Memecahkan Masalah (Afidah, 2012:1). Model PBLDS yang
diterapkan dalam pembelajaran dapat
Gambar 1 menunjukkan bahwa skor meningkatkan hasil belajar siswa.
rata-rata ketiga aspek hasil belajar siswa Kemampuan memecahkan masalah
dengan model PBLDS lebih baik dipandang perlu dimiliki siswa, terutama
dibandingkan dengan menggunakan model siswa SMA, karena kemampuan-
PBL. Selanjutnya skor rata-rata hasil belajar kemampuan ini dapat membantu siswa
siswa berdasarkan kemampuan menyelesaikan membuat keputusan yang tepat, cermat,
masalah yang diajar menggunakan model PBL sistematis, logis, dan mempertimbangkan
disertai DS lebih baik dibandingkan dengan berbagai sudut pandang. Sebaliknya,
siswa yang diajar menggunakan model PBL kurangnya kemampuan-kemampuan ini
(Gambar 3). Simpulan yang dapat ditarik dari mengakibatkan siswa pada kebiasaan
Gambar 1 dan Gambar 2 bahwa, penerapan melakukan berbagai kegiatan tanpa
model PBLDS menunjukkan hasil yang lebih mengetahui tujuan dan alasan
baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang melakukannya.
dialakukan Redhana (2013:37) bahwa Teori belajar dari Bruner (Dahar,
penelitian menggunakan model PBL dengan 2006:74) menyebutkan bahwa bilamana
metode DS berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang dapat memilih, mempertahankan
siswa yang meningkat dari pada sebelumnya, dan mentransformasikan informasi secara
hasil belajar dikatakan lebih meningkat. aktif dalam belajar penemuan siswa akan
Data yang diperoleh selanjutnya akan berperan lebih aktif, berusaha sendiri
diolah menggunakan analisis statistik anava. memecahkan masalah dan memperoleh
Rangkuman hasil uji Anava disajikan pada pengetahuan tertentu. Sanjaya (2007:206)
Tabel 2. juga menambahkan bahwa hakikat masalah
dalam PBL adalah kesenjangan antara
Tabel 2 Ringkasan Data Hasil Uji Hipotesis situasi nyata dengan kondisi yang
Sig. ≥ 0,05 diharapkan. Jika siswa belum dapat
No Hipotesis Keputusan
Kognitif Afektif Psikomotor menemukan kesenjangan yang di hadapi
1 Model 0.126 0.185 0.069 Diterima
Kemampuan dalam pembelajaran, maka belajar yang
2 memecahkan 0.033 0.028 0.004 Ditolak bermakna tidak dapat terjadi, sehingga
masalah
Model*kemampuan kemampuan siswa juga tidak dapat
3 memecahkan 0.072 0.571 0.667 Diterima berkembang baik. Paidi (2010:1)
masalah
berpendapat bahwa pandangan pemikir
pendidikan internasional pun, memecahkan
PEMBAHASAN
masalah dipandang urgen bagi para lulusan
Pembelajaran dengan model PBLDS
SMA pada abad pengetahuan (abad ke-21).
secara signifikan lebih baik dalam
Peneliti berkesimpulan bahwa kemampuan
meningkatkan hasil belajar. Keunggulan
memecahkan masalah wajib diberdayakan
PBLDS yaitu membentuk siswa yang
50 Jurnal Pendidikan Biologi Volume 8, Nomor 2, Februari 2017, hlm. 45-51
sejak dini, dalam hal ini wajub di terapkan kooperatif dan meningkatkan kesempatan
pada siswa kelas X, agar mereka lebih siap dalam meningkatkan kesempatan dalam
dalam menghadapi hal-hal terkait berbagi penyelidikan dan dialog serta
kemampuan menyelesaiakan masalah jika mengembangkan ketrampilan untuk
mereka nanti lulus tingkat SMA. mendapatkan hasil belajar baik. Hal
Penggunaan model yang tepat dalam tersebut sejalan dengan simpulan Redhana
pembelajaran dapat berpengaruh terhadap (2014) dalam penelitiannya bahwa model
pertumbuhan kemampuan yang dimiliki PBLDS mampu meningkatkan hasil belajar
siswa dalam menyelesaikan masalah. siswa dari pada sebelumnya.
Penelitian ini model PBLDS memberikan
hasil yang baik terhadap hasil belajar siswa. KESIMPULAN DAN SARAN
Model PBLDS dapat membantu Kesimpulan
dalam meningkatkan hasil belajar siswa Berdasarkan hasil penelitian dapat
salah satu kelebihan PBLDS adalah siswa simpulkan bahwa: 1) Model (PBLDS dan
memiliki kepercayaan diri untuk PBL) memberikan pengaruh terhadap hasil
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka belajar yang baik dengan rata-rata nilai 3
miliki dan mengarahkan dan aspek sebesar 86,46; 2) Kemampuan
mengembangkan pengetahuan baru siswa memecahkan masalah tinggi dan kemampuan
dengan berfikir rasional dan ilmiah memecahkan masalah rendah tidak
memahami masalah dalam kehidupan yang memberikan hasil berarti terhadap hasil belajar
nyata. dengan angka signifikansi ≤0,05; 3) Interaksi
Teori pendukung yakni Ausebel model (PBLDS dan PBL) dan kemampuan
(Dahar, 2006:94) bahwa belajar ditekankan memecahkan masalah meningkatkan hasil
pada belajar bermakna. Relevansi teori belajar dengan rata-rata ketiga aspek
Ausebel dengan PBLDS dalam penelitian 0.436≥0,05;
ini adalah pada sintak pertama dan kedua Saran
yaitu dalam hal ini untuk mengetahui Menggunaan model PBLDS memerlukan
kemampuan awal dan siswa memperoleh pengaturan waktu yang baik oleh guru.
pengetahuan baru melalui percobaan Hendaknya guru lebih dapat mengeksplorasi
mengenai pencemaran lingkungan, sintak tanggapan atau jawaban dari siswa agar dialog
ketiga PBL dimana siswa akan dibimbing terjadi dengan baik dan sesuai tujuan
memperoleh pengetahuan baru melalui pembelajaran.
serangkain percobaan berkaitan dengan
pencemaran lingkungan, dan selanjutnya Daftar Pustaka
sintak ke empat PBL dimana siswa secara Afidah, I. A., Santosa, S., & Indrowati,
berkelompok akan menyajikan hasil M.(2012). Pengaruh Penerapan Metode
percobaan. Rangkaian belajar menjadi Socratic Circles Disertai Media Gambar
bermakna bagi siswa karena informasi yang Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
disusun sesuai struktur koknitif yang siswa Siswa. Prosiding Pendidikan Biologi. hlm
miliki, sehingga ingatan siswa menjadi 1-15. Surakarta:FKIP Universitas Sebelas
lebih kuat. Teori Ausubel juga relevan Maret.
dengan DS, siswa tidak hanya melakukan Amir, Taufiq. 2013. Inovasi Pendidikan
penyelidikan tetapi juga berusaha Melalui Problem Based Learning. Jakarta:
mengkaitkan konsep terkait pencemaran Kencana Prenada Media Group.
lingkungan dengan serangkaian kegiatan Arends, R.I. 2008b. Learning To Teach.
dialog selama proses belajar berlangsung. Belajar Untuk Mengajar. Edisi ke tujuh.
Penemuan konsep-konsep baru menjadi (Penerjemah: Prayitno dan Mulyani).
berakna karena tidak dalam proses Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
menghafal semata akan tetapi dengan cara Buchanan, Lisa Brown. 2012. Creating Critical
mereka sendiri melakukan dan berpikir Conversations:Investigating the Utility of
disertai beberapa pertanyaan dari DS. Socratic Dialogues in Elementary Social
Arends (2012:397) menyebutkan bahwa Studies Methods. Teacher Education and
fitur PBL merupakan model yang Practice. 25(2), 221-234
Hariatik, Pembelajaran Biologi Model... 51
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-Teori Belajar Simamora, M.C., Siburian, J., & Gardjito.
dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. 2014. Analisis Kemampuan Metakognisi
Emlek, B. & Akturk, A.O. (2017). Student Siswa Dalam Pembelajaran Biologi
Views with Regard to The Web-Based Melalui Assesmen Pemecahan Masalah Di
Problem Solving Method. International Sma Negeri 5 Kota Jambi. FKIP
Journal of Research in Education and Universitas Jambi.
Science (IJRES), 3(1),180-192. Siswanto. 2012. Pengaruh Model Problem
Johnson, Shelly. 2011. Introducing Students to Based Learning (PBL) Terhadap
Socratic Dialogue and Learning.Classical Kemampuan Memecahkan Masalah dan
Academic Press All ringts reserved, -, Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa
Diperoleh 7 Mei 2016, Kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta
www.ClassicalAcademicPress.com. Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal
Khairuntika. 2016. Konveensi Nasional Pendidikan Biologi. 4(2), 12-18.
Penelitian Matematika dan Pembelajaran Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
(KNPMP I). hal 89-98. Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta.
Surakarta:Universitas Muhamadyah Suseno, E. Y. & Khory, F. D. 2013. Perbedaan
Surakarta Persepsi Antara Siswa Sekolah Negeri
Paidi. 2010. Model Pemecahan Masalah dalam Dan Swasta Terhadap Pembelajaran Guru
Pembelajaran Biologi di SMA. Diperoleh Pendidikan Jasmani Olahraga Dan
tanggal 16 Mei 2016 dari Kesehatan (Studi Pada Siswa Kelas VIII
http://staff.uny.ac.id/sites /default/files di SMP Negeri 1 Ngawi dengan SMP
/132 048519 /Artikel%20 Ma’arif Ngawi). Jurnal Pendidikan
Semnas%20FMIPA2010%20UNY. Olahraga dan Kesehatan, 01 (01) 60 – 63.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran
Kebudayaan Republik Indonesia No. 21. Inovatif Berorientasi Konstrutivistik.
2016. Tentang Standar Isi Pendidikan Jakarta: Prestasi Pustaka.
Dasar dan Menengah. Diperoleh tanggal Undang Undang Republik Indonesia Nomor
13 Mei 2016 dari http://bsnp- 20. 2003 Tentang Sistem Pendidikan
indonesia.org/?page_id=103/. Nasional, diperoleh tanggal 7 Mei 2016
Redhana, I Wayan. 2013. Model Pembelajaran dari http://www.dikti.go.id.Archiv
Berbasis Masalah untuk Meningkatkan 2007/UUno20th2003Sisdiknas.htm.
Ketrampilan Memecahkan masalah dan Van Rossem, Kristof. 2006. What is a Socratic
Berfikir Kritis. Jurnal pendidikan dan Diologue?. Vereniging Voor Filosofische
Pengajaran. 46(1) 76-86 Praktijk. 16(1), 48-51.
Sanjaya, Wina. 2007a. Strategi Pembelajaran Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran
(Berorientasi Standar Proses Pendidikan). Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi
Sanjaya, Wina. 2008b. Perencanaan dan Aksara
Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. 2011d. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. 2013c. Strategi Pembelajaran
Berorientas Standar Proses Pendididkan.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Saputro, S. P., & Indriarsari, N. 2013.
Perbandingan Minat Belajar Antara Siswa
Swkola Negeri dan Sekolah Swasta dalam
Permainan Sepakbola. Jurnal Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan. 1(03), 672-676.