Konsep Komunikasi Terapeutik
Dr. H. Nur Hamim
Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong dan membantu proses
penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi
terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat dalam berinteraksi untuk
‘membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar
bagaimana berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi interpersonal, artinya komunikasi antara orang-orang, secara
tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal dan nonverbal (Mulyana, 2000).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanankan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003). Komunikasi
terapeutik bukan merupakan pekerjaan yang dapat dikesampingkan, namun harus
direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan professional seorang perawat. Akan
tetapi, jangan sampai karena terlalu asik dan sibuk bekerja, kemudian melupakan pasien
sebagai manuasia dengan bergbagai macam latar belakang dan masalahnya (Arwani,
2003).
Berdasarkan pengertian dari beberapa ali diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
terapeutik adalah komunikasi terencanakan yang terjadi antara perawat dan klien secara
Jangsung atau tatap muka dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah dan membantu
proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997; Northouse, 1998; Mulyana, 2000;
Indrawati, 2003; Arwani, 2003).
Manfaat komunikasi terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama
antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi,
mengungkapkan perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan
oleh perawat (Indrawati, 2003).
{| KOMUNIKASI TERAPIUTIK PERAWATTujuan Komunikasi Terapeutik
Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal
yang diperlukan, Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya,
Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal peningkatan
derajat kesehatan. Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis,
(tenaga Kesehatan) secara profesional dan proporsional dalam rangka membantu
penyelesaian masalah klien.
Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik
Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta
nilai yang dianut. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling
percaya dan saling menghargai.
Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh Klien. Perawat harus
‘menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin
matang dan dapat memecahkan masalahmasalah yang dihadapi.
Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui
dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi. Mampu
‘menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
Memahami betul arti simpati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati
yang bukan tindakan terapeutik. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar
dari hubungan terapeutik.
Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukan dan meyakinkan orang
lain tentang Kesehatan. Disarankan mengekspresikan perasaan yang dinaggap
‘mengganggu. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas
berkembang tanpa rasa takut. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong
orang lain secara manusiawi.
Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan berdasarkan
prinsip kesejahteraan manusia. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung
12 | ROMUNIKASI TERAPIUTIK PERAWATjawab tethadap dirinya atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab tethadap
orang lain tentang apa yang dikomunikasikan. Karakteristik Komunikasi Terapeutik
Ada tiga hal mendasar yang member cirri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai
berikut (Arwani, 2003):
1. Ikhlas,
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa diterima dan pendekatan
individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien
untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
2. Empati
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan
penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan,
3. Hangat
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan
dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan
perasaannya lebih mendalam,
Fase-Fase Komunikasi Terapeutik
Dalam membina hubungan terapeutik (berinteraksi) dengan pasien, perawat mempunyai
empat tahapan yang pada setiap tahapnya mempunyai tugas yang berbeda-beda dan
harus diselesaikan oleh perawat (Stuart dan Sundeen, dalam Christina, dkk, 2003) :
1. Tahap persiapan (Prainteraksi)
Tahap Persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan sebelum. berinteraksi
dengan klien (Christina, dkk, 2002). Pada tahap ini perawat menggali perasaan dan
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya, juga mencari informasi tentang Klien.
Kemudian perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan Klien. Tahap
ini harus dilakukan oleh perawat untuk memahami dirinya dan menyiapkan diri
(Suryani, 2005),
23 | KOMUNIKAST TERAPIUTIK FERAWAT‘Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan. Sebelum berinteraksi dengan Klien,
perawat perlu mengkaji perasaannya sendiri (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).
Perasaan apa yang muncul sehubungan dengan interaksi yang akan dilakukan. Apakah
ada perasaan cemas? Apa yang dicemaskan? (Suryani, 2005),
Menganalisis kekuatan dan kelemanhan sendiri. Kegiatan ini sangat penting dilakukan
agar perawat mampu mengatasi kelemahannya secara maksimal pada saat berinteraksi
dengan Klien. Misalnya seorang perawat mungkin mempunyai kekuatan mampu
memulai pembicaraan dan sensitif terhadap perasaan orang lain, keadaan ini mungkin
bisa dimanfaatkan perawat untuk memudahkannya dalam membuka pembicaraan
dengan klien dan membina hubungan saling percaya (Suryani, 2005).
Mengumpulkan data tentang Klien. Kegiatan ini juga sangat penting karena dengan
mengetahui informasi tentang klien perawat bisa memahami klien, Paling tidak perawat
bisa mengetahui identitas Klien yang bisa digunakan pada saat memulai interaksi
(Suryani, 2005).
Merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien. Perawat perlu merencanakan
pertemuan pertama dengan Klien. Hal yang direncanakan mencakup kapan, dimana, dan
strategi apa yang akan dilakukan untuk pertemuan pertama tersebut (Suryani, 2005).
2. Tahap perkenalan (Orientasi)
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu atau kontak
dengan Klien (Christina, dkk, 2002). Pada saat berkenalan, perawat harus
memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada kien (Brammer dalam Suryani, 2005),
Dengan memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka pada klien dan
ini diharapkan akan mendorong Klien untuk membuka dirinya (Suryani, 2005). Tujuan
tahap ini adalah untuk memvalidasi keakuratan data dan reneana yang telah dibuat
dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang lalu (Stuart, G.W
dalam Suryani, 2005).
Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan komunikasi terbuka.
Hubungan saling percaya merupakan kunci dari keberhasilan hubungan terapeutik
(Stuart, G.W dalam Suryani, 2005), karena tanpa adanya rasa saling percaya tidak
mungkin akan terjadi keterbukaan antara kedua belah pihak. Hubungan yang dibina
@ | KOMUNIEASTTRAIUTIC RAWtidak bersifat statis, bisa berubah tergantung pada situasi dan kondisi (Rahmat, J dalam
Suryani 2005). Karena itu, untuk mempertahankan atau membina hubungan saling
percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima klien apa adanya,
‘menepati janji, dan menghargai klien (Suryani, 2005).
Merumuskan kontrak pada Klien (Christina, dkk, 2002). Kontrak ini sangat penting
untuk menjamin kelangsungan sebuah interaksi (Barammer dalam Suryani, 2005). Pada
saat merumuskan kontrak perawat juga perlu menjelaskan atau mengklarifikasi peran-
peran perawat dan klien agar tidak terjadi kesalah pahaman klien terhadap kehadiran
perawat. Disamping itu juga untuk menghindari adanya harapan yang terlalu tinggi dari
lien terhadap perawat karena klien menganggap perawat seperti dewa penolong yang
serba bisa dan serba tahu (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Perawat perlu menekankan
bahwa perawat hanya membantu, sedangkan kekuatan dan keinginan untuk berubah ada
pada diri klien sendiri (Suryani, 2005).
Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah Klien, Pada tahap ini
perawat mendorong Klien untuk mengekspresikan perasaannya, Dengan memberikan
pertanyaan terbuka, diharapkan perawat dapat mendorong klien untuk mengekspresikan
pikiran dan perasaannya schingga dapat mengidentifikasi masalah klien. merumuskan
tujuan dengan klien, Perawat perlu merumuskan tujuan interaksi bersama Klien karena
tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan sulit dieapai. Tujuan ini dirumuskan setelah
Klien diidentifikasi.
Fase orientasi, fase ini dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya,
tujuan fase ini adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan
keadaan Klien saat ini, dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu, Umumnya dikaitkan
dengan hal yang telah dilakukan bersama klien (Cristina, dkk, 2002).
3. Tahap kerja
Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik
(Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-
sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi Klien. Pada tahap kerja ini dituntut
kemampuan perawat dalam mendorong Klien mengungkap perasaan dan pikirannya,
Perawat juga dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi
terhadap adanya perubahan dalam respons verbal maupun nonverbal Klien.
Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena tugas perawat pada
tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah Klien, Melalui active listening,
15 | KOMUNIKAS! TERAPIUTIK PERAWATperawat membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi, bagaimana cara
mengatasi masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang
telah dipilih.
Perawat juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan Klien. Tehnik
menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal
penting dalam percakapan, dan membantu perawat-klien memiliki pikiran dan ide
yang sama (Murray, B & Judth dalam Suryani, 2005). Tujuan tehnik menyimpulkan
adalah membantu klien menggali hal-hal dan tema emosional yang penting (Fontaine &
Fletener dalam Suryani, 2005)
4, Tahap terminasi
‘Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien (Christina, dkk,
2002). Tahap ini dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G.W
dalam Suryani, 2005). Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat-
lien, setelah terminasi sementara, perawat akan bertemu kembali dengan klien pada
waktu yang telah ditentukan, Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan
proses keperawatan secara keseluruhan.
‘Tugas perawat pada tahap ini antara lai
Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan, Evaluasi ini
juga disebut evaluasi objektif, Dalam mengevaluasi, perawat tidak boleh terkesan
menguji kemampuan Klien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar mengulang atau
menyimpulkan,
Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan dengan menanyakan
perasaan Klien setelah berinteraksi dengan perawat. Perawat perlu_mengetahui
bagaimana perasaan Klien setelah berinteraksi dengan perawat. Apakah Klien merasa
bahwa interaksi itu dapat menurunkan kecemasannya? Apakah klien merasa bahwa
interaksi itu ada gunanya? Atau apakah interaksi itu justru menimbulkan masalah baru
bagi Klien,
Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindakan ini juga
disebut sebagai pekerjaan rumah untuk Klien. Tindak lanjut yang diberikan harus
relevan dengan interaksi yang akan dilakukan berikutnya. Misalnya pada akhir interaksi
Klien sudah memahami tentang beberapa alternative mengatasi marah, Maka untuk
tindak lanjut perawat mungkin bisa meminta klien untuk mencoba salah satu dari
alternative tersebut.
6 | SOMUNIKASI TERAPIUTIK PERAWATMembuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak ini penting dibuat agar terdapat
kesepakatan antara perawat dan klien untuk pertemuan berikutnya, Kontrak yang dibuat
termasuk tempat, waktu, dan tujuan interaksi.
Stuart G.W. (1998) dalam Suryani (2005), menyatakan bahwa proses terminasi
perawat-klien merupakan aspek penting dalam asuhan keperawatan, sehingga jika hal
tersebut tidak dilakukan dengan baik oleh perawat, maka regresi dan kecemasan dapat
terjadi lagi pada Klien. Timbulnya respon tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan
perawat untuk terbuka, empati dan responsif terhadap kebutuhan klien
pada pelaksanaan tahap sebelumnya.
Sikap Komunikasi Terapeutik
Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi
komunikasi yang terapeutik menurut Egan, yaitu :
1. Berhadapan
‘Artinya dari posisi ini adalah “Saya siap untuk anda”.
2.Mempertahankan Kontak mata Kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien
menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu.
Posi
4, Mempertahankan sikap terbuka
Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi.
5. Tetap rileks
Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi
respon kepada klien.
17 | KOMUNIKAST TERAPIUTIK PERAWAT‘Tekhnik-tekhnik komunikasi terapeutik
1. Bertanya
Bertanya (questioning) merupakan tekhnik yang dapat mendorong klien untuk
mengungkapkan perasaan dan pikirannya, tekhnik ini sering digunakan pada tahap
orientasi.
2. Mendengarkan
Mendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi terapeutik (Keliat,
Budi, Anna, 1992). Mendengarkan adalah proses aktif (Gerald, D dalam Suryani, 2005)
dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang
diterima (Hubson, S dalam Suryani, 2005).
3. Mengulang
Mengulang (restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien.
Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti
pembicaraan klien (Keliat, Budi, Anna, 1992). Restarting (pengulangan) merupakan
suatu strategi yang mendukung listening (Suryani, 2005).
4, Klarifikasi
Klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali
le atau pikiran klien yang tidak
jjelas atau meminta Klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya (Gerald, D dalam
Suryani, 2005).
5. Refleksi
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi
pembicaraan kepada Klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian perawat
tentang apa yang diueapkan klien dan menekankan empati, minat, dan penghargaan
terhadap klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005).
6. Memfokuskan
Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada Klien untuk membahas
masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian tujuan (Stuart, G.W
dalam Suryani, 2005).
7. Diam
Tehnik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada Klien sebelum
menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat
dan klien untuk mengorganisasi pikiran masing-masing (Stuart & Sundeen dalam
Suryani, 2005).
'g | KOMUNIKASI TERAPIUTIK PERAWAT8, Memberi informasi
Memberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan penyuluhan
Kesehatan Klien. Tehnik ini sangat membantu dalam mengajarkan kesehatan atau
pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri dan
penyembuhan.
9. Menyimpulkan
Menyimpulkan (summerizing) adalah tehnik komunikasi yang membantu klien
mengeksplorasi_poin penting dari interaksi perawatklien. Tekhnik ini membantu
perawat dan Klien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat mengakhiri
pertemuan. Poin utama dari menyimpulkan yaitu peninjauan kembali komunikasi yang
telah dilakukan (Murray, B & Judith dalam Suryani, 2005),
10. Mengubah cara pandang
Tekhnik mengubah cara pandang (refarming) ini digunakan untuk memberikan cara
pandang lain sehingga klien tidak melihat sesuatu atau masalah dari aspek negatifnya
saja Gerald, D dalam Suryani, 2005). Tehnik ini sangat bermanfaat terutama ketika
berfikiran negatif terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu dari sisi negatifnya.
Jadi dengan begitu klien bisa menerima dan meningkatkan harga dirinya,
11. Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam masalah
yang dialami Klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005) supaya masalah tersebut bisa
diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang
detail tentang masalah yang dialami klien.
12, Membagi persepsi
Menurut Stuart G.W : 1998 dalam Suryani ; 2005, menyatakan membagi persepsi
(sharing peception) adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan
atau pikirkan, Tehnik ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada
perbedaan antara respon verbal dan respon nonverbal klien, dan untuk selanjutnya
menyamakan persepsi yang berbeda itu.
13, Mengidentifikasi tema
Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu
manangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya adalah untuk
meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting (Stuart & Sadeen dalam
69 | KOMUNIKAS! TERAPIUTIK PERAWATSuryani, 2005), Tehnik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk
memfokuskan pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.
14, Humor
Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik. Menurut
Nightingale, F dalam Anonymous : 1999 dalam Suryani : 2005, mengatakan suatu
pengalaman pahit sangat baik ditangani dengan humor. Humor dapat meningkatkan
kesadaran mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah dan nadi. Humor
juga bisa membuat suasana menjadi lebih santai dan rileks. Humor juga bisa
‘melepaskan ketegangan yang terjadi pada proses komunikasi.
12, Memberikan pujian
Memberikan Pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang didapatkan
Klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement berguna untuk meningkatkan
harga diri dan menguatkan perilaku klien (Gerald, D dalam Suryani, 2005), Semua
orang pasti senang ketika mendapatkan pujian dari seseorang, begitu juga dengan
pasien yang mendaptkan pujian dari perawat.
Pengertian Komunikasi Perawat-Klien
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak lepas dari kegiatan komunikasi, Kenyataannya,
memang komunikasi seeara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita,
tidak terkecuali yang berstatus sebagai perawat, yang tugasnya sehari-hari selalu
berhubungan dengan orang lain. Entah itu dengan pasien, sesama teman, dengan atasan,
dokter dan sebagainya. Maka komunikasi adalah sarana yang sangat efektif dalam
memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya
dengan baik (Kariyoso, 1994).
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “communication”. Kata
communication ini sendiri berasal dari bahasa latin “communicare” yang artinya
pemberitahuan dar/atau pertukaran ide, dengan pembicara mengharapkan adanya
pertimbangan atau jawaban dari pendengar atau lawan bicara (Suryani, 2005).
Komunikasi perawat-klien adalah proses pengiriman atau pertukaran informasi dan
pesan dari perawat ke pasien atau sebaliknya baik secara verbal maupun non verbal
dengan tuyjuan untuk mempengaruhi tingkah laku dan merespon dalam rangka
‘membantu mengatasi masalah klien (Mundakir, 2006).
“0 | KOMUNIKAS! TERAPIUTIK PERAWATBerdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi perawat-klien
adalah proses pengiriman pesan atau informasi dari perawat ke pasien dengan harapan
pasien memberikan respon balik dan melakukan perubahan terhadap dirinya (Kariyoso,
1994; Suryani, 2005; Mundakir, 2006).
Komponen Dalam Komunikasi Perawat-Klien
Menurut Karyowo dalam Musliha dan Siti Fatimah (2009), menyebutkan komponen
komunikasi terdiri dari :
1, Komunikator
Komunikator (pemberi pesan), biasanya juga berarti tempat berasalnya sumber pesan.
Dalam proses keperawatan, perawat merupakan sumber pesan atau komunikator bagi
pasien.
2. Message
Message (pesan atau berita) merupakan yang disampaikan oleh perawat melalui
pembicaraan, gerakan dan sebagainya. Dirumah sakit pesan ini biasanya berupa nasehat
dokter atau perawat pada pasien, hasil konsultasi pada status pasien, laporan, dan
sebagainya, Isi pesan ini juga yang menentukan untuk klien memberikan respon dan
mengubah perilakuya.
3. Channel
Media atau sarana yang digunakan perawat untuk berkomunikasi dengan pasien,
biasanya menggunakan panea indra.
4, Komunikan
Komunikan adalah penerima pesan atau obyek sasaran dari kegiatan komunikasi.
Dalam proses keperawatan, klien merupakan penerima pesan atau komunikan,
5. Feed back
Feed back adalah umpan balik atau tanggapan, dan merupakan respon pasien terhadap
pesan yang disampaikan perawat.
Tujuan Komunikasi Perawat-Klien
Menurut Mundakir (2006), secara umum tujuan komunikasi perawat-klien adalah:
1. Supaya pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti oleh klien
Sebagai komunikator, perawat perlu menyampaikan pesannya dengan jelas, lengkap,
dan sopan agar pasien bisa mengerti.
‘2a | KOMUNIKASUTERAPIUTIK PERAWAT2. Memahami Klien
Sebagai komunikator, proses komunikasi tidak akan berlangsung dengan baik bila
perawat tidak dapat memahami kondisi atau perasaan yang diinginkan pasien,
3. Supaya gagasan dapat diterima oleh klien
Selain sebagai Komunikator, perawat juga sebagai edukator yaitu_memberikan
pendidikan keschatan pada pasien. Peran ini akan efektif dan berhasil apabila pesan
yang disampaikan oleh perawat dapat diterima dan dimengerti oleh Klien.
4, Menggerakan klien untuk melakukan atau merubah sesuatu
Mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita inginkan bukanlah hal
yang mudah, perlu adanya pendekatan-pendekatan yang jitu agar orang lain atau klien
pereaya dan yakin bahwa apa yang kita harapkan merupakan hal yang bermamfaat
untuk klien atau komunikan.
Jenis komunikasi perawat-klien
1, Komunikasi verbal
Yaitu komunikasi yang dilakukan perawat-klien melalui kata-kata, bicara, maupun
tulisan, Salah satu komunikasi verba yang penting dalam keperawatan adalah
wawancara, yang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data dari klien yang
spesifik.
2. Komunikasi non verbal
Yaitu komunikasi yang menggunakan mimik atau bahasa tubuh, Dalam berkomunikasi
dengan pasien, perawat harus menggunakan komunikasi non verbal juga, seperti gerak
tubuh, pandangan mata ke pasien, jarak dengan pasien, postur, dan ekspresi wajah.
Selain dengan menggunakan bahasa verbal,menggunakan mimik atau bahasa tubuh
lebih memudahkan klien untuk mengerti dan memahami dari maksud komunikasi yang
perawat sampaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi perawat-klien
Menurut Potter dan Perry (1993), proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
1, Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan pasien, perawat harus mengerti pengaruh dari
perkembangan usia baik dari sisi bahasa maupun proses fikir dari pasien tersebut,
Karena tiap tahap perkembangan atau umur klien yang berbeda mempunyai tingkat
kemampuan memahami maksud dari isi komunikasi yang perawat sampaikan,
‘a2 | KOMUNIKAS! TERAPIUTIK PERAWAT2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peri
a,
dan dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi antara perawat-pasien
dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
3. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku, sehingga penting bagi perawat untuk
menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk mengetahui dan
mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat
dengan klien.
4, Latar belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya, dan budaya
ini juga yang membatasi cara bertindak dan berkomunikasi. Klien sebagai manusia pasti
mempunyai budaya yang berbeda-beda antara yang satu dan yang lain.
5. Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian, Ekspresi emosi seperti
sedih, senang, dan terharu dapat mempengaruhi orang lain dalam berkomunikasi.
Perawat perlu mengkaji emosi Klien dan keluarganya sehinnga perawat dapat
memberikan asuhan keperawataan yang tepat.
6. Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki gaya komunikasi yang berbeda-beda. Menurut Tanned
(1990); dalam Nurjannah, 1 (2005), menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki
‘mempunyai perbedaan gaya komunikasi.
7. Pengetahuan
Pasien yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit berespon dengan pertanyaan
mengandung bahasa verbal dibanding dengan orang yang tingkat pengetahuannya
tinggi. Jadi perawat perlu untuk mengetahui tingkat pengetahuan Klien agar bisa
berinteraksi dengan baik.
8. Peran dan hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan diantara orang yang
berkomunikasi. Seorang perawat berkomunikasi dengan teman sejawatnya pasti akan
berbeda ketika berkomunikasi kepada kliennya. Jadi seorang perawat harus bisa
113 | KOMUNIKAST TERAPIUTIREPERAWATmenggunakan gaya bahasa yang berbeda-beda pada lawan bicaranya berdasarkan peran
dan hubungan, terutama dengan Klien,
9. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Lingkungan yang
berisik dan tidak ada privasi pasti akan mengganggu proses komunikasi perawat-klien.
10, Jarak
Jarak dapat mempengaruhi: proses komunikasi, jarak tertentu akan memberikan rasa
aman, kejelasan pesan, dan kontrol ketika berkomunikasi. Maka perawat perlu
‘memperhitungkan jarak berinteraksi dengan Klien.
TKOMUNIKASI TERAPIUTIK PERAWATCONTOH: KOMUNIKASI TERAPIUTIK PERAWAT DAN KLIEN
Fase Prainteraksi
Pada Rumah sakit X di kamar Y terdapat seorang pasien yang bernama Odilia Dewi
dacosta umur 21 tahun dimana ia sekarang sedang menempuh pendidikan tinggi di
salah satu Universitas swasta yang berada di daerah Z, di rumah sakit tersebut ia
ditemani oleh ibunya yang bernama Rika, dimana Odilia tersebut sedang menjalani
perawatan luka paca kecelakaan, disana dia dirawat oleh Ns.Risty
Fase Orientasi
agi hari pukul 07.30...
Perawat — : “Selamat pagi... “(tersenyum)
Keluarga _:“ ia selamat pagi mbak..”(tersenyum)
Perawat — : “ Permisi ibu.. apa betul ibu ini, keluarga dari pasien atas nama sdr.odilia
dewi dacosta”..
Keluarga _: “Iya benar, saya ibu dari Sdr.odilia dewi dacosta”
Perawat — : “emmm baik kalau gitu saya akan memeriksa sdr,odilia dewi dacosta,
sebelumnya apakah sdr.odilia dewi dacosta sering mengeluhkan sesuatu di ibu.
Keluarga :"selama saya disini anak saya tidak mengeluhkan sesuatu di saya, mungkin
lebih jelasnya lagi mbak bisa langsung meriksa keadaan anak saya.
Perawat __: “ohh, baaik lah ibu klaw begitu saya akan langsung memeriksa keadaan
anak ibu sekarang.
Keluarga silahkan”
Perawat —; Permisi “ selamat pagi Mbak ..”(tersenyum)
Pasien _: “ia selamat pagi mbak ..”(tersenyum)
Perawat _ : “ perkenalkan Mbak nama saya risty dian puspita, saya mahasiswa dari
STIKES HAFSHAWATY, mulai pagi ini saya akan merawat mbak dari pukul 07.00
sampai 14.00 siang. Kalau boleh saya tau nama Mbak siapa? Dan senangnya dipanggil
apa Mbak ?”
Pasien : “ iya salam kenal juga Mbak, nama saya odilia dewi dacosta, Mbak
bisa panggil saya dengan panggilan mbak odel.”
115 | KOMUNIKASITERAPUTIK PERAWATPerawat : “baik mbk odel, bagaimana keadaan mbk odel sekarang? Apa yang mbak
del rasakan *
Pasien : “sejak kecelakaan kemarin luka dibagian lutut saya masih agak
sedikit nyeri mbak.”(menyentuh lutut dan merenung)
Perawat _: “mm..” (menganggukkan kepala) "iya mbakodel itu memang efek dari
luka yang mbak odel alami,karena pada luka mbak odel terjadi respon peradangan.
Pasien _: “apa itu berbahaya mbak?.”(sedikit cemas)
Perawat _ : “tidak mbak odel, peradangan itu merupakan gejala yang menguntungkan
dan merupakan pertahanan tubuh yang bekerja untuk menetralisir dan menghancurkan
agen pencedera dalam persiapan penyembuhan luka.Jadi mbak odel tidak usah begitu
Khawatir.”(menjelaskan)
Pasien _: “ohhh. begitu.”(sedikit lega)
Perawat _ : “iya mbak odel, baiklah saya permisi dulu, silakan mbak odel beristirahat
kembali, nanti saya akan datang lagi sekitar jam 08.00 siang untuk melakukan tindakan
perawatan luka,mengganti perban yang mebalut luka mbak odel dengan yang baru,tidak
lama mbak ode! kira-kira Smenit dan kita melakukannya disini saja, apakah mbak odel
bersedia?.”
Pasien _: “iya mbak.”(menganggukkan kepala)
Perawat —_ :”mbak odel tenang saja,kerahasiaan tentang apa yang mbak odel alami juga
tetap saya jaga,*
Pasien _:iya mbak,terima kasih(merasa lega)
Perawat — : “apabila mbak ode! memerlukan bantuan saya silakan mbak panggil saya,
sclamat pagi.”(tersenyum)
Pasien _: “iya, selamat pagi.”(tersenyum)
Keluarga _ : (Masuk menghampiri pasien) “menanyakan keadaan anaknya”
Fase Kerja
Tidak lama kemudian perawat menghampiri Pasien kembali.
Perawat _: “selamat pagi,?.”(tersenyum)
Mbak odel.
Pasien _: “pagi mbak.”(tersenyum)
“26 | KOMUNIKASITERAPIUTIK PERAWATPerawat _ : “mbak odel, sesuai perjanjian yang telah disepakati tadi sekarang saya
akan melakukan tindakan perawatan luka, apakah mbak odel bersedia?.””
Pasien _: “iya saya bersedia mbak
Perawat —: “baiklah saya akan menyiapkan alat-alatnya dahulu.”
Disaat perawat —melakukan tindakan perawatan Luka tiba-tiba pasien teriak
kesakitan” disaat perawat membuka pebalut luka Pasien
Pasien _: “adooooohhhh.......sakitt”(dengan meringis kesakitan)
Keluarga _ : “tiba-tiba masuk dengan marah ke perawat untuk bekerja dengan hati”
Perawat _ :terus bekrja sambil menjelaskan kepada pihak keluarga dan pasien
(denagan tenang dan sabar)
Setelah proses tindakan perawatan luka
Fase Terminasi
Perawat —: “mbak odel saya sudah selesai melakukan tindakan perawatan luka, dijaga
kesehatannya ya mbak odel,semoga cepat sembuh.”(tersenyum)
Pasien _: “iya, terimah kasih mbak.”(tersenyum)
Perawat —: “sama-sama, selamat pagi sampai jumpa kembali!.”
Jangan lupa membereskan alkes dan cuci tanga...
Perawat _: menjelaskan kepada keluarga(dengan interaksi yamg baik)
Keluarga _: menerima penjelasan perawat.
Perawat — : baik ibu saya permisi untuk kembali ke ruangan perawat dan nanti ji
butuh bantuan bisa Jangsung hubungi saya di ruang perawat yang ada di sana (sambil
menujuk ke arah ruangan perawat)
Keluarga _: iya mbak( tersenyum)
117 | KOMUNIKASCTERAPIUTIK PIRAWAT