Professional Documents
Culture Documents
Otw FIX - TUGAS PANCASILA
Otw FIX - TUGAS PANCASILA
Otw FIX - TUGAS PANCASILA
UNIVERITAS TRISAKTI
BOGOR
2017
Oleh
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Kelembagaan dalam Sistem Ketatanegaraan Republik
Indonesia Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran atau fungsi kelembagaan dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia?
2. Bagaimana hubungan antar lembaga negara?
3. Bagaimana sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD sebelum
dan sesudah amandemen?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui peran atau fungsi kelembagaan dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia.
2. Mengetahui hubungan antar lembaga negara.
3. Mengetahui sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD sebelum
dan sesudah amandemen.
1.4 Metode Penulisan
Penulis menggunakan satu metedologi dalam penulisan makalah ini yaitu Studi
Kepustakaan. Studi Kepustakaan adalah metode yang dilakukan penulis dengan cara
membaca hingga mengutip dari buku-buku, catatan, dan artikel terkait dengan
pembahasan di makalah ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.2Pengertian Kelembagaan
1. MPR
MPR merupakan lembaga tertinggi negara yang diberi kekuasaan tak
terbatas (super power) karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh MPR” dan MPR adalah “penjelmaan dari seluruh rakyat
Indonesia” yang berwenang menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden
dan wakil presiden. Dengan kata lain MPR merupakan penjelmaan pendapat dari
seluruh warga Indonesia. Susunan keanggotaannya terdiri dari anggota DPR dan
utusan daerah serta utusan golongan yang diangkat termasuk di dalamnya
TNI/Polri.
2. DPR
DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai
lembaga negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu
yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. Oleh karena itu, presiden tidak dapat
membubarkan DPR yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat melalui
pemilihan umum secara berkala lima tahun sekali. Meskipun demikian, presiden
tidak bertanggung jawab kepada DPR. DPR berkedudukan di tingkat pusat,
sedangkan yang berada di tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang
berada di kabupaten/kota disebut DPRD kabupaten/kota.
3. Presiden
Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif.
Maksudnya, presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan.
Presiden mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus
sebagai kepala negara. Sebelum adanya amandemen UUD 1945, presiden dan
wakil presiden diangkat dan diberhentikan oleh MPR dan bertanggung jawab
kepada MPR.
4. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan
kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah
Agung adalah pengadilan tertinggi di negara kita. Perlu diketahui bahwa
peradilan di Indonesia dapat dibedakan peradilan umum, peradilan agama,
peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara (PTUN).
1. MPR
MPR adalah Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan
lembaga tinggi negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.
Yang mempunyai fungsi legeslasi. pasca perubahan UUD 1945 Keberadaan
MPR telah sangat jauh berbeda dibanding sebelumnya. Kini MPR tidak lagi
melaksanakan sepenuhnya kedaulatan rakyat dan tidak lagi berkedudukan
sebagai Lembaga Tertinggi Negara dengan kekuasaan yang sangat besar,
termasuk memilih presiden dan wakil presiden.
2. Presiden
Berbeda dengan sistem pemilihan presiden dan wakil presiden sebelum
adanya amandemen dipilih oleh MPR, sedangkan setelah adanya amandemen
UUD 1945 sekarang menentukan bahwa mereka dipilih secara langsung oleh
rakyat. Pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh parpol atau
gabungan parpol peserta pemilu. Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada
MPR melainkan bertanggung jawab langsung kepada rakyat Indonesia.
Konsekuensinya karena pasangan presiden dan wakil presiden dipilih oleh
rakyat, mereka mempunyai legitimasi yang sangat kuat. Presiden dan wakil
presiden dapat dipilih kembali dalam masa jabatan yang sama hanya untuk satu
kali masa jabatannya.
3. DPR
Melalui perubahan UUD 1945, kekuasaan DPR diperkuat dan dikukuhkan
keberadaannya terutama diberikannya kekuasaan membentuk UU yang memang
merupakan karakteristik sebuah lembaga legislatif. Hal ini membalik rumusan
sebelum perubahan yang menempatan presiden sebagai pemegang kekuasaan
membentuk UU. Dalam pengaturan ini memperkuat kedudukan DPR terutama
ketika berhubungan dengan presiden.
4. DPD
DPD adalah Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi
keterwakilan kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional
setelah ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai
anggota MPR. Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan negara
Republik Indonesia. DPD dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah
melalui pemilu.
5. BPK
BPK yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang
bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh
presiden. BPK Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan
negara (APBN) dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan
kepada DPR dan DPD serta ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen yang
bersangkutan ke dalam BPK.
6. Mahkamah Agung
Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan
yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan. di
bawah MA terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum,
lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan militer dan lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).
7. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi (MK) mempunyai kewenangan: menguji UU
terhadap UUD, memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus
pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil pemilu, dan memberikan
putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan
atau wakil presiden menurut UUD.
8. Komisi Yudisial
Berdasarkan UU No 22 Tahun 2004 Komisi Yudisial adalah lembaga
negara yang bersifat mandiri dan berfungsi mengawasi perilaku hakim dan
mengusulkan nama calon Hakim Agung.
B. Preisden
Berbeda dengan sistem pemilihan presiden dan wakil presiden sebelum
adanya amandemen dipilih oleh MPR, sedangkan setelah adanya amandemen
UUD 1945 sekarang menentukan bahwa mereka dipilih secara langsung oleh
rakyat. Pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh parpol atau
gabungan parpol peserta pemilu. Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada
MPR melainkan bertanggung jawab langsung kepada rakyat Indonesia.
Konsekuensinya karena pasangan presiden dan wakil presiden dipilih oleh
rakyat, mereka mempunyai legitimasi yang sangat kuat. Presiden dan wakil
presiden dapat dipilih kembali dalam masa jabatan yang sama hanya untuk satu
kali masa jabatannya.
C. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Melalui perubahan UUD 1945, kekuasaan DPR diperkuat dan
dikukuhkan keberadaannya terutama diberikannya kekuasaan membentuk UU
yang memang merupakan karakteristik sebuah lembaga legislatif. Hal ini
membalik rumusan sebelum perubahan yang menempatan presiden sebagai
pemegang kekuasaan membentuk UU. Dalam pengaturan ini memperkuat
kedudukan DPR terutama ketika berhubungan dengan presiden.
H. Komisi Yudisial
Berdasarkan UU No 22 Tahun 2004 Komisi Yudisial adalah lembaga
negara yang bersifat mandiri dan berfungsi mengawasi perilaku hakim dan
mengusulkan nama calon Hakim Agung.
c). UUD 1945 pasal 7A yang berbunyi, “Presiden dan/atau Wakil Presiden
dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik
apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. “
g). UUD 1945 pasal 8 ayat 3 yang berbunyi, “Jika Presiden dan Wakil
Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas
kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Pertahanan secara bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh
hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan
siding untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan
calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil
Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan
umum sebelumnya, samapi berakhir masa jabatannya.
b). UUD 1945 pasal 22D ayat 2 yang berbunyi, “Dewan Perwakilan
Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran,
dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah;
serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas
rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan
agama.”
c). UUD 1945 pasal 22D ayat 3 yang berbunyi, “Dewan Perwakilan
Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai : otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan
daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil
pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan
pertimbangan untuk ditindaklanjuti.”
e). UUD 1945 pasal 23E ayat 2 yang berbunyi, “Hasil pemeriksa
keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan
kewenangannya.”
f). UUD 1945 pasal 23F ayat 1 yang berbunyi, “Anggota Badan
Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan
oleh Presiden.”
b). UUD 1945 pasal 7A yang berbunyi, “Presiden dan/atau Wakil Presiden
dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela
maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden.”
c). UUD 1945 pasal 7B tentang tata cara pemberhentian Presiden atau
Wakil Presiden oleh DPR
f). UUD 1945 pasal 13 ayat 2 yang berbunyi, “Dalam hal mengangkat
duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.”
g). UUD 1945 pasal 13 ayat 3 yang berbunyi, “Presiden menerima
penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.”
h). UUD 1945 pasal 14 ayat 2 yang berbunyi, “Presiden memberi amnesti
dan abolisi dengan memperhatikan pertimbanganDewan Perwakilan
Rakyat.”
i). UUD 1945 pasal 20 ayat 2 yang berbunyi, “Setiap rancangan Undang-
undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama.”
m). UUD 1945 pasal 23F ayat 1 yang berbunyi, “Anggota Badan
Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan
oleh Presiden.”
n). UUD 1945 pasal 24A ayat 3 yang berbunyi, “Calon hakim agung
diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk
mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung
oleh Presiden.”
o). UUD 1945 pasal 24B ayat 3 yang berbunyi, “Anggota Komisi Yudisial
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.”
p). UUD 1945 pasal 24C ayat 2 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi
wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden
menurut Undang-Undang Dasar.”
q). UUD 1945 pasal 24C ayat 3 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi
mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh
Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung,
tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.”
b). UUD 1945 pasal 23F ayat 1 yang berbunyi, “Anggota Badan
Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan
oleh Presiden.”
G. DPR dengan MK
Hubungan antar DPR dan MK di atur di dalam :
a). UUD 1945 pasal 24C ayat 2 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi
wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden
menurut Undang-Undang Dasar.
b). UUD 1945 pasal 24C ayat 3 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi
mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh
Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung,
tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.”
c). UU no 48 tahun 2009 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi, “Selain
kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mahkamah Konstitusi
wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran
hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak
pidana berat lainnya atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.”
H. DPR dengan MA
Hubungan antar DPR dan MA di atur di dalam :
a). UUD 1945 pasal 24A tentang Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan
hukum acara Mahkamah Agung.
c). UUD 1945 pasal 23F ayat 1 yang berbunyi, “Anggota Badan
Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan
oleh Presiden.”
e). UU no 27 tahun 2009 pasal 240 ayat 2 yang berbunyi, “Tugas panitia
kerja dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berasal dari DPR
atau Presiden adalah melakukan pembahasan serta menyusun pandangan
dan pendapat DPD.”
b). UUD 1945 pasal 24C ayat 3 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi
mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan
oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah
Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh
Presiden.”
L. Presiden/Wapres dengan MA
Hubungan antar Presiden/Wapres dan MA di atur di dalam :
UUD 1945 pasal 24A ayat 3 yang berbunyi, “Calon hakim agung
diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk
mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim
agung oleh Presiden.”
M. BPK dengan MA
Hubungan antar BPK dan MA di atur di dalam :
a). UU no 15 tahun 2006 pasal 16 ayat 1 yang berbunyi, “Anggota BPK
sebelum memangku jabatannya wajib mengucapkan sumpah atau janji
menurut agamanya yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung.
N. MK dengan MA
Hubungan antar MK dan MA di atur di dalam :
UUD 1945 Aturan Peralihan pasal III yang berbunyi, “Mahkamah
Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan
sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah
Agung.
1.
2.