Professional Documents
Culture Documents
Kti Nariswari Khairanisa
Kti Nariswari Khairanisa
DISUSUN OLEH :
NARISWARI KHAIRANISA
NPM: 1306411152
Even though climate change has become one of the most prominent ecological
issue since Earth Summit in 1992, in 2016, the awareness of the critical linkage of waste
management, climate change, and good governance has not yet being implemented
coherently. The notion of sustainable development that is in line with the idea of
Sustainable Development Goals and Indonesia Bebas Sampah 2020 seem to be
implemented separately with the dichotomy of government, private sector, and civil
society.
So far, the most orthodox way to deal with waste is by implementing the concept
of reduce, reuse, and recycle (3R) in household level in micro level and implementing
the bigger scale strategy in macro level. This orthodox way has made a gap between the
role of household and government in tacking global commons issue. To seek upon
alternative solution for that matter, this paper brought up the issue on possible ways to
implement multistakeholder partnership as effective strategy in managing waste and
empowering society. This paper argues that local government holds a strong leadership
in attaining sustainable development goals by means of multistakeholder partnership
that involves community and private sector engagement. This multistakeholder
partnership encourages the government to implement a more innovative and
comprehensive governance, which focuses on the value-added of waste as opposed to
the conventional waste governance, which focuses on burning and diminishing
mechanism.
Thus, this paper proposes the local government of Bogor to implement Kerja
Sama Kelola Sampah (KELAPA), a strategy that is drawn from the maximum utility of
coconut in managing the abundance of waste in cities. This strategy will highlight each
and every actor’s possible contribution in terms of role, capacity, and perspective of
respective actors. The implementation of this strategy should be accompanied with a
social campaign to change shape household’s pattern of consumption and production to
be more socially responsible. In doing so, the local government holds a strong role in
initiating, coordinating, and supervising the whole process; the civil society holds the
determinant factor in the implementation of government’s rules and regulations and
designation of possible innovation; the private sector holds the strong motivation in
investing on sustainable economy which ensures that the process of production being
implemented today does not interfere with the supply in the future.
This paper implements the method of literature review upon collecting the facts
and analysing the loopholes from the previous methods. The result from this research
implies that the local government holds the power from the combination of legitimacy
and support, public value, and operational capability on implementing the discourse of
eco-friendly waste management. To conclude, this paper believes that strong
partnership among important stakeholder will benefit the community in terms of political,
economical, and social stability as it enables all involved stakeholders to implement
global notion with local adjustments.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................v
DAFTAR ISI.................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................................3
1.3 Uraian Singkat Gagasan Kreatif ............................................................................3
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan..............................................................................4
1.5 Metode Studi Pustaka ...........................................................................................5
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NPM : 1306411152
Tanda tangan :
iii
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan sebenarnya menyatakan bahwa
Karya Tulis Ilmiah ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia.
Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan
bertanggungjawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan Universitas
Indonesia kepada saya.
Nariswari Khairanisa
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Achmad Sudarno, “Cara Walikota Bogor Kurangi Sampah Plastik,” diakses pada 4 April 2016,
http://news.liputan6.com/read/2441610/cara-wali-kota-bogor-kurangi-sampah-plastik
2
“Kota Bogor Butuh Teknologi Pengolahan Sampah,” Pemerintah Kota Bogor, diakses pada 6 April
2016, http://kotabogor.go.id/index.php/show_post/detail/702/kota-bogor-butuh-teknologi-
pengolahan-sampah#.VwYNihN97eR
3
“Agenda 21,” United Nations Conference on Environment and Development, 1992, diakses pada 5
April 2016, https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/Agenda21.pdf
2
4
“Sustainable Development Goals,” United Nations Secretariat, 2015, diakses pada 5 April 2016,
http://www.un.org/sustainabledevelopment/cities/
5
Badan Pembangunan Nasional, “Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap – ICCSR Sektor
Limbah,” (Maret 2010): 16
6
“Surabaya Kota Percontohan Pengolahan Terbaik di Indonesia,” Mongabay, 2014, diakses pada 4
April 2016, http://www.mongabay.co.id/2014/02/27/surabaya-kota-percontohan-pengolahan-
sampah-terbaik-indonesia/
7
“Rio Declaration,” United Nations Conference on Environment and Development, 1992, diakses
pada 4 April 2016,
http://www.unep.org/documents.multilingual/default.asp?documentid=78&articleid=1163
3
tantangan terbesar bagi masyarakat urban yang harus menjadi agenda utama
pemerintah kota di seluruh dunia. Ketiga, penanganan masalah sampah merupakan
salah satu langkah strategis konservasi bumi dalam isu perubahan iklim karena
sampah merupakan salah satu penghasil gas rumah kaca berupa metan terbesar.
Keempat, penanganan masalah sampah memiliki implikasi strategis yang luas
karena keterkaitannya dengan aspek hidup lain yang penting bagi masyarakat
seperti kesehatan masyarakat terkait kualitas air dan udara, kesediaan energi terkait
potensi sampah menjadi sumber listrik, keharmonisan sosial terkait potensi konflik
yang muncul dari keterbatasan pengolahan sampah, dan lain-lain.
Kegagalan tata kelola sampah dapat memicu bencana seperti longsor dan
infeksi saluran pernapasan (ISPA) di Bantar Gebang 8 serta tragedi sampah di
Leuwigajah yang memakan korban jiwa. Meskipun demikian, selama ini masih
banyak kota yang mengelola sampah dengan cara lama dengan menimbun sampah
di dalam tanah. Padahal, pemerintah Indonesia menargetkan proses daur ulang
sampah sebanyak 30 persen dari sampah yang diproduksi per hari dalam lima
hingga 10 tahun mendatang melalui program Indonesia Bersih.9
8
“ISPA Ancam Warga Sekitar TPA Bantar Gebang,” Suara Pembaruan, diakses pada 7 April 2016,
http://www.ampl.or.id/digilib/read/ispa-ancam-warga-sekitar-tpa-bantar-gebang/43954
9
“90 Persen Sampah di Indonesia Belum Didaur Ulang,” National Geographic, diakses pada 7 April
2016, http://nationalgeographic.co.id/berita/2011/11/90-persen-sampah-di-indonesia-belum-didaur-
ulang
4
PEMERINTAH
DAERAH
KELOMPOK MASYARAKAT
BISNIS SIPIL
5
BAB II
TELAAH PUSTAKA
10
“Sampah Picu Perubahan Iklim,” National Geographic, diakses pada 7 April 2016,
http://nationalgeographic.co.id/berita/2011/11/sampah-picu-perubahan-iklim
11
“Pengertian, Jenis, dan Dampak Sampah,” Kajian Pustaka, diakses pada 7 April 2016,
http://www.kajianpustaka.com/2015/02/pengertian-jenis-dan-dampak-sampah.html
12
Stephen R. Dovers, “Sustainability: Demands on Policy”, Journal of Public Policy, Vol.16, No.3
(1996): 4
7
13
Castells, Manuels, 2003. “Global Networks and Local Societies: Cities in the Information Age”,
dalam Vertovec, Steven dan Darrell A. Posey (eds), 2003. Globalization, Globalism, Environments and
Environmentalism: Consciousness of Connections. Oxford: Oxford University Press.
14
Jan Corfee-Morlot, Lamia Kamal-Chaoui, Michael G. Donovan, Ian Cochran, Alexis Robert, dan
Pierre Jonathan Teasdale, “Cities, Climate Change and Multilevel Governance”, OECD Environmental
Working Papers N° 14 (2009): 2
8
15
“90 Persen Sampah di Indonesia Belum Didaur Ulang,” National Geographic, diakses pada 7 April
2016, http://nationalgeographic.co.id/berita/2011/11/90-persen-sampah-di-indonesia-belum-didaur-
ulang
16
“Daur Ulang Baru Dilakukan pada Tujuh Puluh Persen Sampah,” Antara News, diakses pada 7 April
2016, http://www.antaranews.com/berita/449308/daur-ulang-baru-dilakukan-pada-tujuh-persen-
sampah
17
Ibid.
9
Selain itu, TPS baru ini berhasil mengolah beragam limbah menjadi barang yang
bermanfaat seperti minyak jelantah. Di tangan TPS yang statusnya belum
diserahterimakan dari Kementerian PU ke Dinas Kebersihan Pertamanan Kota
Bogor, minyak jelantah berhasil disulap menjadi sabun cuci dan pelumas kendaraan
bermotor.18Meskipun opsi dijual dan dijadikan kompos merupakan opsi dengan nilai
tambah terbanyak, opsi tersebut masih belum lazim diarusutamakan seperti
diilustrasikan oleh tabel 3 sebagai berikut.
Sampah Dipilah
Dipilah dan Dipilah Sampah Tidak
Provinsi
sebagian kemudian Total dipilah
dimanfaatkan dibuang
Aceh 5,07 13,72 18,79 81,21
Sumatera Utara 10,94 8,67 19,61 80,39
Sumatera Barat 3,67 13,80 17,47 82,53
Riau 7,48 13,40 20,87 79,13
Jambi 5,83 10,28 16,10 83,90
Sumatera Selatan 5,86 17,32 23,18 76,82
Bengkulu 6,27 12,63 18,90 81,10
Lampung 5,46 10,83 16,29 83,71
Kep. Bangka
4,83 18,49 23,32 76,68
Belitung
Kepulauan Riau 4,92 15,09 20,01 79,99
DKI Jakarta 3,74 10,48 14,23 85,77
Jawa Barat 14,93 15,59 30,52 69,48
Jawa Tengah 13,37 14,04 27,41 72,59
DI Yogyakarta 13,07 18,19 31,26 68,74
Jawa Timur 9,91 10,01 19,93 80,07
Banten 9,24 9,18 18,42 81,58
Bali 18,11 13,07 31,17 68,83
18
“Baru Dibangun TPS 3R Sanggup Olah Sampah jadi Pupuk dan Tenaga Listrik,” Pemerintah Kota
Bogor, diakses pada diakses pada 7 April 2016,
http://kotabogor.go.id/index.php/show_post/detail/3353/Baru-Dibangun-TPS-3R-Asri-Sanggup-Olah-
Sampah-Jadi-Pupuk-dan-Tenaga-Listrik#.Vwb_hBN97eQ
10
Nusa Tenggara
9,54 8,29 17,83 82,17
Barat
Nusa Tenggara
19,40 10,23 29,63 70,37
Timur
Kalimantan Barat 5,83 9,97 15,80 84,20
Kalimantan
6,78 17,06 23,84 76,16
Tengah
Kalimantan
5,09 15,02 20,11 79,89
Selatan
Kalimantan Timur 5,66 23,37 29,03 70,97
Sulawesi Utara 6,04 28,91 34,95 65,05
Sulawesi Tengah 11,45 18,51 29,95 70,05
Sulawesi Selatan 9,75 18,83 28,58 71,42
Sulawesi Tenggara 4,66 22,13 26,78 73,22
Gorontalo 2,83 19,41 22,25 77,75
Sulawesi Barat 5,11 15,42 20,52 79,48
Maluku 2,67 12,92 15,59 84,41
Maluku Utara 2,36 14,23 16,59 83,41
Papua Barat 6,35 21,63 27,98 72,02
Papua 4,28 12,70 16,98 83,02
Indonesia 10,28 13,41 23,69 76,31
19
“Partnership for Development, “ United Nations Economic and Social Council, 2015, diakses pada 5
April 2016, http://www.un.org/en/ecosoc/newfunct/pdf15/2015partnerships_background_note.pdf
11
masyarakat, pemerintah, PBB, dan aktor lain yang memiliki peran penting dalam
implementasi agenda..23 Dalam The United Nations Conference on Environment and
Development (UNCED) tahun 1992, beragam kelompok sosial telah diidentifikasi
sebagai mitra strategis di antaranya perempuan, anak-anak dan pemuda,
masyarakat adat, lembaga swadaya masyarakat, pemerintah lokal, kamar dagang,
industri dan bisnis, komunitas sains dan teknologi, serta petani. 24
Kemitraan multipihak memiliki pendekatan dari berbagai sektor dan
melibatkan serangkaian aktor signifikan dalam suatu isu. Seluruh pihak harus
dilibatkan dalam proses pembangunan kemitraan di tahap awal sehingga
pendekatannya lebih partisipatif. Pun demikian, ketika kemitraan dijalankan, anggota
yang terlibat tetap harus membuka kesempatan bagi pihak lain untuk ikut bergabung
dan diperlakukan secara setara.25
Kemitraan multipihak berusaha memberikan kritik terhadap mekanisme
pengelolaan sampah konvensional. Empat kritik utama merujuk pada peran
mekanisme konvensional yang dianggap: 1) terlalu tersentralisasi karena solusi yang
diberikan tidak memerhatikan perbedaan kebutuhan dan heterogenitas perumahan
dalam tiap kota, 2) birokratis karena solusi yang sifatnya dari atas ke bawah,
biasanya dicapai tanpa melibatkan partisipasi masyarakat, 3) pendekatan padat-
modal karena solusi banyak melibatkan teknologi dan peralatan canggih yang
diimpor dari negara maju, dan 4) penerapan kurang komprehensif karena hanya
mempertimbangkan sektor formal dan mengabaikan keberadaan kontribusi sektor
informal yang berkembang dari pengumpulan dan daur ulang sampah di negara
dunia ketiga.26
23
“Partnership for Development, “ United Nations Economic and Social Council, 2015, diakses pada 5
April 2016, http://www.un.org/en/ecosoc/newfunct/pdf15/2015partnerships_background_note.pdf
24
OVERSEAS DEVELOPMENT INSTITUTE, “Multi-stakeholder Partnership Issue Paper,” Global
Knowledge Partnership (2003): 2, http://www.odi.org/sites/odi.org.uk/files/odi-assets/publications-
opinion-files/2117.pdf
25
Ibid.
26
Martin Medina, “Globalization, Development, and Municipal Solid Waste Management in Third
World Cities,” El Colegio de la Frontera Norte, Tijuana, Mexico (2009): 9
13
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
Isu sampah dapat dikaji secara strategis dari dimensi politik, ekonomi,
maupun sosial budaya. Selain itu, isu sampah yang dianggap sebagai isu lokal
memiliki keterkaitan yang erat dengan agenda global dalam hal perubahan iklim,
kota berkelanjutan, dan kemitraan multipihak. Oleh sebab itu, analisis ini akan lebih
menyoroti aspek sosial politik yang terkait dengan penanganan sampah melalui
perspektif global dengan mengetengahkan konsep kemitraan multipihak,
kepemimpinan transformatif, partisipasi publik, dan keberlanjutan kebijakan yang
dimanifestasikan dalam perincian peran pemerintah lokal, masyarakat sipil, dan
sektor bisnis.
27
“Wilayah Kota Bogor Genjot Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat dengan Pola 3R,”
Pemerintah Kota Bogor, diakses pada 7 April 2016,
http://kotabogor.go.id/index.php/show_post/detail/284/11-Wilayah-Kota-Bogor-Genjot-
Pengelolaan-Sampah-Berbasis-Masyarakat-dengan-Pola-3R#.Vwb_fRN97eQ
14
Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, merupakan promotor gerakan ini. Pada tahap
awal, Pemerintah Daerah menerapkan kewajiban bagi siswa untuk memungut
sampah. Pada tahapan lebih lanjut, Pemerintah Daerah meningkatkan insentif
dengan memberikan imbalan berupa buku saku oleh sekolah secara kolektif. Setiap
hari Senin, Rabu dan Jumat, keaktifan siswa dalam gerakan pungut sampah akan
dinilai di dalam buku tersebut.28 Ke depannya, Pemerintah Daerah berharap agar
dorongan tersebut dapat membudayakan gerakan pungut sampah sejak dini.
Koordinasi merupakan pengaturan kerja sama dengan badan lain baik di
dalam maupun di luar negeri. Sejauh ini, Walikota Bogor Bima Arya bahwa menilai
seluruh kota di Indonesia memiliki masalah yang hampir serupa, yaitu penanganan
transportasi dan persampahan. Untuk itu, Bima mengajukan rumusan 3 K
berupa Konsep, Kolaborasi dan Kepemimpinan.29 Pertama, kota yang maju adalah
kota yang konsep berupa rencana dan program. Kedua, kolaborasi antar Organisasi
Perangkat Daerah (OPD), dengan aparatur wilayah, dengan Kepala Dinas, juga
dengan LPM, RW, RT, dan PKK. Ketiga, Kepemimpinan atau Leadership yang
menjadi determinan implementasi sistem. Meskipun demikian, operasionalisasi dari
3 K tersebut masih belum memiliki mekanisme spesifik dalam pengarsipan,
pendokumentasian, dan publikasinya.
Dalam hal ini, Salah satu koordinasi yang dapat dijadikan contoh adalah
kerja sama pemerintah kota Surabaya dengan stakeholder ranah pendidikan di level
lokal serta kemitraan dengan perusahaan Jepang di level global. Pertama, Walikota
Surabaya, Tri Rismaharini mencontohkan program eco-school yang kini diterapkan
banyak sekolah di Surabaya di mana lingkungan sekolah mulai terbebas dari
sampah kantung plastis bekas makanan atau minuman karena siswa-siswinya
membawa kotak makan dari rumah. 30 Kedua, Pemerintah Kota Surabaya bebas
sampah juga menggencarkan upaya tersebut melalui kerja sama dengan
28
Ridwan Kamil Bikin Gerakan Pungut Sampah,” Kompas, diakses pada 7 April 2016,
http://regional.kompas.com/read/2014/06/23/1114368/Ridwan.Kamil.Bikin.Gerakan.Pungut.Sampa
h.Senin.Rabu.Jumat
29
“3K Kunci Jawaban Membangun Kota,” Pemerintah Kota Bogor, diakses pada 7 April 2016,
http://kotabogor.go.id/index.php/show_post/detail/3155/3K-Kunci-Jawaban-Membangun-
Kota#.VwcE_xN97eR
30
“Surabaya Jadi Percontohan Pengolahan Sampah,” Tempo, diakses pada 7 April 2016,
https://m.tempo.co/read/news/2014/02/25/206557485/surabaya-jadi-percontohan-soal-
pengolahan-sampah
15
Pemerintah Jepang. Kota Surbaya juga mendapat hibah alat pemilah sampah yang
ditempatkan di Sutorejo dan Wonorejo. salah satu managemen Beetle
Nishihara.Co.Ltd, Kichiro Eguchi menyatakan bahwa pemerintah Jepang telah
melakukan investasi sebesar 30 juta Yen untuk membantu Surabaya mengatasi
sampah. 31
Supervisi merupakan teknik pencocokan antara gagaasan konseptual dan
praktik kontekstual. Sejauh ini, dalam melaksanakan fungsi supervisi, Pemerintah
Daerah Bogor baru mengeluarkan Peraturan Pemerintah no 81 tahun 2012 yang
mengatur pengelolaan sampah rumah tangga di mana harus ada pemilahan sampah
mulai dari tingkat rumah tangga dengan cara 3R. Berdasarkan Peraturan Daerah no
9 tahun 2012, Pengelolaan sampah terbagi menjadi dua, yaitu 3R dan Penanganan
(pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir).
Meskipun demikian, belum ada peraturan yang lebih spesifik terhadap pihak utama
yang umumnya melakukan penanganan sampah seperti pemulung. Dalam hal ini,
dukungan terhadap pemulung dapat diberikan melalui legalisasi profesi pemulung
dan pengesahan legislasi nasional untuk mendukung aktivitas daur ulang di tingkat
negara. Dengan demikian, pemerintah dapat berperan penting dalam dua aspek
berikut: 1) mendukung pembentukan usaha kecil menengah dan koperasi yang
diprakarsai pemulung serta mendorong legislasi nasional yang memfasilitasi upaya
pemulung untuk mengorganisasi kelompoknya, dan 2) memberikan akses bagi
organisasi berbasis komunitas mendapatkan utang untuk menyediakan pelayanan
tata kelola sampah.32
Sebagai acuan, pengolahan sampah berteknologi tinggi di TPA Benowo
merupakan salah satu pionir yang menjadi barometer pengolahan sampah di
Indonesia. TPA Benowo memiliki menunjukkan kolaborasi yang kuat antara manusia
dengan teknologi modern. Pemilahan sampah yang bisa dan tidak bisa didaur ulang
dilakukan manusia sedangkan pengolahan sampah yang sudah dipilah menjadi
31
“Bentuk Pemilahan Sampah di Jepang yang Diterapkan di Surabaya,” Detik News, diakses pada 7
April 2016, http://news.detik.com/berita/3038026/begini-bentuk-pemilahan-sampah-di-jepang-yang-
diterapkan-di-surabaya
32
C. Visvanathan dan Ulrich Glawe, “Domestic Solid Waste Management in South Asian Countries – A
Comparative Analysis,” Paper Presented at 3 R South Asia Expert Workshop, 30 August - 1 September,
2006 Kathmandu, Nepal
16
listrik dan bahan bangunan dilakukan oleh alat berteknologi modern. Berbeda
dengan pengolahan sampah sistem sanitasi lenfil di mana sampah hanya ditumpuk
dan dipisahkan air limbahnya, pengolahan sampah ini bertujuan mewujudkan hasil
nol sampah agar tidak diperlukan lahan baru untuk mengolah sampah. 33 Pada
praktiknya, pemerintah daerah juga dapat melakukan studi banding untuk melihat
contoh penerapan ekonomi sirkuler di negara Asia Timur seperti Jepang, Tiongkok,
dan Korea Selatan. Promosi ‘pengadaan hijau’ berupa pembentukan peraturan
terkait promosi pengadaan barang dan jasa ramah lingkungan oleh negara maupun
entitas lain dapat menjadi salah satu fokus kajian.34
33
“TPA Benowo Jadi Contoh Pengolahan Sampah Nasional,” Tribun News, diakses pada 7 April 2016,
http://www.tribunnews.com/regional/2014/06/13/tpa-benowo-jadi-contoh-pengolahan-sampah-
nasional
34
C. Visvanathan, Radha Adhikari, dan A. Prem Ananth, “3R PRACTICES FOR MUNICIPAL SOLID WASTE
MANAGEMENT IN ASIA,” Kalmar ECO-TECH ́07 and The Second Baltic Symposium on Environmental
Chemistry KALMAR, SWEDEN, November 26-28 (2007): 8
17
35
“Sejarah Waste4Change,” Waste4Change, diakses pada 7 April 2016,
http://waste4change.com/our_story
18
3.4 Strategi Kerja Sama Kelola Sampah (KELAPA) sebagai Upaya Mewujudkan
Sustainable Development Goals Berbasis Kemitraan Multipihak
Strategi KELAPA dapat dimanifestasikan dengan membentuk forum
koordinasi yang menekankan peran penting pemerintah yang visioner untuk
mensinergikan unsur-unsur di masyarakat untuk mendukung kebijakan melalui
kepemimpinan politik.
Penulis berargumen bahwa pemerintah dapat menargetkan celah-celah
strategis dalam memaksimalkan strategi KELAPA melalui pemanfaatan tiga elemen
krusial berupa 1) legitimasi dan dukungan, 2) public value, dan 3) kapabilitas
operasional.
Gambar 4
Skema Kunci Strategi KELAPA
LEGITIMASI
DAN
DUKUNGAN
KAPABILITAS
PUBLIC VALUE OPERASIONAL
36
“Bogor Akan Terapkan Sanksi Buang Sampah Sembarangan,” Berita Satu, diakses pada 7 April 2016,
http://www.beritasatu.com/megapolitan/268157-bogor-akan-terapkan-sanksi-buang-sampah-
sembarangan.html
19
37
“Buang Sampah ke Sungai Awas Masuk Penjara,” Republika, diakses pada 7 April 2016,
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/03/17/o462pj384-buang-sampah-ke-
sungai-awas-masuk-penjara
38
Michel Foucault, Discipline and Punish: The Birth Of A Prison (London: Penguin, 1991), 112.
20
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1. Simpulan
Pengolahan sampah yang menerapkan strategi kemitraan multipihak merupakan
gagasan alternatif yang perlu mengalami pengarusutamaan karena strategi ini dapat
mencapai kepentingan lokal, nasional, maupun global secara sinergis. Pada
praktiknya, penerapan KELAPA dapat meningkatkan tingkat kelayakhunian sebuah
kota di tingkat lokal, mencapai visi Indonesia Bebas Sampah 2020 di tingkat
nasional, dan mencapai Sustainable Development Goals butir 11 yang menekankan
pentingnya kota yang berkelanjutan. Hal ini menunjukkan implikasi strategis yang
luas dari keterkaitan konseptual dan praktikal antara sampah dengan aspek
kehidupan masyarakat.
4.2. Rekomendasi
Momentum 70 tahun kemerdekaan Indonesia dapat dijadikan pemicu dalam
membangun semangat merdeka dari risiko bencana yang diakibatkan oleh kelalaian
dalam tata kelola sampah. Tata kelola yang terintegrasi harus dapat
menggabungkan aspek pembangunan dan perlindungan lingkungan yang mengacu
pada Agenda 21, visi Indonesia Bebas Sampah, dan kepentingan lokal. Pada
praktiknya, kerangka dari tindakan tersebut harus didasari oleh hierarki tujuan dan
fokus pada minimalisasi sampah, maksimalisasi program daur ulang dan
penggunaan kembali, maksimalisasi mekanisme pembuangan sampah, dan
memperluas cakupan layanan pembuangan sampah.
21
REFERENSI
SUMBER PUSTAKA
Badan Pembangunan Nasional. “Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap – ICCSR
Sektor Limbah.” (Maret 2010): 1-40
Castells, Manuels. 2003. “Global Networks and Local Societies: Cities in the Information
Age”. dalam Vertovec. Steven dan Darrell A. Posey (eds). 2003. Globalization.
Globalism. Environments and Environmentalism: Consciousness of Connections.
Oxford: Oxford University Press.
Corfee-Morlot, Jan et al. “Cities. Climate Change and Multilevel Governance”. OECD
Environmental Working Papers N° 14 (2009): 2
Dovers, Stephen R. “Sustainability: Demands on Policy”. Journal of Public Policy. Vol.16.
No.3 (1996): 4
Foucault, Michel. Discipline and Punish: The Birth Of A Prison (London: Penguin. 1991).
Medina, Martin. “Globalization. Development. and Municipal Solid Waste Management in
Third World Cities.” El Colegio de la Frontera Norte. Tijuana. Mexico (2009): 9
Visvanathan, C. dan Ulrich Glawe. “Domestic Solid Waste Management in South Asian
Countries – A Comparative Analysis.” Paper Presented at 3 R South Asia Expert
Workshop. 30 August - 1 September. 2006 Kathmandu. Nepal
Visvanathan, C., Radha Adhikari, dan A. Prem Ananth. “3R PRACTICES FOR
MUNICIPAL SOLID WASTE MANAGEMENT IN ASIA.” Kalmar ECO-TECH ́07
and The Second Baltic Symposium on Environmental Chemistry KALMAR.
SWEDEN. November 26-28 (2007): 8
OVERSEAS DEVELOPMENT INSTITUTE. “Multi-stakeholder Partnership Issue Paper.”
Global Knowledge Partnership (2003): 2. http://www.odi.org/sites/odi.org.uk/files/odi-
assets/publications-opinion-files/2117.pdf
SUMBER DARING
“3K Kunci Jawaban Membangun Kota.” Pemerintah Kota Bogor. diakses pada 7 April
2016. http://kotabogor.go.id/index.php/show_post/detail/3155/3K-Kunci-Jawaban-
Membangun-Kota#.VwcE_xN97eR
“90 Persen Sampah di Indonesia Belum Didaur Ulang.” National Geographic. diakses
pada 7 April 2016. http://nationalgeographic.co.id/berita/2011/11/90-persen-sampah-
di-indonesia-belum-didaur-ulang
“Agenda 21.” United Nations Conference on Environment and Development. 1992.
diakses pada 5 April
2016.https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/Agenda21.pdf
“Baru Dibangun TPS 3R Sanggup Olah Sampah jadi Pupuk dan Tenaga Listrik.”
Pemerintah Kota Bogor. diakses pada diakses pada 7 April 2016.
http://kotabogor.go.id/index.php/show_post/detail/3353/Baru-Dibangun-TPS-3R-Asri-
Sanggup-Olah-Sampah-Jadi-Pupuk-dan-Tenaga-Listrik#.Vwb_hBN97eQ
“Bentuk Pemilahan Sampah di Jepang yang Diterapkan di Surabaya.” Detik News. diakses
pada 7 April 2016. http://news.detik.com/berita/3038026/begini-bentuk-pemilahan-
sampah-di-jepang-yang-diterapkan-di-surabaya
“Bogor Akan Terapkan Sanksi Buang Sampah Sembarangan.” Berita Satu. diakses pada
7 April 2016. http://www.beritasatu.com/megapolitan/268157-bogor-akan-terapkan-
sanksi-buang-sampah-sembarangan.html
22
“Buang Sampah ke Sungai Awas Masuk Penjara.” Republika. diakses pada 7 April 2016.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/03/17/o462pj384-buang-
sampah-ke-sungai-awas-masuk-penjara
“Daur Ulang Baru Dilakukan pada Tujuh Puluh Persen Sampah.” Antara News. diakses
pada 7 April 2016. http://www.antaranews.com/berita/449308/daur-ulang-baru-
dilakukan-pada-tujuh-persen-sampah
“Kota Bogor Butuh Teknologi Pengolahan Sampah.” Pemerintah Kota Bogor. diakses
pada 6 April 2016. http://kotabogor.go.id/index.php/show_post/detail/702/kota-bogor-
butuh-teknologi-pengolahan-sampah#.VwYNihN97eR 1
“ISPA Ancam Warga Sekitar TPA Bantar Gebang.” Suara Pembaruan. diakses pada 7
April 2016. http://www.ampl.or.id/digilib/read/ispa-ancam-warga-sekitar-tpa-bantar-
gebang/43954
“Membangun Desa Lewat Sampah.” Pemerintah Kabupaten Bogor. diakses pada 7 April
2016. http://kabupatenbogor.metropolitan.id/2016/02/membangun-desa-lewat-
sampah/
“Partnership for Development. “ United Nations Economic and Social Council. 2015.
diakses pada 5 April 2016.
http://www.un.org/en/ecosoc/newfunct/pdf15/2015partnerships_background_note.pd
f
“Pengertian. Jenis. dan Dampak Sampah.” Kajian Pustaka. diakses pada 7 April 2016.
http://www.kajianpustaka.com/2015/02/pengertian-jenis-dan-dampak-sampah.html
“Peresmian Bank Sampah di Kantor Kementerian Lingkungan Hidup.” Kementerian
Lingkungan Hidup. diakses pada 7 April 2016. http://www.menlh.go.id/peresmian-
bank-sampah-pengelolaan-sampah-dengan-sistem-3r-di-kantor-klh/
“Rio Declaration.” United Nations Conference on Environment and Development. 1992.
diakses pada 4 April 2016.
http://www.unep.org/documents.multilingual/default.asp?documentid=78&articleid=1
163
“Ridwan Kamil Bikin Gerakan Pungut Sampah.” Kompas. diakses pada 7 April 2016.
http://regional.kompas.com/read/2014/06/23/1114368/Ridwan.Kamil.Bikin.Gerakan.
Pungut.Sampah.Senin.Rabu.Jumat
“Sampah Picu Perubahan Iklim.” National Geographic. diakses pada 7 April 2016.
“Sejarah Waste4Change.” Waste4Change. diakses pada 7 April 2016.
http://waste4change.com/our_story
Sidarta, Mawan. “Pengelolaan Sampah ala Jambangan dan Pemkot Surabaya.” diakses
pada 7 April 2016. http://www.kompasiana.com/mawan.sidarta/pengelolaan-
sampah-ala-jambangan-dan-pemkot-surabaya_566fe49fcf7a613009cac36b
Sudarno, Achmad. “Cara Walikota Bogor Kurangi Sampah Plastik.” diakses pada 4 April
2016. http://news.liputan6.com/read/2441610/cara-wali-kota-bogor-kurangi-sampah-
plastik
“Surabaya Jadi Percontohan Pengolahan Sampah.” Tempo. diakses pada 7 April 2016.
https://m.tempo.co/read/news/2014/02/25/206557485/surabaya-jadi-percontohan-
soal-pengolahan-sampah http://nationalgeographic.co.id/berita/2011/11/sampah-
picu-perubahan-iklim
“Surabaya Kota Percontohan Pengolahan Terbaik di Indonesia.” Mongabay. 2014.
diakses pada 4 April 2016. http://www.mongabay.co.id/2014/02/27/surabaya-kota-
percontohan-pengolahan-sampah-terbaik-indonesia/
“Sustainable Development Goals.” United Nations Secretariat. 2015. diakses pada 5 April
2016. http://www.un.org/sustainabledevelopment/cities/
23
“TPA Benowo Jadi Contoh Pengolahan Sampah Nasional.” Tribun News. diakses pada 7
April 2016. http://www.tribunnews.com/regional/2014/06/13/tpa-benowo-jadi-contoh-
pengolahan-sampah-nasional
“Wilayah Kota Bogor Genjot Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat dengan Pola 3R.”
Pemerintah Kota Bogor. diakses pada 7 April 2016.
http://kotabogor.go.id/index.php/show_post/detail/284/11-Wilayah-Kota-Bogor-
Genjot-Pengelolaan-Sampah-Berbasis-Masyarakat-dengan-Pola-
3R#.Vwb_fRN97eQ
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan
makalah ini dilakukan dalam rangka mengikuti seleksi Mahasiswa Berprestasi Utama
Tahun 2016 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, akan sulit bagi
penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dra. Nurul Isnaeni, MA selaku pembimbing penyusun dalam proses
penulisan karya ini
2. Etty Kusfriati selaku Ibu penyusun yang selalu membimbing dan
menyemangati penulis dalam proses penulisan
3. Cazadira Fediva Tamzil selaku mentor sekaligus senior penulis yang telah
memotivasi dan menginspirasi penulis untuk mengikuti seleksi Mahasiswa
Berprestasi Utama
4. Lidwina Pradipta Putri dan Regina Anjani Karissaputri selaku teman baik
yang memberikan semangat dan memotivasi penyusun dalam proses ini.
Tujuan karya tulis ilmiah ini adalah menawarkan gagasan yang solutif untuk
memperbaiki tata kelola sampah yang masih didominasi oleh paradigma lama
menuju tata kelola sampah yang menggunakan paradigma baru yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan. Dengan demikian, diharapkan tujuan dari
pembangunan berklanjutan dalam Sustainable Development Goals yang digagas
oleh PBB terkait aspek lingkungan dapat dicapai karena semua komponen
masyarakat lintas sektor dilibatkan untuk ikut berpartisipasi dalam sistem tata kelola
sampah. Penyusun sepenuhnya menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar tulisan ini dapat
dikembangkan menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan dan bantuan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah
ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu dan dapat berguna bagi seluruh
pihak yang terkait di dalamnya maupun pembaca.